• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN

NOMOR : 3 TAHUN 2005

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH

IBU KOTA KABUPATEN SOLOK SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SOLOK SELATAN

Menimbang : a. bahwa untuk menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Ibu Kota Kabupaten Solok Selatan perlu perencanaan yang matang sesuai dengan kondisi Daerah;

b. bahwa penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Ibu Kota Kabupaten Solok Selatan untuk menata, mengatur tata ruang, letak pembangunan kantor dan bangunan lainnya sehingga sesuai dengan pengaturan Tata Ruang;

c. bahwa untuk memenuhi maksud huruf a dan b di atas perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Sumatera Tengah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25 ); 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor );

3. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3046); 4. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3186);

(2)

Pidana(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

6. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman;

7. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3504); 8. Undang-undang Nomor 23 Tahun 23 Tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkunngan Hidup;

9. Undang-undang Nomor 41 tentang Kehutanan;

10. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Pasaman Barat di Propinsi Sumatera Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4348) ;

11 Undang - undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang - undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor);

12. Undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 ); 13. Undang - undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438 ) ; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 Tentang Jalan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 37 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3292); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 Tentang Perlindungan

Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 39 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3294); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan

Hak dan Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang;

17. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000);

18. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;

(3)

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah;

21. Keputusan Menteri Da1am Negeri Nomor 134 Tahun 1998 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang WilayahPropinsi dan Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota; 22. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147 Tahun 2004 tentang

Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;

23. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat Nomor 13 Tahun 1994;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN

dan

BUPATI SOLOK SELATAN

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH IBUKOTA KABUPATEN SOLOK SELATAN

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Kabupaten adalah Kabupaten Solok Selatan.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Solok Selatan.

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan masyarakat daerah sebagai unsur penyelanggara pemerintah daerah.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Solok Selatan.

5. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Kabupaten Solok Selatan.

(4)

7. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara, sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk hidup lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya.Tata Ruang adalah wujud strukturan dan pola pemanfaatan baik direncanakan maupun tidak.

8. Rencana Tata Ruana adalah hasil perencanaan tata ruang yang dikerjakan oleh Konsultan Perencana.

9. Penataan Ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengen-dalian pemanfaatan ruang.

10. Ibukota adalah pusat kota Kabupaten Solok Selatan

11. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional.

12. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budi daya

13. Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumber daya buatan.

14. Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya Buatan.

15. Kawasan Hutan adalah kawasan tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

16. Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

17. Kawasan Hutan Suaka Alam adalah kawasan hutan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam. 18. Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk

mendukungperikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

19. Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

20. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh, menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktifitas lingkungan hidup.

21. Daerah Resapan Air adalah suatu wilayah tertentu yang berfungsi sebagai resapan air hujan. 22. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS adalah suatu wilayah tertentu

(5)

23. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disingkat PKL adalah pusat kegiatan yang mempunyai potensi sebagai pusat jasa, pusat pengolahan, dan simpul transportasi yang mempunyai pelayanan satu kabupaten atau beberapa kecamatan.

24. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, kedalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

25. Peran serta masyarakat adalah sebagai kegiatan masyarakat yang timbul atas kehendak dan prakarsa masyarakat, untuk berminat dan bergerak dalam penyelenggaraan penataan ruang.

BAB II

AZAS, TUJUAN, SASARAN DAN FUNGSI

Bagian Pertama Azas

Pasa1 2

RTRW Ibukota Kabupaten Solok Selatan berdasarkan atas azas :

a. Manfaat yaitu pemanfaatan ruang secara optimal, yang tercermin dalam penentuan jenjang fungsi pelayanan kegiatan dan sitem jaringan.

b. Keseimbangan dan keserasian yaitu menciptakan keseimbangan dan keserasian fungsi dan intensitas pemanfaatan ruang dalam suatu kawasan.

c. Kelestarian yaitu menciptakan hubungan yang serasi antar dan lingkungan yang tercermin dari pola intensitas pemanfaatan ruang.

d. Berkelanjutan yaitu bahwa penataan ruang menjamin kelestarian, kemampuan daya dukung sumber daya alam dengan memperhatikan kepentingan lahir dan bathin antar generasi.

e. Keterbukaan yaitu bahwa setiap orang/pihak dapat memperoleh keterangan mengenai produk perencanaan tata ruang serta proses yang ditempuh dalam penataan ruang.

Bagian Kedua Tujuan

Pasal 3

Tujuan Penyusunan RTRW lbukota Kabupaten Solok Selatan adalah :

(6)

b. Menjaga keseimbangan pertumbuhan antar kawasan melalui keterpaduan perencanaan dan sinkronisasi pembangunan di wilayah ibukota kabupaten Solok Selatan.

Bagian Ketiga Sasaran dan Fungsi

Pasa1 4

(1) Sasaran RTRW Ibukota Kabupaten Solok Selatan adalah untuk :

a. Terwujudnyastrategi penataan ruang yang terpadu dan berkelanjutan.

b. Tersusunnya Rencana Struktur Tata Ruang Wilayah Ibukota Kabupaten Solok Selatan.

c. Terwujudnya Pola dan Intensitas pemanfaatan lahan/ruang. d. Terwujudnya Pengembangan prasarana dan sarana kawasan

e. Tersusunnya Program Pembangunan Kawasan dalam jangka waktu 10 tahun.

f. Merumuskan mekanisme kelembagaan penanganan dan pengendalian pembangunan berupa peraturan

g. Tersusunnya tata ruang yang terpadu dan menyeluruh, serta memiliki legalitas hukum

(2) Fungsi RTRW Ibukota Kabupaten Solok Selatan adalah :

a. Memberikan kebijakan pokok tentang pemanfaatan ruang Wilayah Ibukota Kabupaten Solok Selatan, sesuai dengan kondisi kawasan dan berazaskan pembangunan yang berkelanjutan

b. Sebagai perwujudan dan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar sector di dalam Wilayah Kabupaten Solok Selatan.

c. Sebagai arahan dan dasar pemberian ijin lokasi investasi yang dilakukan pemerintah, swasta dan masyarakat.

BAB III

KEDUDUKAN, WILAYAH, SUBSTANSI RENCANA DAN JANGKA WAKTU RENCANA

Bagian Pertama Kedudukan

Pasal 5

Kedudukan RTRW Ibukota Kabupaten Solok Selatan adalah :

a. Dasar pertimbangan dalam penyusunan tata ruang wilayah ibukota Kabupaten Solok Selatan.

b. Penyelaras bagi kebijakan penataan ruang Kabupaten Solok Selatan.

(7)

Bagian Kedua Wilayah

Pasal 6

(1) Lingkup wilayah adalah daerah dengan batas yang ditentukan berdasarkan aspek administratif mencakup wilayah darat serta udara.

(2) Batas-batas wilayah adalah sebagai berikut: - Sebelah Utara : Kecamatan Sangir Batang Hari - Sebelah Timur : Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi - Sebelah Selatan : Kecamatan Sungai Pagu

- Sebelah Barat : Kecamatan Sangir Jujuan dan Propinsi Jambi

Bagian Ketiga Substansi Rencana

Pasal 7

(1) Substansi RTRW Ibukota Kabupaten Solok Selatan mencakup kebijakan penataan ruang, rencana tata ruang wilayah, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang Ibukota kabupaten Solok Selatan.

(2) Kebijakan penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini meliputi : a. Kebijakan Perencanaan Tata Ruang Ibukota.

b. Kebijakan Pemanfaatan Ruang.

c. Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.

(3) Rencana tata ruang wilayah ibukota Kabupaten Solok Selatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini meliputi :

a. Rencana struktur Tata Ruang, meliputi pola pengembangan infrastruktur kota/wilayah, rencana pengembangan kawasan kantor pemerintahan.

b. Rencana Pola Pemanfaatan Tata Ruang, meliputi pola rencana tata ruang kota, rencana pola tata ruang kawasan budidaya, dan rencana daya dukung dan daya tampung lingkungan.

(4) Pemanfaatan Ruang, sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini meliputi program, kegiatan, tahapan dan pembiayaan pemanfaatan ruang yang didasarkan atas rencana pola tata ruang.

(5) Pengendalian Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini meliputi kegiatan pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang.

Bagian Keempat Jangka Waktu Rencana

Pasa1 8

(8)

BAB IV

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TATA RUANG Bagian Pertama

Kebijakan Perencanaan Tata Ruang

Pasal 9

Kebijakan perencanaan tata ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pasal 7 adalah : a. Penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang wilayah Ibukota kabupaten

Solok Selatan dilakukan melalui pendekatan partisipatif.

b. RTRW Ibukota Kabupaten Solok Selatan dapat ditinjau kembali dan atau disempurnakan bilamana RTRW Ibukota Kabupaten Solok Selatan tidak mampu lagi mengakomodasi-kan dinamika perkembangan yang disebabmengakomodasi-kan oleh faktor eksternal dan atau internal. c. RTRW Ibukota Kabupaten Solok Selatan perlu ditindak lanjuti kedalam rencana terperinci. d. RTRW Ibukota Kabupaten Solok Selatan agar ditindak lanjuti dengan penyusunan petunjuk operasional RTR W Ibukota Kabupaten Solok Selatan yang ditetapkan oleh Bupati.

Pasal 10

(1) Pendekatan partisipatif sebagaimana dimaksud dalam huruf a pasal 9 Peraturan Daerah ini dilakukan melalui penyelenggaraan forum dialog, penyebaran angket dan kesepakatan yang melibatkan unsur Pemerintah Daerah dan DPRD di Tingkat Kabupaten, Tokoh Masyarakat, Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Dunia Usaha. (2) Peninjauan kembali dan atau penyempurnaan RTRW Ibukota Kabupaten Solok Selatan

sebagaimana dimaksud dalam huruf b Pasal 9 Peraturan Daerah ini dilakukan secara berkala menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku atau sesuai kebutuhan. (3) Rencana terperinci sebagai dimaksud dalam huruf c Pasal 9 Peraturan Daerah ini

adalah rencana tata ruang wilayah Ibukota Kabupaten Solok Selatan.

(4) Petunjuk operasional sebagaimana dimaksud dalam huruf d Pasal 9 Peraturan Daerah ini meliputi kriteria standar teknis yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan penataan ruang.

Pasal 11

Rencana Tata Ruang Wilayah Ibukota Kabupaten Solok selatan perlu disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Solok Selatan untuk menjamin keterpaduan dan keserasian penataan ruang.

Bagian Kedua

Kebijakan Pemanfaatan Ruang Umum

Pasal 12

(9)

(2) Kebijakan struktur tata ruang diwujudkan untuk mencapai pemerataan pertumbuhan wilayah dengan mempertahankan keseimbangan lingkungan dan ketersediaan sumber-daya alam.

(3) Kebijakan pola tata ruang diwujudkan dengan memperhatikan daya dukung fisik dan lingkungan hidup. Kebijakan pola tata ruang tersebut meliputi kebijakan pola tata ruang kawasan lindung, kawasan budidaya serta daya dukung fisik dan lingkungan.

(4) Pelaksanaan pemanfaatan ruang dijabarkan dalam program dan kegiatan pembangunan yang memanfaatkan ruang menurut jangka waktu yang ditetapkan di dalam RTRW Ibukota Kabupaten Solok Selatan.

(5) Kegiatan pemanfaatan ruang perlu didukung oleh pembiayaannya meliputi sumber, prioritas dan alokasi pendanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan pembangunan.

Pasal 13

Ibu Kota Kabupaten Solok Selatan berkedudukan di Padang Aro dengan pengembangan kawasan berada diwilayah sekitarnya.

Pasal 14

Pengembangan kawasan pusat kota terdiri dari rencana pemanfaatan lahan, rencana penyediaan fasilitas umum dan rencana struktur ruang kawasan yang mendukung aktifitas kota.

Bagian Ketiga

Kemampuan Daya Dukung Fisik dan Lingkungan

Pasal 15

Untuk mewujudkan pola tata ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) Pasal 12 Peraturan Daerah ini, maka kebijakan daya dukung fisik dan lingkungan adalah meningkatkan daya dukung lingkungan alamiah dan buatan serta menjaga keseimbangan daya tampung lingkungan hidup untuk menjaga proses pembangunan berkelanjutan.

Bagian Keempat

Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Pasal 16

(1) Pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui pengawasan dan penertiban yang didasarkan kepada RTRW Ibukota Kabupaten Solok Selatan.

(10)

Pasal 17

Koordinasi pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah Kabupaten Solok Selatan yang ditetapkan oleh Bupati

BAB V

RENCANA TATA RUANG WILAYAH

Bagian Pertama

Rencana Struktur Tata Ruang

Paragraf 1

Rencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah

Pasal 18

Rencana pengembangan infrastruktur wilayah terdiri dari pengembangan infrastruktur transportasi darat, prasarana sumberdaya air, energi, telekomunikasi, serta prasarana perumahan dan pemukiman.

Pasal 19

Rencana pengembangan infrastruktur transportasi darat meliputi :

(1) Pengembangan sistem jaringan arteri primer dengan kriteria-kriteria dan ciri-ciri : a. Jalan Arteri Primer di disain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 (enam

puluh) kilo meter per jam (km/h) dengan lebar badan jalan paling rendah 11 (sebelas) meter serta dilengkapi dengan median jalan.

b. Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi secara efisien, jarak antar jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 500 meter dengan kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.

c. Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai dengan volume lalu lintasnya dan harus perlengkapan jalan yang cukup seperti : rambu, marka jalan, lampu penerangan jalan dan lain-lain.

d. Jalan Arteri Primer merupakan jalan yang melalui atau menuju kawasan primer. e. Lalu lintas jarak jauh pada jalan arteri primer adalah lalulintas regional, yang tidak

boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik dan lalu lintas lokal dari kegiatan lokal. f. Kendaraan angkutan barang berat dari kendaraan umum bus dapat melalui jalan ini. g. Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan tidak diizinkan.

h. Jalan arteri primer dilengkapi dengan tempat istirahat pada setiap jarak 25 km.

(2) Pengembangan sistem jaringan arteri sekunder dengan kriteria-kriteria dan ciri-ciri : a. Jalan Arteri Sekunder di disain berdasarkan kecepatan rencana yang paling rendah

30 (tiga puluh) kilo meter per jam (km/h) dengan lebar badan jalan paling rendah 11 (sebelas) meter.

b. Akses langsung dibatasi tidak boleh lebih pendek dari 250 meter.

(11)

yang sesuai dengan volume lalulintasnya dan harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka jalan, lampu pengatur lalu lintas, lampu jalan dan lain-lain.

d. Jarak selang dengan kelas jalan yang sejenis yang lebih besar dari jarak selang dengan kelas jalan yang lebih rendah.

e. Jalan arteri sekunder menghubungkan :

i. Kawasan Primer dan Kawasan Sekunder kesatu ii. Antar Kawasan Sekunder kesatu

iii. Kawasan Sekunder kesatu dengan Kawasan Sekunder kedua iv. Jalan Arteri/Kolektor Primer dengan Kawasan Sekunder kesatu.

f. Lalu lintas cepat pada jalan arteri sekunder tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat dan kendaraan angkutan barang ringan dan bus untuk pelayanan kota dapat diizinkan melalui jalan ini.

g. Lokasi berhenti dan parkir pada jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak diizinkan pada jam sibuk.

(3) Pengembangan sistem jaringan jalan kolektor dengan kriteria-kriteria dan ciri-ciri : a. Jalan kolektor di disain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 (empat

puluh) kilo meter per jam (km/h) dengan lebar jalan kolektor paling rendah 9 (sembilan) meter clan mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.

b. Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor dibatasi secara efisien, jarak antar jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 400 meter.

c. Persimpangan pada jalan kolektor diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai dengan volume lalu lintasnya dan harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu pengatur lalu lintas dan lampu penerangan jalan. d. Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari jalan arteri

primer.

e. Dianjurkan tersedianya jalur khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan lambat lainnya.

f. Jalan kolektor dalam kota merupakan terusan jalan kolektor luar kota dan melalui atau menuju kawasan primer atau arteri primer.

g. Kendaraan angkutan barang berat dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini.

h. Lokasi parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak diizinkan pada jam sibuk.

(4) Pengembangan sistem jalan lokal dengan kriteria dan ciri-ciri :

a. Jalan Lokal di disain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh) kilo meter per jam (km/h) dengan lebar badan jalan paling rendah 6,5 (enam setengah) meter serta besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah dari pada sitem primer.

(12)

Pasal 20

Rencana pengembangan prasarana sumberdaya air meliputi :

a. pengembangan bendungan, air/bak penampung dalam rangka penyediaan air baku serta konservasi sumber air ;

b. pengembangan prasarana, jaringan drainase untuk pengendali banjir ; c. pengembangan jaringan air bersih untuk kebutuhan penduduk.

Pasal 21

Rencana pengembangan prasarana energi dan telekomunikasi meliputi : a. pengembangan instalasi listrik untuk meningkatkan pasokan daya ; b. pengembangan energi alternatif ;

c. pengembangan fasilitas telekomunikasi.

Pasa1 22

Rencana pengembangan perumahan dan pemukiman adalah penyediaan infrastruktur prasarana yang memiliki skala pelayanan kota.

Pasa1 23

Peraturan mengenai Penataan Ruang Wilayah Ibukota kabupaten Solok Selatan ditindak-lanjuti dengan penyusunan Rencana Detil Tata Ruang Ibukota Kabupaten Solok Selatan.

Bagian Kedua Rencana Pola Tata Ruang

Paragraf 1

Kawasan Lindung

Pasa1 24

Peta pola tata ruang kawasan lindung adalah :

a. Menetapkan kawasan yang berfungsi lindung baik yang di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan.

b. Mempertahankan kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumber daya air dan

c. Mengendalikan pemanfaatan ruang di luar kawasan lindung sehingga tetap ber fungsi lindung.

Pasal 25

(1) Kawasan yang berfungsi lindung didalam kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam huruf a pasal 24 Peraturan Daerah ini terdiri dari hutan konservasi dan hutan lindung. (2) Kawasan yang berfungsi lindung di luar kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam

(13)

Pasal 26

Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasa124 Peraturan daerah ini terdiri dari a. Kawasan penyangga Primer berfungsi sebagai penyangga bagi kawasan perkotaan,

terdiri atas :

1. Kawasan hutan yang berfungsi lindung ; 2. Kawasan resapan air.

b. Kawasan penyangga Sekunder terdiri atas : 1. Sempadan sungai ;

2. Daerah Aliran Sungai dan Limpasan Air ; 3. Kawasan sekitar mata air.

c. Kawasan suaka alam, terdiri atas : 1. Kawasan cagar alam ;

2. Kawasan suaka margasatwa

d. Kawasan pelestarian alam adalah meliputi Kawasan Taman nasional e. Kawasan perlindungan plasma nutfah

f. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan g. Kawasan rawan bencana alam, terdiri atas

1. Kawasan rawan bencana gunung berapi ; 2. Kawasan rawan gempa ;

3. Kawasan rawan gerakan tanah ; 4. Kawasan rawan banjir.

Pasal 27

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan kawasan penyangga primer dan penyangga sekunder sebagaimana dimaksud dalam huruf a Pasa1 26 Peraturan daerah ini meliputi :

a. Kawasan hutan yang berfungsi lindung yang terletak di Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) b. Kawasan resapan air.

Pasal 28

Kawasan lindung setempat sebagaimana dimaksud dalam huruf b Pasal 26 Peraturan daerah ini meliputi

a. Sempadan sungai terletak di Seluruh daerah Aliran Sungai ; b. Kawasan sekitar daerah Limpasan Air ;

c. Kawasan sekitar mata air, tersebar di daerah Ibukota Kabupaten Solok Selatan.

Pasa129

Kawasan suaka alam sebagaimana dimaksud dalam huruf c pasal 26 Peraturan Daerah ini meliputi :

(14)

Pasa1 30

Kawasan pelestarian sebagaimana dimaksud dalam hurf d Pasal 26 Peraturan Daerah ini meliputi Kawasan Taman Nasional, yaitu : Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) terletak di sebelah selatan Kabupaten Solok Selatan.

Paragraf 2

Rencana Pola Tata Ruang Kawasan Budidaya Pasa1 31

(1) Kawasan budidaya a terdiri dari kawasan budidaya di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan.

(2) Kawasan budidaya di dalam kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini adalah hutan produksi.

(3) Kawasan budidaya diluar kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini terdiri dari kawasan pemukiman perkotaan dan pedesaan, industri, perkebunan, pertanian, pertambangan, pariwisata, dan kawasan lainnya di luar kawasan hutan.

Pasal 32

Rencana pola tata ruang kawasan budidaya adalah :

a. Mempertahankan fungsi lahan di kawasan pertanian lahan basah, terutama lahan sawah beririgasi teknis;

b. Meningkatkan produktivitas lahan sawah melalui upaya intensifikasi dan ;

c. Pengembangan infrastruktur sember daya air untuk menjamin ketersediaan air dan jaringan irigasi.

Paragraf 3

Kawasan Budidaya Lahan Pertanian Pasa1 33

Untuk mempertahankan lahan sawah terutama yang beririgasi teknis, program pengem-bangannya adalah sebagai berikut :

a. Pengukuhan kawasan pertanian lahan basah khususnya lahan sawah beririgasi teknis ; b. Peningkatan pelayanan infrastruktur pertanian untuk mempertahankan keberadaan fungsi

lahan sawah beririgasi teknis ; c. Mengendalikan alih fungsi sawah.

d. Mempertahankan lahan sawah sebagaimana dimaksud dalam Pasa134 Peraturan Daerah ini, pelaksanaannya dilakukan sejak awal tahun perencanaan.

Pasa1 34

(15)

(2) Peningkatan pelayanan infrastruktur pertanian untuk mempertahankan keberadaan fungsi lahan sawah beririgasi teknis sebagaimana dimaksud dalam huruf b Pasal 34 Peraturan daerah ini, diprioritaskan melalui kegiatan peningkatan jaringan irigasi, baik pada irigasi primer, sekunder dan tersier, termasuk irigasi desa.

(3) Pengendalian alih fungsi lahan sawah sebagaimana dimaksud huruf c Pasal 34 Peraturan daerah ini, dilakukan melalui mekanis perizinan pemanfaatan ruang.

Pasa1 35

(1) Dalam rangka mempertahankan kawasan sawah khususnya yang beririgasi teknis, didukung oleh pembiayaan yang ber sumber dari anggaran pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah kabupaten/Kota dan masyarakat serta dunia usaha atau dalam bentuk kerjasama pembiayaan.

(2) Bentuk-bentuk kerjasama pembiayaan akan diatur lebih lanjut sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.

Paragraf 4

Rencana Daya Dukung dan daya Tampung Lingkungan Hidup

Pasal 36

Rencana daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup adalah : a. Mengendalikan pemanfaatan ruang dan sumberdaya alam ; b. Mengendalikan laju pertumbuhan penduduk ;

c. Mewujudkan distribusi penduduk sesuai dengan daya tampungnya ;

d. Mengendalikan pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi penduduk sesuai dengan daya dukungnya.

BAB VI

PEMANFAATAN RUANG

Bagian Pertama Struktur Tata Ruang

Pasal 37

Untuk mewujudkan suatu kawasan yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan sekitarnya, pengembangan kawasan andalan dilaksanakan melalui program :

a. Pengembangan agribisnis b. Pengembangan industri c. Pengembangan Pariwisata d. Pengembangan jasa

(16)

Bagian Kedua

Pembiayaan Pembangunan Pasal 38

Untuk mewujudkan proposi kawasan lindung sebesar 45% program, pengembangan kawasan lindung adalah sebagai berikut :

a. pengukuran kawasan lindung.

b. rehabilitasi dan konservasi kawasan di kawasan lindung guna mengembalikan meningkatkan fungsi lindung.

c. pengendalian kawasan lindung.

d. pengembangan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan lindung. e. Peningkatan pemanfaatan potensi sumberdaya hutan.

f. Pengembangan pola intensif dan disintensif pengelolaan kawasan lindung.

Pasal 39

(1) Dalam rangka menjamin terselenggaranya pemanfaatan ruang di kawasan lindung secara seimbang dan berkeadilan didukung oleh pembagian peran antar pelaku dan pembiayaan yang bersumber dari anggaran Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, masyarakat dan atau dalam bentuk kerjasama pembiayaan. (2) Bentuk-bentuk kerjasama pembiayaan diatur lebih lanjut sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

BAB VII

PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG Bagian pertama

Umum Pasal 40

Pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang.

Pasal 41

Koordinasi pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan oleh Bupati melalui Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah (TKPRD) Kabupaten, bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/ Kota dan melibatkan peran serta masyarakat.

Bagian Kedua Pengawasan

Pasa142

(17)

(2) Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah kabupaten melakukan pengawasan pemanfaatan ruang yang berhubungan dengan program, kegiatan pembangunan, dan pemberian izin pemanfaatan ruang.

(3) Sistem pelaporan dan materi laporan perkembangan struktur dan pola tata ruang adalah sebagai berikut :

1. Perkembangan pemanfaatan ruang ;

2. Perkembangan perubahan fungsi dan pemanfaatan ruang serta izin pemanfaatan ruang ;

3. Masalah-masalah pemanfaatan ruang yang perlu diatasi

4. Masalah-masalah pemanfaatan ruang yang akan muncul dan perlu diantisipasi

Bagian Ketiga Penertiban

Pasa143

(1) Penertiban terhadap pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam pasal 43 Peraturan Daerah ini, dilakukan berdasarkan laporan perkembangan pemanfaatan ruang hasil pengawasan.

(2) Penertiban terhadap pemanfaatan ruang dilakukan oleh aparat pemerintah Daerah Solok Selatan yang berwenang terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang.

(3) Bentuk penertiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) Pasal ini berupa pemberian sanksi yang ter diri dari sanksi administratif dan sanksi pidana.

BAB VIII

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 44

(1) Peran serta masyarakat dalam proses perencanaan dilakukan melalui pemberian informasi berupa data, bantuan pemikiran dan keberatan, yang disampaikan dalam bentuk dialog, angket, internet dan melalui media lainnya baik langsung maupun tidak langsung.

(2) Peran serta masyarakat dalam proses pengendalian pemanfaatan ruang dapat dilakukan melalui :

a. Pengawasan dalam bentuk pemantauan terhadap pemanfaatan ruang dan pemberian informasi atau laporan pelaksanaan ruang ;

b. Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan penertiban pemanfaatan ruang.

Pasal 45

Dalam kegiatan penataan ruang wilayah masyarakat berhak :

(18)

b. Mengetahui secara terbuka RTRW Ibukota Kabupaten Solok Selatan ;

c. Menikmati pemanfaatan ruang dan atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari penataan ruang ;

d. Memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang.

Pasal 46

(1) Untuk mengetahui rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam huruf b Pasal 48 peraturan Daerah ini, masyarakat dapat mengetahui RTRW Ibukota Kabupaten Solok Se latan dari Lembaran Daerah kabupaten Solok Selatan, pengumuman atau penyebar luasan oleh pemerintah Kabupaten Solok Selatan pada tempat-tempat yang memungkinkan masyarakat mengetahui dengan mudah.

(2) Pengumuman atau penyebarluasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini diketahui masyarakat melalui penempelan/pemasangan peta rencana tata ruang yang bersangkutan pada tempat-tempat umum dan kantor-kantor yang secara fungsional menangani rencana tata ruang tersebut.

Pasal 47

(1) Dalam menikmati manfaat ruang dan atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam huruf c Pasal 48 Peraturan Daerah ini, pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Untuk menikmati dan memanfaatkan ruang beserta sumberdaya alam yang terkandung

didalamnya, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berupa manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan dilaksanakan atas dasar pemilikan, penguasaan, atau pemberian hak tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan ataupun atas hukum adat dan kebiasaan yang berlaku atas ruang pada masyarakat setempat.

Pasal 48

(1) Untuk memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan RTRW Ibukota kabupaten Solok Selatan sebagaimana dimaksud dalam huruf d dalam pasal 48 Peraturan Daerah ini, diselenggarakan secara musyawarah dengan pihak yang berkepentingan.

(2) Dalam hal tidak dicapai kesepekatan mengenai penggantian yang layak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, penyelesaiannya dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 49

Dalam kegiatan penataan ruang wilayah Ibukota Kabupaten Solok Selatan, masyarakat wajib :

(19)

b. Berlaku tertib dalam keikutsertaannya dalam proses perencanaan tata ruang, pemantaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang ;

c. Mentaati RTRW Ibukota Kabupaten Solok Selatan yang telah didetapkan.

Pasal 50

(1) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 Peraturan Daerah ini, dilaksanakan dengan mematuhi clan menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu, dan aturan-aturan penataan ruang ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Kaidah dan aturan pemantaatan ruang yang dipraktekkan masyarakat secara turun temurun dapat diterapkan sepanjang memperhatikan faktor-fakltor daya dukung lingkungan, estetika lingkungan dan struktur pemantaatan ruang serta dapat menj amin pemantaatan ruang yang serasi, selaras dan seimbang.

BAB IX

PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG WILAYAH

Pasal 51

(1) Rencana Tata Ruang Wilayah Ibukota Kabupaten Solok Selatan dapat ditinjau kembali (dievaluasi) setelah 5 (lima) tahun dan apabila diperlukan, direvisi dapat dilaksanakan sesuai dengan hasil yang diperoleh.

(2) Perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pada pasal ini ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

BAB X

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 52

(1) Sanksi administratif dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang yang ber akibat pada : terhambatnya pelaksanaan program pemanfaatan ruang.

(2) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berupa : a. Penghentian sementara pelayan administratif ;

b. Penghentian sementara pemanfaatan ruang di lapangan ; c. Denda administratif ;

(20)

BAB XI

KETENTUAN PIDANA

Pasal 53

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasa127, Pasa128, Pasa129, Pasal 30 dan Pasal 33 Peraturan Daerah ini, diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,-(lima juta rupiah).

(2) Selain tindak pidana pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, tindak pidana atas pelanggaran pemanfaatan ruang yang mengakibatkan perusakan dan pencemaran lingkungan serta kepentingan umum lainnya dikenakan ancaman pidana sesuai dengan per aturan perundangundangan yang berlaku..

BAB XII PENYIDIKAN

Pasal 54

(1) Selain pejabat penyidik POLRI yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidik atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini, dapat juga d Daerah Solok Selatan yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Dalam pelaksanaan tugas penyidikan, para Pejabat Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berwenang :

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana ; b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan

pemeriksaan ;

c. Menyuruh berhenti tersangka dan memeriksa tanda pengenal dari tersangka ; d. Melakukan penyitaan benda atau surat ;

e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang ;

f. Memanggil seseorang untuk dijadikan ter sangka atau saksi ;

g. Mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dalam pemeriksaan perkara ;

(21)

BAB XIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 55

Pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini, semua Peraturan Daerah dan Peraturan Pelaksanaan yang berkaitan dengan penataan ruang yang telah ada, tetap berlaku sepanjang tidak dipertentangkan dengan Peraturan Daerah ini.

BAB XIV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 56

Dengan diberlakukannya Peraturan Daerah Kabupaten Solok Selatan tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Ibukota kabupaten Solok Selatan Nomor 3 Tahun 2005. Maka Peraturan daerah ini dinyatakan berlaku dan sah.

Pasal 57

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 58

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Solok Selatan.

Ditetapkan di : Padang Aro Pada tanggal : 6 Oktober 2005

BUPATI SOLOK SELATAN,

dto.

SYAFRIZAL

Diundangkan di : Padang Aro Pada tanggal : 6 Oktober 2005

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN

dto.

ROSMAN EFFENDI, SE,SH,MM,MBA. NIP. 010 122 943

Referensi

Dokumen terkait

terhadap pemenuhan jaminan hak-hak di bidang kesehatan menuju Semarang Kota Layak Anak, sedangkan tujan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui responsivitas

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada skor penyesuaian diri di sekolah sebelum dan sesudah penerapan bimbingan

Dalam metode ini, jumlah piutang yang diestimasikan tidak akan tertagih dicatat dengan mendebit akun beban piutang tak tertagih dan mengkredit penyisihan piutang tak

tentang Kekuasaan Kehakiman sengketa ekonomi syariah merupakan kewenangan Peradilan Agama sebagai penyelesaian sengketa melalui litigasi, namun para pihak yang

Kemente rian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia dan Kementerian llmu Pengetahuan dan Teknologi Republik Rakyat Tiongkok (yang

Untuk setiap aksi yang dilakukan oleh pengguna, sebaiknya harus ada umpan balik dari sistem. Untuk aksi yang minor namun sering dipakai, umpan balik sebaiknya bersifat

RPJMD Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015 harus memperhatikan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sebagaimana telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten