• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Kulit Daging Buah Kopi Yang Difermentasi Dengan Rhizopus Sp, Saccharomyces Sp Dan Lactobacillus Sp Terhadap Performans Babi Yorkshire Jantan Umur 4-6 Bulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pemanfaatan Kulit Daging Buah Kopi Yang Difermentasi Dengan Rhizopus Sp, Saccharomyces Sp Dan Lactobacillus Sp Terhadap Performans Babi Yorkshire Jantan Umur 4-6 Bulan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Ternak Babi

Sejarah perkembangan usaha ternak babi di Indonesia tidak terlepas dari

usaha ternak babi di dunia. Hubungan teknologi peternakan telah ada sejak dahulu

dengan Asia dan juga Eropa dan sebelumnya usaha ini masih primitif. Masuknya

bangsa asing sebagai pedagang, pengembara, missioner maupun peneliti

setidak-tidaknya telah membawa perubahan dengan masuknya teknologi dan hasil

teknologi berupa bibit ternak yang kemudian berkembang biak menjadi ternak

yang ada. Namun ciri ternak Karo, Nias, Bangka,Tangerang, Karawang, Bali,

Toraja, NTT dan Irian Jaya. Daerah tersebut memiliki ternak babi lokal dengan

ciri khas umum liar, warna hitam dan dipelihara secara ekstensif bebas berkeliaran

dengan berbagai sifat lain pada eksterior dan derajat kemurnian menurut tingkat

masuknya darah babi luar (Ginting dan Aritonang , 1989).

Di Indonesia sudah banyak babi yang didatangkan dari luar negeri, seperti

kita kenal adanya babi VDL (Verdeld Duits Landvarken) yang berasal dari jerman barat. Babi yorkshire dikenal pula dengan nama “Large White”, berasal dari

inggris mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

- Kepala/muka : berbentuk seperti mangkok

- Telinga : tegak

- Badan : besar, panjang, dalam dan halus

- Warna : seluruh tubuh berwarna putih

(2)

Ternak Babi Yorkshire

Ternak Babi merupakan jenis ternak potong yang tergolong ternak

monogastrik dan merupakan hewan mamalia yang menyusui anak-anaknya.

Disamping sebagai penghasil daging yang baik, babi juga menghasilkan pupuk

yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian dan khusus untuk babi menghasilkan

daging yang sangat baik untuk keperluan bahan pangan (Williamson, 1993).

Semua jenis babi memiliki beberapa karakteristik yang sama, adapun

klasifikasi babi tersebut yaitu: Kingdom: Animalia; Filum: Chordata; Kelas:

Mamalia; Ordo: Artiodactyla; Family: Suidae; Sub-family: Scrofa; Genus: Sus;

Spesies: Sus scrofa Babi Yorkshire (Sihombing (2006).

Pertumbuhan Ternak Babi

Laju pertumbuhan setelah disapih ditentukan oleh beberapa faktor antara

lain potensi pertumbuhan dari masing-masing individu ternak dan pakan yang

tersedia (Cole, 1982). Potensi pertumbuhan pada periode ini dipengaruhi oleh

faktor bangsa dan jenis kelamin. Pola pertumbuhan ternak tergantung pada sistem

manajemen yang dipakai, tingkat nutrisi yang tersedia, kesehatan dan iklim. Laju

pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan dan genetik dimana

berat tubuh awal fase penggemukan berhubungan dengan berat dewasa

(Tomaszewska et al., 1993).

Pertumbuhan biasanya mulai perlahan-lahan kemudian berlangsung lebih

cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi atau sama sekali berhenti. Pola seperti ini

menghasilkan kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid (S). Tahap cepat

pertumbuhan terjadi pada saat kedewasaan tubuh hampir tercapai

(3)

Ternak yang mempunyai potensi genetik pertumbuhan yang tinggi akan

mempunyai respon yang baik terhadap makanan yang diberikan dan memiliki

efisiensi produksi yang tinggi dan adanya keragaman yang besar dalam konsumsi

bahan kering (Devendra, 1997).

Pertumbuhan dinyatakan umumnya dengan pengukuran berat badan yang

dengan mudah dilakukan dengan penimbangan berulang-ulang dan diketengahkan

dengan pertumbuhan berat badan tiap hari, tiap minggu atau tiap waktu lainya.

Misalnya, bila seekor ternak babi membutuhkan 200 hari untuk menaikkan berat

badan seberat 100 kg, maka kenaikan berat badannya tiap hari adalah 100kg/200

hari = 0,50 kg tiap hari (Tillman dkk, 1991).

Sihombing (1984), menyatakan laju pertumbuhan babi sangat di pengaruhi

oleh berat sapih, anak babi yang berat sapihnya besar akan bertumbuh lebih cepat

dan membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai bobot potong

dibanding anak babi yang berat sapihnya lebih kecil.

Ternak yang mempunyai potensi genetik pertumbuhan yang tinggi akan

mempunyai respon yang baik terhadap pakan yang diberikan dan memiliki

efesiensi produksi yang tinggi dan adanya ragam yang besar dalam konsumsi

bahan kering (Devendra, 1997).

Pertumbuhan adalah suatu proses yang sangat komplek meliputi

pertambahan bobot badan dan pertambahan sekuruh jaringan tubuh secara

serentak dan merata. Lebih lanjut Anggorodi (1985) menjelaskan bahwa

pertumbuhan merupakan manisfestasi perubahan-perubahan dalam unit

pertumbuhan terkecil yakni sel yang mengalami hiperplasi atau pertambahan

(4)

Pertumbuhan murni menurut Anggorodi (1980) adalah pertambahan dalam

bentuk dan bobot jaringan-jaringan tubuh seperti urat daging, tulang, jantung, otak

dan semua jaringan tubuh lainnya (kecuali lemak). Kemampuan ternak mengubah

zat-zat nutrisi ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot

badan merupakan kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan.

Dalam kehidupan sehari-hari proses pertumbuhan tersebut diartikan

sebagai pertambahan berat badan sejak adanya konsepsi sampai dewasa.

(Ensminger, 1991). Selama pertumbuhan ada dua hal yang terjadi yaitu kenaikan

bobot badan yang disebut pertumbuhan sedang yang menyangkut perubahan

dalam bentuk dan konformasi yang diakibatkan oleh pertumbuhan defferensial

dari jaringan - jaringan bagian tubuh yang berbeda disebut perkembangan.

Pertumbuhan dan perkembangan itu sendiri merupakan proses yang

berkesinambungan tanpa terhenti dalam seluruh siklus hidup ternak sampai

ukuran dewasa tercapai.

Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan adalah tingkat serat kasar

dalam ransum. Lubis (1993) menjelaskan bahwa tingkat serat kasar yang tinggi

dalam ransum akan menurunkan konsumsi ransum yang pada gilirannya

pertumbuhan juga akan menjadi lambat. Sebaliknya apabila kandungan serat kasar

dalam ransum terlalu rendah mengakibatkan laju ransum dalam pencernaan

meningkat sehingga dapat menurunkan pertumbuhan (Siregar dkk., 1980).

Potensi Ternak Babi

Di banding dengan ternak lain, dalam usaha ternak babi ditemukan

(5)

Babi merupakan tabungan hidup yang mudah diatur untuk memberi

pendapatan secara teratur.

- Pertumbuhannya cepat antara 0,5 – 0,7 kg per hari, pada umur dini (150 hari)

dapat mencapai berat potong 100 kg.

- Ternak ini prolifik tinggi karena beranak banyak (6 – 12 ekor tiap kelahiran)

dan melahirkan dua kali setahun.

- Kemampuan mengembalikan modal tinggi.

- Efesiensi menggunakan makanan dengan konversi antara 2,4 – 3,4 kg ransum

per kg kenaikan bobot badan.

- Proporsi karkasnya tinggi antara 70 -80 %.

- Dapat dipelihara dengan intensif modal sehingga biaya tenaga kerja kecil.

- Adaptasinya terhadap berbagi tipe usaha tani responsif.

- Dapat meningkatkan daya guna hasil ikutan dan limbah agroindustri.

- Limbah usahanya berguna untuk pupuk, sumber energi gasbio, dan media

pertumbuhan mikroba pengasil pakan ternak dan ikan (Aritonang,1993)

Sistem Pencernaan Ternak Monogastrik

Sistem pencernaan disini adalah sebuah sistem yang terdiri dari saluran

pencernaan yang dilengkapi dengan beberapa organ yang bertanggung jawab atas

pengambilan, penerimaan dan pencernaan bahan makanan dalam perjalanannya

melalui tubuh (saluran pencernaan) mulai dari rongga mulut sampai ke anus. Di

samping itu sistem pencernaan bertanggung jawab pula atas pengeluran (ekskresi)

bahan-bahan makanan yang tidak terserap atau tidak dapat diserap kembali.

Sistem Pencernaan ternak Monogastrik dapat dibagi atas saluran

(6)

proses pencernaan bahan makanan. Saluran pencernaan dapat dibagi atas rongga

mulut (termasuk faring), oesofagus, lambung, usus kecil, usus besar dan berakhir

dengan anus (Parakkasi, 1983).

Tabel 1. Populasi ternak babi per Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

No KABUPATEN / TAHUN Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara (2007).

Ransum Ternak Babi

Ransum adalah makanan yang disediakan bagi ternak untuk 24 jam

(Anggorodi, 1994). Suatu ransum seimbang menyediakan semua zat makanan

yang dibutuhkan untuk memberi makan ternak selama 24 jam. Konsumsi ransum

(7)

semakin meningkat dengan meningkatnya berat badan ternak. Jumlah ransum

yang dikonsumsi juga akan bertambah dengan bertambahnya umur ternak.

Tabel 1. Konsumsi ransum dan air minum babi menurut umur/periode

Umur fase produksi Macam ransum Konsumsi (kg/ekor/hari)

Tabel 2. Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak babi (%)

Berat

Fermentasi adalah proses penguraian unsur-unsur organik kelompok

terutama karbohidrat untuk menghasilkan energi melalui reaksi enzim yang

dihasilkan oleh mikroorganisme. Proses fermentasi dapat dikatakan sebagai proses

”protein enrichment” yang berarti proses pengkayaan protein bahan dengan

(8)

Penambahan bahan-bahan nutrien kedalam fermentasi dapat menyokong

dan merangsang pertumbuhan mikroorganisme. Salah satu bahan yang dapat

digunakan pada proses fermentasi adalah urea. Urea yang akan ditambahkan pada

proses fermentasi akan diurai oleh enzim urease menjadi amonia dan

karbondioksida yang selanjutnya digunakan untuk pembentukan asam amino

(Fardiaz, 1989).

Menurut jenis mediumnya, proses fermentasi dibagi menjadi 2 yaitu

fermentasi medium padat dan fermentasi medium cair. Fermentasi medium padat

merupakan fermentasi medium yang digunakan tidak larut tetapi cukup

mengandung air untuk keperluan mikroba, sedangkan fermentasi dengan medium

cair adalah proses fermentasi yang substratnya larut atau tersuspensi di dalam

medium cair (Hardjo et al., 1989).

Inokulan Cair

Inokulan cair merupakan salah satu cara pengembangbiakan

mikroorganisme yang akan mampu mendegradasi bahan organik. Bahan pembuat

inokulan cair ini antara lain air sumur, air tebu, ragi tape, ragi tempe dan yoghurt.

Mikroorganisme dasar dalam inokulan cair ini adalah Saccharomyces yang

berasal dari ragi tape, Rhizopus dari ragi tempe dan Lactobacillus dari yoghurt.

(9)

Sifat amilolitik, mikroorganisma yaitu saccharyces akan menghasilkan

enzim amylase yang berperan dalam mengubah karbohidrat menjadi volatile fatty acids dan keto acids yang kemudian akan menjadi asam amino.

Sifat proteolitik, mikroorganisma yaitu Rhizopus akan mengeluarkan

enzim protease yang dapat merombak protein menjadi polipeptida-polipeptida,

lalu menjadi peptide sederhana, dan akhirnya menjadi asam amino bebas, CO2 dan

air.

Sifat lipolitik, mikroorganisma yaitu Lactobacillus akan menghasilkan enzim lipase yang berperan dalam perombakan lemak.

Mikroorganisme Fermentasi

Rhizhopus sp

Rhizopus sp adalah genus jamur benang yang termasuk filum Zygomycota ordo Mucorales. Rhizopus sp mempunyai ciri khas yaitu memiliki hifa yang membentuk rhizoid untuk menempel ke substrat. Ciri lainnya adalah memiliki

hifa coenositik, sehingga tidak bersepta atau bersekat. Miselium dari Rhizopus sp

yang juga disebut stolon menyebar diatas substratnya karena aktivitas dari hifa

vegetatif. Rhizopus sp bereproduksi secara aseksual dengan memproduksi banyak sporangiofor yang bertangkai. Sporangiofor ini tumbuh kearah atas dan

mengandung ratusan spora. Sporagiofor ini biasanya dipisahkan dari hifa

lainnya oleh sebuah dinding seperti septa. Salah satu contohnya spesiesnya

adalah Rhizopus stonolifer yang biasanya tumbuh pada roti basi

(Postlethwait dan Hopson, 2006).

(10)

β–glukosidase. Selama proses fermentasi kedelai berlangsung menjadi tempe,

isoflavon glukosidase dikonversi menjadi isoflavon aglikon oleh enzim β–

glukosidase yang disekresikan oleh mikroorganisme. Isoflavon mempunyai

potensi yang lebih aktif sebagai antioksidan, antihemolisis, antibakteri, anti jamur

dan anti kanker (2,3,4), bila dibandingkan dengan senyawa asalnya yaitu isoflavon

glukosida. Perubahan tersebut diantaranya disebabkan oleh aktivitas enzim β

-glukosidase. Enzim ini selain terdapat didalam kedelai juga diproduksi oleh

mikroorganisme selama proses fermentasi berlangsung dan mampu memecah

komponen glukosida menjadi aglikon dan gugus gula (Ewan et al., 1992). Hasil penelitian Rasidi (2002) dengan melakukan fermentasi bungkil

kedelai memakai Rhizopus sp, mampu meningkatkan kandungan protein kasar bungkil kedelai dari 41% menjadi 55% dan meningkatkan asam amino sebesar

14,2%, sehingga diduga dapat dipakai untuk alternatif sebagai sebagai bahan

pemicu pertumbuhan (Handajani, 2007).

Saccharomyces sp

Saccharomyces merupakan genus

kemampuan mengubah 2. Saccharomyces

merupakan mikroorganisme be

kelompok oCdan pH 4,8. Beberapa

kelebihan saccharomyces dalam proses fermentasi yaitu mikroorganisme ini cepat

berkembang biak, tahan terhadap kadar alkohol yang tinggi, tahan terhadap suhu

yang tinggi, mempunyai sifat stabil dan cepat mengadakan adaptasi. Beberapa

spesies Saccharomyces mampu memproduksi ethanol hingga 13.01 %. Hasil ini

(11)

Pertumbuhan Saccharomyces dipengaruhi oleh adanya penambahan nutrisi yaitu

unsur C sebagai sumber carbon, unsur N yang diperoleh dari penambahan

ZA,

antara 28 – 30 oC. Beberapa spesies yang termasuk dalam genus ini diantaranya

yait

Menurut Lay dan Hastowo (1992), khamir mempunyai peranan penting

dalam pembuatan industri makanan. Banyak kegiatan khamir dalam makanan

yang dikehendaki untuk dimanfaatkan dalam pembuatan bir, anggur, roti, produk

makanan terfermentasi dan sebagai sumber potensial dari protein sel tunggal

untuk fortifikasi makanan ternak. Seperti galur atau strain Saccharomyces sp yang

hingga saat ini paling banyak digunakan untuk keperluan tersebut.

Ragi mampu menghasilkan enzim yang dapat mengubah subtrat menjadi

bahan lain dengan mendapatkan keuntungan berupa energi. Ragi untuk tape

merupakan campuran dari bermacam-macam organisme yang hidup bersama

secara sinergetik, dimana umumnya terdapat spesies-spesies dari genus

Aspergillus yang dapat menyederhanakan amilum, Saccharomyces, Candida, Hansenula yang dapat menguraikan gula menjadi alkohol dan bermacam-macam zat organik lainnya serta bakteri (Acetobacter) yang menumpang untuk mengubah

akohol menjadi asam cuka (Dwidjoseputro, 1994).

Lactobacillus sp

Lactobacillus adala

(12)

menguba

ini umum dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Dalam manusia, bakteri ini dapat

ditemukan di dalam

dan merupakan sebagian kecil dariLactobacillus

memiliki kemampuan membusukkan materi tanaman yang sangat baik. Produksi

asam laktatnya membuat lingkungannya bersifat asam dan mengganggu

pertumbuhan beberapa bakteri merugikan. Beberapa anggota genus ini telah

memilikiLactobacillus sering digunakan untuk

industri pembuatan

hewan, seperti

yang merupakan kultur simbiotik antara

berkembang di

da

Cara kerja spesies ini adalah dengan menurunkan pH bahan fermentasinya dengan

membentuk asam laktat

Berdasarkan penelitian Jamila et al, (2009) memperoleh kesimpulan bahwa penggunaan Lactobacillus sp dalam proses fermentasi feses ayam cenderung meningkatkan kandungan protein kasar feses ayam tetapi tidak

berpengaruh terhadap kandungan serat kasar.

Selama proses fermentasi terjadi, bermacam-macam perubahan komposisi

kimia. Kandungan asam amino, karbohidrat, pH, kelembaban, aroma serta

perubahan nilai gizi yang mencakup terjadinya peningkatan protein dan

(13)

perkembangbiakan mikroorganisme selama fermentasi. Melalui fermentasi terjadi

pemecahan substrat oleh enzim – enzim tertentu terhadap bahan yang tidak dapat

dicerna, misalnya selulosa dan hemiselulosa menjadi gula sederhana. Selama

proses fermentasi terjadi pertumbuhan kapang, selain dihasilkan enzim juga

dihasilkan protein ekstraselluler dan protein hasil metabolisme kapang sehingga

terjadi peningkatan kadar protein (Sembiring, 2006).

Kopi

Nama-nama jenis kulit kopi sulit ditentukan, karena spesies ditentukan

oleh beberapa pengarang buku dari 25 sampai 100 lebih. (Johnson, 1976)

menyusun daftar sebanyak 64% spesies, tetapi ada yang hanya dianggap sebagai

varietas saja. Maka jenis spesies yang tepat kurang lebih ada 60. Kebanyakan

spesies itu terdapat di Afrika tropis, yakni sebanyak 33 Spp, 14 Spp di

Madagaskar, 3 Spp di Mauritius dan Reunion, 10 Spp di Asia Tenggara.

Setelah kopi dipanen, kulitnya dikupas. Kemudian, bijinya dijemur.

Biasanya, kulit kopi kecoklatan yang dipisahkan dari biji-biji kopi tersebut akan

dibuang begitu saja atau paling tidak kulit kopi yang dipisahkan dari biji itu tadi

dikumpulkan lalu dibiarkan hingga busuk. Selanjutnya ditaruh di sekeliling pohon

kopi. Maksudnya sebagai pengganti pupuk yang bertujuan untuk menyuburkan

tanaman. Umumnya hal seperti itulah yang sering dilakukan petani kopi.

Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif

dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar dalam ransum. Bahan pakan

(14)

berasal dari limbah dan pencarian bahan pakan yang belum lazim digunakan

(Azwar dan Azrul, 1983).

Dalam kondisi segar buah kopi terdiri dari kulit buah 45%, mucilage 10%,

kulit biji 5% dan biji 40%. Kandungan air yang tinggi pada kulit buah kopi yang

diolah secara basah merupakan masalah tersendiri dalam penanganan dan

pengangkutan. Karena itu kulit buah kopi harus segera mungkin dikeringkan guna

mengindari penjamuran (Murni et.al, 2008).

Buah Kopi

Sebagian besar, buah terdapat pada cabang primer atau sekunder

sebagaimana halnya dengan bunga. Dari bunga sampai menjadi buah itu masak,

makan waktu 7-9 bulan. Buah kopi yang muda berwarna hijau, tetapi setelah tua

menjadi kuning dan kalau masak warnanya menjadi merah. Besar buah kira-kira

11/2 x 1 cm dan bertangkai pendek (AAK, 1980).

Menurut Semangun (1996) Buah terdiri dari kulit dan biji ;

a. Kulit

Kulit terdiri dari :

1. Lapisan bagian luar tipis yakni yang disebut Exocarp, lapisan ini kalau

sudah masak berwarna merah.

2. Daging buah, daging buah ini mengandung serabut yang bila sudah masak

berlendir dan rasanya manis, maka sering disukai binatang kera atau

musang.

3. Kulit tanduk atau kulit dalam, kulit tanduk ini merupakan lapisan tanduk

(15)

b. Biji

Biji terdiri dari dua bagian :

1. Kulit biji yang merupakan selaput tipis membalut biji yakni yang disebut

selaput perak atau kulit ari.

2. Putih lembaga (endosperma). Pada permukaan biji yang data salurannya

yang arahnya memanjang dan ke dalam, merupakan lubang yang panjang

sama dengan bijinya. Sejajar dengan saluran itu terdapat satu lubang yang

yang berukuran lebih sempit dan merupakan satu kantong yang tertutup.

Gambar 1. Susunan Buah Kulit Kopi

Menurut data statistik (BPS, 2003), produksi biji kopi di Indonesia

mencapai 611.100 ton dan menghasilkan kulit kopi sebesar 1.000.000 ton. Jika

tidak dimanfaatkan akan menimbulkan pencemaraan yang serius. Sementara ini

pemanfaatannya belum optimal dan terbatas untuk pakan ternak, karena

mempunyai kendala kandungan serat kasar yang tinggi (33.14%) dan protein yang

rendah (8.8).Keuntungan pengolahan ini, selain meningkatkan daya cerna juga

sekaligus meningkatkan kadar protein, dapat menghilangkan aflatoksin dan

pelaksanaannya sangat mudah, kulit kopi yang telah diamoniasi mempunyai

(16)

mM) dan NH3 12.04 mM (dari 4.8 mM). Struktur dinding sel kulit kopi menjadi

lebih amorf dan tidak berdebu, sehingga menjadi lebih mudah di handling. Dalam

keadaan tertutup (plastik belum dibuka/bongkar), bahan pakan yang difermentasi

dapat tahan lama.

Tabel 1. Kandungan nilai gizi kulit kopi tanpa amoniasi dan setelah difermentasi.

Zat Nutrisi Tanpa diamoniasi Setelah difermentasi

Bahan Kering 56,79 93,84

Lemak Kasar 4,25 2,34

Serat Kasar 23,67 30,40

Protein Kasar 11,90 15,61

Abu 16,01 17,52

Kadar Air 19,97 15,29

G E 4,1211 4,2119

Sumber : Laboratorium Nutrisi Loka Penelitian Sapi Potong (2011)

Menurut Widayati dan Widalestari (1996), berikut ini adalah syarat-syarat

ransum yang baik :

1. Jumlah dan jenis makanan disesuaikan dengan fase ternak. Fase ternak

meliputi fase awal, fase pertumbuhan, fase pembibitan dan fase produksi.

Apabila produksi ternak tinggi tentu semakin tinggi pula jumlah dan mutu

ransum. Demikian pula cara pengelolaannya, ternak yang dikurung tentu

memerlukan jumlah ransum yang lebih banyak dibandingkan dengan

ternak yang dibiarkan bebas.

2. Bentuk fisik ransum harus disesuaikan. Baik untuk ternak unggas maupun

untuk ternak ruminansia, agar nafsu makan dan pencernaan ternak tidak

terganggu.

3. Ransum tidak akan mengakibatkan gangguan pencernaan yang dapat

(17)

4. Harga bahan tidak tinggi, ketersediaan bahan berkesinambungan dan

bahan tidak mengandung zat-zat beracun.

Table 3. Kandungan zat gizi kulit kopi

Zat Nutrisi Kandungan (%)

Bahak Kering 89.7

Protein Kasar 6.6

Lemak Kasar 0.72

Serat Kasar 18.69

TDN 27.65

Energi (Mcal/ME) 1901.9

• Hasil Analisa Laboratorium Biokimia dan Enzimatik Balai Penelitian Pasca Panen Pertanian Bogor (2003)

• Laboratorium Nutrisi Loka Penelitian Sapi Potong (2008)

Kulit Kopi

Kulit kopi memiliki peran yang cukup penting dan berpotensi dalam

penyediaan pakan ternak. Ternak yang bisa memanfaatkan limbah kopi antara lain

maupun ruminansia seperti sapi, kambing, dan domba. Pemanfaatan kulit buah

kopi sebagai bahan pakan ternak dapat diberikan dalam bentuk sudah diolah

melalui proses fermentase. Pemanfaatan kulit kopi sebagai pakan ternak belum

optimal. Dalam pengolahan kopi akan dihasilkan 45 % kulit kopi, 10 % lendir, 5

% kulit ari dan 40 % biji kopi. Utomo (1982) mengatakan bahwa daging buah

kopi dihasilkan pada pengolahan buah kopi secara kering atau basah. Lebih lanjut

dikatakan bahwa pengolahan secara kering akan dihasilkan daging buah yang

berserat dan sedikit kasar. Namun demikian kulit kopi hanya sebagian kecil

dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan sebagian besarnya dibuang atau

(18)

Konsumsi Pakan

Tingkat konsumsi adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak, bila

pakan diberikan secara ad libitum. Kesehatan ternak juga sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan. Ternak yang sedikit lemas walaupun gejala

penyakitnya belum jelas, nafsu makannya akan turun dan cenderung malas

berjalan ketempat pakan maupun minum. Pada keadaan suhu lingkungan yang

lebih tinggi dari yang dibutuhkan, nafsu makan akan menurun dan konsumsi air

akan meningkat. Akibatnya, otot-otot daging lambat berkembang dan daya tahan

tubuhpun menurun (Hardjosworo dan Rukmiasih, 2000).

Jumlah konsumsi bahan kering pakan dipengaruhi beberapa variabel

meliputi palatabilitas, jumlah pakan yang tersedia dan konsumsi kimia serta

kualitas pakan. Salah satu yang menjadi penentu tingkat konsumsi adalah

keseimbangan zat pakan dan makna palatabilitas. Tingkat perbedaan konsumsi

juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak (bobot badan,

umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas). Menurut

Departemen Pertanian (2002) yang dapat membuat daya tarik dan merangsang

ternak untuk mengkonsumsi ransum adalah palatabilitas.

Ransum ternak dikatakan baik apabila ransum konsumsi ternak secara

normal dan menyupai zat - zat makanan dengan perbandingan yang sesuai

sehingga fungsi-fungsi fisiologis tubuh berjalan normal, (Parakkasi, 1983).

Dalam mengkonsumsi ransum ternak dipengaruhi oleh faktor, antara lain:

umur, palatabilitas ransum, aktivitas ternak, energi ransum dan tingkat protein.

Juga ditentukan oleh kualitas dan kuantitas dari ransum yang diberikan serta

(19)

dan berdasarkan kebutuhan, hal ini bertujuan selain untuk mengefisienkan jumlah

ransum pada ternak juga untuk mengetahui sejauh mana pertambahan berat badan

yang dicapai (Anggorodi, 1979).

Faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi ransum adalah palatabilitas

ransum yang meliputi bau, rasa dan tekstur. Lebih lanjut Tilman dkk., (1986) menjelaskan bahwa semakin palatebel suatu bahan pakan semakin banyak jumlah

pakan yang di konsumsi.

Tingkat konsumsi (Voluntary Feet Intake) adalah jumlah makanan yang tidak sengaja dikonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan

secara ad libitum. Konsumsi adalah faktor essensial yang merupakan dasar untuk hidup dan menyesuaikan dengan kondisi tubuh serta stress yang diakibatkan oleh

lingkungan, makanan yaitu sifat dan komposisi kimia makanan yang dapat

mempengaruhi konsumsi (Parakkasi, 1995). Menurut Cahyono (1995) konsumsi

juga dipengaruhi oleh palatabilitas pakan tersebut.

Konsumsi ransum merupakan kegiatan masuknya sejumlah unsur nutrisi

yang ada dalam pakan tersebut (Wahyu, 1985).

Pertumbuhan yang cepat ada kalanya didukung oleh konsumsi ransum

yang lebih banyak pula (Rasyaf, 2000).

Konsumsi ransum dapat dipengaruhi oleh beberapa cekaman antara lain

seperti penyakit, defisiensi zat makanan, kondisi berdebu¸terlalu padat, kotor,

kondisi lingkungan yang tidak baik, vaksinasi, pengobatan, rebut yang tidak biasa,

pemindahan, penangkapan, memasukkan ke dalam peti, yang semuanya itu

(20)

Konversi Pakan

Konversi pakan adalah jumlah pakan yang dikonsumsi seekor ternak babi

dalam waktu tertentu, guna membentuk pertambahan berat badan dalam satuan

tertentu. Angka konversi menunjukkan tingakat efisiensi pengguanaan pakan

artinya jika angka konversi pakan semakin besar maka penggunaan pakan tersebut

kurang ekonomis atau boros (Anonimous, 1988).

Konversi ransum adalah ransum yang habis dikonsumsi dalam jangka

waktu tertentu dibandingkan dengan pertambahan bobot badan (pada waktu

tertentu) semakin baik mutu ransum semakin kecil konversinya (Rasyaf, 1995).

Menurut Tilman et al., (1986), semakin banyak ransum yang dikonsumsi untuk menghasilkan satu satuan produksi maka semakin buruklah konversi ransum. Baik

buruknya konversi ransum ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya ransum,

temperatur, lingkungan dan tujuan pemeliharaan serta genetik.

Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah yang dikonsumsi pada

waktu tertentu dengan produksi yang dihasilkan (pertambahan bobot badan atau

produksi yang dihasilkan) dalam kurun waktu yang sama. Konversi pakan adalah

indikator teknis yang dapat menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan pakan,

Gambar

Tabel 1. Populasi ternak babi per Kabupaten/Kota di Sumatera  Utara
Tabel 2. Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak babi (%)
Gambar 1. Susunan Buah Kulit Kopi
Tabel 1. Kandungan nilai gizi kulit kopi tanpa amoniasi dan setelah difermentasi.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Commasive blue sebanyak 0,01 gram dilarutkan kedalam 50 ml etanol 95% dan ditambah dengan asam fosfor 85% sebanyak 100 ml.. Larutan

POLIIIXNTI(WIVERSN^STXD^LAS'.. eb.Ehlwcbclbdqr@ b.rd$al]lB|'ry,hqrofulb4.b'l'dirhfunbnofuryfuM Pdqfupobihidqdafua|ibqryt.d1lbhnl'all. fu&ginwh.edb-alfudfu@

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi dasar tersebut adalah melalui kebiasaan yang baik (Arief, 2002: 111).. Pendekatan pembiasaan sangat

Hasil uji statistik usia ibu dengan kejadian abortus menunjukkan hasil secara statistik adanya hubungan signifikan antara usia dengan kejadian abortus (nilai p-value :

S ensor fluxgate bekerja dengan cara membangkitkan medan magnet untuk dirinya sendiri sebagai medan magnet acuan, jika terdapat bahan magnet yang bergetar pada posisi x

Pada tahun ini seminar ini bertema ” Pembelajaran Sains yang Menarik dan Menantang ” dan sub tema yang diambil adalah ” Pembentukan Sumber Daya Manusia dalam bidang

Penelitian yang berjudul “ Penerapan Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Kurikulum 2013 (Studi Kasus Pembelajaran Teks Ulasan Cerpen Kelas VIII di SMP Negeri 2

Media pembelajaran multimeda interaktif ini sudah layak digunakan dilihat dari hasil validasi pakar media dengan rata-rata 3,8 yang menunjukkan kategori