• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 PELAKSANAAN TRIAGE DI UNIT GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT REKSA WALUYA KOTA MOJOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "1 PELAKSANAAN TRIAGE DI UNIT GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT REKSA WALUYA KOTA MOJOKERTO"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN TRIAGE DI UNIT GAWAT DARURAT

RUMAH SAKIT REKSA WALUYA

KOTA MOJOKERTO

JAZILAHTUL HOSNANIAH 11001118

Subject : Pelaksanaan,triage, perawat DESCRIPTION

PelaksanaanTriage harus memperhatikan prinsipTriage yaitu memahami sistem Unit gawat darurat menggunakan sumber daya untuk mempertahankan standar pelayanan yang memadai. Triage mengutamakan perawatan pasien berdasarkan gejala dan kegawatannya yang harus dilaksanakan secara cepat dan tepat, petugasTriageharus memahami tentang klasifikasi triage. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaantriagediunit gawat darurat.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Variabel yang diteliti adalah Pelaksanaan Triage di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Reksa Waluya Mojokerto. Populasi dan sampel dalam penelitian ini yaitu berjumlah 7 orang perawat pelaksana yang didapatkan dengan menggunakan teknik sampling Total Sampling yaitu jumlah sampel sama dengan jumlah populasi. Lokasi dan waktu penelitian yaitu di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Reksa Waluya Mojokerto pada tanggal 17-19 Maret 2014. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dan dihitung dengan skala likert dan dianalisa menggunakan skor T.

Hasil daripenelitian perawat melaksanakanTriagesebanyak 4 responden (57.1%), yang tidak melaksanakan triage sebanyak 3 responden (42.9%). Perawat yang melaksanakan triage sesuai dengan SOP Rumah Sakit sebanyak 4 responden hal ini dikarenakan perawat yang bekerja di Unit Gawat Darurat itu sudah memahami triage karna pendidikan yang memadai dan pengalaman kerja yang cukup lama.

Peneliti menyarankan kepada responden yang sudah melaksanakan Triage sesuai dengan SOP Rumah Sakit Reksa Waluya agar lebih meningkatkan pelaksanaan triage, karena Triage merupakan proses awal dalam penentuan tingkat kegawat daruratan terhadap pasien. Responden yang tidak melaksanakanTriage berdasarkan SOP Rumah Sakit diharapkan dapat meningkatkan pelaksanaantriagedengan baik dan benar.

ABSTRACT

The Implementation of Triage should pay attention to the principle triage that understands the emergency unit system uses resources for maintenance of an adequate standard services . it takes care of patients priority based on symptoms and the emergency that must be carried out quickly and precisely , Triage officers must understand about triage classification . Therefore, this study aims to determine the implementation of triage in the emergency unit.

(2)

study, it had been done in the Emergency Units of RS. Reksa Waluya Mojoketo on 17-19 March 2014. Instruments of data collection in this study use questionnaires and calculated using a Likert scale and the last analyzed with score T.

The results of this study, the nurses that apply triage amount 4 respondents (57,1%), who dont apply it amount 3 respondents (42,9%) the nurses who perform triage based on standar of operation in hospital amount 4 respondents. This is caused by the nurses who work in the imergency unit of RS. Reksa Waluya Mojokerto, have understood because of the availabe and long enough experinces.

The writer suggest to respondents who have already performed triage in accordance with standart of operation in RS. Reksa Waluya in order to further improve the implementation of triage , because it is the beginning process of determining the level emergent patients. The respondents who have not performed Triage based on standar of operation are expected to perform triage well and correctly.

Keywords : Implementation , triage , nurse

Contributor : 1.Rifa’atulL.M., M. Farm. Klin 2. Mohammad Nur Firdaus, S. Kep. Ns Date : 13 Mei 2014

Type Material : Laporan Penelitian URL :

-Right : Open Document Summary :

LATAR BELAKANG

Di rumah sakit, didalam triage mengutamakan perawatan pasien berdasarkan gejala. Perawattriage menggunakan ABC keperawatan seperti jalan nafas, pernapasan dan sirkulasi, serta warna kulit, kelembaban, suhu, nadi, respirasi, tingkat kesadaran dan inspeksi visual untuk luka dalam, deformitas kotor dan memar untuk memprioritaskan perawatan yang diberikan kepada pasien di ruang gawat darurat. Perawat memberikan prioritas pertama untuk pasien gangguan jalan nafas, bernafas atau sirkulasi terganggu.Pasien-pasien ini mungkin memiliki kesulitan bernapas atau nyeri dada karena masalah jantung dan mereka menerima pengobatan pertama.Pasien yang memiliki masalah yang sangat mengancam kehidupan diberikan pengobatan langsung bahkan jika mereka diharapkan untuk mati atau membutuhkan banyak sumber daya medis. (Bagus,2007). Jumlah dan kasus pasien yang datang ke unit gawat darurat tidak dapat diprediksikarena kejadian kegawatan atau bencana dapat terjadi kapan saja, dimana sajaserta menimpa siapa saja. Karena kondisinya yang tidak terjadwal dan bersifat mendadak serta tuntutan pelayanan yang cepat dan tepat maka diperlukan triagesebagai langkah awal penanganan pasien di unit gawat darurat dalam kondisisehari-hari, (DepKes RI, 2005).

Jurnal penelitian yang disampaikan oleh Farokhnia dan Gorransson pada tahun

2011 mengenai “Swedish emergency departmenttriage and interventions for improved

(3)

intervensi triage yang digunakan selama ini dan perencanaan untuk tindakan kepada pasien yang akan diterapkan oleh perawat Berdasarkan observasi dan penilaian dokumentasi triage pada file pasien ketepatan penilaian triage pada bulan September 2010 94,24%, Oktober 201095,95% dan November 2010 98, 61%. Tetapi pelaksanaan triage belum sepenuhnya dilakukan di ruangtriage yang telah disediakan karena masih ditemukan perawat tidak selalu berada di ruang triage dan adanya faktor pasien yang tidak mau dilakukantriage. (Farokhnia & Gorransson, 2011).

Penerapan triage terdiri dari upaya klasifikasi kasus cedera secara cepat berdasarkan keparahan cedera mereka dan peluang kelangsungan hidup mereka melalui intervensi medis yang segera. Sistemtriage tersebut harus disesuaikan dengan keahlian setempat. Sistem triage biasanya sering ditemukan pada perawatan gawat darurat di suatu bencana. Dengan penanganan secara cepat dan tepat, dapat menyelamatkan hidup pasien. Jadi Perawat harus mampu menggolongkan pasien tersebut dengan sistem triase. Pada sistem rumah sakit, langkah pertama yang harus dilewati saat masuk rumah sakit adalah penilaian oleh perawat triage. Perawat ini kemudian melakukan evaluasi kondisi pasien, perubahan-perubahan yang terjadi, dan menentukan prioritas giliran untuk masuk ke UGD dan prioritas dalam mendapatkan penanganan. Setelah pemeriksaan dan penanganan darurat selesai, pasien dapat masuk ke dalam sistem triage rumah sakit. Lebih jelasnya dapat kita beri contoh misalkan pada pasien label merah adalah pasien dengan keadaan gawat darurat / pasien cedera berat atau mengancam jiwa dan memerlukan transport segera. Misalnya : gagal nafas, cedera torako-abdominal, cedera kepala atau maksilo-fasial berat, shok atau perdarahan berat, luka bakar berat dan lain-lain. Sedangkan pada pasien dengan label kuning adalah pasien misalnya dengan penyakit infeksi luka ringan, usus buntu, patah tulang, luka bakar ringan. cedera abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan respirasi, cedera kepala atau tulang belakang leher tanpa gangguan kesadaran serta luka bakar ringan.Pasien yang mendapat label hijau adalah pasien dengan kondisi kesehatan yang masih dapat ditunda pelayanan, misalkan benturan memar di permukaan kulit, luka lecet, tertusuk duri, dan demam ringan, radang lambung, tidak perlu penanganan cepat. Pasien dengan tanda triage

hitam adalah pasien yang tidak memungkinkan memiliki harapan hidup kendati dilakukan tindakan medis. Misalnya pasien dengan kondisi kerusakan berat dari seluruh organ penting tubuh, misalnya akibat kecelakaan, bencana alam dan luka bakar. Seorang petugas kesehatan di ruang Unit gawat darurat harus peka menggunakan kemampuan mata, telinga, indra peraba lebih peka, tanggap situasi, cepat dan tepat dalam menilai perubahan mendadak pasien yang berada di UGD, sewaktu - waktu kondisi status triagebisa berubah (Muttaqin, 2012). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 3 Maret 2014di Rumah Sakit Reksa Waluya kota Mojokerto pada 2 responden 1 perawat melaksanakan Triage sesuai dengan SOP Rumah Sakitdan 1 perawat melaksanakanTriagebelum sesuai SOP Rumah Sakit.

Triagemerupakan salah satu ketrampilan keperawatan yang harus dimiliki oleh perawat unit gawat darurat dan hal ini membedakan antara perawat unit gawatdarurat dengan perawat unit khusus lainnya. Karena triage harus dilakukandengan cepat dan akurat maka diperlukan perawat yang berpengalaman dankompeten dalam melakukan

(4)

memerlukan kematangan professional untuk mentoleransi stress yang terjadi dalam mengambil keputusan terkait dengan kondisi akut pasien dan menghadapi keluarga pasien (Elliott et al, 2007).

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif .Variabel yang di teliti adalah Pelaksanaan Triage di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Reksa Waluya Mojokerto. Populasi dan sampel dalam penelitian ini yaitu berjumlah 7 orang perawat pelaksana yang ada di Unit Gawat Darurat yang didapatkan dengan menggunakan teknik sampling

Total Sampling yaitu jumlah sampel sama dengan jumlah populasi. Lokasi dan waktu penelitian yaitu di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Reksa Waluya. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dan dihitung dengan skala likert dan di analisa menggunakan skor T.

HASIL PENELITIAN

A. Data Umum

Sebagian besar karakteristik responden berumur 26 – 30 tahun yaitu sebanyak 4 orang (57.1%). Sebagian besar pendidikan responden adalah D3 yaitu sebanyak 5 orang (71.4%). Sebagian besar Masa kerja responden adalah 5 tahun yaitu sebanyak 5 orang (71.4%). Sebagian besar Jenis kelamin responden adalah laki-laki yaitu sebanyak 4 orang (57.1%).

B. Data Khusus

Sebagian besar responden melaksanakan triage sesuai standar SOP Rumah Sakit Reksa waluya Mojokerto yaituse banyak 4 orang (57.1%).

Hasil penelitian di dapatkan bahwa sebagian besar perawat melaksanakan triage sesuai standar SOP Rumah Sakit Reksa waluya yaitu 4 responden (57.1%).

Triage merupakan pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat dan ringannya trauma atau penyakitnya serta kecepatan penanganan / pemindahan. Pengelompokan dapat dibedakan dari penyebab kejadian, kejadian massal (Multiple Patient)Adalah kejadian atau timbulnya kedaruratan yang mengakibatkan lebih dari satu korban yang dikelola oleh lebih dari satu penolong bukan akibat bencana, kejadian bencana (Mass Cassuality Disaster) Adalah kedaruratan yang memerlukan penerapan sistem penanggulangan gawat Darurat terpadu dan bencana (SPGT dan SPGDB). (SOP Rumah Sakit Reksa Waluya 2014). Jumlah dan kasus pasien yang datang ke unit gawat darurat tidak dapat di prediksikan karena kejadian kegawatan atau bencana dapat terjadi kapan saja, dimana saja serta menimpa siapa saja. Karena kondisinya yang tidak terjadwal dan bersifat mendadak serta tuntutan pelayanan yang cepat dan tepat maka diperlukan triage sebagai langkah awal penanganan pasien di unit gawat darurat dalam kondisi sehari-hari,

Triage juga diartikan sebagai suatu tindakan pengelompokkan penderita berdasarkan pada beratnya cidera yang diprioritaskan ada tidaknya pada gangguan

airway (A), breathing (B), dan circulation (C) dengan mempertimbangkan sarana, sumber daya manusia, dan probalitas hidup penderita (Kartikawati N, 2012). Prinsip

(5)

ketersediaan peralatan dan sumber daya dapat menentukan seting prioritas. Thomson dan Dains (1992).

Hasil dari penelitian perawat melaksanakan Triage sebanyak 4 responden (57.1%) sesuai dengan SOP Rumah Sakit Reksa Waluya yang meliputi prosedur dan pemberian label terhadap pasien sesuai tingkat kegawatannya. Hal ini dikarenakan perawat yang bekerja di UGD Rumah sakit Reksa Waluya itu sudah memahami triage karna pendidikan yang memadai dan pengalaman kerja yangcukup lama karna semakin lama orang bekerja maka akan bertambah pengetahuan dan keterampilannya, sehingga dapat melaksanakan Triage sesuaai SOP Rumah Sakit.

Triage dilakukan oleh perawat berpengalaman yang bertugas di ruang triage. Pasien segera dilakukan pertolongan cepat oleh perawat profesional yang berada di ruang triage.Tindakan triage yang cepat dan akurat membutuhkan perawat yang mempunyai pendidikan, pengalaman, dan klasifikasi yang baik(Kartikawati, 2012).

Akan tetapi dari hasil analisa tidak semua responden dapat melaksanakan triage sesuai SOP RS Reksa Waluyo, responden yang tidak melaksanakan triage sebanyak 3 responden (42.9%) hal ini dikarenakan responden tidak pernah melaksanakan Triage pemberian label warna yang meliputi warna Hijau dalam triage pada pasien yang datang dengan henti jantung, trauma kepala yang ktitis, radiasi yang tinggi. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh kurangnya pengalaman dan berfikiran jika pasien sudah kritis bukan tugas perawat yang harus menanganinya akan tetapi dokter yang harus menanganinya, oleh karena itu perawat tidak mengerti tentang pelabelan yang harus diberikan oleh perawat. Semua perawat diharapkan melaksanakan triage sesuai SOP Rumah Sakit terutama pada pemberian label atau warna karena itu merupakan proses awal dalam penentuan tingkat kegawat daruratan terhadap pasien, apabila perawat tidak bias melaksanakan triage sesuai tingkat kegawatannya maka tindakan keperawatan tidak akan terlaksana, dari proses menyeleksi, kemudian memberikan prioritas dan kemudian memberikan tindakan sesuai dengan kegawatannya.

Pengambilan keputusan adalah bagian yang penting dan integral pada medis dan praktik keperawatan. Penilaian klinis tentang pasien membutuhkan baik pemikiran dan intuisi, dan keduanya harus didasarkan pada professional, pengetahuan dan keterampilan. Banyak praktisi berpendapat bahwa pengambilan keputusan kritis adalah hanya sekitar akal sehat dan pemecahan masalah, dan sampai batas tertentu mereka sudah benar. Itu, bagaimanapun, lebih dari ini dan membutuhkan tingkat keterampilan tertentu (Cicilia, 2012).

SIMPULAN

Berdasarkan rumusan dan tujuan penelitian untuk mengetahui pelaksanaan triage di UGD Rumah Sakit Reksa Waluya kota Mojokerto, maka dapat disimpulkan sebagian besar responden melaksanakan triage sesuai dengan SOP Rumah Sakit Reksa Waluya Mojokerto adalah 4 Responden.

REKOMENDASI

1. Bagi Rumah sakit

Diharapkan pihak rumah sakit lebih memperhatikan pegawai/perawat yang bekerja di UGD Rumah Sakit Reksa Waluya

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

(6)

agar hasil yang diteliti dapat akurat serta dapat mengembangkan penelitian kearah yang lebih luas mungkin tentang kegawat daruratan pemahamantriage

di instansi Rumah Sakit.

3. Bagi Responden

Perawat yang melaksanakan Triage berdasarkan SOP Rumah Sakit diharapkan lebih meningkatkan pelaksanaan triage lebih baik dapat meningkatkan kembali pengetahuan dan ketangkasan dalam memilih pasien yang harus diprioritaskan pelaksanaanTriage.

Perawat yang tidak melaksanakanTriageberdasarkan SOP Rumah Sakit diharapkan dapat meningkatkan pelaksanaantriagedengan baik dan benar.

4. Bagi Institusi

Peneliti menyarankan agar meningkatkan kerja sama dengan instansi kesehatan mengenai pelaksanaantriage.

ALAMAT CORRESPONDESI

E-mail : iela_ajach@yahoo.com No. HP : 082143296655

Referensi

Dokumen terkait

Identifikasi variabel dominan Hubungan Penatalaksanaan Gawat Darurat dengan Waktu Tanggap Keperawatan Di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Permata Bunda 2014

Dengan dilakukannya penelitian ini juga akan diketahui karakteristik dari pasien gangguan jiwa yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Jiwa Daerah

Populasi penelitian adalah pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, sedangkan sampel penelitian sebanyak 69 sampel gangguan

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa Fasilitas pelayanan yang tersedia di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi Semarang sudah sepenuhnya sesuai

Program yang telah terancang dan terkomputerisasi dipergunakan untuk Pelayanan Pendaftaran Pasien Unit Gawat Darurat pada Rumah Sakit Daerah Banyuwangi yang akan

Berdasarkan hasil analisis univariat responden berdasarkan riwayat keluarga Di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari Tahun 2020 sebanyak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara emotional labor dengan burnout pada ibu yang bekerja sebagai perawat Instalasi Gawat Darurat IGD di Rumah Sakit Mitra Siaga

Perawat yang menangani pasien gawat darurat diantaranya adalah ICU intensif care unit, HCU high care unit, dan IGD instalasi gawat darurat, dikarenakan tuntutan pekerjaan yang lebih