• Tidak ada hasil yang ditemukan

Caleg Perempuan Dalam Pusaran Media

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Caleg Perempuan Dalam Pusaran Media"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Caleg Perempuan Dalam Pusaran Liputan Media di Sumatera Utara

Sistem pemilihan legislatif (Pileg) di Indonesia selalu didasari oleh sistem proporsional dalam rangka mengisi lembaga perwakilan rakyat seperti, DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), DPRD Provinsi (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah), dan DPRD Kabupaten/Kota. Begitu pula dengan pemilihan legislatif di Sumatera Utara. Sistem ini bertujuan untuk merekrut para wakil rakyat baik di tingkat nasional maupun lokal yang berasal dari berbagai kelompok, mengingat bahwa secara realitas sosial Indonesia merupakan negara plural. Dengan demikian sistem multipartai secara sosiologis dapat tercermin dalam hasil pemilu pada kursi DPR Pusat, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.

Thoha (2005) mengartikan pluralisme dalam pemahaman sosio-politis sebagai suatu sistem yang mengakui ko-eksistensi keragaman kelompok baik yang bercorak ras, suku, aliran maupun partai dengan tetap menjunjung tinggi aspek-aspek perbedaan yang sangat karakteristik di antara kelompok-kelompok.1. Hal ini tentunya tidak hanya sekedar memberi harapan, namun juga kesadaran kepada pemangku kebijakan dalam memahami bahwa ko-eksistensi berbagai kelompok atau keyakinan disatu waktu dapat berjalan dengan tetap memelihara perbedaan-perbedaan dan karesteristik masing-masing. Pengertian tersebut secara substansial memang sudah mewakili keadilan sosial yang seharusnya tercermin dalam hasil pemilihan legislatif. Namun bagaimana pada kenyataan di lapangan? Dalam konteks pemilu, pluralisme justru hanya dilihat dari beragam partai politik yang masuk ke dalam parlemen. Sehingga pada akhirnya di tingkat yang lebih spesifik perbedaan gender bukan menjadi hal prioritas dalam model perekrutannya.

Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh budaya politik yang ada di Indonesia, dimana politik hanya identik dengan laki-laki. Kentalnya budaya patriarki sejak awal sudah mengaburkan eksistensi perempuan di ranah politik, sehingga belum ditemukannya wacana positif mengenai hal ini. Sama halnya dengan fenomena yang terjadi di Sumatera Utara. Angka keterwakilan perempuan masih jauh di bawah angka nasional. Dimana pada tingkat nasional, jumlah keterwakilan perempuan pada kursi DPR mencapai 18%, sekitar 82 orang dari 560 yang terpilih. Sementara untuk DPRD Provinsi mencapai 16% atau sekitar 84 orang, dan pada tingkat DPRD Kabupaten/Kota mencapai 12% atau sekitar 88 orang. Angka

1

(2)

ini tentunya tidak sebanding jika disandingkan dengan jumlah calon legislatif laki-laki yang relatif lebih banyak.

Fenomena ini tentunya diharapkan berubah seiring dengan dikeluarkannya peraturan UU No.8 Tahun 2012 yang memberikan hak istimewa bagi kaum perempuan untuk terjun ke kancah politik. Hal ini kemudian memberikan makna mendalam bagi penguatan hak-hak politik bagi kaum perempuan dalam memenuhi kuota keterwakilan sebanyak 30%. Dimana, kepengurusan partai wajib mengakomodir sekurangnya 30% perempuan, begitu juga dalam proses pengajuan bakal caleg yang wajib menyatakan 30% perempuan di setiap daerah pemilihan. Merujuk peraturan tersebut, Komisi Pemilihan Umum (KPU) kemudian menafsirkan lebih lanjut ke dalam Peraturan KPU RI No.29 Tahun 2013 dalam pasal 27 ayat 3 tentang pencalonan anggota DPR, DPD, dan DPRD. Dimana, caleg perempuan akan menjadi prioritas jika suatu daerah pemilihan terdapat dua caleg berjenis kelamin berbeda memperoleh jumlah suara sama.

Peraturan tersebut patut mendapat apresiasi terhadap ketentuan mengedepankan demokrasi serta mengutamakan keterwakilan perempuan di parlemen. Partai politik yang terlibat juga sepatutnya rasional dan objektif melihat dinamika percaturan politik di Indonesia, karena secara kuantitas, pemilih terbanyak dan terbesar adalah kaum perempuan. Sehingga kualitas yang dilahirkan dari kalangan perempuan mampu menyeimbangi kualitas calon legislatif dari kalangan pria. Tentunya dengan tidak hanya melakukan pendekatan personalitas dan organisatoris saja, namun juga apik melakukan pelatihan kepemimpinan terhadap kader perempuan agar lebih mampu berkiprah di dunia politik.

Hal terpenting lainnya adalah bahwa kekuatan politik perempuan tidak akan terkonsolidasi dengan baik jika kebijakan afirmatif terhadap perempuan tidak diberlakukan secara optimal. Salah satu yang mampu mempengaruhinya adalah peningkatan kesadaran dan keterwakilan publik yang harus selalu ditingkatkan sehingga terbangun pentingnya eksistensi dan peran perempuan dalam bidang politik. Perwujudan hal tersebut perlu dilakukan dengan mengekspos kampanye publik secara intensif dengan memanfaatkan saluran komunikasi massa yang efektif. Idealnya, kalangan media harus selalu peduli untuk melakukan civic education sekaligus watching to the political process selama pemilihan legislatif berlangsung.2 Dalam hal ini, media tidak hanya menjalankan fungsi informasi, tetapi juga menyalurkan fungsi edukatif dalam membantu mempublikasikan track record para kader

2

(3)

politik perempuan yang siap tempur di dunia politik. Dengan demikian partisipasi politik perempuan dengan mudah diterima oleh masyarakat sehingga mampu mengedepankan nilai-nilai keberagaman yang adil.

Sejalan dengan hal itu, perilaku media massa di Sumatera Utara juga perlu diawasi untuk sekedar mengukur seberapa aktif mereka mempublikasikan pemberitaan calon legislatif dari kalangan perempuan. Apakah peran aktifnya sebagai saluran informatif dan berimbang sudah memenuhi kaidah etika media selama masa pemilihan legislatif berlangsung? Sesuai dengan poin yang dituliskan oleh Henry Subiakto dan Rachmah Ida dalam buku Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi bahwa media idealnya selalu memberikan kesempatan yang sama pada semua peserta pemilu secara personal, baik yang berasal dari partai besar ataupun kecil, terutama baik laki-laki ataupun perempuan. Kemudian hal yang terpenting juga untuk diketahui adalah bagaimana posisi calon legislatif perempuan dalam setiap pemberitaan? Sudahkah caleg perempuan independen dan mampu berdiri sendiri tanpa ada embel-embel stereotype yang menjatuhkan citra perempuan? Masihkah ada bias gender yang tersirat dalam kalimat pemberitaan? Karena hal ini secara otomatis akan meneruskan budaya pengelompokan perempuan sebagai kaum minoritas dan terpinggirkan, sehingga sulit mendapatkan hak yang sama dengan kaum laki-laki untuk berkiprah di dunia politik.

Metode dan Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis isi kuantatif. Berelson & Kerlinger (Kriyantono: 2012) mengartikan bahwa analisis isi merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak3. Adapun prinsip-prinsip dari metode analisis isi ini adalah Pertama, sistematis artinya perlakuan prosedur yang sama pada semua isi yang dianalisis. Kedua, objektif artinya hasil analisis tergantung pada prosedur riset bukan pada orangnya. Ketiga, kuantitatif artinya mencatat nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai jenis isi yang didefinisikan. Keempat, isi yang nyata artinya yang diriset dan dianalisis adalah isi yang tersurat (tampak) bukan makna yang dirasakan periset.

Dalam penelitian ini, berita yang dianalisis adalah seluruh pemberitaan calon legislatif perempuan dan laki-laki dalam kaitannya dengan Pemilihan Legislatif 2014 (Pileg) yang

3

(4)

dimuat oleh lima surat kabar lokal di Medan yakni, Harian Analisa, Waspada, Medan Bisnis, Sinar Indonesia Baru (SIB), dan Tribun Medan. Pilihan kelima surat kabar didasarkan jumlah tiras yang cukup besar dengan segmentasi yang beragam. Adapun pemberitaan calon legislatif laki-laki turut diteliti untuk mengetahui jumlah perbandingan pemberitaan keduanya. Berita yang dianalisis dibatasi mulai dari periode 16 Maret – 05 April 2014. Pembatasan edisi surat kabar didasari oleh alasan bahwa pada tanggal tersebut merupakan masa kampanye menjelang pemilihan legislatif. Adapun indikator yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari 6 kategori yakni:

1. Penempatan Berita 1.1Rubrik

1.2Tata Letak

2. Asal Berita (kategori ini bisa lebih dari satu dalam satu berita) 3. Caleg yang diberitakan

4. Orientasi Pemberitaan 5. Posisi Caleg Perempuan

6. Bias Gender Dalam Pemberitaan

Hasil Monitoring

Partisipasi politik perempuan tidak saja dilakukan dengan memberikan suara, tetapi juga dilakukan dengan cara perempuan terjun langsung ke dunia politik. Selama ini jumlah keterlibatan perempuan di dunia politik semakin meningkat. Hal ini tentunya juga atas upaya regulasi yang mengharuskan partai politik memenuhi kuota keterwakilan perempuan sebanyak 30%. Tapi, kondisi yang terlihat di Sumatera Utara tidak menunjukkan hal yang signifikan. Pengaruh besar tentunya datang dari media massa sebagai saluran informasi yang seharusnya mendukung keberadaan perempuan melalui teknik peliputan dan framing atau kerangka mengupas diskursus politik pada kalangan perempuan. Jumlah pemberitaan dengan jumlah calon legislatf yang maju ke senayan terlihat tidak seimbang. Publikasi pengenalan calon legislatif perempuan cenderung terdiskriminasi secara jumlah. Tidak hanya itu, isi pemberitaan juga masih banyak meliput kandidat politisi perempuan melalui isu stereotype. Dengan menonjolkan kaum perempuan yang lemah, tidak mampu berdiri sendiri tanpa popularitas keluarga terdekat, seperti suami dan ayah dari kandidat perempuan itu sendiri.

(5)

1. Frekuensi Pemberitaan

Dari tabel di atas ditemukan bahwa pemberitaan dari 21 edisi kelima surat kabar yang diteliti, pemunculan pemberitaan mengenai calon legislatif laki-laki dan perempuan berjumlah 210 berita. Dimana terlihat secara detail dalam diagram 1 bahwa khusus caleg perempuan saja, pemberitaan hanya mencapai angka 21% atau sekitar 45 berita. Sementara untuk caleg laki-laki mencapai angka 72% atau sekitar 152 berita. Selebihnya adalah berita campuran keduanya, yakni mencapai angka 6% atau sekitar 13 berita.

Diagram.1

Kemudian secara spesifik, terlihat pada grafik 1 bahwa media cetak yang aktif memberitakan kandidat politik pada pemilihan legislatif 2014 adalah Medan Bisnis sebanyak 70 pemberitaan. Perbandingan mencolok terlihat dengan pemberitaan caleg perempuan yang hanya ditampilkan sekitar 19% dan caleg laki-laki sebanyak 71%. Hal ini dipengaruhi oleh penyediaan halaman khusus pemilu pada masa kampanye. Sementara pada urutan kedua surat

(6)

kabar Harian Analisa memumculkan 59 pemberitaan. Dengan porsi masing-masing caleg perempuan sebanyak 27% atau sekitar 16 berita, caleg laki-laki sebanyak 68% atau sekitar 40 berita. Sisanya 3 berita (5%) merupakan berita campuran keduanya. Posisi selanjutnya diduduki oleh surat kabar Waspada dengan pemunculan keseluruhan berita sebanyak 38 berita tanpa ada berita campuran. Dimana, berita caleg perempuan sebanyak 21% atau sekitar 8 berita dan caleg laki-laki sebanyak 79% atau sekitar 30 berita. Dua posisi terbawah diduduki oleh surat kabar Sinar Indonesia Baru (SIB) dan Tribun Medan.

Sama halnya dengan ketiga surat kabar di atas, jumlah pemberitaan pada surat kabar SIB juga memperlihatkan perbandingan yang mencolok, yakni hanya 3 (10%) saja pemberitaan terkait caleg perempuan dan 23 (79%) pemberitaan terkait caleg laki-laki, 3 (10%) berita selebihnya adalah campuran keduanya. Begitu pula dengan surat kabar Tribun Medan, pemunculan pemberitaan caleg perempuan sejumlah 5 berita dari 14 yang ditemukan atau sekitar 36%. Kemudian pemberitaan caleg laki-laki sejumlah 9 berita atau sekitar 64%. Sementara itu tidak ditemukannya berita campuran keduanya.

Grafik.1 Analisa Waspa

da

Medan

Bisnis SIB

Tribun Medan

Caleg Perempuan 16 27% 8 21% 13 19% 3 10% 5 36%

Caleg Laki-laki 40 68% 30 79% 50 71% 23 79% 9 64%

Campuran 3 5% 0 0% 7 10% 3 10% 0 0%

0 10 20 30 40 50 60

Grafik 1.

(7)

2. Penempatan Berita

Kategori rubrik merupakan salah satu unsur yang layak diteliti, sebab penempatan berita berdasarkan rubrik (kepala karangan) dapat dengan mudah memperlihatkan pemberitaan sejenis. Dari hasil monitoring, ada tiga surat kabar yang membuat rubrik khusus

Pemilu. Dimana jumlah terbanyak pemberitaan kandidat legislatif terdapat pada rubrik

Pemilu sebanyak 105 berita atau sekitar 50%. Masing-masing diperoleh dari Harian Analisa sebanyak 58 berita, Waspada sebanyak 33 berita, dan Tribun Medan sebanyak 14 berita. Selanjutnya rubrik Politik menempati posisi kedua terbanyak pada surat kabar Medan Bisnis, yakni sebanyak 56 berita atau sekitar 27%.. Rubrik dengan posisi ketiga terbanyak memberitakan calon legislatif adalah rubrik Daerah sejumlah 31 berita atau sekitar 20%. Dimana 8 berita berasal dari Medan Bisnis dan 23 berita berasal dari SIB. Selanjutnya pada rubrik Lainnya merupakan rubrik terbanyak keempat sebanyak 14 berita. Harian Analisa 1

berita pada rubrik “Analisa Minggu”, Waspada 5 berita pada rubrik “Laporan Khusus”,

Medan Bisnis 5 berita pada rubrik “Metropolitan”, SIB 2 berita pada rubrik “Pumpunan” dan

(8)

Dari keseluruhan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa selama masa menjelang pemilihan legislatif, surat kabar lokal yang paling gencar menampilkan pemberitaan calon legislatif baik perempuan maupun laki-laki adalah Medan Bisnis. Meskipun tidak memiliki agenda khusus dalam menetapkan rubrik pemberitaan pemilu dan dominan berorientasi pada pemberitaan bisnis dan ekonomi, namun Medan Bisnis secara konsisten menampilkan profil calon legislatif pada rubrik politik sehingga informasi mengenai Pileg dengan mudah ditemukan. Dari 5 surat kabar yag diteliti ditemukan 3 diantaranya yang memiliki agenda khusus dalam menampilkan pemberitaan terkait pileg yakni, Harian Analisa dengan judul rubrik Pentas Demokrasi, Waspada dengan judul rubrik Pentas pemilu 2014, dan Tribun Medan dengan judul rubrik Tribun Election.

b. Tata Letak

Selain rubrik, pada kategori penempatan berita diperlukan adanya analis mengenai tata letak (layout). Alasan utama menggunakan indikator ini adalah bahwa tata letak pemberitaan merupakan faktor yang menjadikan suatu wacana berita dinilai penting atau tidak untuk dibaca oleh khalayak. Beberapa kategori yang dilihat dalam bagian tata letak adalah headline, halaman depan bukan headline, halaman dalam, halaman belakang, halaman khusus pemilu, dan halaman khusus/suplemen.

(9)

dalam, dimana Medan Bisnis menampilkan sebanyak 68 berita dan Sinar Indonesia Baru (SIB) sebanyak 25 berita. Sama halnya pada bagian halaman dalam non-headline, hanya terdapat dua surat kabar yang meletakkan pemberitaan pemilihan legislatif, yakni Medan Bisnis sebanyak 1 berita dan SIB sebanyak 3 berita.

Meskipun halaman khusus pemilu sudah cukup memadai dalam upaya membuat agenda tata letak liputan para kandidat calon legislatif, namun hal tersebut tidak cukup memadai bagi surat kabar Waspada. Dari hasil monitoring, ditemukan 5 peliputan berita calon legislatif terletak pada halaman suplemen atau tambahan. Dimana, halaman ini diberi

judul “Laporan Khusus” dan biasanya dapat menghabiskan satu atau dua halaman penuh

dengan desain fullcolour. Sementara 3 berita atau sekitar 1% dari keseluruhan halaman yang digunakan ada pada halaman bagian belakang. Dari 3 berita yang ditemukan, masing-masing ditampilkan pada surat kabar Harian Analisa, Medan Bisnis, dan Sinar Indonesia Baru.

3. Asal Berita

Catatan: Kategori Asal Berita bisa lebih dari satu dalam satu berita Tabel.4

Tahap berikutnya adalah menganalisis asal ataupun sumber berita. Hal ini perlu diketahui dengan alasan kuat bahwa, nilai kualitas suatu media akan teruji darimana beritanya berasal. Tentunya media yang berkualitas adalah media yang mengutamakan kepentingan publik dengan memperoleh berbagai informasi secara independen. Dalam hal ini, peneliti menentukan kategori pengelompokan asal atau sumber berita ke dalam beberapa bagian berikut yakni, konferensi pers, press release, keterangan humas/jubir, liputan lapangan, mengutip keterangan media lain, atau tidak jelas. Keseluruhan pembagian kelompok tersebut didasari oleh pendapat yang dikemukakan oleh Eugene J.Webb dan Jerry R. Salancik4 yakni,

4

(10)

observasi langsung dan tidak langsung dari situasi berita, proses wawancara, pencarian atau penelitian bahan-bahan melalui dokumen publik, dan partisipasi dalam peristiwa. Kecuali untuk kategori tidak jelas, hal ini turut dipertimbangkan sebab selama melakukan monitoring pemberitaan peneliti menemukan adanya pemberitaan yang tidak mencantumkan sumber berita yang jelas, baik by line maupun kode penulis di akhir berita. Jumlah kuantitas sumber berita akan melebihi angka jumlah liputan yang ditemukan, sebab di dalam satu pemberitaan peneliti mempertimbangkan sumber berita yang ternyata tidak hanya dari satu sisi saja. Berikut pemaparannya:

Dari hasil monitoring ditemukan bahwa dari 59 liputan, surat kabar Harian Analisa menampilkan pemberitaan yang berasal dari liputan langsung sebanyak 57 berita dan press release sebanyak 23 berita. Berbeda dengan surat kabar Waspada, sumber berita yang diperoleh tidak hanya berasal dari liputan langsung dan press release saja, namun juga berasal dari keterangan humas/jubir. Dimana masing-masing jumlahnya yakni, liputan langsung sebanyak 25 berita, press release sebanyak 6 berita, dan keterangan humas/jubir sebanyak 5 berita. Adapun pemberitaan yang ebrasal dari keterangan humas/jubir pada surat kabar Waspada ditandai pada rubrik tambahan/suplemen secara keseluruhan.

Hampir sama halnya dengan Harian Analisa, hasil monitoring menemukan bahwa surat kabar Medan Bisnis dan Tribun Medan menampilkan liputan kandidat calon legislatif yang bersumber dari dua kategori. Dimana pada Medan Bisnis 70 diantaranya merupakan liputan langsung dan 7 diantaranya gabungan antara press release dan wawancara langsung. Sementara pada Tribun Medan, 14 diantaranya bersumber dari liputan langsung dan 3 diantaranya merupakan gabungan antara konferensi pers sekaligus liputan langsung. Namun, jumlah yang sedikit berbeda terlihat pada surat kabar SIB, dimana dari 29 peliputan yang ditemukan, 5 diantaranya tidak memperlihatkan sumber yang jelas. Hal tersebut dipertanyakan sebab tidak ada penanda yang mampu memperkuat hasil peliputan ke lima berita tersebut, baik by line maupun kdoe penulis di akhir berita. Sementara sisanya berasal dari liputan langsung sebanyak 20 berita dan gabungan wawancara dan press release sebanyak 4 berita.

(11)

4. Orientasi Pemberitaan Terhadap Kaum Marjinal

Orientasi Pemberitaan Analisa Waspada Medan Bisnis SIB

Tribun

Medan Total

F % F % F % F % F % F %

Positif 10 17% 8 21% 12 17% 2 7% 4 29% 36 17%

Negatif 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%

Penilaian negatif dan positif 4 7% 0 0% 2 3% 0 0% 0 0% 6 3%

Tidak ada penilaian 45 76% 30 79% 56 80% 27 93% 10 71% 168 80%

Jumlah 59 100% 38 100% 70 100% 29 100% 14 100% 210 100%

Tabel.5

Selain untuk mengukur jumlah pemunculan peliputan kandidat calon legislatif perempuan dan laki-laki, monitoring juga dilakukan untuk mengetahui orientasi pemberitaan. Poin ini berguna untuk mengulik sedikit arah pemberitaan yang digambarkan oleh media cetak terhadap objek maupun subjek liputan mereka, terkhusus pada caleg perempuan yang masih minim ditemukan dalam setiap pemberitaan. Kategori yang digunakan adalah pemberitaan yang bernada positif, negatif, penilaian positif dan negatif, atau tanpa ada penilaian sama sekali. Dalam hal ini, orientasi pemberitaan hanya difokuskan kepada caleg perempuan yang masih dianggap minoritas dalam pemilihan legislatif. Hal tersebut tentunya hanya diperhitungkan pada peliputan berita yang mengandung unsur kandidat caleg perempuan saja. Untuk itu, dari 210 peliputan berita yang diperoleh hanya ada 58 berita yang akan dianalisis oientasi pemberitaannya. Angka tersebut diperoleh dari data jumlah liputan berita caleg perempuan sejumlah 45 berita dan liputan caleg perempuan dan laki-laki (campuran) sejumlah 13 berita.

(12)

Salah satu pemberitaan yang berorientasi positif pada pemberitaan caleg perempuan terlihat pada surat kabar Medan Bisnis5 dengan judul “Jabat Ketua Komisi A, Lily minta

kemananan di Kota Medan Ditingkatkan.” Penggambaran positif terlihat pada peliputan yang

menonjolkan prestasi Lily sebagai caleg perempuan yang memiliki track record meyakinkan karena jabatan sebelumnya sebagai ketua komisi A. Nada positif yang berbeda juga

ditonjolkan pada Harian Analisa pada edisi Selasa, 25 Maret 2014 dengan judul “Hak Perempuan Harus Diperjuangkan” yang dominan menggambarkan bahwa caleg perempuan

peduli terhadap keberlangsungan hak-hak perempuan yang harus diperjuangkan. Termasuk hak untuk mendapatkan kesamaan kedudukan caleg perempuan di dunia politik. Sedikit berbeda dengan surat kabar Waspada, dari 8 berita yang diperoleh mengenai caleg perempuan, keseluruhannya bernada positif. Meskipun begitu, jumlah tersebut sangat tidak memadai untuk menempatkan perempuan bukan sebagai kaum marginal dengan alasan perbandingan 1:4 tidaklah cukup bagi perempuan mengekspresikan dirinya lebih leluasa pada publik. Begitu pula orientasi pemberitaan positif yang mewarnai surat kabar Tribun Medan. Hal-hal yang diangkat secara intensif adalah mengenai kampanye publik yang dilakukan caleg perempuan dari partai politik yang membawanya masuk ke dalam pemilihan legislatif. Dari 5 pemberitaan yang diperoleh, setidaknya 4 berita di antaranya menggambarkan penilaian yang positif terhadap caleg perempuan. Berbeda dengan surat kabar SIB yang hanya menampilkan 3 liputan terkait caleg perempuan dan 2 diantaranya bernada positif.

5. Posisi Caleg Perempuan

Posisi Caleg Perempuan Analisa Waspada

Medan

Berikutnya adalah kategori analisis posisi caleg perempuan dalam peliputan di surat kabar. Hal ini merupakan poin yang dapat mengukur apakah suatu pemberitaan memiliki kecenderungan bias dalam menampilkan sosok perempuan ditengah-tengah masa pemilihan

5

(13)

legislatif. Ini juga mampu menggambarkan bagaimana media mampu mengangkat derajat pada kalangan publik yang masih menganggap bahwa stereotype perempuan yang masih terpinggirkan dalam dunia politik. Selain itu, proses analisis posisi caleg perempuan juga ingin melihat tingkat penting atau tidaknya caleg perempuan diberitakan dalam satu peliputan. Dari 58 pemberitaan yang diperoleh, mayoritas posisi caleg perempuan tergambar secara keseluruhan sebanyak 41 berita atau sekitar 71%. Angka ini diperoleh dari kelima surat kabar yang diteliti dengan jumlah yang berbeda-beda yakni, Harian Analisa sebanyak 14 berita, Waspada sebanyak 8 berita, Medan Bisnis sebanyak 12 berita, SIB sebanyak 2 berita, dan Tribun Medan sebanyak 2 berita.

Tentunya pada bagian awal akan mencerminkan bahwa caleg perempuan lebih diprioritaskan, mengingat dalam satu peliputan terdapat dua subjek pemberitaan sekaligus yakni, caleg perempuan dan laki-laki. Adapun pemberitaan yang memposisikan caleg perempuan pada bagian awal tulisan hanya terdapat 2 pemberitaan saja atau seitar 3%. Hal tersebut diperoleh dari surat kabar harian Analisa dan SIB. Sementara untuk posisi penulisan terkait caleg perempuan pada bagian tengah diperoleh sebanyak 8 berita ataus ekitar 14%. Masing-masing berita berasal dari Harian Analisa sebanyak 4 berita, Medan Bisnis sebanyak 3 berita, dan SIB sebanyak 1 berita. Berikutnya, tidak ditemukan posisi penulisan bagian akhir pada surat kabar Harian Analisa, Waspada, dan Tribun Medan. Sekitar 12% atau 7 berita tersebut (lihat tabel 6) berasal dari surat kabar Medan Bisnis sebanyak 5 berita dan SIB sebanyak 2 berita.

Dari kuantitas yang diperoleh pada kategori posisi caleg perempuan ini, setidaknya perempuan sebagai kaum minoritas dalam dunia politik masih mendapatkan tempat yang penting. Meskipun masih ada peliputan yang mengabaikan caleg perempuan dengan menempatkannya pada tulisan di bagian akhir. Dari 7 berita tersebut rata-rata hal yang menyebabkan posisi perempuan terletak pada bagian akhir adalah berita campuran, dimana konten berita dominan memprioritaskan caleg laki-laki pada bagian awal dan tengah dan hanya menyebutkan nama caleg perempuan di bagian akhir tanpa pembahasan lebih mendalam.

6. Caleg yang Diberitakan

(14)
(15)

Media Cetak Nama Caleg Perempuan

Jum'at, 28/03/2014 Anna Mari Ulina Gerindra

DPRD Sumatera

Utara

Siti Mariani PDI-P DPR-RI

Minggu, 30/03/2014 Damai Yona Demokrat

DPRD Sumatera

Kamis, 03/04/2014 Shanny Joan Salim PKPI

DPRD Sumatera

Utara

Anna Mari Ulina Gerindra DPR-RI

Rabu, 02/04/2014 Delia Pertiwi Golkar DPR-RI

Sabtu, 05/04/2013 Tetty Juliaty Nasdem

DPRD Sumatera

Senin, 17/03/2014 Heni Ria PDI-P

DPRD Sumatera

Utara

Rabu, 19/03/2014 Dewi Astuty Hanura

DPRD

Kabupaten/Kota

(16)

Tabel.7

Kabupaten/Kota

Jum'at, 21/03/2014 Mega Magdalena PDI-P

DPRD

Jum'at, 28/03/2014 Dewi Sartika Golkar

DPRD Sumatera

Utara

Murniati Gerindra

DPRD Sumatera

Utara

Selasa, 01/04/2014 Rumiana, Suhartati PBB

DPRD Sumatera

Senin, 17/03/2014 Suryaningsi, Agustina PKPI

DPRD

Kabupaten/Kota

Selasa, 18/03/2014 Rooslynda Demokrat DPR-RI

Selasa, 25/03/2014 Ida Nadem

Selasa, 01/04/2014 Rooslynda Demokrat DPR-RI

Kamis, 03/04/2014 Rooslynda Demokrat DPR-RI

Minggu, 30/03/2014 Tetty Juliaty Nasdem

DPRD Sumatera

Utara

(17)

Dari tabel tersebut pemunculan pemberitaan paling banyak adalah kandidat calon legislatif perempuan untuk kursi parlemen DPR RI (28 Pemberitaan), DPRD Sumatera Utara (18 pemberitaan), DPRD Kabupaten/Kota (15 pemberitaan).

7. Bias Gender dalam Pemberitaan

Selain untuk mengukur kuantitas pemunculan pemberitaan caleg perempuan, monitoring kali ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan media dalam memberitakan kandidat politik calon legislatif perempuan. Dengan peluang keterwakilan perempuan 30% untuk masuk dalam kursi parlemen, sudah selayaknya media juga turut memberikan dukungan positif dengan tidak mendiskriminasi gender dalam memberikan ruang dalam liputan berita. Namun hal yang terlihat adalah bahwa kalimat yang memunculkan bias terhadap stereotype perempuan menjadi semakin kentara pada hasil penelitian lima surat kabar terpilih.

Dari hasil monitoring kelima surat kabar,peneliti mendapati bahwa bias gender yang terlihat cenderung pada kaum perempuan yang belum terlihat mandiri. Penyebutan nama orangtua dan suami yang memiliki kedudukan tinggi secara sosial dianggap menjadi alat perang yang sangat penting oleh media untuk menaikkan elektabilitas para kandidat perempuan. Selain itu, penyebutan ibu rumah tangga (seperti: si X ibu empat anak) dalam pemberitaan politik dianggap juga mengandung unsur bias karena tidak relevan dengan latar belakang para kandidat perempuan yang naik ke kursi laga legislatif. Dengan kasus yang sama, peneliti justru tidak menemukan adanya pemberitaan para kandidat caleg laki-laki dengan penyebutan yang sama (seperti: si Y ayah dua anak). Tentunya hal ini perlu dipertimbangkan agar keberadaaan caleg perempuan dapat menyeimbangi caleg laki-laki. Idealnya, keseimbangan juga harus diutamakan oleh media dalam pemberitaannya.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, setidaknya terdapat 3 surat kabar yang memunculkan pemberitaan bias gender dalam pemberitaan kandidat caleg perempuan yakni, Medan Bisnis, Harian Analisa, dan Sinar Indonesia Baru. Seperti liputan yang ditemukan

(18)

perhatian bagi media untuk memberikan porsi yang seimbang. Tidak hanya dari sudut pandang penulisan, namun juga dukungan foto yang memadai.

Sementara pada surat kabar Sinar Indonesia Baru setidaknya dari 3 pemberitaan caleg perempuan yang ditemukan, keseluruhannya memiliki unsur bias yang sangat mencolok pada surat kabar ini. Seperti pada edisi Kamis, 03 Maret 2014 pada halaman 1 dengan judul

“Sonak Malela Labuhan Batu Dukung Rooslynda Marpaung Caleg DPR”. Hal yang terlihat mencolok adalah media tidak menampilkan track record pendidikan maupun pengalaman yang mampu mendukung elektabilitas kandidat perempuan, namun justru memanfaatkan kepopuleran keluarga laki-laki terdekat dari kandidat caleg perempuan. Hal ini seolah menggambarkan bahwa caleg perempuan tidak mampu independen tanpa adanya sokongan dari kaum laki-laki. Contoh kutipan berita yang ditemukan adalah sebagai berikut:

“Rooslynda berasal dari keluarga terpandang dan tauladan yang patut dicontoh.

Ayahnya, tokoh dokter yang sudah banyak membantu masyarakat. Mertuanya juga tauladan, tokoh pendidikan dan tokoh pers yang telah banyak membuat untuk pembangunan Sumatera Utara.”

Tidak hanya itu, Rooslynda juga kerap disandingkan dengan laki-laki yang memiliki potensi besar di belakangnya. Seperti juga terdapat pada edisi yang sama seperti diatas, bias yang terlihat masih bernada sama yakni, penyebutan nama orang tua caleg perempuan Dr.Boloni dan penyebutan nama suami di belakang nama lengkap caleg perempuan seperti Rooslynda Marpaung (Ny. Ir. GM. Chandra Panggabean).

Lain hal dengan Harian Analisa pada kedua edisi berikut, yakni:

1. Kamis, 20 Maret 2014 pada halaman 16 dengan judul:

“Nina Rista Tarigan Kampanye Lewat Twitter”. Bias yang paling menonjol

terdapat pada paragaraf terakhir pemberitaan yakni, penyebutan jabatan suami sebagai pendorong kepopuleran caleg perempuan ini. Berikut kutipannya:

“...ungkap istri Hendra Sembiring, Wakil Ketua PD II FKPPI Sumatera Utara.”

“Caleg Golkar Terus Dekati Masyarakat.” Bias dengan nada yang sama juga

terdapat pada pemberitaan edisi ini yakni mengangkat peran laki-laki terdekat di balik kiprahnya di dunia politik. Seperti kutipan berikut ini,

(19)

2. Selasa, 01 April 2014 pada halaman 10 dengan judul:

“Jangan Pilih Pemimpin Seperti Beli Kucing Dalam Karung”. Nada yang sama

juga ditonjolkan dengan penyebutan marga suami di belakang nama kandidat

perempuan. Seperti pada paragraf 2 dengan penyebutan “Purnama D. Napitupulu br. Sitompul”. Hal tersebut tidak akan mengundang bias jika penyebutan nama belakang hanya tunggal atau nama asli dari kandidat perempuan. Unsur pengenalan keluarga berdasar rumpun suku juga dapat menimbulkan pemberitaan yang tidak bernilai seimbang.

Caleg Perempuan

Berdasarkan hasil monitoring ternyata media cetak lokal masih menunjukkan bahwa persoalan gender dan komunikasi politik merupakan masalah yang serius. Masih banyak liputan media cetak yang tidak memberikan keuntungan bagi kaum perempuan yang terlibat dalam kepemimpinan politik. Hal ini tentunya akan sangat mudah mempengaruhi bagaimana penggambaran caleg perempuan di mata publik. Media sebagai penyalur informasi sekaligus sebagai pembentuk opini publik belum mampu menunjukkan independensinya dalam meliput kegiatan kandidat politik dari kaum perempuan. Hal ini ditunjukkan pada kuantitas liputan media terhadap kandidat calon legislatif perempuan yang belum memenuhi setengah porsi atau hanya sekitar 27% dari keseluruhan berita yang dianalisis.

Posisi calon legislatif perempuan dalam pemberitaan pun belum terlihat mampu berdiri sendiri. Masih banyak media cetak terkait yang memilih untuk menaikkan elektabilitas kandidat politik perempuan melalui kepopuleran keluarga di baliknya. Dan hampir tidak ditemukannya pemberitaan yang mengangkat pendidikan serta pengalaman kandidat terkait. Hal tersebut sejalan dengan banyaknya studi yang juga menunjukkan bahwa perempuan dalam arena politik sering kali harus berjuang untuk menerima liputan media dan legitiasi publik dan media (Braden, 1996; Witt, Paget, & Matthews, 1994). Hal yang kemudian menimbulkan kesenjangan antara kedua politisi dari gender yang berbeda ini adalah bahwa mayoritas liputan media banyak menggambarkan politisi perempuan yang mempunyai masalah yang dikaitkan dengan isu domestik dengan perilaku anak dan suaminya. Namun, media cetak lokal tidak melakukan hal yang sama terhadap politisi laki-laki.

(20)

hanya ada 13 caleg perempuan yang terpilih duduk di kursi parlemen DPRD Sumatera Utara. Berikut daftar nama caleg perempuan terpilih DPRD Sumatera Utara:

1. Hj. Meilizar Latif, SE,MM (Demokrat) (Dapil Sumut 1: Medan A) 2. Helmiati (Golkar) (Dapil Sumut 5: Asahan-Tj.Balai-Batubara)

3. Sri Kumala, SE, MM (Gerindra) (Dapil Sumut 5: Asahan-Tj.Balai-Batubara) 4. Novita Sari, SH (Golkar) (Dapil Sumut 6: Labuhan Batu-Labura-Labusel)

5. Tia Isah Ritonga, SE (Demokrat) (Dapil Sumut 7: Tapsel-Madina-Palas-Paluta-Padangsidempuan)

6. Lidiani Lase (Demokrat) (Dapil Sumut 8: Nias, Nias Utara, Nias Selatan, Nias Barat dan Gunung Sitoli)

7. Dra. Delmeria (Nasdem) (Dapil Sumut 9: Tapteng-Tobasa-Samosir-Sibolga-Taput-Humbahas)

8. Sarma Hutajulu, SH (PDI-Perjuangan) (Dapil Sumut 9: Tapteng-Tobasa-Samosir-Sibolga-Taput-Humbahas)

9. Inge Amelia Nasution, S.Psi (Nasdem) (Dapil Sumut 10: Simalungun – Pematang Siantar)

10.Dra. Hj. Hidayah Herlina Gusti (PKS) (Dapil Sumut 10: Simalungun – Pematang Siantar)

11.Rinawati Sianturi,SH (Hanura) (Dapil Sumut 10: Simalungun – Pematang Siantar) 12.Jenny Riany Lucia Berutu, SH (Demokrat) (Dapil Sumut 11: Karo-Dairi-Pakpak

Bharat)

13.Putri Susi Melani Daulay, SE (Golkar) (Dapil Sumut 12: Langkat-Binjai)

(21)

Gambar

Tabel 1.
Grafik 1.Frekuensi Pemberitaan Caleg Perempuan dan  Caleg Laki-laki di

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pemeriksaan kandungan gizi sampel ikan nila Oreochromis niloticus dari dua tempat yang berbeda, yaitu dari danau Unhas Kota Makassar dan danau Mawang

Berdasarkan temuan secara praktis dari hasil penelitian dan didukung oleh beberapa penemuan hasil penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kondisi perkembangan nilai

Pada saat melakukan penggalian, penggali sumur menggali tanah dengan peralatan yang masih manual seperti cangkul dan linggis setelah mencapai kedalaman beberapa meter

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui realisasi tindak tutur komisif pada wacana pemberitaan politik di harian Solo Pos, 2) Untuk

(4) Kerja Industri dengan takaran beban akademik 4 (empat) SKS adalah kegiatan pendidikan bagi mahasiswa program D3 atau D4 dengan menjadi pekerja harian di perusahaan,

Ministarstvo znanosti, obrazovanja i sporta na temelju članka iz Zakona o odgoju i obrazovanju u osnovnoj i srednjoj školi donosi Pravilnik o kriterijima za

Margin, Degree of Operating Leverage, dan Pertumbuhan Penjualan berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Preceptor klinik adalah Bidan, dokter spesialis kandungan, dokter spesialis anak di Rumah Sakit Pendidikan/ jejaring/ puskesmas yang telah diangkat sebagai dosen