Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Di Sekolah Dasar 1 Pedes.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan melalui
Cooperative Leraning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan
prestasi belajar pada mata pelajaran IPS bagi siswa SD 1 Pedes tahun ajaran 2013/2014.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa SD
1 Pedes kelas V Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 31 siswa. Penelitian dilaksanakan pada
semester genap tahun ajaran 2013/2014. Penelitian dilakukan pada mata pelajaran IPS. Pelaksana
pembelajaran dalam penelitian ini adalah guru kelas V. peneliti berperan sebagai pengamat.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan pre-test, test dan observasi.
Selanjutnya data dianalisis dan dikaji dengan teknik membandingkan peningkatan jumlah siswa
yang memenuhi KKM dari siklus I dan siklus II. Teknik analisis data didapat dari evaluasi akhir
siswa. Kemudian, peneliti mencari banyaknya siswa yang telah mencapai KKM pada siklus I dan
siklus II.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I, siswa yang mencapai KKM mencapai
51,6% hal ini lebih besar dari kondisi awal yang hanya mencapai 25,8%. Sedangkan siswa yang
mencapai KKM pada siklus II yaitu 70,83% sehingga dapat ditarik kesimpulan peningkatan
banyaknya siswa yang mencapai KKM sebesar 95,83%. Dari hal ini dapat diketahui bahwa skor
rata-rata kelas sebelum tindakan 59,52 pada siklus I yaitu 68,09 dan siklus II yaitu 75,95.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan Cooperative Learning Tipe
STAD di SD 1 Pedes dapat meningkatkan nilai IPS sehingga prestasi belajar IPS pada siswa
kelas V dapat meningkat.
Theresia Suratri : Efforts to Improve Learning Outcomes IPS Class V Through Cooperative Learning Student Teams Achievement Divisions Type ( STAD ) In 1 Pedes Primary School.
This study aims to determine whether learning through type leraning Cooperative
Student Teams Achievement Divisions ( STAD ) can improve learning achievement in social
studies for elementary students 1 Pedes school year 2013/2014
This research is a class act. The subjects were class V students 1 Pedes Primary school
at Academic Year 2013/2014 , amounting to 31 students . The experiment was conducted in the
second semester of the academic year 2013/2014 . The study was conducted in social studies .
Implementing learning in this study is a fifth grade teacher researchers acted as observers .
Data collection techniques in this study using a pre-test , test and observation .
Furthermore, the data is analyzed and assessed by comparing the technique of increasing the
number of students who meet the chief engineer of the first cycle and second cycle . Data
analysis techniques obtained from the student's final evaluation . Then, the researchers looked for
the number of students who have reached the KKM in the first cycle and second cycle .
The results showed that in the first cycle , students who achieve a 51.6 % KKM achieve
this greater than the initial conditions are only reached 25.8 % . While students who achieve
KKM in the second cycle is 70.83 % so it can be concluded that the increase in the number of
students achieving at 95.83 % KKM . From this it can be seen that the average score of 59.52
action class before the first cycle and the second cycle is 68.09 which is 75.95 .
It can be concluded that the use of cooperative learning STAD type can improve value
IPS that learning achievement in grade V in 1 Pedes Primary shcool can be increased .
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS V MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT
DIVISIONS (STAD) DI SEKOLAH DASAR 1 PEDES SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh : Theresia Suratri
091134227
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
SKRIPSI
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS V MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT
DIVISIONS (STAD) DI SEKOLAH DASAR 1 PEDES
Disusun Oleh : Theresia Suratri
091134227
Telah disetujui oleh :
Dosen Pembimbing
SKRIPSI
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS V MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT
DIVISIONS (STAD) DI SEKOLAH DASAR 1 PEDES Disusun Oleh :
Theresia Suratri 091134227
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 22 April 2014
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : G. Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., M.A ………
Sekertaris : Catur Rismiyati, S.Pd., M.A.Ed.D ………
Anggota 1 : Drs. Paulus Wahana, M. Hum ………
Anggota 2 : Wahyu Wido Sari, S. Si., M. Biotech ………
Anggota 3 : Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi, M.Psi ………
Yogyakarta, 22 April 2014
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Dekan,
PERSEMBAHAN
Karyatulis ini saya persembahkan kepada :
1. Tuhan Yesus yang senantiasa melimpahkan berkat, cinta
dan kasihNya
2. Bapak dan ibuku atas doa dan dukungannya
3. Saudara-saudaraku ; kakak-adik
4. Teman-teman di SD 1 Pedes
5. Segenap Bapak dan ibu dosen PGSD USD, atas bimbingan
dan ilmu yang diberikan
6. Teman-temanku, atas semangat, motivasi, dan kerja
samanya selama menempuh pendidikan di PGSD USD
MOTO
Tuhan takkan terlambat
Juga tak akan lebih cepat
Semuanya…
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 25 Maret 2014
Penulis
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Theresia Suratri
NIM : 091134227
Demi pengembangan pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS V B MELALUI COOPERATIVE LEARNING MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT
DIVISIONS (STAD) DI SEKOLAH DASAR I PEDES
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Demikian saya memberitahukan
kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 25 Maret 2014
Yang menyatakan
ABSTRAK
Theresia Suratri : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Kelas V Melalui Cooperative Learning Model Student Teams Achievement Divisions (STAD) Di Sekolah Dasar 1 Pedes.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan melalui Cooperative Leraning model Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS bagi siswa SD 1 Pedes tahun ajaran 2013/2014.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa SD 1 Pedes kelas V Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 31 siswa. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014. Penelitian dilakukan pada mata pelajaran IPS. Pelaksana pembelajaran dalam penelitian ini adalah guru kelas V. peneliti berperan sebagai pengamat.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan pre-test, test dan observasi. Selanjutnya data dianalisis dan dikaji dengan teknik membandingkan peningkatan jumlah siswa yang memenuhi KKM dari siklus I dan siklus II. Teknik analisis data didapat dari evaluasi akhir siswa. Kemudian, peneliti mencari banyaknya siswa yang telah mencapai KKM pada siklus I dan siklus II.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I, siswa yang mencapai KKM mencapai 51,6% hal ini lebih besar dari kondisi awal yang hanya mencapai 25,8%. Sedangkan siswa yang mencapai KKM pada siklus II yaitu 70,83% sehingga dapat ditarik kesimpulan peningkatan banyaknya siswa yang mencapai KKM sebesar 95,83%. Dari hal ini dapat diketahui bahwa skor rata-rata kelas sebelum tindakan 59,52 pada siklus I yaitu 68,09 dan siklus II yaitu 75,95.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan Cooperative Learning model STAD di SD 1 Pedes dapat meningkatkan nilai IPS sehingga prestasi belajar IPS pada siswa kelas V dapat meningkat.
ABSTRACT
Theresia Suratri : Efforts to Improve Learning Outcomes IPS Class V Through Cooperative Learning Model Student Teams Achievement Divisions ( STAD ) Primary Schools 1 Pedes.
This study aims to determine whether learning through models leraning
Cooperative Student Teams Achievement Divisions ( STAD ) can improve learning
achievement in social studies for elementary students 1 Pedes school year 2013/2014
This research is a class act. The subjects were elementary school students
Pedes class V 1 Academic Year 2013/2014 , amounting to 31 students . The
experiment was conducted in the second semester of the academic year 2013/2014 .
The study was conducted in social studies . Implementing learning in this study is a
fifth grade teacher researchers acted as observers .
Data collection techniques in this study using a pre-test , test and
observation . Furthermore, the data is analyzed and assessed by comparing the
technique of increasing the number of students who meet the chief engineer of the
first cycle and second cycle . Data analysis techniques obtained from the student's
final evaluation . Then, the researchers looked for the number of students who have
reached the KKM in the first cycle and second cycle .
The results showed that in the first cycle , students who achieve a 51.6 %
KKM achieve this greater than the initial conditions are only reached 25.8 % . While
students who achieve KKM in the second cycle is 70.83 % so it can be concluded that
the increase in the number of students achieving at 95.83 % KKM . From this it can
be seen that the average score of 59.52 action class before the first cycle and the
second cycle is 68.09 which is 75.95 .
It can be concluded that the use of cooperative learning in elementary
STAD model 1 Pedes can improve value IPS that learning achievement in grade V
can be increased .
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan, yang telah memberkati dan
menyertai sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Kelas V melalui Cooperative Learning tipe Student
Teams Achievement Divisions (STAD) di SD I Pedes. Penyusunan skripsi ini bukan
hanya untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program studi S-I PGSD
Universitas Sanata Dharma tetapi juga membantu mengembangkan pengetahuan dan
pengalaman penulis untuk bekal di masa mendatang, dan dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini bukan hanya perjuangan
sendiri. Melainkan, tidak lepas dari bantuan, perhatian, dan dukungan dari semua
pihak. Terselesainya skripsi ini merupakan anugerah yang begitu besar bagi penulis.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang secara
langsung maupun tidak langsung memberikan bantuan dalam perwujudan skripsi ini.
Pada kesempatan ini pula penulis hendak menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A selaku Ketua Program Studi S-I PGSD
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan
skripsi.
3. Drs. P Wahana, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing yang memberikan bimbingan
5. Wajiman, S.Pd,kepala sekolah SD 1 Pedes beserta para guru yang telah memberi
dukungan, kesempatan, dan berbagai kemudahan bagi peneliti dalam melakukan
penelitian.
6. Para dosen PGSD yang secara tidak langsung telah memberikan kontribusi yang
berarti sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
7. Para staf sekertariat PGSD yang secara tidak langsung telah memberikan
kontribusi yang berarti sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
8. Orang tua dan keluargaku yang selalu memberiku semangat dan yang selalu
membawaku dalam setiap doanya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun sebagai penyempurnaan skripsi ini. Semoga karya ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 25 Maret 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.IdentifikasiMasalah ... 5
C.Batasan Masalah ... 5
D.Rumusan Masalah ... 6
E.Pemecahan Masalah ... 6
F.Tujuan Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI
A.Kajian Teori ... 9
B.Hasil Kajian Penelitian ... 33
C.Kerangka Berfikir ... 34
D.Hipotesis Tindakan ... 35
BAB III METODE PENELITIAN A.Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian ... 37
B.Subyek Penelitian ... 37
C.Prosedur Penelitian ... 37
D.Indikator Keberhasilan ... 40
E.Teknik Analisis Data ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Langkah-langkah Kegiatan Penelitian ... 42
B.Data Lengkap Tiap Siklus ... 59
C.Peningkatan pada Siswa, Guru dan Kelas ...76
D.Pembahasan Hasil Penelitian ... 79
BAB V KESIMPULAN, SARAN-SARAN, DAN REKOMENDASI A.Kesimpulan ... 85
Saran-saran ... 85
C.Rekomendasi ... 86
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang besar untuk menciptakan
masa depan gemilang yang menjadi idaman kita bersama. Dengan usaha
yang terus menerus ditingkatkan melalui pembangunan dibidang
pendidikan, dapat dihasilkan pribadi-pribadi yang telah mengembangkan
potensi dan kemampuannya secara optimal dalam melaksanakan
pembangunan dan perkembangan masyarakat itu sendiri. H.Abu Ahmadi
dan Nur Uhbiyanti(2003:78)
Sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan yang
menyelenggarakan program pendidikan enam tahun bagi anak-anak usia
6-12 tahun. Pendidikan disekolah dasar dimaksudkan untuk memberikan bekal
kemampuan dan ketrampilan peserta didik dimasa yang akan datang.
Pendidikan di SD sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional yang
bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
pada sekarang ini sangat jauh berbeda dengan apa yang menjadi tujuan
pendidikan.
Pembelajaran di SD saat ini pada umumnya menghasilkan siswa
yang cenderung pasif karena kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh
guru masih banyak menggunakan metode yang kurang efektif. Untuk
mencapai hasil pembelajaran yang optimal dibutuhkan guru yang kreatif dan
inovatif yang selalu mempunyai keinginan terus menerus untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu proses belajar mengajar dikelas
(Kusnandar 2008:48)
Keberhasilan pembelajaran juga tergantung pada keberhasilan siswa
dalam proses belajar mengajar, sedangkan keberhasilan siswa tidak hanya
tergantung pada sarana dan prasarana pendidikan. Model pembelajaran
mempunyai posisi yang sangat strategis dalam meningkatkan hasil belajar
siswa. Pemilihan metode yang tepat juga menentukan tujuan efektifitas dan
efisiensi pembelajaran, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Hal yang menjadi hambatan dalam pembelajaran IPS adalah
kurangnya kemampuan guru dalam mengemas pembelajaran IPS dengan
metode yang menarik, menantang dan menyenangkan. Guru hanya
memfokuskan pada penyampaian informasi dan mentransfer ilmu kepada
siswa melalui ceramah, sehingga siswa kurang aktif dalam proses
pembelajaran. Dengan demikian guru tidak melibatkan keaktifan siswa
fakta materi yang disampaikan guru, seolah-olah guru merupakan sumber
pengetahuan.
Tekhnik pembelajaran seperti itu tentu saja mengakibatkan
kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran karena pembelajaran
bersifat monoton dan siswa cenderung pasif. Selain itu hal tersebut juga
menimbulkan kebosanan pada siswa dan kurang minatnya siswa pada mata
pelajaran ini yang pada akhirnya akan berakibat pada rendahnya hasil
belajar siswa. Pada mata pelajaran IPS standar ketuntasan minimal yang
telah ditetapkan adalah 7. Pada semester I rata-rata nilai IPS siswa yaitu
6,83 dan masih ada 11 nilai siswa yang di bawah KKM. Maka dari itu
peneliti berusaha meningkatkan hasil belajar IPS agar keseluruhan nilai
siswa dapat mencapai KKM yang ditetapkan.
Masalah tersebut menuntut guru untuk dapat mengolah pembelajaran
semenarik mungkin sehingga dapat meningkatkan partisipasi dan hasil
belajar siswa. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memilih model
pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
siswa untuk berkembang sesuai keinginan dan kemampuan siswa.
Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar
mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki peserta didik, akan
ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai tujuan.
Tujuan pembelajaran akan dicapai dengan penggunaaan metode yang tepat.
Salah satu metode yang dapat digunakan guru agar siswa dapat
Student Teams Achievement Division (STAD). Cooperative learning
merupakan satu model pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, dimana
kelompok-kelompok kecil bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama(Nur Asma, 2006:11). Cooperative learning telah terbukti sebagai
sebuah pembelajaran yang menunjukkan efektivitas yang sangat tinggi bagi
penguasaan materi pelajaran maupun pengembangan sikap ketrampilan
sosial, dalam pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative
learning, sikap dan perilaku siswa berkembang kearah suasana
demokratisasi dalam kelas. Disamping itu, penggunaan kelompok kecil
siswa mendorong siswa lebih bergairah dan termotivasi dalam mempelajari
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) cocok untuk diterapkan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial, dengan Cooperative learning model (STAD) dimana siswa
ditempatkan pada kelompok-kelompok kecil diharapkan dapat
menumbuhkan kerja sama dan setiap orang merasakan tanggung jawab
secara individual untuk keberhasilan kelompok mereka.
Berbagai permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran seperti
yang dikemukakan diatas, telah dilakukan beberapa upaya untuk
memperbaiki kendala-kendala tersebut. Guru memberikan latihan-latihan
soal yang sudah ada dibuku paket. Setiap selesai pembelajaran, guru selalu
memberikan tugas rumah, selain memperdalam pengetahuan siswa tentang
Usaha-usaha tersebut belum seluruhnya bisa memotivasi siswa untuk belajar yang
pada akhirnya hasil belajar masih rendah. Oleh karena itu, dilakukan suatu
penelitian tindakan kelas dengan menerapkan Cooperative learning model
Student Teams Achievement Division (STAD) pada siswa kelas V SD 1
Pedes.
B. Identifikasi Masalah
1. Hasil belajar siswa kelas V masih ada yang dibawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah.
2. Pada saat pembelajaran berlangsung banyak siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan guru
3. Minat belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di
SD 1 Pedes, Sedayu, Bantul masih rendah.
4. Guru masih kesulitan menentukan metode yang tepat untuk mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
5. Kebermaknaan belajar siswa masih kurang karena tidak adanya
keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi
masalah pada hasil belajar pada pelajaran IPS menggunakan Cooperative
learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) materi perjuangan
mempertahankan kemerdekaan. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian
D. Rumusan Masalah
Bagaimana penggunaan Model Cooperative learning tipe Student
Teams Achievement Division (STAD ) dapat meningkatkan hasil belajar dalam
mata pelajaran IPS kelas V di SD 1 Pedes?
E. Pemecahan Masalah
Cara pemecahan masalah yaitu dengan menerapkan Model
Cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD )
dalam mata pelajaran IPS kelas V materi perjuangan mempertahankan
kemerdekaan.
F. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui bagaimana penggunaan Cooperative learning model Student
Teams Achievement Division (STAD ) dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPS kelas V di SD 1 Pedes.
2. Mengetahui apakah penggunaan Model Cooperative learning tipe Stutent
Temas Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar.
G. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat dari Penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan
mengajar dan dapat digunakan sebagai Literatur dalam pelaksanaan
penelitian di masa yang akan datang.
2. Manfaaat Praktis
a. Bagi Peneliti
1) Merupakan sarana belajar bagi peneliti untuk mengembangkan dan
menerapkan ilmu yang diperoleh selama di bangku kuliah.
2) Meningkatkan pengetahuan dan peka terhadap fenomena yang
terjadi didalam proses belajar mengajar.
3) Melatih kreatifitas sebagai calon pendidik.
4) Lebih memahami karakteristik peserta didik.
b. Bagi Guru
1) Sebagai sumbangan pemikiran untuk mengembangkan kemampuan
merancang dan melaksanakan metode pembelajaran yang efektif.
2) Menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan bermakna
dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam
pelajaran IPS.
3) Pembelajaran lebih berkualitas.
c. Bagi siswa
1) Dapat memberikan motivasi dan meningkatkan keaktifan siswa
dalam mengikuti pembelajaran IPS
2) Dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran IPS.
Hasil penelitian ini sebagai kajian guru dalam peningkatan hasil belajar
siswa dan dapat dijadikan rujukan baru bagi sekolah untuk
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KAJIAN TEORI 1. Hasil Belajar
a. Hakikat belajar
Baharudin dan Esa Nur Wahyumi (2007:11-12), belajar
merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam
kompetensi, ketrampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia
lahir sampai akhir hayat, kemampuan manusia untuk belajar
merupakan karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk
lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk
mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan
atau pengalaman-pengalaman.
Menurut Slameto (2010:2), belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Wasty Soemanto (2006:104), belajar merupakan
proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar,
manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga
manusia tidak lain adalah hasil dari belajar.belajar adalah suatu proses
dan bukan sebagai hasil.
Sedangkan menurut Asep Jihad dan Abdul Haris (2008:4)
perbuatan belajar terjadi karena interaksi seseorang dengan lingkungan
yang akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada berbagai
aspek, diantaranya pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Perubahan
bersifat positif terjadi karena peran aktif pembelajar, tidak bersifat
sementara, bertujuan dan perubahan yang terjadi meliputi keseluruhan
tingkah laku pada sikap, ketrampilan, pengetahuan dan sebagainya.
Prinsip belajar menurut Agus Suprijono (2010:4), pertama,
belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Kedua, belajar
merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan
tujuan yang ingin dicapai. Ketiga, belajar merupakan bentuk
pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya. William Burton mengemukakan bahwa A
good learning situation consist of a rich and varied series of learning
experience unified around a vigorous purpose and carried on
interaction with a rich varied and propocative environtment.
Patta Bundu (2006:15) menjelaskan hakikat belajar sebagai
berikut:
Kata kunci pembelajaran adalah perubahan. Tidak ada tujuan
pengajaran yang dicapai sebelum setiap siswa menjadi berbeda dalam
Lebih jauh dikemukakan bahwa untuk melihat perubahan yang terjadi
perlu dijawab beberapa pertanyaan sebagai indikator: (1) apakah siswa
mengetahui lebih banyak daripada yang diketahui sebelumnya, (2)
apakah siswa memahami sesuatu yang tidak dipahami sebelumnya, (3)
apakah siswa mengembangkan ketrampilan yang belum dikembangkan
sebelumnya, (4) apakah siswa merasakan sesuatu yang berbeda dari
aspek yang dipelajari dari pada yang dirasakan sebelumnya dan (5)
apakah siswa mengembangkan sesuatu yang tidak ada sebelumnya.
Ditegaskan pula oleh Moh. User Usman (2006:5), bahwa
belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antar individu dan individu dengan
lingkungannya. Burton (Moh. User Usman, 2006:5) menyatakan
“learning is a change in the individual and his environment, wich fells
a need and makes him more capable of dealing adequately with his
environment. Dalam pengertian ini terdapat kata change atau
“perubahan” yang berarti bahwa seseorang setelah mengalami proses
belajar, akan mengalami perubahan tinggah laku.
b. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Patta Bundu (2006:15), hasil belajar seseorang sering
tidak langsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu untuk
memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar.
Namun demikian, karena hasil belajar adalah perubahan yang
Dimyati dan Mudjiono (2009:3-4), hasil belajar merupakan
hasil dari suatu tindak interaksi belajar dan tindak mengajar. Dari sisi
guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar.
Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan
puncak proses belajar. Hasil belajar dibedakan menjadi dampak
pengajaran. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti
tertuang dalam angka raport, angka dalam ijazah atau kemampuan
meloncat setelah latihan.
Gagne (Agus Suprijono 2010:5-6), hasil belajar adalah
pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi dan ketrampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar
berupa:
1) Informasi Verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan
merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik.
Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi symbol,
pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
2) Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan
konsep dan lambang. Ketrampilan intelektual terdiri dari
kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta
konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
3). Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4) Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek
berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Usman menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh
siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang
direncanakan guru sebelumnya yang dikelompokkan kedalam tiga
kategori (Asep Jihad dan Abdul Haris 2008:16-19), yaitu :
1) Domain Kognitif
a) Pengetahuan (knowledge) meliputi pengingatan tentang hal-hal
yang bersifat khusus atau universal, mengetahui metode dan
proses, pengingatan terhadap suatu pola, struktur dan seting.
Dalam hal ini tekanan utama pada pengenalan kembali fakta,
prinsip. Kata-kata yang dapat dipakai: definisikan, ulang,
laporkan, ingat, garis bawahi, sebutkan, daftar dan
sambungkan.
b) Pemahaman (comprehension) meliputi penerimaan dalam
komunikasi secara akurat, menempatkan hasil komunikasi
secara setingkat tanpa merubah pengertian dan dapat
mengeksplorasikan. Kata yang dapat dipakai :
menterjemahkan, nyatakan kembali, diskusikan, gambarkan,
reorganisasikan, jelaskan, identifikasi, tempatkan, review,
ceritakan, paparkan.
c) Aplikasi atau penggunaan prinsip atau metode pada situasi
baru. Kata-kata yang dapat dipakai: interpretasikan, terapkan,
laksanakan, gunakan, demonstrasikan, praktekkan, ilustrasikan,
operasikan, jadwalkan, sketsa, kerjakan.
d) Analisa.
Menyangkut kemampuan anak dalam memisah-misah terhadap
suatu materi menjadi bagian-bagian yang membentuknya,
medeteksi hubungan diantara bagian-bagian itu dan cara materi
itu diorganisir. Kata yang dapat dipakai: pisahkan, analisa,
bedakan, hitung, cobakan, tes bandingkan kontras, kritik, teliti
dll.
e) Sintesa.
Meliputi anak untuk menaruhkan/menempatkan bagian-bagian
atau elemen satu/bersama sehingga membentuk suatu
keseluruhan yang koheren. Kata yang dapat dipakai:
komposisi, desain, formulasi, atur, rakit, kumpulkan ciptakan,
susun, organisasikan, memanage, siapkan, rancang,
f) Evaluasi.
Jenjang ini dianggap paling sulit dalam kemampuan
pengetahuan anak, meliputi kemampuan anak didik dalam
mengambil keputusan atau dalam menyatakan pendapat tentang
nilai suatu tujuan, idea, pekerjaan, pemecahan masalah,
metoda, materi dll. Dalam pengambilan keputusan ataupun
dalam menyatakan pendapat, termasuk juga kriteria yang
dipergunakan, sehingga akurat dan standar
penilaian/penghargaan. Kata yang dipakai: putuskan, hargai,
nilai, skala, bandingkan, revisi, skor, perkiraan.
2) Domain kemampuan sikap (affective)
a) Menerima atau memperhatikan. Meliputi sifat sensitive
terhadap adanya eksistensi suatu fenomena tertentu atau suatu
stimulus dan kesadaran yang merupakan perilaku kognitif,
termasuk didalamnya juga keinginan untuk menerima atau
memperhatikan.
b) Merespon. Anak dilibatkan secara puas dalam suatu objek
tertentu, phenomena atau suatu kegiatan sehingga ia akan
mencari-cari dan menambah kepuasan dari bekerja dengannya
atau terlibat didalamnya.
c) Penghargaan. Perilaku anak didik adalah konsisten dan stabil,
pemilihan terhadapnya dan keterikatannya pada suatu
pandangan atau ide tertentu.
d) Mengorganisasikan. Anak didik membentuk suatu system nilai
yang dapat menuntun perilaku, meliputi konseptualisasi dan
mengorganisasikan.
e) Mempribadi (mewatak). Ada internalisasi, nilai-nilai telah
mendapatkan tempat pada diri individu, diorganisir kedalam
suatu system yang bersifat internal, memiliki control perilaku.
3) Ranah Psikomotorik
a) Menirukan. Apabila ditunjukan kepada anak didik suatu action
yang dapat diamati(observable), maka ia akan mulai membuat
suatu tiruan terhadap action itu sampai pada tingkat sistim
otot-ototnya dan dituntun oleh dorongan kata hati untuk menirukan.
b) Memanipulasi. Anak dapat menampilkan action seperti yang
diajarkan dan juga tidak hanya pada seperti yang diamati.
c) Keseksamaan (precision). Meliputi kemampuan anak dalam
penampilan yang telah sampai pada tingkat perbaikan yang
lebih tinggi dalam mereproduksi suatu kegiatan tertentu.
d) Artikulasi (articulation). Anak didik telah dapat
mengkoordinasikan serentetan action dengan menetapkan
urutan/sikuen secara tepat diantara action yang berbeda-beda.
e) Naturalisasi. Apabila anak telah dapat melakukan secara alami
penampilan ini telah sampai pada kemampuan yang paling
tinggi dengan pengeluaran energy yang minimum.
Hasil belajar dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan ketiga
domain tersebut yang dialami siswa setelah menjalani proses belajar.
Baik buruknya hasil belajar dapat dilihat dari hasil pengukuran berupa
evaluasi, selain mengukur hasil belajar penilaian dapat juga ditunjukan
kepada proses pembelajaran, yaitu untuk mengetahui sejauh mana
tingkat keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Semakin baik
proses pembelajaran dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran, maka seharusnya hasil belajar yang diperoleh siswa
akan semakin tinggi sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya.
Berdasarkan definisi diatas maka hasil belajar merupakan
perubahan kemampuan pada manusia sebagai hasil dari proses belajar
sehingga bertambah pengetahuannya baik yang bersifat kognitif,
afektif, dan psikomotor setelah ia melakukan pengalaman belajar.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Baharudin dan Esa Nur Wahyumi (2007:19-28), secara umum
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua
tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga
menetukan kualitas hasil belajar.
1) Faktor internal
Faktor yang berasal dari dalam individu dan dapat mempengaruhi
hasil belajar individu. Faktor internal meliputi:
a) Faktor fisiologis
Faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu yaitu,
keadaan tonus jasmani dan keadaan fungsi jasmani/fisiologis
(pancaindra)
b) Faktor psikologis
Keadaan psikologis seseorang dapat mempengaruhi proses
belajar. Beberapa Faktor psikologis yang utama mempengaruhi
proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap,
dan bakat.
2) Faktor- Faktor eksogen/eksternal
a) Lingkungan sosial meliputi lingkungan sosial sekolah,
lingkungan sosial masyarakat, dan lingkungan sosial keluarga.
b) Lingkungan non sosial. Faktor-faktor yang termasuk
lingkungan non sosial adalah lingkungan alamiah, faktor
instrumental, dan faktor materi pelajaran.
Sedangkan menurut Slameto (2010:54-) faktor- faktor yang
1) Faktor- faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu
yang sedang belajar
a) Faktor jasmaniah meliputi Faktor kesehatan dan cacat tubuh.
b) Faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan, dan kesiapan.
c) Faktor kelelahan dibedakan dua macam, yaitu kelelahan
jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis)
2) Faktor-faktor ekstern
a) Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi
antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.
b) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah,
standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas
rumah.
3)Faktor masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass
d. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial 1) Pengertian Pendidikan IPS
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan salah
satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB
sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,
fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.
Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi,
Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS,
peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara
Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga
dunia yang cinta damai.
Saidihardjo (2008:2), Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan
himpunan pengetahuan tentang kehidupan social dari bahan realitas
kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Dalam kurikulum
berbasis kompetensi (KBK), Ilmu Pengetahuan Sosial dimaknai
sebagai seperangkat fakta, peristiwa, konsep, generalisasi yang
berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk
membanguun dirinya, masyarakat, bangsa dan lingkungannya
berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai
untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang.
Martorella (Etin Solihatin dan Raharjo, 2007:14)
menekankan pada aspek “pendidikan” daripada transfer “konsep”,
karena dalam pembelajaran pendidikan IPS siswa diharapkan
memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan
pengembangan serta melatih sikap, nilai, moral, dan
ketrampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya.
Dengan demikian, pembelajaran IPS harus difokuskan pada aspek
kependidikannya.
Etin Solihatin dan Raharjo (2007 : 15) menyatakan bahwa
tujuan dari pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk
mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa
untuk mengembangkan diri sesuai bakat.
Sapriya (2009:20) menyatakan bahwa istilah IPS di sekolah
dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai
integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu social, humaniora,
sains bahkan berbagai isu dan masalah social kehidupan. Materi
IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu
karena yang lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan
psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik
yang bersifat holistik.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan program
pendidikan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan
generalisasi pengetahuan tentang kehidupan social manusia dan
2) Tujuan Pendidikan IPS
Secara garis besar tujuan pendidikan IPS adalah:
a) Membentuk nilai moral dan etik
Pendidikan Ilmu pengetahuan sosial menekankan pada
pembentukan pengetahuan dengan dasar sosial dan etika yang
baik. Filosofi sosialnya adalah bahwa manusia yang merupakan
manusia Indonesia yang memliki moral (moral force), mental
sosial, intelektual tinggi serta spiritual.
b) Membentuk manusia yang berbudaya dan memiliki mental
social
Pendidikan Ilmu pengetahuan social merupakan
rangkaian ilmu social yang memberikan kontribusi dalam
membentuk watak budaya yang kuat dan kokoh, mandiri,
percaya diri, patriotism, memiliki dedikasi tinggi, berkompetisi
dan berkomitmen terhadap nasionalisme bangsa.
c) Membentuk kecerdasan individual dan masyarakat
Pendidikan Ilmu pengetahuan sosial sebagai sebagai
suatu komponen dalam pendidikan menjadi sumber
pengetahuan tentang dinamika social dan sosok masyarakat
yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi. Hal belajar dalam
dunia pendidikan tidak bisa lepas dari kurikulum yang menitik
beratkan cara-cara membangun sifat kreatif dan kemauan untuk
individu agar menjadi orang cerdas tetapi tujuan belajar itu
sendiri adalah terpenuhinya kebutuhan sosial masyarakat.
e. Karakteristik siswa kelas V SD
Syamsu Yusuf (2007:24), menyatakan bahwa anak usia
sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa
keserasian bersekolah. Pada masa umur berapa tepatnya anak
matang untuk masuk SD, sebenarnya sukar dikatakan karena
kematangan tidak ditentukan oleh umur semata-mata. Namun pada
umur 6 atau 7tahun, biasanya anak telah matang untuk memasuki
sekolah dasar. Pada masa keserasian sekolah ini secara relatif,
anak-anak lebih mudah dididik dari pada masa sebelum dan
sesudahnya.
1) Masa kelas-kelas rendah SD, kira-kira 6 atau 7 tahun sampai
umur 9 atau 10 tahun. Beberapa sifat anak-anak pada masa ini
antara lain seperti berikut.
a) Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan
jasmani dengan prestasi(apabila jasmaninya sehat banyak
prestasi yang diperoleh)
b) Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang
tradisional.
c) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri (menyebut
nama sendiri)
e) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal
itu dianggap tidak penting.
f) Pada masa ini (terutama usia 6,0 - 8,0 tahun) anak
menghendaki nilai (angka raport) yang baik, tanpa
mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai
baik atau tidak.
2) Masa kelas tinggi SD, kira-kira umur 9 atau 10 sampai umur 12
atau 13 tahun. Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini
ialah.
a) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang
konkret, hal ini menimbulkan kecenderungan untuk
membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
b) Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar
c) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal
dan mata pelajaran khusus yang oleh para ahli yang
mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai
menonjolnya faktor-faktor (bakat khusus).
d) Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru
atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan
tugas dan keinginannya. Selepas umur ini pada umumnya
anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan
e) Pada masa ini, anak memandang nilai(angka Rapor)
sebagai ukuran yang tepat(sebaik-baiknya)mengenai
prestasi sekolah.
f) Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok
sebaya untuk dapat bermain bersama-sama. Dalam
permainan itu biasanya anak tidak lagi terikat kepada
peraturan permainan yang tradisional (yang sudah ada)
mereka membuat peraturan sendiri.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
siswa kelas V SD mempunyai karakteristik antara lain :
mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, mempunyai minat untuk
belajar, berfikir konkret, gemar membentuk kelompok sebaya,
serta mempunyai keinginan untuk mendapatkan pengetahuan baru
dari pengalaman yang dilakukan.
2. Tinjauan tentang Cooperative learning a. Pengertian Cooperative learning
Berdasarkan pendapat Etin Solihatin dan Raharjo (2007:4)
Cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam
struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua
orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh
Dikemukakan oleh Isjoni (2009:20) bahwa pembelajaran
kooperatif menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa
saling bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dalam
kelompok kooperatif belajar berdiskusi, saling membantu, dan
mengajak satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar.
Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling
memberi dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan materi
masalah dalam belajar.
Sedangkan menurut Robert Slavin (2005:4) pembelajaran
kooperatif merupakan metode pengajaran dimana para siswa bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama
lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif,
para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan
dan berargumentasi, untuk mengesah pengetahuan yang mereka kuasai
saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
b. Unsur pembelajaranCooperative learning
Agus Suprijono (2010:5-6), mengatakan bahwa pembelajaran
kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Model
pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran
efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan: (1)”memudahkan siswa
belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti fakta, ketrampilan, nilai,
konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan,
Roger dan David Johnson (Anita Lie, 2003:31) mengatakan
bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative
learning. Untuk mencapai hasil maksimal, lima unsur model
pembelajaran gotong-royong harus diterapkan.
1) Saling ketergantungan positif
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu
menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota
kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain
bisa mencapai tujuan mereka. Selanjutnya, pengajar akan
mengevaluasi siswa mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini,
mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggungjawab untuk
menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil.
2) Tanggung jawab perorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika
tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model
pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa
bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik.
3) Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka
dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini memberikan pembelajar
untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.
Hasil kerjasama jauh lebih besar dari pada jumlah hasil
4) Komunikasi antar anggota
Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok merupakan proses
panjang. Pembelajar tidak bisa diharapkan langsung menjadi
komunikator yang andal dalam waktu sekejap. Namun proses ini
merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh
untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan
perkembangan mental dan emosional para siswa.
5) Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka
agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.
3. Cooperative learning Model Student Team Achievement Division (STAD)
a. Pengertian STAD
STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk
permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan
kooperatif. STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi
kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim. Robert
E.Slavin (2005:143)
Robert E.Slavin (2005:11) menjelaskan bahwa dalam STAD,
para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang
etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa belajar dalam tim
mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai
pelajaran. Selanjutnya semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi
secara sendiri-sendiri, dimana saat itu mereka tidak diperbolehkan
untuk saling membantu.
Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa
supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam
menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin
agar timnya mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu
teman satu timnya untuk bisa melakukan yang terbaik, menunjukan
norma bahwa belajar itu penting, berharga, dan menyenangkan. Para
siswa bekerjasama setelah guru menyampaikan materi pelajaran.
Mereka boleh bekerja berpasangan mendiskusikan setiap
ketidaksesuaian, dan saling membantu satu sama lain jika ada yang
salah dalam memahami.
Penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian tindakan kelas
pada siswa kelas V SD 1 Pedes, Sedayu, Bantul pada mata pelajaran
IPS menggunakan Cooperative learning tipe Student Team
Achievement Division (STAD), karena model STAD adalah model
pembelajaran dimana siswa ditempatkan pada kelompok-kelompok
dan keberhasilan kelompok ditentukan oleh setiap anggota kelompok,
sehingga akan terjalin kerjasama yang baik didalam kelompok. Dengan
Division (STAD) diharapkan hasil pembelajaran IPS di SD 1 Pedes
akan meningkat.
b. Tahapan pembelajaran tipe Student Team Achievement Division (STAD)
Nur Asma (2006:51) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran
model STAD terdiri dari beberapa tahap, adalah sebagai berikut.
1) Tahap pertama: persiapan pembelajaran.
Persiapan pembelajaran meliputi: persiapan materi yang akan
diajarkan dan telah dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran
secara kelompok, menempatkan siswa secara heterogen,
menentukan skor dasar dengan memberikan tes kemampuan
prasyarat atau tes pengetahuan awal, nilai siswa pada semester
sebelumnya dapat digunakan sebagai skor dasar.
2) Tahap kedua: penyajian materi
Tahap penyajian materi ini menggunakan waktu sekitar 20-45
menit. Setiap pembelajaran dengan model ini selalu dimulai
dengan penyajian materi oleh guru. Dalam penyajian, kelas dapat
digunakan model ceramah, Tanya jawab, diskusi, dan sebagainya,
disesuaikan dengan isi bahan ajar dan kemampuan pembelajar.
3) Tahap ketiga:kegiatan belajar kelompok
Pada awal pelaksanaan kegiatan kelompok dengan model Student
dengan siswa tentang ketentuan-ketentuan yang berlaku didalam
kelompok kooperatif. Hal-hal yang perlu dilakukan pembelajar
untuk menunjukkan tanggungjawab terhadap kelompoknya.
4) Tahap keempat:pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok
Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok dilakukan dengan
mempresentasikan hasil kegiatan kelompok didepan kelas oleh
wakil dari setiap kelompok. Kegiatan ini dilakukan secara
bergantian. Pada tahap ini pula dilakukan pemeriksaan hasil
kegiatan kelompok dengan memberikan kunci jawaban dan setiap
kelompok memeriksa sendiri hasil pekerjaaannya serta
memperbaiki jika masih terdapat kesalahan-kesalahan.
5) Tahap kelima:siswa mengerjakan soal-soal tes secara individual
Pada tahap ini setiap siswa harus memperhatikan kemampuannya
dan menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok
dengan cara menjawab soal tes sesuai dengan kemampuannya.
Siswa dalam tahap ini tidak diperkenankan bekerjasama.
6) Tahap keenam:pemeriksaan hasil tes
Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru, membuat daftar skor
peningkatan setiap individu, yang kemudian dimasukkan menjadi
skor kelompok. Peningkatan rata-rata skor setiap individual
merupakan sumbangan bagi kinerja pencapaian kelompok.
Setelah diperoleh hasil kuis, kemudian dihitung skor peningkatan
individu berdasarkan selisih perolehan skor kuis terdahulu(skor
dasar) dengan skor kuis terakhir. Berdasarkan skor peningkatan
individual dihitung poin perkembangan dengan menggunakan
pedoman yang disusun oleh Salvin sebagai berikut :
a) > 10 poin di bawah skor dasar 5 poin
e) Pekerjaan sempurna (tanpa menghentikan
skor dasar) 30 poin
Poin perkembangan kelompok tertinggi ditentukan dengan rumus
sebagai berikut :
a) Kelompok dengan poin rata-rata 15 = baik
b) Kelompok dengan poin rata-rata 20 = hebat
Penelitian yang dilakukan menggunakan langkah-langkah sesuai
dengan langkah-langkah pada model Student Team Achievement
Division (STAD) yang meliputi tujuh tahap persiapan pembelajaran,
penyajian materi, kegiatan belajar kelompok, pemeriksaan terhadap
hasil kegiatan kelompok, siswa mengerjakan soal-soal tes secara
individual, pemeriksaan hasil tes, dan penghargaan kelompok.
B. Hasil Kajian Penelitian Yang Relevan.
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini diambil dari skripsi yang
ditulis oleh Kurniawati, Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, Bulan Juni, Tahun
2010. Skripsi tersebut berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika
Menggunakan Student Team Achievement Division (STAD) di Kelas V SD N
Pedes. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) kerjasama siswa dalam
belajar kelompok mengalami peningkatan yang sangat baik. (2) hasil belajar
siswa dalam pembelajaran matematika meningkat, hal ini dibuktikan dengan
adanya peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa
kemampuan kerjasama siswa dalam belajar kelompok meningkat dari rata-rata
skor 11,6 menjadi skor 16. Berdasarkan hasil belajar matematika siswa pada
siklus I dan II dapat dilihat pencapaian hasil belajar siswa menunjukkan nilai
siswa meningkat dari nilai awal hingga nilai pada siklus II. Ini dapat dilihat
kelas 56,9 pada siklus 1 meningkat menjadi 1311 dengan rata-rata 62,4
meningkat menjadi 1653 dengan rata-rata kelas 78,7. Nilai siswa pada siklus II
sudah memenuhi KKM yang telah ditentukan yaitu 60, pada nilai awal masih
terdapat 13 anak yang belum mencapai KKM, sedangkan pada siklus I masih
terdapat 8 siswa yang belum mencapai KKM, dan pada siklus II semua siswa
telah mencapai nilai KKM.
C. Kerangka Berfikir
Hasil pembelajaran IPS di SD 1 Pedes masih terdapat beberapa anak
yang mempunyai nilai rendah atau dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Rendahnya hasil pembelajaran ini disebabkan antara lain, dalam
melakukan proses pembelajaran guru kurang menggunakan metode yang
sesuai, minat belajar IPS pada kebanyakan siswa masih rendah dan tidak
menyukai mata pelajaran IPS, guru tidak banyak melibatkan siswa dalam
pembelajaran.
Berdasarkan kenyataan tersebut, peneliti berusaha membantu
meningkatkan hasil belajar IPS. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
dengan memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan kerjasama dan
keaktifan siswa dalam belajar kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa yaitu dengan menggunakan Cooperative learning model
Student Team Achievement Division (STAD).
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan
mengajarkan siswa untuk belajar bekerjasama dalam satu team (sebagai team
work), belajar bertanggungjawab, belajar memimpin dan dipimpin dan belajar
menghargai pendapat (berdemokrasi). Jadi Cooperative learning model
Student Team Achievement Division (STAD) memiliki kelebihan dibanding
model pembelajaran biasa (ekspositori) dalam dua aspek yaitu keterampilan
sosial dan pengetahuan.
Gambaran pola pemecahannya melalui tahapan sebagai berikut:
Diskusi pemecahan masalah Penerapan STAD
Evaluasi Awal Evaluasi Efek Evaluasi Akhir
Gambar 1.Kerangka berfikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, dapat diajukan hipotesis
tindakan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Cooperative learning model Student Tema Achievement
Division (STAD) adalah sebagai langkah-langkah pelaksanaan
2. “Penerapan Cooperative learning Model Student Team Achievement
Division (STAD) pada proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD 1 Pedes, Kecamatan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian.
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 yaitu
pada bulan Januari – Februari 2014.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD 1 Pedes, Sedayu, Bantul, Yogyakarta.
B. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD 1 Pedes, Sedayu,
Bantul,Yogyakarta. Jumlah siswa dikelas V SD 1 Pedes, semester 2 tahun
ajaran 2013/2014 adalah 31 siswa, terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 13 siswa
perempuan.
C. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan desain putar spiral yang
dikemukakan oleh Kemis & Mc Tagart yang masing-masing siklus terdiri atas
empat tahap meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan (perlakuan),
Gambar 2. Penelitian tindakan model spiral Kemmis & Taggart
(Suharsimi Arikunto,2002:84)
Langkah-langkah prosedur penelitian adalah sebagai berikut:
1. Rencana tindakan
a. Menentukan materi pokok yang dibahas pada kegiatan
pembelajaran
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
c. Menyusun dan mempersiapkan lembar Observasi berkaitan dengan
hasil belajar siswa.
d. Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang akan
digunakan dalam setiap pembelajaran , yaitu lembar kerja siswa
e. Mempersiapkan soal tes untuk siswa yaitu tes yang akan diberikan
pada awal pembelajaran (pratindakan) dan tes yang akan diberikan
pada akhir siklus.
2. Pelaksanaan tindakan
a. Guru menjelaskan materi pokok yang akan dibahas dalam
pembelajaran dan menjelaskan metode yang akan digunakan.
b. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok dengan pembagian
secara heterogen berdasarkan prestasi anak.
c. Siswa dan guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai RPP
yang telah disusun. Siswa mengerjakan LKS sesuai perintah yaitu
mengurutkan tanggal peristiwa penting dan menjelaskan.
d. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja
kelompok dan mendiskusikan jawaban dengan tanya jawab.
e. Guru memberikan soal evaluasi yang dikerjakan siswa secara
individu kemudian membahas serta memeriksa hasil tes individu.
f.Siswa dan guru menghitung skor kelompok kemudian memberikan
penghargaan kelompok dilanjutkan menyimpulkan materi
pembelajaran yang telah dipelajari.
3. Observasi
a. Observer melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran
yang dilakukan. Observer menggunakan lembar observasi yang
mengamati jalannya pembelajaran dan aktivitas siswa dikelas
tanpa mengganggu kegiatan pembelajaran.
b. Guru dan peneliti melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa
dengan menggunakan instrument yang telah disusun sebelumnya.
4. Refleksi
a. Peneliti bersama guru melakukan kajian secara menyeluruh
terhadap isi dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan
observasi
b. Melakukan refleksi dan evaluasi terhadap kekurangan yang
terjadi selama proses pembelajaran.
c. Merumuskan tindakan-tindakan perbaikan dan menyusun rencana
tindakan untuk siklus selanjutnya jika diperlukan
D. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya hasil
belajar siswa kelas V SD N Pedes dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) yang dilihat selama proses pembelajaran berlangsung. Indikator
keberhasilan penelitian tindakan ini yaitu apabila 80% nilai siswa telah dapat
mencapai kriteria ketuntasan Minimal (KKM) dengan nilai minimal 7 .
E. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh berdasarkan hasil observasi dan tes dianalisis
pembelajaran IPS pada materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan
melalui cooperative learning tipe student team achievement division (STAD)
dapat meningkatkan hasil belajar yang diperoleh siswa.
Dalam penelitian ini, hasil siswa dianalisis dengan mencari nilai
rata-rata (mean), dengan rumus:
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar digunakan analisis
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Langkah-langkah Kegiatan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus tindakan. Sebelum guru
memulai penelitian perlu diadakan pratindakan sebagai nilai awal yang akan
di pergunakan sebagai nilai dasar. Hasil penelitian tiap-tiap siklus dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
1. Pra Siklus
Pratindakan dilakukan untuk mengetahui keadaan nyata sebelum
proses penelitian dilakukan, yaitu dengan cara memberikan soal pre test
kepada siswa dalam pertemuan pertama pada hari Senin tanggal 03
Februari 2014 pukul 07.00-07.15 WIB. Hal tersebut dilakukan untuk
mengetahui nilai awal dalam mengukur peningkatan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPS sebelum dilakukan tindakan. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan guru pada saat pratindakan adalah:
a. Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam dilanjutkan berdoa
bersama.
b. Guru bertanya kepada siswa tentang materi apa yang akan dipelajari
pada pertemuan hari ini.
c. Guru membagikan soal pre test kepada siswa dan memberikan arahan
d. tu untuk mengerjakan soal tersebut yaitu 15 menit, soal dikerjakan
secara individu.
e. Setelah selesai mengerjakan, siswa mengumpulkan hasil pekerjaan
mereka kemudian diteliti oleh guru.
f. Dari hasil nilai pre test tersebut digunakan sebagai nilai awal atau nilai
dasar dalam pelaksanaan penelitian.
Tabel 1. Hasil Tes Pra Tindakan
Keterangan Tes Awal
Nilai terendah 3
Nilai tertinggi 8
Rata-rata Nilai 5,93
Ketuntasan 25,8 %
Analisis hasil evaluasi dari tes awal siswa diketahui nilai terendah
3 dan nilai tertinggi 8, sedangkan nilai rata-rata diperoleh 5,93. Jika
dinyatakan dalam persentase yaitu 25,8%, dimana hasil tersebut masih
jauh dari persentase yang diinginkan oleh peneliti dan guru yaitu 100%
Gambar 3. Jumlah siswa tuntas belajar pre test
Berdasarkan data nilai pre test dapat diketahui bahwa sebelum
dilaksanakan tindakan ada 8 siswa yang memperoleh nilai diatas batas
nilai ketuntasan minimal atau tuntas dan sebanyak 23 siswa dibawah
batas nilai ketuntasan minimal atau belum tuntas.
Dari hasil tes awal tersebut dapat disimpulkan sementara bahwa
nilai siswa kelas V pada mata pelajaran IPS rendah dan belum
mencapai KKM yang ditentukan. Maka peneliti menerapkan Model
Cooperative learning tipe Student Team Achievement Division(STAD)
yang bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa dan untuk
menumbuhkan minat pada mata pelajaran tersebut.
2. Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini dilakukan hal-hal sebagai berikut: