• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR - Pengantar karya tugas akhir fotografi sebagai penunjang promosi seni liping jopajapu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR - Pengantar karya tugas akhir fotografi sebagai penunjang promosi seni liping jopajapu"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR

FOTOGRAFI SEBAGAI PENUNJANG PROMOSI

SENI LIPING JOPAJAPU

Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Seni Jurusan Desain Komunikasi Visual

Oleh:

MIFTAH M. PURNOMOADI C0705020

DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Pengantar Karya Tugas Akhir yang berjudul

FOTOGRAFI SEBAGAI PENUNJANG PROMOSI SENI

LIPING JOPAJAPU

”, ini beserta isinya dan seluruh karya desain yang penulis buat adalah benar-benar karya sendiri, dan penulis tidak melakukan penjiplakan baik seluruhnya maupun sebagian, dengan cara-cara yang tidak sesuai etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat akademik.

Atas pernyataan ini, penulis siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada penulis, apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap keaslian karya ini.

Surakarta, 31 Januari 2013 Penulis,

(5)

commit to user

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

(6)

commit to user

vi

HALAMAN MOTTO

You do not even inspire me,

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang luar biasa, serta semua tuntunan dan kekuatan yang selalu dianugerahkan-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan mata kuliah Tugas Akhir setelah melalui proses panjang demi tersusunnya pengantar karya Tugas Akhir ini.

Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Riyadi Santosa, M. Ed., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS.

2. Drs. M. Suharto, M.Sn, selaku Ketua Jurusan Desain Komunikasi Visual Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS.

3. Andreas S. W, S.Sn., M.Hum, selaku dosen sekaligus pembimbing I, terima kasih atas waktu, tenaga, pikiran, serta kesabarannya, yang telah diberikan dalam membimbing tugas akhir ini.

4. Rudy W. Herlambang, S.Sn., M.Sn, selaku dosen sekaligus Pembimbing II, terima kasih atas waktu, tenaga, dan pikiran serta kesabarannya, yang telah diberikan dalam membimbing tugas akhir ini.

5. Semua pihak dan jajaran yang berada di lingkungan kampus terima kasih untuk ide, kesabaran, bantuan dan dukungan moral sehingga tugas akhir ini dapat selesai.

(8)

commit to user

2. Seni Liping Sebuah Representasi dari Kearifan Lokal ... 7

(9)

commit to user

ix

1. Promosi ...…....………. 22

2. Merk ...……….……….………... 22

BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Data Objek/ Produk ...…….………...…. 24

(10)

commit to user

x

5. Paper Bag ... 58

6. Web Banner ... 59

7. Website ... 60

E. Prediksi Biaya ... 61

BAB V VISUALISASI KARYA……….…….……... 62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ………..……….. 71

DAFTAR PUSTAKA………..…... 73

(11)

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Visualisasi dan Pengaplikasian Karya

(12)

commit to user

xii

Fotografi Sebagai Penunjang Promosi

Seni Liping Jopajapu

Miftah M. Purnomoadi1

Andreas S.W, S.Sn, M.Hum2 dan Rudi W. Herlambang, S.Sn., M.Sn3

ABSTRAK

2013. Tugas Akhir ini berjudul Fotografi Sebagai Penunjang Promosi Seni Liping Jopjapu. Adapun masalah yang dikaji adalah bagaimana merancang promosi dengan komunikasi dan visualisasi yang baik agar dapat mendorong peningkatan brand awareness dan brand image Seni Liping Jopajapu serta mengedukasi tentang kearifan budaya lokal Indonesia. Karya dibuat dalam bentuk foto dengan unsur desain grafis maupun digital imaging, dirancang sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan komunikasi yang tepat sasaran. Visual karya foto yang akan dibuat yaitu menampilkan produk-produk Seni Liping Jopajapu dengan menonjolkan keunikan dan keunggulannya. Tema-tema yang diangkat disatukan dalam penggambaran semangat untuk menghargai dan menjunjung tinggi kearifan Budaya lokal sehingga mampu menyampaikan pesan secara efektif, persuasif, dan bermuatan artistik. Dengan disusunnya perancangan ini, diharapkan masyarakat menyadari akan keberadaan merk Seni Liping Jopajapu, serta menjadikan Seni Liping Jopajapu sebagai salah satu medium edukasi tentang kearifan budaya lokal sebagai penumbuh rasa cinta tanah air pada bangsa Indonesia.

(13)

commit to user

xiii

Photography as Supporting Promotion

Seni Liping Jopajapu

Miftah M. Purnomoadi3

Andreas S.W, S.Sn, M.Hum4 dan Rudi W. Herlambang, S.Sn., M.Sn3

ABSTRACT

2013. This final project entitled Photography as Supporting Promotion Seni Liping Jopajapu. The problem studied is how to design campaigns with good communication and visualization in order to encourage brand awareness and brand image of Seni Lipng Jopajapu, and educate about cultural wisdom Indonesia. The work was made in the form of photographs with elements of graphic design and digital imaging, is designed to produce targeted communications. Visual photographs are created which displays Seni Liping Jopajapu to highlight the uniqueness and superiority. The themes were raised together in the depiction of the spirit to respect and uphold the wisdom of local culture so as to convey the message effectively, persuasive, and artistic charged. With the formulation of this design, it is expected the public aware of the existence of brand Seni Liping Jopajapu, and make it as a medium of education on cultural wisdom as a grower sense of patriotism to the nation of Indonesia.

(14)

commit to user

1

Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Diilhami dari keprihatinan melihat generasi muda yang sudah mulai merasa asing atau aneh dengan tradisi atau kebiasaan sehari-hari masyarakat Indonesia, yang sejatinya telah membesarkan dan membentuk karakter pola pikir orang tua mereka. Sebuah cita-cita dari sekedar pemikiran sederhana yang akhirnya mampu memberikan kontribusi terhadap seni dan budaya daerah yang menjadikan citra diri bangsa indonesia sebagai bangsa timur yang plural dan berkepribadian. Kebiasaan itu terlahir sebagai tradisi yang merupakan “warisan“ dari para leluhur. Namun ironisnya sekarang ini justru banyak masyarakat yang tak kenal apalagi paham dengan budayanya sendiri, mereka cenderung mengarah ke hal yang baru dan akhirnya membentuk budaya sendiri dan bukan lagi budaya orisinal, melainkan trend ikut-ikutan dengan gaya westernisasi, dan bahkan banyak diminati oleh kaum muda saat ini. Untuk budayanya sendiri mereka malu, mereka menganggap itu kuno atau bermacam alasan yang intinya tidak tertarik.

(15)

commit to user

Seni Liping adalah suatu karya yang berbahan olahan kayu pinus, berupa miniatur patung yang bercerita tentang kehidupan keseharian masyarakat Jawa khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya. Seni Liping memiliki visi dan misi yang sangat bagus dalam upaya memberi nilai edukasi tentang kearifan budaya lokal kepada masyarakat, akan tetapi dalam perkembangannya sampai saat ini masih banyak masyarakat yang belum mengenal Seni Liping Jopa Japu. Hal tersebut disebabkan karena kesadaran akan merk Seni Liping Jopa Japu masih rendah, sehingga kesadaran masyarakat terhadap keberadaan produk Seni Liping masih kurang, dan hampir tidak ada. Maka diperlukan adanya promosi guna meningkatkan kesadaran masyarakat akan keberadaan Seni Liping Jopa Japu.

Berangkat dari permasalahan di atas dan demi memberi nilai edukasi mengenai kearifan budaya Indonesia dan Jawa khususnya kepada masyarakat, maka penulis bermaksud mengangkat sebuah perancangan promosi dalam tugas akhir dengan judul FOTOGRAFI SEBAGAI PENUNJANG PROMOSI SENI LIPING JOPAJAPU. Mengingat luasnya pemasalahan dalam lingkup promosi, maka penulis membatasi permasalahan pada promosi dengan atau melalui media fotografi.

Dalam perancangan ini penulis menggunakan fotografi sebagai media. Karena pada dasarnya fotografi bersifat merekam dan menampilkan kejadian yang sesungguhnya.

(16)

commit to user

Dalam hal ini penulis bermaksud merekam secara jujur keunggulan dan

keunikan yang dimiliki Seni Liping Jopa Japu dan menampilkannya dengan

komposisi yang tepat, sehingga pesan promosi yang disampaikan pun dapat diterima

dengan baik.

B. Rumusan Masalah

Berikut rumusan masalah dalam perancangan ini:

1. Bagaimana merancang promosi yang tepat guna meningkatkan brand awareness dan brand image dari Seni Liping Jopa Japu dengan fotografi sebagai penunjang?

2. Bagaimana memilih media dan placement yang tepat untuk promosi dan relevan dengan fotografi?

C. Tujuan

Berikut adalah tujuan dari perancangan ini:

1. Merancang promosi untuk meningkatkan brand awareness dan brand image dari Seni Liping Jopa Japu dengan fotografi sebagai penunjang.

2. Memilih media yang tepat untuk promosi dan relevan dengan fotografi.

D. Target Audience dan Target Market

(17)

commit to user

Segmentasi dari target audience adalah sebagai berikut :

1. Geografis : Solo

2. Demografis

A) jenis kelamin : laki-laki dan perempuan

B) agama : semua agama

C) usia : 25-40 tahun

D) sosial ekonomi : masyarakat s/d menengah ke atas E) tingkat pendidikan : s/d Sekolah Menengah Atas F) pekerjaan : segala profesi

Segmentasi dari target marget adalah sebagai berikut:

1. Geografis : Solo

2. Demografis

A) jenis kelamin : laki-laki dan perempuan

B) agama : semua agama.

C) usia : segala usia

(18)

commit to user

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang penulis gunakan antara lain: 1. Metode Observasi

Penulis secara langsung datang ke tempat pembuatan seni liping untuk mengamati, melihat lokasi serta situasi dan kondisi lapangan. Penulis melakukan observasi dalam menentukan pemilihan media dan penempatannya. 2. Metode Wawancara

Penulis melakukan wawancara mendalam atau in depth interviewing yang dilakukan secara formal dan nonformal kepada pemilik home industry Seni Liping.

3. Metode Studi Pustaka

(19)

commit to user perusahaan kerajinan Jopa-Japu. Seni Liping adalah suatu bentuk seni kerajinan yang berbahan olahan kayu pinus, berupa miniatur patung yang bercerita tentang kehidupan keseharian masyarakat Jawa khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya.

Menurut asal katanya Seni Liping berasal dari kosakata Bahasa Inggris yaitu living yang artinya kehidupan, mengadopsi dari kehidupan dan lidah orang jawa yang umumnya ndeso, udik, kampungan, bagaimana mereka mengucapkan kata living menjadi “liping”. Sama halnya ketika dulu bangsa Belanda datang ke tanah Jawa yang sebenarnya mereka menawarkan perdagangan dengan nama compacny yang kemudian bergeser pengucapannya menjadi “kompeni” dan diartikan sebagai penjajah.

(20)

commit to user

2. Seni Liping Sebuah Representasi dari Kearifan Lokal

Kearifan lokal atau local genius yaitu kepandaian orang-orang setempat dalam menerima pengaruh dari luar, untuk kemudian dimanipulasi menjadi hal-hal yang lebih baik, lebih berguna dan lebih serasi diterapkan di lingkungannya sendiri dan bagi dirinya sendiri.

Indonesia yang terbentang begitu luasnya dengan aneka ragam budaya, adat-istiadat serta kesenian dengan segala spesifikasinya yang disebut dengan “kearifan

lokal” adalah mutiara-mutiara terselubung yang sangat perlu diungkap kembali,

supaya kita tidak kehilangan jatidiri, milik kita yang sangat berharga untuk dimanfaatkan dan dikumandangkan ke seluruh mancanegara. (Made Sukarata, 1999)

Seni Liping adalah produk yang mampu memberi nilai edukasi tentang kearifan budaya Indonesia, khususnya Jawa. (Bejo Wage Suu)

B. Fotografi

1. Definisi Fotografi

Fotografi berasal dari istilah Yunani yaitu photos yang berarti cahaya dan graphein yang berarti menggambar. Istilah tersebut digunakan pertama kali oleh Sir John Herschel pada tahun 1839. Jadi arti kata fotografi adalah menggambar dengan cahaya. (Yekti Herlina, 2003)

2. Sejarah Fotografi

(21)

commit to user

Haitam pada abad ke-10 SM. Kemudian pada tahun 1558 ilmuwan Itali, Giambattista della Porta menciptakan camera obscura, yaitu sebuah kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar.

Pada awal abad ke-17 seorang ilmuwan berkebangsaan Itali bernama Angelo Sala menemukan, bila serbuk perak nitrat dikenai cahaya, warnanya akan berubah menjadi hitam. Thomas Wedgwood pada 1800, dan Humprhrey Davy melakukan percobaan lebih lanjut dengan chlorida perak namun bernasib sama, yaitu pelatnya dengan cepat berubah menjadi hitam walaupun sudah menangkap imaji melalui camera obscura.

Akhirnya pada tahun 1824 seorang seniman lythography perancis, Joseph-Nicephore Niepce setelah delapan jam meng-exposed pemandangan dari jendela kamarnya, melalui proses yang disebutnya heliogravure di atas plat logam yang diapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak kabur, berhasil pula mempertahankan gambar secara permanen. Kemudian ia mencoba menggunakan kamera obscura berlensa, proses yang disebut heliogravure pada tahun 1826 inilah yang akhirnya menjadi awal sejarah fotografi yang sebenarnya. Foto yang dihasilkan itu kini disimpan di University of Texas di Austin, AS.

(22)

commit to user

George Eastman, seorang fotografer, peneliti, sekaligus seorang pebisnis berhasil melahirkan kamera legendaris Kodak pada bulan Juni 1888. Namun sebelumnya, pada akhir tahun 1885 Eastman berhasil meluncurkan negatif kertas inovasi barunya yang disebut American Film, kemudian meluncurkan kertas bromida untuk cetak positifnya. Sejak saat itu dimulailah abad pembesaran foto versi Kodak yang besarnya hingga 76 x 63 cm. Kemudian pada Juni 1888 Eastman berhasil mewujudkan impiannya dengan meluncurkan kamera merek Kodak yang ringan, kompak, bahkan tanpa dilengkapi jendela bidik atau view finder. Pemotret cukup mengarahkan tanda “V” yang dicetak timbul ke arah sasaran, menarik sebuah tali untuk menyiapkan pembukaan shutter, menekan tombol, dan menggulung film. Setelah film yang memuat 100 exposure habis, kamera bisa dibawa ke pabrik Kodak untuk diproses dan diisi film baru. Sejak itu muncullah slogan You Press the button – we do the rest. Muncul pula ikon Gadis Kodak yang murah senyum.

(23)

commit to user

Pada 1972 ada pematenan kamera tanpa film yang disebut film-less electronic camera. Kamera tanpa film pertama yang diperdagangkan keluaran Sony yang dirilis pada 1981, Sony Mavica Electronic Still Camera. Gambar-gambar direkam ke dalam mini disc, dan melalui video reader yang terhubung dengan monitor televisi, maka hasil jepretan kamera tanpa film itu dapat dinikmati.

Akhirnya Kodak pun merilis DCS atau Digital Camera System profesional pertama, dan mengincar pasar para jurnalis foto, itulah kamera Nikon F-3 yang dilengkapi dengan 1.3 megapixel sensor. Pada 1990-an muncul pula kamera-kamera digital untuk pasar para konsumen yang bekerja dengan komputer rumah, dengan serial cable, yaitu Apple Quick-Take 100 (Februari 1994), Kodak DC40 (Maret 1995), Casio QV-11 dengan LCD monitor (akhir 1995), dan kamera Sony Cyber-Shot Digital Still (1996).

(Ray Bachtiar. Majalah Chip Foto-Video, edisi: Ritual Fotografi. 2008.)

3. Jenis-Jenis Fotografi

Dalam fotografer.net dijelaskan beberapa macam atau kategori fotografi sebagai berikut:

a. Fotografi abstrak: foto-foto objek yang mengutamakan keindahan komposisi, permainan bentuk dan warna, elemen-elemen grafis dan tekstur.

(24)

commit to user

c. Fotografi budaya: objek foto berupa tampilan budaya tradisional, kontemporer, dan modern, seperti tari-tarian, festival budaya tradisional dan tradisi lokal.

d. Fotografi olah digital: karya-karya yang merupakan hasil olah digital, kolase foto, dan teknik-teknik digital lain.

e. Fotografi fashion: foto-foto busana yang dirancang khusus dan dikenakan oleh model foto, bisa berupa foto di catwalk, studio atau lokasi khusus, dan berbeda dengan kategori model yang tidak menonjolkan unsur-unsur detil busana.

f. Fotografi interior: objek utama adalah interior ruangan, dan berbeda dengan kategori arsitektur yang lebih menonjolkan unsur eksterior. g. Fotografi jurnalistik: foto-foto yang dihasilkan oleh jurnalis foto dalam

melakukan tugasnya, dan non-jurnalis foto yang merekam peristiwa-peristiwa.

h. Fotografi komersial: foto-foto yang dibuat untuk kepentingan komersial. i. Fotografi landscape: foto-foto yang objeknya adalah pemandangan alam

yang unsur utamanya berupa unsur-unsur tak hidup seperti tanah, air, langit atau kombinasi ketiganya, dan berbeda dengan kategori nature yang menonjolkan objek-objek berupa makhluk hidup.

j. Fotografi lubang jarum: foto-foto yang dibuat dengan kamera lubang jarum alias pinhole camera.

(25)

commit to user

l. Fotografi human interest: foto-foto yang objek utamanya berupa manusia secara individual dan kelompok, yang utamanya ditujukan untuk menampilkan mood dari objek foto.

m. Fotografi model: foto-foto yang menampilkan modelfoto, tanpa penekanan pada unsur fashion.

n. Fotografi nature: segala fenomena alam, satwa liar hidup di habitat aslinya serta tumbuh- tumbuhan liar yang hidup di habitat alaminya. Kehadiran manusia atau segala bentuk hasil karya budaya manusia tidak boleh tampak dalam foto. Demikian pula, satwa yang sudah ditangkar, dikurung, diawetkan dan tumbuh-tumbuhan yang berupa tumbuhan hibrida, ditanam manusia dan diawetkan tidak termasuk dalam fotografi nature. Fenomena geologi dan foto serangga termasuk dalam kategori ini. Nilai penuturan sebuah cerita lebih ditekankan daripada sekedar nilai piktorial. Manipulasi foto hanya diperkenankan sebatas menusir kotoran dan tidak merubah foto aslinya. Manipulasi lebih daripada itu tidak diperkenankan dalam bentuk apapun.

o. Fotografi olahraga: foto-foto event olahraga.

p. Fotografi panggung: foto-foto pertunjukan di panggung, seperti konser musik, pentas showbiz, pertunjukan tari dan pentas teater.

(26)

commit to user

r. Fotografi satwa: foto-foto hewan yang masih hidup di habitat alaminya, atau yang hidup di habitat buatan manusia yang mirip dengan aslinya, seperti taman nasional dan taman safari.

s. Fotografi still life: foto-foto benda tidak bergerak yang diatur atau dibuat secara khusus untuk membentuk komposisi yang indah. Foto-foto karya seni, detil mesin, dan patung termasuk dalam kategori ini.

4. Konseptual Fotografi

Konsep adalah sesuatu yang sangat penting dalam menghasilkan foto, karena konsep merupakan jembatan atau media untuk menyampaikan bahasa gambar, di mana gambar merupakan sarana berkomunikasinya. Dan seorang pemotret selayaknyalah memikirkannya hingga komunikasinya sampai pada orang lain. Karena itu bila pemotret telah mempunyai konsep pemotretan maka cara apa pun yang dilakukannya pasti akan menjadikan suatu objek menjadi lebih baik dibandingkan dengan memotretnya tanpa konsep yang jelas. (Atok Sugiarto, Multiply.com, 14 Juni 2005)

(27)

commit to user

seni lainnya akan berhenti disitu saja. Kemudian setelah mampu mendapat perhatian orang maka karya foto harus mampu menimbulkan ketertarikan atau interest terhadap pesan yang akan disampaikan. Setelah orang tertarik pada karya foto yang dibuat, maka dari situ proses tetap berlangsung dengan timbulnya keinginan atau desire untuk mengetahui lebih jauh pesan yang disampaikan. Proses terakhir adalah dengan timbulnya tindakan atau action seperti yang diharapkan oleh fotografer sesuai pesan yang disampaikannya. Jika proses terakhir ini berhasil, maka berhasil pulalah penyampaian pesan mengenai pengalaman yang dimiliki fotografer kepada orang lain dengan adanya tindakan nyata yang dilakukan. Tindakan-tindakan itu bisa beraneka macam tergantung pesan apa yang disampaikan. Bisa menimbulkan perasaan tertentu, misalnya sedih, gembira, marah, takut, terharu, dan lain-lain, hingga tindakan yang nyata. Misalnya: membeli produk yang tercantum pada foto pada commercial

photography, memberikan bantuan kepada orang yang tertimpa musibah pada

photojournalism, human interest, menimbulkan rasa kagum bahkan cinta, dan lain

sebagainya. Melalui foto juga, orang bisa terpikat pada suatu objek berita, produk

olahraga, makanan, minuman, sampai hasil industri. Oleh karena itu lahirlah ungkapan foto mampu berbicara lebih dari seribu kata. (Yekti Herlina. 2003).

5. Fotografi Still life

(28)

commit to user

Meskipun yang menjadi objek pemotretan adalah benda-benda mati, memotretnya untuk menjadi sebuah foto yang baik dan mengandung seni tidaklah semudah yang kita bayangkan. Terlebih bila kita harus menjadikan benda mati tersebut menjadi "hidup" atau berisi.

Jelas bahwa membuat foto still life bukan sekadar menyalin atau memindahkan objek ke dalam film dengan cara seadanya. Karena bila seperti itu yang dilakukan, namanya adalah mendokumentasikan. Padahal yang diperlukan adalah suatu teknik pemotretan yang baik, apakah mengenai sudut pemotretan, pencahayaan atau hal-hal lain yang terkait dengan tujuan pencapaian hasil foto yang artistik dan mengandung seni. Karena itulah untuk menghasilkan sebuah foto still life yang baik perlu adanya teknik pemotretan yang baik pula.

Yang sangat berperan dalam hal ini adalah pencahayaannya, yaitu jatuhnya sinar terhadap objek yang kita potret. Umumnya pemotretan still life dilakukan dengan menggunakan cahaya artifisial atau cahaya buatan, lampu kilat misalnya. Mengatur jatuhnya sinar pada objek sedemikian rupa dengan cara memindah-mindahkannya atau menggeser, mengangkat, memutar objek sehingga ditemukan pencahayaan yang terbaik. Inilah salah satu kemudahan memotret benda mati di mana untuk menentukan arah pencahayaan yang tepat pada objek, pemotret hanya melakukannya dengan cara menggeser, mengangkat atau memutarnya.

(29)

commit to user

sesuai teori dasar penyinaran yang benar serta sesuai keinginan untuk mencapai hasil seperti yang diharapkan pemotret.

Tambahan latar belakang atau sesuatu aksesori lain jika dikehendaki memang akan lebih membantu menjadikan sebuah benda biasa menjadi lebih menarik.

Semua peralatan kamera maupun lensa, selama itu masih berfungsi dengan baik, dapat digunakan untuk memotret alam benda mati atau still life. Dimulai dari kamera jenis SLR sampai jenis kamera view. Demikian juga dengan pencahayaannya. Bila tidak memiliki lampu kilat secara khusus, seperti kebiasaan orang memotret still life yang selalu menggunakan cahaya lampu kilat studio yang baik, menggunakan lampu kilat biasa bahkan dengan cahaya alam matahari dapat juga dilakukan. Misalnya dengan menunggu matahari muncul dari balik jendela rumah. Memang memotret still life dapat dilakukan dengan penyinaran apa pun. Sehingga bisa dikatakan bahwa jenis pemotretan ini merupakan suatu cabang fotografi yang simpel dan mengasyikkan.

(30)

commit to user 6. Lighting

Pencahayaan still life atau produk kecil terlihat cukup sulit, kecuali anda memiliki cukup pengalaman untuk mengatasi tantangan yang muncul. Pada awalnya, fotografi produk still life diperlukan banyak kesabaran. Memiliki kesabaran untuk mendapatkan hasil bidikan yang sempurna dengan sudut dan pencahayaan yang sempurna adalah hal yang paling sulit. Maka Anda harus mencintai proses, bukan hanya hasil akhir.

Dalam fotografi still life atau produk kecil menggunakan softbox besar atau payung membantu untuk mencapai kualitas cahaya yang diperlukan, membantu menciptakan kontras yang bagus pada objek itu sendiri. Dan untuk mendapatkan transisi halus serta menghilangkan debu atau ketidaksempurnaan pada produk, pascaproduksi adalah kuncinya.

Dalam fotografi produk, menciptakan efek pencahayaan halus tanpa terlalu banyak melakukan penyinaran adalah sebuah kebutuhan. Menjaga warna produk "tetap asli" dalam gambar adalah penting.

Pencahayaan adalah satu hal penting dalam membuat gambar. Lighting dapat menambah komposisi dengan menciptakan pemisahan antara benda satu dengan benda lain dan dengan menguatkan karakter lingkungan di sekitar objek. Cahaya menetapkan suasana hati dan menuntun mata pemirsa kepada pesan visual yang disampaikan.

(31)

commit to user

reflektif memerlukan perlakuan khusus, misalnya dengan menggunakan reflektor. Dengan kamera digital yang ditambatkan ke komputer, Anda dapat mengubah pencahayaan dan komposisi pada monitor. (Lou Jacobs Jr, 2010)

7. Komposisi Fotografi

Komposisi menjadi satu kunci bagus-tidaknya hasil foto. Memang komposisi adalah masalah selera pribadi, tidak ada yang salah dan benar dalam komposisi selama punya keyakinan bahwa foto yang diambil penuh dengan pemikiran dan eksplorasi. Komposisi adalah cemin konsep tentang cara menempatkan objek dalam bingkai foto. (Jimmy W. Bharata. 2006)

8. Kamera Digital

Proses perekaman gambar pada kamera digital dimulai dengan cahaya mengenai subjek, kemudian cahaya tadi dipantulkan ke kamera, kemudian diteruskan untuk mengenai sensor gambar kamera digital selama rana terbuka. Saat dimana cahaya mengenai sensor gambar disebut pencahayaan atau exposure. Pencahayaan adalah proses penerimaan dan perekaman gambar oleh sensor dan sistem kerja kamera digital. (Makarios Soekojo. Fotografi Digital Artisitik. 2008). Berikut beberapa elemen penting dalam membuat foto dengan kamera digital:

a. Diafragma dan rana

(32)

commit to user

dan akan mengenai sensor harus diatur kecerahannya dengan diafragma dan rana kamera.

Diafragma atau apperture berfungsi mengendalikan kecerahan cahaya yang masuk ke kamera. Bukaan diafragma diatur oleh cakra diafragma atau apperture dial pada f2,8, f4, f5,6, f8, f11, f16 dan seterusnya. Jika mengatur diafragma pada angka f2,8, diafragma lensa akan bekerja dengan bukaan besar. Bukaan f4 lebih kecil dari bukaan f2,8 dan seterusnya, hingga f16 atau f22 yang merupakan bukaan terkecil. Dengan mengatur bukan diafragma besar atau kecil, kita bisa mengatur banyaknya cahaya yang akan mengenai sensor gambar kamera digital.

(33)

commit to user

mau tidak mau kita harus menggunakan kecepatan rana rendah, agar cahaya yang lemah tadi mampu direkam menjadi gambar yang memuaskan. (Makarios Soekojo. 2008).

b. Mettering atau Pola Pengukuran Cahaya

Untuk mendapatkan hasil rekaman yang optimal, kita membutuhkan informasi kecerahan subjek secara akurat. Maka pada kamera disediakan beberapa pola pengukuran sebagai berikut:

1. Pola pengukuran multi segmen atay multi-pattern, pengukur cahaya membaca kecerahan menurut beberapa segmen pandangan, kemudian dievaluasi prosesor kamera untuk mendapatkan nilai pencahayaan akhir.

2. Pola pengukuran rata-rata atau average reading. Pengukur cahaya membaca secara rata-rata seluruh kecerahan pandangan.

3. Pola pengukuran spot atau spot meterring, hanya mengukur area sangat kecil di tengah gambar (seluas 2-5% dari keseluruhan pandangan).

c. ISO (Kepekaan atau Sensitivitas)

(34)

commit to user

dan berbutir. Makin tinggi ISO yang digunakan, kualitas rekamannya juga akan menurun secara drastis, tetapi dengan kemampuan proses gambar yang lebih canggih pada kamera digital, kualitas gambar pada iso tinggi sudah jauh lebih halus dan lebih tajam. (Makarios Soekojo. 2008).

d. White Balance atau Keseimbangan Cahaya

(35)

commit to user

C. Promosi

1. Promosi

Promosi berasal dari kata promvere (latin) atau promotion (inggris), adalah salah satu dari bauran pemasaran atau marketing mix yang berfungsi merangsang penjualan, berbentuk komunikasi yang informatif dan sekaligus persuasif.

Promosi adalah suatu program terkendali dan terpadu dari metode komunikasi material perusahaan atau produk yang dapat memuaskan konsumen, mendorong penjualan serta memberi kontribusi pada kinerja laba perusahaan. (www.e-iman.uni.cc. 14 Desember 2009)

Istilah “promosi” umum digunakan dalam mendeskripsikan komunikasi

dengan pelanggan maupun calon pelanggan, namun terminologi “komunikasi pemasaran atau marketing communication” sekarang ini lebih disukai oleh para praktisi dan akademisi pemasaran. (Terence A. Shimp, 2000)

Komunikasi pemasaran adalah aspek penting dalam keseluruhan misi pemasaran serta penentu suksesnya pemasaran. Komunikasi pemasaran merepresentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merk, yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada pelanggan atau kliennya. (Terence A. Shimp, 2000)

2. Merk

(36)

commit to user

Merk dalam perspektif konsumen terdiri atas dua bentuk pengetahuan tentang merk, yaitu kesadaran merk atau brand awareness dan citra merk atau brand image.

Kesadaran merk atau brand awareness merupakan kemampuan sebuah merk untuk muncul dalam benak konsumen ketika sedang memikirkan kategori produk tertentu dan seberapa mudahnya nama tersebut dapat dimunculkan. Berdasarkan cara pandang konsumen, sebuah merk tidak memiliki ekuitas hingga konsumen menyadari keberadaan merk tersebut. Mencapai kesadaran akan merk adalah tantangan utama bagi merk baru. Mempertahankan tingkat kesadaran akan merk yang tinggi adalah tugas yang harus dihadapi oleh semua merk.

(37)

commit to user

Bab III

Identifikasi Data

A. Identifikasi Data Objek/ Produk

Nama Produk: : Seni Liping Nama Perusahaan : Jopajapu

Alamat : Jl. Kencur RT 01 RW 16, Tunggulsari, Laweyan, Solo.

Telepon : 0815 4876 0537

Website : www.jopajapu.com

Jenis Usaha: : Kerajinan kriya yang bermuatan seni

Owner: : Bejo Wage Suu

Berdiri : 1 Oktober 2002

1. Sejarah Seni Liping

Jopajapu mulai berdiri tanggal 1 Oktober 2002, diilhami dari keprihatinan melihat generasi muda yang mulai merasa aneh dengan tradisi atau kebiasaan sehari-hari masyarakat Indonesia, Jawa khususnya, yang sejatinya telah membesarkan dan membentuk pola pikir orang tua mereka. Oleh sebab itu, Jopajapu ingin melestarikan bentuk-bentuk tradisi adhiluhung masyarakat Jawa tersebut dalam sebuah miniatur.

Memulai usaha dari jalanan, sampai tahun 2004 bertemu dengan Bapak Didik Jati Utomo dari Dinas Perindustrian Surakarta. Atas ajakan beliau Jopajapu mulai diajak mengenal dunia pameran. Dari sinilah awal terbentuknya jati diri

(38)

commit to user

Jopajapu dan memperkenalkan Seni Lipng sebagai konsep karya dari Jopajapu itu sendiri.

2. Visi dan Misi

a. Visi

Melestarikan Budaya daerah khususnya Budaya Jawa kepada generasi muda yang saat ini cenderung melupakan Budayanya sendiri.

b. Misi

Menjadikan Seni Liping sebagai media untuk medekatkan Budaya adhiluhung kepada generasi muda agar dapat memahami dan mengenal kembali Budayanya sendiri supaya bangsa ini tidak kehilangan citra dirinya.

3. Struktur Organisasi

Pemilik, Pencipta

Bejo Wage Suu

Tim Kreatif

Yono Bahen Sobirin

Tim Kreatif Tim Kreatif

4. Produk

(39)

commit to user

tanah Jawa yang sebenarnya mereka menawarkan perdagangan dengan nama Compacny yang kemudian bergeser pengucapannya menjadi kompeni dan diartikan sebagai penjajah. Seni Liping adalah adalah suatu karya yang berbahan olahan kayu pinus berupa miniatur patung yang bercerita tentang kehidupan keseharian masyarakat Jawa khususnya dan Indonesia umumnya.

Adapun jenis atau tipe-tipe produk dari Seni Liping antara lain tipe Biasa, Khusus, dan Fine Art.

a. Tipe Biasa

Tipe ini desainnya dibuat massal dan biasanya disetorkan ke toko-toko. Ciri dari tipe Biasa ini antara lain:

1). Desainnya tidak terlalu detail.

2). Harganya cukup terjangkau antara Rp 25.000,00 hingga Rp 50.000,00. 3). Tema ceritanya bertemakan kegiatan-kegiatan tradisional yang masih

dapat dijumpai atau belum terlalu langka. b. Tipe Khusus

Tipe ini biasanya hanya dijual ketika berpameran, tidak dijual massal dan pembeli atau konsumennya biasanya adalah para kolektor.

Ciri produk:

1). Desain lebih detail.

2). Harga lebih mahal, yaitu di atas Rp100.000, 00.

3). Tema ceritanya tentang kegiatan-kegiatan yang cukup langka dijumpai. Misalnya, orang menumbuk padi.

(40)

commit to user

kerajaan jaman dulu. Satu set-nya dihargai antara Rp 1.500.000,00 hingga Rp 2.500.000,00 bahkan lebih.

c. Fine Art

Tipe yang satu ini layaknya seni murni. Karya yang dibuat berdasarkan subjektifitas sang pembuat. Pun penentuan harga jualnya menyesuaikan keinginan sang pembuat.

5. Proses Produksi

Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam proses produksi Seni Liping:

a. Memilih kayu pinus yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan untuk pembuatan Seni liping.

b. Membuat pola badan, tangan, dan kaki menggunakan gergaji triplek. c. Dari ketiga pola bagian tubuh tersebut kemudian dibentuk detailnya

masing-masing, sesuai dengan proporsi tubuh manusia.

d. Kemudian menggabungkan bagian-bagian tubuh tersebut menggunakan lem khusus sehingga terbentuk miniatur manusia yang utuh dan proporsional.

e. Mengecat bagian-bagian tertentu, seperti rambut, dan pakaian. Untuk model celana biasanya hanya dengan membalut bagian kaki menggunakan lakban hitam.

f. Memberi bermacam aksesoris atau properti yang diperlukan, seperti kain batik, dan lain-lain.

(41)

commit to user

h. Yang terakhir adalah finishing, yaitu pemberian label Jopajapu dan label hak cipta.

6. Pameran yang Pernah Diikuti

Eksistensi Seni Liping lebih banyak dikenal di dunia pameran. Berikut adalah pameran-pameran yang pernah diikuti Seni Liping:

a. Festival Kesenian Yogyakarta. Merupakan agenda pameran tetap setiap tahun sejak tahun 2005, dan sekaligus pernah menjadi ikon untuk festival ini.

b. Pameran Produk Ekspor di Jakarta.

c. SMESCO, pameran produk usaha kecil menengah (UKM) di Jakarta. d. Peserta INAcraft di Jakarta.

e. Peserta Asia Africa Art and Culture di Bali. f. SIEM 2007 dan 2008.

7. Hambatan yang Dialami

(42)

commit to user

B. Kompetitor

1. Recycle Art of Wayang Koran

Adalah sebuah produk kerajinan berupa figur atau boneka tokoh wayang yang terbuat dari koran bekas. Produk Wayang Koran ini diciptakan oleh seorang perajin bernama Burhan Gatot. Latar belakang diciptakannya produk ini adalah kurangnya minat remaja masa kini terhadap kesenian wayang. Burhan khawatir jika hal tersebut terus dibiarkan seni wayang akan semakin punah, tenggelam di tengah maraknya kemunculan tokoh-tokoh superhero rekaan.

Karya seni ini dijual seharga berkisar Rp 25.000,00 hingga Rp 200.000,00. Peminatnya pun tak cuma dari wilayah setempat, tapi juga dari luar Pulau Jawa dan Bali.

a. Jenis Produk

1). Wayang koran dengan tokoh figur Arjuna yang sedang memanah. 2). Wayang koran dengan tokoh Gathot Kaca.

3). Wayang koran dengan lakon Petruk Dadi Ratu yang menceritakan keangkuhan dan kesombongan manusia ketika mendapatkan kekuasaan dan kekayaan yang tidak diimbangi dengan pengendalian diri dan kearifan sosial. Sangat cocok untuk pajangan sekaligus menjadi media pembelajaran tentang budaya bangsa.

b. Proses Produksi

1). Koran bekas digunting sesuai ukuran. 2). Koran tersebut dipilin dengan alat khusus.

(43)

commit to user

4). Kemudian diberi pernik-pernik sesuai kebutuhan dan karakter produk, seperti topi, rambut, keris.

5). Setelah itu barulah diberi ekspresi pada wajah dengan spidol atau pewarna pada bagian tertentu.

c. Promosi yang Telah Dilakukan

1). Stand Market di Pasar Ngarsopuro Solo.

2). Online Marketing. Pemasaran produk melalui internet. d. Keunggulan Wayang Koran

1). Produk kerajinan yang unik, dengan teknik pembuatan yang memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi sehingga sangat mudah diapresiasi.

2). Mengangkat tema tentang cerita wayang, sehingga mampu menjadikan produk sebagai media melestarikan kesenian wayang. e. Kelemahan Wayang Koran

1). Kurang promosi, sehingga penjualan produk ini agak tersendat. 2). Bahan baku yang terbuat dari koran bekas ini kadang menimbulkan

persepsi yang negatif dari masyarakat, agak tidak layak bila dijual dengan harga tinggi.

2. Lugoet Bamboo Art

(44)

commit to user

bekas pembangunan rumah yang ternyata hanya dibuang atau dijadikan kayu bakar. Dengan sentuhan seni, sisa-sisa bambu itupun mulai dirakit menjadi berbagai macam miniatur.

Sejak dirintis setahun lalu, saat ini kerajinan tersebut terus diminati banyak kalangan. Tak hanya dari wilayah Solo dan sekitarnya, pesanan pun datang dari berbagai kota di Indonesia.

a. Jenis Produk

1). miniatur kendaraan. 2). miniatur kereta api. 3). miniatur sepeda motor.

4). miniatur kehidupan atau autodrama: suasana warung angkringan, suasana gotong-royong, suasana pos ronda, dan berbagai macam bentuk autodrama bersetting masa lampau.

b. Proses Produksi

Berikut adalah proses pembuatan Lugoet Bamboo Art:

1). Bambu dibersihkan dan dipotong sesuai bentuk dan ukuran yang diinginkan.

2). Potongan-potongan bambu kemudian dirangkai menjadi miniatur dengan menggunakan lem.

(45)

commit to user c. Promosi yang Telah Dilakukan

Adapun promosi maupun usaha yang telah dilakukan dalam meningkatkan penjualan produk Lugoet Bamboo Art hanya sebatas membuka stand market di Pasar Ngarsopuro Solo.

d. Keunggulan Lugoet Bamboo Art

Lugoet Bamboo Art mrupakan produk kerajinan yang unik, dengan teknik pembuatan yang memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi sehingga sangat mudah diapresiasi.

e. Kelemahan Lugoet Bamboo Art

Kelemahan dari produk dari ini adalah masih kurang promosi.

C. Analisis SWOT

(46)

commit to user TABEL ANALISIS SWOT

No SWOT Seni Liping

1. Strength (kekuatan) - Mengangkat tema tentang budaya-budaya adhiluhung Indonesia, sehingga memiliki daya tarik tersendiri.

- Merupakan suatu produk yang unik, produk ini memiliki kesempatan untuk menjadi produk yang eksklusif sehingga dapat menciptakan harga penjualan yang tinggi.

- Memiliki kekhasan yang tidak mudah untuk diplagiat.

2. Weakness (kelemahan) - Kurang promosi sehingga banyak orang yang belum tahu tentang Seni Liping. 3. Opportunity

(kesempatan)

- Sering diselenggarakan pameran seni maupun kerajinan.

4. Treat (ancaman) - Munculnya produk pesaing yang sama-sama memiliki citra eksklusif.

(47)

commit to user

D. Positioning

Positioning adalah bagaimana suatu produk memposisikan dirinya dalam membentuk image, persepsi, atau citra kepada target audience. Sebagai sebuah produk, adapun image, persepsi, atau citra yang ingin dibentuk Seni Liping Jopa Japu di mata para calon konsumen adalah sebagai Produk seni dalam bentuk miniatur yang mampu memberi nilai edukasi tentang kearifan Budaya lokal.

E. Unique, Selling, Prepositioning (USP)

USP adalah suatu pendekatan yang berorientasi pada keunggulan produk yang tidak dimiliki oleh produk saingan. Bisa juga dikatakan sabagai suatu hal yang dijadikan alasan konsumen untuk menggunakan suatu produk.

Berikut beberapa keunggulan Seni Liping yang tidak dimiliki produk saingan:

1. Sebuah karya kerajinan tangan yang memiliki kesulitan tersendiri dalam proses pembuatannya, terlihat dari karakter fisiknya yang tampak lebih detil. 2. Suatu produk yang ekslusif, mampu merepresentasikan kearifan budaya

(48)

commit to user

35

Bab IV

Konsep Pemikiran Desain

A. Metode Perancangan

Metode merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan yang tersusun secara teratur. Dalam perancangan diperlukan suatu metode agar setiap rencana yang dilakukan lebih terarah dan berhasil. Metode sangat penting peranannya dalam memulai suatu rencana atau kegiatan. Begitu pula dalam masalah mempromosikan suatu produk agar tepat sasaran dan lebih terarah tujuan dan manfaatnya.

Metode yang dilakukan penulis dalam perancangan ini adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data dan pengolahan data yang merupakan pedoman untuk merumuskan tema sentral, tujuan perancangan, serta menghasilkan ketetapan-ketetapan.

2. Penyusunan konsep perancangan yang terdapat dua aspek yang saling berkaitan, yaitu perancangan kreatif dan pemilihan media.

(49)

commit to user

B. Konsep Kreatif

1. Tujuan Perancangan

Meningkatkan ekuitas merk Seni Liping Jopa Japu sebagai produk seni berupa miniatur, sehingga konsumen dapat mengenal dan memiliki kesadaran akan adanya merk Seni Liping. Serta mengkomunikasikan dan menanamkan citra merk Seni Liping Jopa Japu di dalam benak konsumen sebagai produk yang mampu memberi nilai edukasi tentang kearifan Budaya lokal.

2. Strategi Konsep

Hasil akhir dari konsep karya yang dibuat bukan merupakan hasil karya fotografi murni. Karya dibuat dalam bentuk foto dengan unsur desain grafis maupun digital imaging, dirancang sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan komunikasi yang tepat sasaran.

Visual karya foto yang akan dibuat yaitu menampilkan produk-produk Seni Liping Jopa Japu dengan menonjolkan keunikan dan keunggulannya. Tema-tema yang diangkat disatukan dalam penggambaran semangat untuk menghargai dan menjunjung tinggi kearifan Budaya lokal sehingga mampu menyampaikan pesan secara efektif, persuasif, dan bermuatan artistik.

3. Gaya Desain

(50)

commit to user

sehingga dapat diterima target audience. Sebagai pendukung karya desain digunakan imaging digital dan komposisi desain lain untuk mendukung tema.

C. Standar Visual

1. Standar Visual secara Umum

Dalam penentuan strategi kreatif yang tepat perlu adanya data dan pemahaman terlebih dahulu mengenai target audience, kondisi pasar, pesaing, dan keunggulan produk. Target audience dan market positioning Seni Liping mencangkup kelas ekonomi menengah ke atas. Dari pemahaman-pemahaman

tersebut dapat ditentukan strategi kreatif sebagai berikut:

a. Merancang visual promosi dalam hal ini fotografi yang menarik perhatian terutama kepada target audience, yaitu wisatawan, pecinta seni, kolektor, serta mereka yang menghargai nilai Budaya, dan menyukai keunikan.

b. Mengkomunikasikan visual identity kepada target audience dengan memvisualisasikan media komunikasi visual yang efisien, efektif, komunikatif, dan menarik untuk mempromosikan dan meningkatkan ekuitas merk Seni Liping Jopa Japu.

c. Penyampaian naskah iklan atau copywriting bersifat luwes, modern, dan persuasif untuk menarik target audience.

(51)

commit to user

merk dari Seni Liping Jopa Japu akan meningkat, tentu saja kesadaran masyarakat akan merk Seni Liping meningkat pula.

2. Standar Fotografi

Standar visual perancangan ini menciptakan ciri khas desain melalui media fotografi. Agar tercapai desain yang baik diperlukan pengolahan komposisi dalam pembuatan fotografinya. Teknik-teknik tersebut antara lain :

a. Teknik Penggunaan Lensa

Pada fotografi produk Seni Liping Jopa Japu ini, hampir semua lensa yang ada bisa digunakan, mulai dari lensa fix, tele, wide, sampai fish eye. Penggunaan lensa disesuaikan dengan konsep yang ingin dihasilkan. Dari beberapa jenis lensa di atas, penulis menggunakan tiga jenis lensa, yaitu lensa normal, tele, wide dan lensa makro.

1). Lensa Normal atau Normal Lens

Pengambilan gambar dengan menggunakan lensa normal, sudut pandang normal seperti sudut pandang manusia, tidak ada distorsi perspektif pada gambar. Kategori lensa normal ukuran 50 mm f /3,5 ; 55 mm f /3,5 (format kamera 35 mm).

2). Lensa Tele atau Tele Lens

Pengambilan gambar dengan menggunakan lensa tele mempunyai efek gambar lebih sempit, gambar tampak datar, tidak ada distorsi perspektif pada gambar. Kategori lensa tele antara lain 85 mm f /3,5 ; 100 mm f /3,5 format kamera 35 mm.

(52)

commit to user

Pengambilan gambar dengan menggunakan lensa sudut lebar yang berefek lebih luas, ruang ketajaman luas, mempunyai efek tiga dimensi, serta distorsi atau perubahan bentuk perspektif pada gambar. Lensa kategori wide angle mempunyai ukuran antara lain 28 mm f /3,5 ; 35 mm f /3,5 (format kamera 35 mm).

4). Lensa Makro

Lensa ini sangat baik digunakan untuk merekam benda-benda kecil. Panjang fokal lensa makro antara 55-105 mm, tetapi didalam lensa makro berbeda dengan lensa biasanya, ditambah beberapa jenis lensa sehingga bisa merekam gambar dari jarak dekat sekali, dan perbandingan antara subyek dengan yang ditangkap oleh lensa bisa mencapai1:1.

b. Teknik Pengambilan Gambar 1) Close Up

Close up merupakan pengambilan gambar pandang dekat, yaitu bidikan kamera yang diarahkan pada bagian objek yang terbatas. Gambar yang dihasilkan akan nampak besar, sehingga detail objek nampak.

2) Dept of Field

Pengambilan gambar dengan membuka diafragma besar atau menggunakan lensa tele, sehingga ruang ketajaman antara depan objek dan belakang objek sangat sempit dan mempunyai kesan kabur sedangkan obyek terlihat lebih tajam.

3) Low Angle Shoot

(53)

commit to user 4) Eye Level View

Teknik pengambilan gambar menggunakan sudut pandang sejajar. Dipakai sebagai upaya mendapat variasi komposisi.

5) Back Angle

Sudut yang diambil dari belakang objek. Ada yang menampilkan bagian depan objek, ada pula yang hanya menampilkan bagian belakangnya. c. Teknik Pencahayaan

Teknik pencahayaan yang akan digunakan oleh penulis adalah menggunakan available light atau ambient light, seperti cahaya matahari, cahaya lampu kamar, cahaya lampu di jalan, dan sebagainya untuk menghasilkan karya. Tidak juga menutup kemungkinan untuk menggunakan artificial light untuk menghasilkan pencahayaan yang lebih baik.

d. Setting

Eksekusi fotografi akan dilakukan dengan setting indoor maupun outdoor, menyesuaikan objek yang difoto dan tema yang akan diangkat. e. Kamera

Menggunakan kamera digital single lens reflect. Kamera digital dengan resolusi gambar sebesar 7 megapixel, mampu menghasilkan gambar yang sesuai dengan kebutuhan visual. Kamera ini dipilih dengan pertimbangan mampu menghasilkan gambar yang bagus dan mudah dalam pengaturan pengambilan gambar tanpa harus takut gagal akan hasilnya.

f. Skema Pemotretan

(54)

commit to user 1). Skema Pemotretan Angon Bebek

1 2

3

4

2). Skema Pemotretan Bakul Gethuk

1 2

3

(55)

commit to user 3). Skema Pemotretan Batik Tulis

1 2 3

4

4

neon 25watt

neon 25watt

4). Skema Pemotretan Kerokan

1 2

3 4

(56)

commit to user 5). Skema Pemotretan Masah

1 2

4

5

6). Skema Pemotretan Masak

1 2

3 4

(57)

commit to user 7). Skema Pemotretan Menumbuk Padi

1 2

4

3

8). Skema Pemotretan Mikul

1 2

4

(58)

commit to user 9). Skema Pemotretan Negor Wit

1 2

4

3

10) Skema Pemotretan Ngangsu

1 2

4

(59)

commit to user 11) Skema Pemotretan Ngecap Batik

1 2

4

3

12). Skema Pemotretan Nggendhong Pari

1 2

4

(60)

commit to user 13). Skema Pemotretan Ngonthel

1 2

4

3

14). Skema Pemotretan Nyapu Latar

1 2

4

(61)

commit to user

15). Skema Pemotretan Payung Godhong Gedhang

1 2

4

3

hujan buatan

foreground

foreground

Keterangan: 1. Kamera. 2. Objek foto. 3. Background.

4. Cahaya matahari / lampu neon 25 watt. 5. Standar reflektor.

3. Strategi Visual Verbal dan Non Verbal

a. Isi Pesan.

(62)

commit to user 1) Pesan Verbal.

a. Headline.

Berfungsi sebagai pemberi informasi pesan dan juga sebagai elemen grafis pengikat untuk memperkuat slogan. Headline yang dipakai merupakan penjelasan tentang objek foto. Sehingga audience mampu dengan mudah menerima pesan karya foto itu sendiri. Headline yang digunakan adalah: SENI LIPING JOPA JAPU. b. Subheadline.

Berfungsi sebagai penjelas dari Headline. Subheadline yang digunakan adalah: The Real Indonesian Life Style.

c. Teks

Berupa informasi lengkap guna menjelaskan pesan yang disampaikan. Teks yang digunakan: Kesejatian masyarakat Indonesia yang arif dan adiluhung.

2) Pesan Non Verbal. a. Ilustrasi

Ilustrasi dalam karya fotografi ini dibuat untuk mendukung visual yang sesuai dengan tema. Ilustrasi berupa objek foto Seni Liping Jopa Japu itu sendiri, dengan menampilkan keunikan dan keunggulannya.

b. Tipografi

(63)

commit to user

sebagai alat tulis baca dalam dunia desain komunikasi visual, pemilihan huruf yang tepat dapat mendukung pesan yang ingin disampaikan agar lebih berarti. Tipografi yang baik haruslah mengarah pada keterbacaan dan kemenarikan serta desain huruf tertentu dapat menciptakan gaya atau style dan karakter atau menjadi karakteristik subjek yang diiklankan. (Frank Jefkins, 1996: 248)

Pemilihan tipografi yang digunakan dalam karya fotografi desain ini menggunakan antara lain:

1) Freestyle Script

Aa Bb Cc Dd Ee Ff Gg Hh Ii Jj Kk Ll Mm Nn Oo Pp Qq Rr Ss Tt Uu

Vv Ww Xx Yy Zz

1 2 3 4 5 6 7 8 9 0

Penggunaan jenis huruf Freestyle Script sebagai tagline, karena sifat huruf yang natural menampilkan karakter luwes, simpel, tapi tidak murahan.

2) Calibri

Aa Bb Cc Dd Ee Ff Gg Hh Ii Jj Kk Ll Mm Nn Oo Pp Qq Rr Ss Tt Uu

Vv Ww Xx Yy Zz

1 2 3 4 5 6 7 8 9 0

(64)

commit to user b. Warna

Warna adalah pelengkap dari suatu bentuk serta merupakan salah satu unsur dalam menambah daya tarik visual. Warna merupakan unsur yang penting karena warna merupakan bahasa komunikasi tersendiri yang disampaikan melalui penglihatan. Permainan warna dapat menentukan menarik atau tidaknya suatu iklan, apalagi bila permainan atau penggunaan warna dalam suatu iklan dapat menimbulkan kesan unik dan enak dipandang, karena setiap individu memiliki reaksi yang berbeda terhadap warna. Untuk itu warna dalam perancangan ini dibuat dengan pertimbangan sebagai berikut:

1) Warna harus mampu menjadi daya tarik utama dalam satu

Fungsi warna sangat mempengaruhi faktor psikologis tertentu terhadap audience. Selain itu juga membangkitkan simbolisasi suasana dari tema yang diangkat.

Pemilihan komposisi warna didasarkan pada :

1) Menjadi daya tarik tersendiri dalam karya desain tersebut. 2) Menampilkan karakteristik visual sesuai tema.

(65)

commit to user

Warna yang akan dipakai cenderung menggunakan warna merah, emas, dan hitam untuk menampilkan karakter elegan.

C: 0 M: 100 Y: 100 K: 0

C: 0 M: 0 Y: 60 K: 0

C: 0 M: 0 Y: 0 K: 100

C: 50 M: 90 Y: 98 K: 8

c. Layout

(66)

commit to user Layout style prestigious:

bidang kosong objek

D. Pemilihan Media dan Media Placement

Pemilihan media yang akan dipakai berdasarkan pada faktor-faktor sebagai berikut :

1. Identifikasi media yang paling tepat agar mencapai target audience. 2. Efektifitas dari media terpilih.

3. Faktor biaya.

(67)

commit to user

Media yang dipilih adalah poster, booklet, flyer, kartu pos, paper bag. web banner ,website.

1. Poster

a. Pemilihan Media:

1). Media poster dipilih karena sifatnya yang menyajikan visual full color dapat menarik perhatian target audience.

2). Poster merupakan media komunikasi visual yang efektif untuk berkampanye atau mempropagandakan suatu pesan.

b. Konseptual Media:

1). Mengkomunikasikan kepada audience tentang keseharian masyarakat Indonesia yang arif dan adiluhung pada jaman dahulu.

2). Fotografi sebagai elemen utama poster. Body copy sebagai elemen penjelasan dari objek utama. Logo dan tagline sebagai mandatory.

3). Layout poster dibuat menggunakan style prestigious, yaitu penggunaan bidang kosong yang luas pada bidang gambar, untuk menciptakan keluwesan atau gracefull sehingga terkesan elegan.

4). Menonjolkan produk Seni Liping Jopa Japu sebagai objek sekaligus fokus utama dari layout poster. Dan menyisakan bidang kosong di sebelah kanan atau kiri bidang gambar.

5). Di bidang kosong ditampilkan body copy sebagai penjelasan dari objek utama.

(68)

commit to user c. Media Placement:

Poster akan di tempel di toko suvenir di bandara Adi Sumarmo, Cafe Solomio, Cafe Priyayi Keprabon, Hotel Novotel, Homestay Cakra Kauman, Restoran Omah Sinten, Kraton Kasunanan, Kraton Mangkunegaran, Dinas Pariwisata Surakarta, dan di gerai Seni Liping Jopa Japu.

Ukuran: A2

Jumlah: 500 lembar Biaya: Rp 2.000.000,00

2. Katalog

a. Pemilihan Media:

Media ini dipilih karena mampu menyajikan visual dan informasi yang rinci mengenai produk-produk yang ditawarkan.

b. Konseptual Media: 1). Cover:

Menampilkan judul, logo, tagline, maskot. 2). Halaman pengantar:

Menampilkan foto-foto Seni Liping Jopa Japu yang dirancang sedimikian rupa, beserta captionnya, sehingga mampu membangun emosi dan menanamkan di benak audience bahwa Seni Liping Jopa Japu merupakan sebuah representasi dari kearifan budaya lokal Indonesia.

3). Halaman katalog:

(69)

commit to user 4). Halaman penutup:

Memberikan informasi berupa alamat dan kontak perusahaan Jopa Japu. 5). Cover belakang:

Menampilkan tagline: the real indonesian lifestyle. c. Media Placement:

Media ini dibagikan gratis sebagai suvenir di gerai Seni Liping Jopa Japu. Ukuran: 17 x 16,5 cm informasi singkat mengenai Seni Liping serta menginformasikan lokasi dan alamat gerai Seni liping.

b. Konseptual Media:

Leaflet dirancang dengan mode bolak-balik, yaitu halaman cover dan halaman isi. Halaman cover menampilkan logo, tagline, dan alamat Jopa Japu. Halaman isi menampilkan penjelasan tentang Seni Liping Jopa Japu di halaman kiri dan foto-foto produk di halaman kanan.

c. Media Placement:

(70)

commit to user Ukuran: 11 x 21 cm

Jumlah: 500 lembar Biaya: Rp 400.000,00

4. Kartu Pos

a. Pemilihan Media:

Media ini dipilih karena sifatnya yang eksklusif, terkesan elegan dan modern. Dan banyak pula orang yang menyukainya, bahkan ada yang gemar mengoleksinya.

b. Konseptual Media:

1). Di form kartu pos ditampilkan foto produk dengan transparan. Di bawah tengah diberi body copy sebagai penjelasan dari komunikasi.

2). Di halaman sebalik mengkomunikasikan kepada audience tentang keseharian masyarakat Indonesia yang arif dan adiluhung pada jaman dahulu.

3). Fotografi sebagai elemen utama. Body copy sebagai elemen penjelasan dari objek utama. Logo dan tagline sebagai mandatory.

4). Layout dibuat menggunakan style prestigious, yaitu penggunaan bidang kosong yang luas pada bidang gambar, untuk menciptakan keluwesan atau gracefull sehingga terkesan elegan.

(71)

commit to user

6). Di bidang kosong ditampilkan body copy sebagai penjelasan dari objek utama.

7). Menampilkan mandatory di kiri bawah atau kanan bawah, berupa logo dan tagline Seni Liping Jopa Japu, sebagai closing dari komunikasi yang disampaikan.

c. Media Placement:

1). Karena sifatnya yang eksklusif maka media ini akan dibagikan gratis di bandara, dinas pariwisata, tempat wisata di Solo, hotel, dan homestay. 2). Media ini dibagikan gratis sebagai suvenir pembelian Seni Liping. Ukuran: 15 x 9 cm pengaruhnya akan semakin efektif jika pembawanya suka bepergian. Semakin indah dan awet tas itu, maka semakin lama pesan iklannya tersebar kepada siapa saja yang melihatnya.

b. Konseptual Media

1). Fotografi sebagai elemen utama.

(72)

commit to user

3). Menonjolkan produk Seni Liping Jopa Japu sebagai objek sekaligus fokus utama dari layout.

4). Logo dan tagline sebagai closing dari komunikasi yang disampaikan. c. Media Palcement:

Media ini dibagikan gratis sebagai suvenir bersama media booklet dan kartu pos dalam satu wadah paper bag.

Ukuran: 17 x 18 x 13 cm Jumlah: 100 buah

6. Web Banner

a. Pemilihan Media:

1). Media ini dipilih karena semakin maraknya situs jejaring yang menawarkan space untuk web banner.

2). Bentuk visual web banner cukup menarik perhatian target audience yang sedang berselancar di situs jejaring.

b. Konseptual Media

1). Menonjolkan foto produk yang dramatis secara animasi sehingga membuat audience tertarik untuk meng-klik.

2). Menampilkan logo dan tagline sebagai closing komunikasi di akhir animasi.

c. Media Placement:

Situs jejaring Facebook dan web soloaja.com. Ukuran: 468 pixel x 60 pixel

(73)

commit to user Biaya: Rp 125.000,00 selama 1 bulan

7. Website

a. Pemilihan Media:

Media ini dipilih karena era internet sudah semakin maju, banyak orang yang membutuhkan informasi tentang Seni Liping Jopa Japu dari internet. Maka diperlukan website untuk mengakses secara online.

b. Konseptual Media

Dibagi 4 Halaman, yaitu, Home, About Jopa Japu, Gallery, Alamat dan kontak.

1). Home:

Halaman home sebagai opening dari website ini. 2). About Jopa Japu:

Menyajikan informasi dan sejarah tentang Seni Liping Jopa Japu 3). Gallery:

Menampilkan foto-foto Seni Liping Jopa Japu yang dirancang sedimikian rupa, beserta captionnya, sehingga mampu membangun emosi dan menanamkan di benak audience bahwa Seni Liping Jopa Japu merupakan sebuah representasi dari kearifan budaya lokal Indonesia.

4). Alamat dan kontak:

Menampilkan alamat, nomor telepon, dan sebuah peta yang menunjuk ke gerai Seni Liping Jopa Japu.

(74)

commit to user

Dipublikasikan melalui media internet 150 mb dengan domain hosting Masterweb 1 tahun, dengan alamat .com (dotcom).

Ukuran: 1024 x 768 px Jumlah: 1 buah

Biaya: Rp 600.000,00 per tahun

E. Prediksi Biaya

Anggaran biaya juga harus diperhatikan agar promosi ini berhasil. Prediksi biaya media promosi harus diperhitungkan dengan anggaran agar tidak membengkak atau melebihi perencanaan semula. Apabila anggaran mengalami perubahan atau keluar dari perencanaan semula, maka jalan terbaik adalah mengutamakan media-media yang dapat menjangkau masyarakat luas.

(75)

commit to user

62

BAB V

VISUALISASI KARYA

1. Material Promosi

a. Poster

Media : Art paper 260 gr laminasi doff

Ukuran : 60 cm x 42 cm

Mode : Warna

Format desain : Landscape / portrait Tipografi : Calibri, Freestyle Script

Ilustrasi : Tampilan produk Seni Liping Jopajapu, body copy, logo dan tagline.

(76)

commit to user b. Leaflet

1. halaman cover

Media : Art paper 260 gr laminasi doff

Ukuran : 12 cm x 10 cm

Mode : Warna

Format desain : Landscape

Tipografi : Calibri, Freestyle Script

Ilustrasi : Maskot Seni Liping Jopajapu, body copy, logo dan tagline.

(77)

commit to user 2. Halaman isi

Media : Art paper 260 gr laminasi doff

Ukuran : 12 cm x 10 cm

Mode : Warna

Format desain : Landscape Tipografi : Centaur

Ilustrasi : Tampilan produk Seni Liping Jopajapu, body copy.

(78)

commit to user c. Booklet

1. Halaman Cover

Media : Art paper 260 gr laminasi doff

Ukuran : 16,5 cm x 17 cm

Mode : Warna

Format desain : Landscape

Tipografi : Freestyle Script, Bookman Old Style Ilustrasi : Maskot Seni Liping Jopajapu, logo, tagline Visualisasi karya : Corel Draw X4

(79)

commit to user 2. Halaman Isi

Media : Art paper 260 gr laminasi doff

Ukuran : 16,5 cm x 17 cm

Mode : Warna

Format desain : Landscape Tipografi : Centaur

(80)

commit to user d. Web Banner

Media : Web banner

Ukuran : 759 px X 626 px

Mode : Warna

Format desain : Landscape

Tipografi : Free Style Script, Centaur, Calibri

Ilustrasi : Logo, tagline, foto-foto produk Seni Liping Jopajapu, body copy, alamat website

(81)

commit to user e. Website

Media : Website

Ukuran : 1024 px X 768 px

Mode : Warna

Tipografi : Berlin Sans, Free Style Script, Calibri Ilustrasi : Logo, tagline, foto-foto produk Seni Liping

Jopajapu, body copy

Visualisasi karya : Corel Draw X4 dan Adobe Photoshop CS3

(82)

commit to user 2. Merchandise

a. Kartu Pos

Media : Art paper 260 gr laminasi glossy

Ukuran : 15 cm x 9 cm

Mode : Warna

Format desain : Landscape

(83)

commit to user

Ilustrasi : Foto produk Seni Liping Jopajapu, logo, tagline, body copy

Visualisasi karya : Corel Draw X4 dan Adobe Photoshop CS3 Realisasi : Teknik Cetak Offset

b. Paper Bag

Media : Art paper 260 gr laminasi glossy

Ukuran : 18 cm x 17 x 13 cm

Mode : Warna

Tipografi : Free Style Script

Ilustrasi : Foto produk Seni Liping Jopajapu, logo, tagline

(84)

commit to user

71

BAB VI

PENUTUP

A.

Kesimpulan

Dari pengalaman merancang promosi Seni Liping Jopajapu ini, penulis berkesimpulan bahwa Indonesia memang kaya akan tradisi yang adiluhung. Kebiasaan sehari-hari masyarakat Indonesia yang sejati telah berhasil membesarkan dan membentuk pola pikir kita sebagai orang Indonesia. Penulis telah merancang beberapa gambar bertema tradisi dan keseharian yang mewakili masyarakat Indonesia. Penulis mengumpulkan beberapa referensi visual tentang tradisi dan kebudayaan dari beberapa sumber yang terdiri dari rumah adat, karakter khas suatu lokasi, dan pernik-pernik khas suatu daerah. Dengan mengenal, mengerti, kemudian memahami tradisi dan kearifan lokal bangsa kita, membuat kita menjadi lebih menghargai sejarah, kebudayaan dan karakter bangsa Indonesia. Sehingga kemudian timbul kesadaran pada diri kita bahwa sesungguhnya karakter asli bangsa ini tidak kalah membanggakan dengan kebudayaan modern saat ini.

(85)

commit to user

B.

Saran

Banyaknya tradisi dan budaya yang ada di Indonesia membuat kita menjadi begitu sulit mengenal satu-persatu. Padahal apabila kita mau mengenalnya, kita akan semakin mencintai tanah air, karena kita tahu betapa adiluhung dan eksotiknya Indonesia dengan kekayaan budaya yang dimiliki. Pepatah

mengatakan “Tak kenal maka tak sayang”, pepatah tersebut dirasa tepat untuk

menggambarkannya. Untuk itulah hendaknya kita sebagai generasi bangsa wajib mengenal beragam budaya bangsa kita. Upaya menjaga kebudayaan Indonesia ini bisa dimulai dari mengenalkannya kepada diri sendiri dan masyarakat sekitar kita. Apabila beragam kebudayaan ini mulai dikenalkan, tentunya ini akan menjadi salah satu cara jitu agar kebudayaan Indonesia tetap terjaga yang tentunya akan menimbulkan rasa bangga pada negara yang beujung pada tumbuhnya rasa cinta tanah air.

Perancangan promosi Seni Liping Jopajapu diharapkan dapat menjadi sarana penunjang yang menarik untuk memperkenalkan tradisi dan kebudayaan. Perancangan ini diharapkan mampu menumbuhkan rasa cinta pada bangsa, yang nantinya akan menimbulkan rasa bangga terhadap tanah air. Walaupun perancangan promosi ini masih memiliki banyak kekurangan, tetapi hal ini diharapkan dapat menjadi langkah awal yang berarti dalam upaya menjaga tradisi dan budaya bangsa Indonesia.

Gambar

gambar direkam ke dalam mini disc, dan melalui video reader yang terhubung
TABEL ANALISIS SWOT
gambar lebih sempit, gambar tampak datar, tidak ada distorsi perspektif
gambar dengan
+2

Referensi

Dokumen terkait

• This type of study necessarily involves the interpretation of what people mean in a particular context and how the context influences what is said.. It requires consideration

1) Bapak E. yang telah bersedia meluangkan waktunya dan sabar dalam membimbing penulis dalam penulisan skripsi serta senantiasa memberikan arahan dan motivasi

Keunggulan bersaing tersebut dapat diraih perusahaan dengan menggunakan informasi-informasi yang tepat guna membantu menentukan keputusan yang akan diambil, sehingga akan

membuat proposal bisnis sebesar 22,9% sehingga perlu upaya dari banyak pihak untuk merangsang karakteristik wirausaha. Apabila mahasiswa-mahasiswa ini dikelola

Saya mengesahkan bahawa satu Jawatankuasa Peperiksaan Tesis telah berjumpa pada 19 Februari 2016 untuk menjalankan peperiksaan akhir bagi Radin Siti Aishah Binti

Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kota Bogor nomor 800/432/-ikan/2014 tentang penetapan pemenang lomba kinerja kelompok perikanan Pokdakan Minakarya Bersama memuat hal

Risiko kredit, risiko ini terjadi pada pembiayaan perumahan (KPR IB) secara musyarakah mutanaqisah pada saat pembayaran angsuran yang sering mengalami macet atau

Pengukuran tinggi badan bisa dilakukan secara normal pada remaja yang tidak memiliki kelainan fisik, akan tetapi untuk remaja yang memiliki kelainan fisik seperti