ANALISIS USAHA PEMANFAATAN POD KAKAO
(Theobroma cacao L,.) DIFERMENTASI Rhizopus sp,
Saccharomyces sp dan Lactobacillus sp TERHADAP
TERNAK BABI JANTAN PERANAKAN LANDRACE
SKRIPSI
IDRIS KRISTIAN P 080306005
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
ANALISIS USAHA PEMANFAATAN POD KAKAO
(Theobroma cacao L,.) DIFERMENTASI Rhizopus sp,
Saccharomyces sp dan Lactobacillus sp TERHADAP
TERNAK BABI JANTAN PERANAKAN LANDRACE
SKRIPSI
Oleh:
IDRIS KRISTIAN P
080306005
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS USAHA PEMANFAATAN KULIT BUAH KAKAO
(Theobroma cacao L,.) DIFERMENTASI Rhizopus sp,
Saccharomyces sp dan Lactobacillus sp TERHADAP
TERNAK BABI JANTAN PERANAKAN LANDRACE
SKRIPSI
Oleh:
IDRIS KRISTIAN P/PETERNAKAN 080306005
Skripsi sebagai satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERDITAS SUMATERA UTARA
Judul : Analisis Usaha Pemanfaatan Pod Kakao (Theobroma cacao L,.) Difermentasi Rhizopus sp, Saccharomyces sp dan Lactobacillus sp Terhadap Ternak Babi Jantan Peranakan Landrace
Nama : Idris Kristian P
NIM : 080306005
Program Studi : Peternakan
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc Usman Budi, S.Pt., M.Si Ketua Anggota
Mengetahui,
Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program Studi Peternakan
ABSTRAK
IDRIS KRISTIAN P : “Analisis Usaha Pemanfaatan Pod Kakao (Theobroma
cacao L,.) Difermentasi Rhizopus sp, Saccharomyces sp dan Lactobacillus sp
Terhadap Ternak Babi Jantan Peranakan Landrace”, dibimbing oleh
TRI HESTI WAHYUNI dan USMAN BUDI.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui analisis usaha dari
pemanfaatan pod kakao difermentasi Rhizopus sp, Sacharomyces sp dan
Lactobacillus sp dalam pakan pada penggemukan babi yang dapat dilihat dari total biaya produksi, total hasil produksi, laba-rugi, IOFC dan B/C ratio. Penelitian dilaksanakan di Jalan Pintu Air Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor dari bulan Juli sampai September 2012. Penelitian ini menggunakan 20 ekor babi dengan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 5 kelompok dengan rataan bobot badan : 24,76±1,31 kg; 29,73±1,15 kg; 36,30±4,41 kg; 43,38±2,22 kg; 49,43±2,32 kg. Perlakuan yang diberikan adalah P0, P1, P2, dan P3 (0%, 10%, 20%, 30% pod kakao dalam ransum) dan yang diamati adalah total biaya produksi, total hasil produksi, laba-rugi, IOFC dan B/C ratio.
Analisis laba rugi dari pemberian pod kakao fermentasi. Kelompok I, II, III, IV, V, memberikan total keuntungan (Rp 1.012.527,53, Rp 1.282.947,59, Rp 1.717.454,90, Rp 1.757.748,85, 1.611.307,31).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis usaha pemanfaatan kulit
buah kakao yang difermentasi Rhizopus sp, Saccharomicyes sp dan
Lactobacillus sp memberikan hasil yang berbeda terhadap rataan laba-rugi (Rp 430.601,80, Rp 421.858,68, Rp 306.243,80, Rp 317.692,95), IOFC
(399.976,60; 392.546,28; 383.495,60; 287.521,15), B/C (1,28; 1,28; 1,22; 1,21). Pod kakao yang difermentasi Rhizopus sp, Saccharomicyes sp dan Lactobacillus sp dapat diberikan pada ternak babi sebagai pakan alternatif.
ABSTRACT
IDRIS KRISTIAN P: " Analysis of Utilazation Cocoa pod (Theobroma cacao L,.) Fermented whith Rhizopus sp, Saccharomyces sp and Lactobacillus sp Against Animal hybrid Landrace Swhine Males", guided by TRI HESTI WAHYUNI and USMAN BUDI.
This study aims to examine and determine the business analysis of the utilization of fermented cocoa pod Rhizopus sp, sp and Lactobacillus sp Sacharomyces in feed on fattening pigs can be seen from the total cost of production, total production, profit and loss, IOFC and B/C ratio. The experiment was conducted at Jalan Pintu Air Kelurahan Kuala Bekala kecamatan Medan Johor from July to September 2012. This study used 20 pigs with a randomized block design (RBD) with 4 treatments and 5 groups with an average body weight: 24.76 ± 1.31 kg, 29.73 ± 1.15 kg, 36.30 ± 4.41 kg ; 43.38 ± 2.22 kg, 49.43 ± 2.32 kg. The treatments were P0, P1, P2, and P3 (0%, 10%, 20%, 30% cocoa pod in the ration) and the observed is the total cost of production, total production, profit and loss, IOFC and B / C ratio.
Analysis of income from the provision of fermented cocoa pod. The Group I, II, III, IV, V, memberikan total keuntungan (Rp 1.012.527,53, Rp 1.282.947,59, Rp 1.717.454,90, Rp 1.757.748,85, 1.611.307,31).
The results showed that the analysis of the utilization of fermented cacao pods Rhizopus sp, sp and Lactobacillus sp Saccharomicyes give different results to the average profit and loss (Rp 430.601,80, Rp 421.858,68, Rp 306.243,80 and Rp 317.692,9 respectively), IOFC (399.976,60; 392.546,28; 383.495,60; and 287.521,15 respectively), B/C (1,28; 1,28; 1,22 and 1,21 respectively). Fermented cocoa pod Rhizopus sp, Saccharomicyes sp and Lactobacillus sp be given to pigs as an alternative feed.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Parsoburan pada tanggal 17 Desember 1989 dari
ayah Titus Dionisius Pardosi dan ibu Masrida Purba. Penulis merupakan putera
kedua dari tiga bersaudara.
Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Pantiharapan Lawe Desky
Aceh Tenggara dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara melalui jalur Pemanduan Minat dan Prestasi (PMP).
Penulis memilih program studi Peternakan, Departemen Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai Anggota Satuan
Resimen Mahasiswa Universitas Sumatera Utara, Ikatan Mahasiswa Kristen
Peternakan (IMAKRIP), Paduan Suara Gloria Keluarga Mahasiswa Katolik
Magnus Universitas Sumatera Utara.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Desa Munte
Kecamatan Munte Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara dari tanggal 20 Juni
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul skripsi saya ini adalah “Analisis Usaha Pemanfaatan Pod
Kakao (Theobroma cacao L,.) Difermentasi Rhizopus sp, Saccharomyces sp dan
Lactobacillus sp Terhadap Ternak Babi Jantan Peranakan Landrace”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua atas doa, semangat dan pengorbanan materil maupun moril selama ini.
Kepada Ibu Ir. Tri Hesti Wahyuni M.Sc selaku ketua komisi pembimbing dan
Bapak Usman Budi S.Pt.,M.Si selaku anggota komisi pembimbing,
Bapak Prof. Dr. Ir. Sayed Umar, M.S dan Bapak Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA
selaku dosen penguji yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, tenaga, dan
memberi informasi yang berharga bagi penulis, juga kepada ibu Dr. Ir. Ristika
Handarini, MP selaku ketua Program Studi Peternakan dan seluruh civitas
akademika Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian.
Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Peternakan, Satuan Resimen
Mahasiswa Universitas Sumatera Utara, Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan
(IMAKRIP), Paduan Suara Gloria Keluarga Mahasiswa Katolik Magnus
Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat penulis disebutkan satu per satu yang
telah membantu dan memberikan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat membantu dan bermanfaat dalam pengetahuan serta
DAFTAR ISI
Mikroorganisme Fermentasi ... 12
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21
Bahan dan Alat ... 21
Bahan ... 21
Alat ... 21
Metode Penelitian ... 22
Parameter Penelitian ... 23
Total Biaya Produksi ... 23
Total Hasil Produksi ... 23
Laba/Rugi ... 23
Income Over Cost (IOFC) ... 24
Benefit Cost Ratio (BCR) ... 24
Persiapan Kandang ... 25
Pelaksanaan Penelitian ... 25
HASIL DAN PEMBAHASAN Total Biaya Produksi ... 29
Total Hasil Produksi ... 32
Analisis Ekonomi Berdasarkan Data-data ... 34
Analisis Laba Rugi ... 34
Income Over Feed Cost (IOFC) ... 35
Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) ... 37
Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 38
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 40
Saran ... 40
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Perbandingan Kandungan Nutrisi Pod Kakao ... 11
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Dedak Padi... 17
Tabel 3 Kandungan nutrisi tepung jagung. ... 18
Tabel 4. Kandungan nutrisi tepung ikan ... 18
Tabel 5 Kandungan nutrisi bungkil kedelai. ... 19
Tabel 6 Kandungan nutrisi bungkil inti sawit. ... 19
Tabel 7 Biaya pakan babi tiap level perlakuan kelompok (Rp/ekor). ... 29
Tabel 8 Biaya pembelian bibit tiap level perlakuan kelompok (Rp/ekor). ... 29
Tabel 9 Biaya sewa kandang dan perlengkapan tiap level perlakuan kelompok (Rp/ekor). ... 30
Tabel 10 Biaya Obat-obatan tiap level perlakuan kelompok (Rp/ekor). ... 30
Tabel 11 Biaya upah tenaga kerja tiap level perlakuan kelompok (Rp/ekor). .... 31
Tabel 12 Total biaya produksi tiap level perlakuan kelompok (Rp/ekor). ... 31
Tabel 13 Hasil penjualan babi tiap level perlakuan kelompok (Rp/ekor). ... 32
Tabel 14.Hasil penjualan Feses babi tiap level perlakuan kelompok (Rp/ekor) . 33 Tabel 15 Total hasil produksi tiap level perlakuan kelompok (Rp/ekor)... 33
Tabel 16 Analisis Laba Rugi tiap level perlakuan kelompok (Rp/ekor). ... 34
Tabel 17 Income over feed cost (IOFC) tiap level perlakuan kelompok (Rp/ekor). ... 36
Tabel 18 Benefit cost ratio (B/C Ratio) tiap level perlakuan kelompok (Rp/ekor). ... 37
DAFTAR GAMBAR
Hal Gambar 1. Skema Pembuatan Inokulan Cair ... 25
ABSTRAK
IDRIS KRISTIAN P : “Analisis Usaha Pemanfaatan Pod Kakao (Theobroma
cacao L,.) Difermentasi Rhizopus sp, Saccharomyces sp dan Lactobacillus sp
Terhadap Ternak Babi Jantan Peranakan Landrace”, dibimbing oleh
TRI HESTI WAHYUNI dan USMAN BUDI.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui analisis usaha dari
pemanfaatan pod kakao difermentasi Rhizopus sp, Sacharomyces sp dan
Lactobacillus sp dalam pakan pada penggemukan babi yang dapat dilihat dari total biaya produksi, total hasil produksi, laba-rugi, IOFC dan B/C ratio. Penelitian dilaksanakan di Jalan Pintu Air Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor dari bulan Juli sampai September 2012. Penelitian ini menggunakan 20 ekor babi dengan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 5 kelompok dengan rataan bobot badan : 24,76±1,31 kg; 29,73±1,15 kg; 36,30±4,41 kg; 43,38±2,22 kg; 49,43±2,32 kg. Perlakuan yang diberikan adalah P0, P1, P2, dan P3 (0%, 10%, 20%, 30% pod kakao dalam ransum) dan yang diamati adalah total biaya produksi, total hasil produksi, laba-rugi, IOFC dan B/C ratio.
Analisis laba rugi dari pemberian pod kakao fermentasi. Kelompok I, II, III, IV, V, memberikan total keuntungan (Rp 1.012.527,53, Rp 1.282.947,59, Rp 1.717.454,90, Rp 1.757.748,85, 1.611.307,31).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis usaha pemanfaatan kulit
buah kakao yang difermentasi Rhizopus sp, Saccharomicyes sp dan
Lactobacillus sp memberikan hasil yang berbeda terhadap rataan laba-rugi (Rp 430.601,80, Rp 421.858,68, Rp 306.243,80, Rp 317.692,95), IOFC
(399.976,60; 392.546,28; 383.495,60; 287.521,15), B/C (1,28; 1,28; 1,22; 1,21). Pod kakao yang difermentasi Rhizopus sp, Saccharomicyes sp dan Lactobacillus sp dapat diberikan pada ternak babi sebagai pakan alternatif.
ABSTRACT
IDRIS KRISTIAN P: " Analysis of Utilazation Cocoa pod (Theobroma cacao L,.) Fermented whith Rhizopus sp, Saccharomyces sp and Lactobacillus sp Against Animal hybrid Landrace Swhine Males", guided by TRI HESTI WAHYUNI and USMAN BUDI.
This study aims to examine and determine the business analysis of the utilization of fermented cocoa pod Rhizopus sp, sp and Lactobacillus sp Sacharomyces in feed on fattening pigs can be seen from the total cost of production, total production, profit and loss, IOFC and B/C ratio. The experiment was conducted at Jalan Pintu Air Kelurahan Kuala Bekala kecamatan Medan Johor from July to September 2012. This study used 20 pigs with a randomized block design (RBD) with 4 treatments and 5 groups with an average body weight: 24.76 ± 1.31 kg, 29.73 ± 1.15 kg, 36.30 ± 4.41 kg ; 43.38 ± 2.22 kg, 49.43 ± 2.32 kg. The treatments were P0, P1, P2, and P3 (0%, 10%, 20%, 30% cocoa pod in the ration) and the observed is the total cost of production, total production, profit and loss, IOFC and B / C ratio.
Analysis of income from the provision of fermented cocoa pod. The Group I, II, III, IV, V, memberikan total keuntungan (Rp 1.012.527,53, Rp 1.282.947,59, Rp 1.717.454,90, Rp 1.757.748,85, 1.611.307,31).
The results showed that the analysis of the utilization of fermented cacao pods Rhizopus sp, sp and Lactobacillus sp Saccharomicyes give different results to the average profit and loss (Rp 430.601,80, Rp 421.858,68, Rp 306.243,80 and Rp 317.692,9 respectively), IOFC (399.976,60; 392.546,28; 383.495,60; and 287.521,15 respectively), B/C (1,28; 1,28; 1,22 and 1,21 respectively). Fermented cocoa pod Rhizopus sp, Saccharomicyes sp and Lactobacillus sp be given to pigs as an alternative feed.
PENDAHULUAN
Latar belakang
Analisis usaha ternak babi merupakan kegiatan yang sangat penting bagi
suatu usaha peternakan yang mempunyai prospek cerah yang dapat dilihat dari
analisis usahanya. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan
tersedianya dana yang riil untuk periode selanjutnya. Melalui usaha ini dapat
dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang dihadapi. Analisis dapat juga
memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan
modal, besar biaya untuk bibit (bakalan), ransum, kandang, lamanya modal
kembali dan tingkat keuntungan uang diperoleh (Suharno dan Nazaruddin, 1994)
Pemerintah berusaha untuk memenuhi dan meningkatkan pendapatan
peternak yaitu dengan cara mengembangkan seluruh komoditi ternak yang
berpotensi menghasilkan daging sebagai sumber protein, diantaranya adalah
ternak babi, walaupun tidak semua kelompok masyarakat mengkonsumsi daging
babi, namun permintaan terhadap daging babi cukup besar. Sebagaimana
diketahui daging babi merupakan ternak penghasil daging yang relatif cepat dan
hanya membutuhkan 3 bulan dalam penggemukan sampai masa panen. Hal ini
yang menjadi salah satu faktor pendorong peternak dalam mengusahakan
peternakan babi.
Keberhasilan peternak babi ditentukan 3 hal yaitu : Breeding, feeding dan
manejemen. Breeding adalah merupakan jenis bibit yang digunakan untuk
pengemukan, sedangkan feeding yang berkaitan dengan pakan yang digunakan
dalam penggemukan, dan pakan merupakan salah satu faktor yang menentukan
hendaknya melihat berbagai faktor diantaranya nilai ekonomi atau harga dari
pakan yang cukup tinggi, serta kesinambungan ketersediaan pakan yang tidak sulit
untuk memperolehnya. Semakin baik pakan yang digunakan tentu akan
berdampak baik terhadap keuntungan, dengan catatan pakan murah tersebut juga
berkualitas baik.
Kulit buah kakao (cocoa pod) adalah merupakan limbah agroindustri yang
dihasilkan tanaman kakao. Buah kakao terdiri dari 74% kulit, 2% plasenta dan
24% biji. Limbah kulit kakao masih banyak dibuang oleh petani, sehingga dapat
sebagai potensi media perkembangan kasus hama penggerek buah kakao
(Conomorpha cramerella). Kulit buah kakao yang belum menerima tindakan
pengolahan memang kurang baik untuk menjadi bahan pakan ternak babi, hal ini
dikarenakan pada kulit buah kakao mengandung zat anti nutrisi berupa lignin dan
theobromin, namun dengan menggunakan teknologi sederhana seperti fermentasi,
maka kandungan nutrisinya dapat diperbaiki dan anti nutrisinya dapat diturunkan.
Fermentasi adalah proses penguraian unsur-unsur organik kelompok
terutama karbohidrat untuk menghasilkan energi melalui reaksi enzim yang
dihasilkan oleh mikroorganisme. Proses fementasi dapat dikatakan sebagai proses
protein enrichment yaitu proses pengkayaan kandungan protein dengan
menggunakan mikroorganisme tertentu.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengetahui sejauh
mana pengaruh pemberian tepung kulit buah kakao (Theobrema cacao L.,) yang
difermentasi Rhizopus sp, Sacharomyces sp, Lactobacillus sp sebagai bahan
pakan alternatif guna meningkatkan nilai ekonomi usaha ternak babi jantan
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis usaha penggunaan pod
kakao fermentasi yang diberikan pada babi jantan peranakan landrace.
Hipotesis Penelitian
Pemanfaatan pod kakao yang difermentasi Rhizopus sp, Sacharomyces sp,
Lactobacillus sp dapat memberikan laba dalam usaha beternak babi.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti,
kalangan akademik dan masyarakat tentang pemanfaatan kulit buah kakao
fermentasi sebagai bahan pakan alternatif dan bernilai gizi tinggi. Penelitian ini
berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat
mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Usaha
Analisis usaha peternakan merupakan kegiatan yang sangat penting bagi
suatu usaha ternak yang mempunyai prospek cerah yang dapat dilihat dari analisis
usahanya. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan
tersedianya dana yang riil untuk periode selanjutnya. Melalui usaha ini dapat
dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang dihadapi. Analisis dapat juga
memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan
modal, besar biaya untuk bibit (bakalan), ransum, kandang, lamanya modal
kembali dan tingkat keuntungan uang diperoleh (Suharno dan Nazaruddin, 1994)
Total Biaya Produksi
Biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan yang
tidak dapat dihindarkan dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan
suatu produk. Pengeluaran atau biaya bagi perusahaan adalah sebagai nilai input
yang digunakan untuk memproduksi suatu output tertentu. Pengeluaran
perusahaan adalah semua uang yang dikeluarkan sebagai biaya produksi
(Kadarsan 1995).
Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan
walaupun ada perubahan volume produksi atau sedangkan perubahan variabel
merupakan biaya yang secara total berubah sesuai dengan perubahan volume
produksi (Kasmir 2008).
Biaya tetap (fixed cost) adalah jenis biaya yang selama waktu produksi,
walaupun volume produksi berubah. Biaya tetap misalnya: biaya penyusutan,
biaya gaji, biaya asuransi, biaya sewa, biaya bunga dan biaya pemeliharaan. Biaya
tidak tetap (variabel) adalah jenis biaya yang besar kecilnya tergantung pada
banyak sedikitnya volume produksi apabila volume produksi bertambah, sehingga
biaya variabel akan meningkat. Sebaliknya, apabila volume produksi berkurang
maka biaya variabel akan menurun. Biaya variabel adalah biaya-biaya langsung
seperti bahan baku, tenaga kerja, pakan dll. Biaya total (total cost) adalah jumlah
total biaya tetap ditambah dengan total biaya variabel pada masing-masing tingkat
atau volume produksi (Jumingan 2006).
Biaya tetap tidak tergantung pada tingkat kegiatan perusahaan artinya
biaya setiap bulannya tidak terpengaruh terhadap naik atau turunnya kegiatan
perusahaan (Slot dan Minnaar 1996).
Total Pendapatan
Perusahaan yang beroperasi atau mempunyai kegiatan sesuai dengan
didirikannya perusahaan tersebut akan mengharapkan adanya penerimaan
pendapatan dari operasi perusahaan yang dilaksanakan. Bagi perusahaan yang
memproduksi barang maka penerimaan pendapatan berasal dari penjualan barang
dari usaha penjualan jasa yang dilakukan perusahaan tersebut (Agus 1990).
Penerimaan adalah hasil penjualan (output) yang diterima produsen.
Penerimaan dari suatu proses dengan mengalikan jumlah produksi yang dihasilkan
dengan harga jual produksi tersebut. Penerimaan bersumber dari pemasaran atau
penjualan hasil usaha seperti panen dari peternakan dan hasil olahannya
Income Over Feed Cost (IOFC)
Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih total pendapatan dengan
biaya ransum yang digunakan selama usaha penggemukan ternak. IOFC ini
merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya ransum yang
dikeluarkan untuk penggemukan. Biaya pakan merupakan biaya terbesar dalam
usaha penggemukan ternak. IOFC diperoleh dengan menghitung selisih
pendapatan usaha peternakan dikurangi biaya ransum. Pendapatan merupakan
perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan bobot badan akibat
perlakuan dengan harga jual, seperti halnya sebagai berikut :
IOFC = (Bobot badan akhir babi – bobot awal babi X harga jual babi/kg) – (total
konsumsi pakan X harga pakan perlakuan/kg)
(Prawirokusumo 1990).
Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
Efisiensi usaha tani ditentukan dengan menggunakan konsep benefit cost
ratio (BCR) yaitu imbangan antara total penghasilan (input) dengan total biaya
(out put). Nilai BCR > 1 menyatakan usaha tersebut menguntungkan. Semakin
besar nilai BCR maka usaha dinyatakan semakin efisien (Karo - karodkk. 1995).
B/C Ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan
biaya yang dikeluarkan. Dimana B/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan
total penerimaan dengan total pengeluaran. Kadariah (1987) menyatakan bahwa
untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu
B/C Ratio > 1 : Efisien
Suatu usaha dikatakan memberikan manfaat bila nilai B/C Ratio > 1.
Semakin besar nilai B/C Ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan
sebaliknya semakin kecil nilai B/C Ratio nya, maka semakin tidak efisien usaha
tersebut (Soekartawi 1995).
Analisis Laba-Rugi
Keuntungan (laba) suatu usaha secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut :
Soekartawi (1995) mendefinisikan, laba sebagai nilai maksimum yang dapat
didistribusikan oleh satu satuan usaha dalam satu periode. Untuk memperoleh
angka yang pasti mengenai tingkat keuntungan atau kerugian suatu usaha adalah
hal yang penting. Oleh karena itu perlu dilakukan pencatatan, baik untuk pos-pos
pengeluaran (biaya) maupun pos - pos pendapatan. Sekecil apapun biaya dan
Laporan laba rugi memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penjualan jasa
barang dan ongkos-ongkos yang timbul dalam proses pencapaian hasil tersebut.
Laporan ini juga memperlihatkan adanya pendapatan bersih atau kerugian bersih
sebagai hasil dari operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan ini
merupakan laporan aktivitas dan merupakan ringkasan yang logis dari penghasilan
dan biaya dari suatu perusahaan untuk periode tertentu. Besarnya laba ditentukan
berdasarkan selisih antara nilai penjualan (total revenue) dengan total biaya (biaya
tetap ditambah biaya variabel) pada tingkat volume produksi tertentu. Perlu
diperhatikan bahwa volume penjualan yang menghasilkan laba hanyalah volume
penjualan yang berada diatas titik impas (Jumingan 2006).
Laporan laba rugi (income statement) merupakan laporan keuangan yang
menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dalam
laporan laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber
pendapatan yang diperoleh. Kemudian juga tergambar jumlah biaya dan
jenis-jenis biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Dari jumlah
pendapatan dan jumlah biaya ini terdapat selisih yang disebut laba atau rugi. Jika
jumlah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya perusahaan dikatakan laba.
Sebaliknya jika jumlah pendapatan lebih kecil dari jumlah biaya perusahaan
Potensi Pod Kakao
Sistematika tanaman kakao secara lengkap adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Malvales
Famili : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao L
(Poedjiwidodo, 1996).
Nilai gizi pod kakao dapat ditingkatkan melalui pengolahan. Dengan
bantuan mikroba dalam suatu proses fermentasi yang merupakan proses biokimia
dan biologi yang dapat menyebabkan perubahan sifat bahan pangan sebagai
akibat dari pemecahan kandungan bahan tersebut (Winarno et al., 1979).
Fermentasi adalah proses perubahan substrat pada kondisi aerob maupun
anaerob oleh aktifitas enzim yang dihasilkan mikroorganisme. Fermentasi adalah
reaksi oksidasi yang menggunakan senyawa organik baik sebagai oksidan maupun
sebagai reduktan (donor elektron) (Fardiaz, 1992).
Berdasarkan aspek nutrien pod kakao memiliki kandungan lignin yang
tinggi (38,78%) sehingga dapat mempengaruhi daya cerna. Pod kakao juga
mengandung alkaloid theobromin (3,7-dimethyl xanthine) sebanyak 0,17 – 0,22%
atau 1,5-4 g/kg bahan kering, kafein (1,3,7-trimetilxanthine) sebanyak 1,8 – 2,1%
Adanya senyawa theobromin pada pod kakao dilaporkan memiliki efek
negatif, karena dapat menghambat pertumbuhan mikroba rumen sehingga
menurunkan kemampuan mencerna serat dan menyebabkan diare. Respon negatif
muncul pada saat konsumsi theobromin lebih dari 300 mg/kg bobot hidup dengan
indikasi penurunan konsumsi dan bobot hidup (EFSA, 2008). Adanya kafein
diketahui mempunyai efek diuretik. Tanin dilaporkan dapat mengendapkan
protein dan karbohidrat sehingga mempengaruhi ketersediaan nutrien pod kakao
(Purnama, 2004).
Berdasarkan hasil analisa dari Balai Penelitian Biologi (2003) diketahui
bahwa pod kakao mengandung tanin kondensasi yaitu proanthocyanidin sebesar
2,04%. Kelompok tanin ini dapat mempengaruhi konsumsi pakan, palatabilitas
dan kecernaan pakan serta dapat bersifat toksik pada level 5% dalam ransum.
Di dalam rumen tanin yang ada di dalam pod kakao dapat menghambat proses
fermentasi yang terjadi. Hal ini disebabkan tanin membentuk ikatan komplek
dengan protein dan karbohidrat, menghambat aktivitas enzim mikrobial dan
menghambat pertumbuhan mikroba dengan penyerapan dalam membran sel yang
dapat menyebabkan defisiensi nutrisi (Leinmuller et al., 1991).
Upaya peningkatan kualitas dan gizi pakan hasil samping
pertanian/perkebunan yang berkualitas rendah, merupakan upaya strategis dalam
meningkatkan ketersediaan pakan. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan
penggunaan pod kakao pada ternak perlu ditingkatkan kualitasnya, salah satunya
dengan cara fermentasi. Perbandingan kandungan nutrisi pod kakao tanpa
fermentasi dan pod kakao yang difermetasi Rhizopus sp, Saccharomyces sp dan
Tabel 1. Perbandingan kandungan nutrisi pod kakao
Uraian Bahan
Pod Kakao tanpa fermentasi Pod Kakao Fermentasi
BK (%)
Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak, FP USU (2012) b. Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih (2012)
Fermentasi
Melalui fermentasi terjadi pemecahan substrat oleh enzim-enzim tertentu
terhadap bahan yang tidak dapat dicerna, misalnya selulosa dan hemiselulosa
menjadi gula sederhana. Selama proses fermentasi terjadi pertumbuhan kapang,
selain dihasilkan enzim juga dihasilkan protein ekstraseluler dan protein hasil
metabolisme kapang sehingga terjadi peningkatan kadar protein (Winarmo, 1983).
Menurut jenis mediumnya, proses fermentasi dibagi menjadi 2 yaitu
fermentasi medium padat dan fermentasi medium cair. Fermentasi medium padat
merupakan fermentasi medium yang digunakan tidak larut tetapi cukup
mengandung air untuk keperluan mikroba, sedangkan fermentasi dengan medium
cair adalah proses fermentasi yang substratnya larut atau tersuspensi di dalam
medium cair (Hardjo et al., 1989).
Menurut Winarno et al., (1980) fermentasi merupakan proses biokimia
yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan sifat bahan pakan sebagai akibat
dari pemecahan kandungan bahan pakan tersebut, dimana bahan pakan yang
karena mikroorganisme bersifat katabolik atau memecah komponen-komponen
yang kompleks dan menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah dicerna.
Menurut Winarno dan Fardiaz (1979), pada proses fermentasi dibutuhkan
dosis jamur tertentu pula, makin banyak dosis jamur yang digunakan makin cepat
proses fermentasi berlangsung, dan semakin lama waktu yang digunakan untuk
fermentasi, semakin banyak bahan yang akan dirombak. Fermentasi kapang pada
umumnya membutuhkan waktu antara 2 sampai 5 hari.
Mikroorganisme Fermentasi
Rhizhopus sp
Rhizopus sp adalah genus jamur benang yang termasuk filum Zygomycota
ordo Mucorales. Rhizopus sp mempunyai ciri khas yaitu memiliki hifa yang
membentuk rhizoid untuk menempel ke substrat. Ciri lainnya adalah memiliki hifa
coenositik, sehingga tidak bersepta atau bersekat. Miselium dari Rhizopus sp yang
juga disebut stolon yang menyebar diatas substratnya, karena aktivitas dari hifa
vegetatif. Rhizopus sp bereproduksi secara aseksual dengan memproduksi banyak
sporangiofor yang bertangkai. Sporangiofor ini tumbuh kearah atas dan
mengandung ratusan spora. Sporagiofor ini biasanya dipisahkan dari hifa
lainnya oleh sebuah dinding seperti septa. Salah satu contohnya spesiesnya
adalah Rhizopus stonolifer yang biasanya tumbuh pada roti basi
(Postlethwait dan Hopson, 2006).
Kapang golongan Rhizopus sp sangat berperan penting dalam proses
fermentasi pod kakao, dan memiliki kemampuan dalam menghasilkan enzim
β–glukosidase. Selama proses fermentasi berlangsung, isoflavon glukosidase
disekresikan oleh mikroorganisme. Isoflavon mempunyai potensi yang lebih aktif
sebagai antioksidan, antihemolisis, antibakteri, anti jamur dan anti kanker (2,3,4),
bila dibandingkan dengan senyawa asalnya yaitu isoflavon glukosida. Perubahan
tersebut diantaranya disebabkan oleh aktivitas enzim β-glukosidase. Enzim ini
selain terdapat didalam kedelai, juga diproduksi oleh mikroorganisme selama
proses fermentasi berlangsung yang mampu memecah komponen glukosida
menjadi aglikon dan gugus gula (Ewan et al., 1992).
Hasil penelitian Rotib (1994) dengan melakukan fermentasi bungkil
kedelai memakai Rhizopus sp, mampu meningkatkan kandungan protein kasar
bungkil kedelai dari 41% menjadi 55% dan meningkatkan asam amino sebesar
14,2%, sehingga diduga dapat dipakai untuk alternatif sebagai sebagai bahan
pemicu pertumbuhan (Handajani, 2007).
Saccharomyces sp
Saccharomyces merupakan genus
kemampuan mengubah2. Saccharomyces
merupakan mikroorganisme be Saccharomyces
termasuk kelompokoC dan pH 4,8.
Beberapa kelebihan saccharomyces dalam proses fermentasi yaitu
mikroorganisme ini cepat berkembang biak, tahan terhadap kadar alkohol yang
tinggi, tahan terhadap suhu yang tinggi, mempunyai sifat stabil dan cepat
beradaptasi. Beberapa spesies Saccharomyces mampu memproduksi ethanol
hingga 13.01 %. Hasil ini lebih bagus dibanding genus lainnya seperti Candida
dan Trochosporon. Pertumbuhan Saccharomyces dipengaruhi oleh adanya
dari penambaha
optimum untuk fermentasi antara 28-30oC. Beberapa spesies yang termasuk dalam
genus ini diantaranya yait
da
Menurut Lay dan Hastowo (1992), khamir mempunyai peranan penting
dalam pembuatan industri makanan. Banyak manfaat khamir dalam makanan
yang dikehendaki untuk dimanfaatkan dalam pembuatan bir, anggur, roti. Produk
makanan terfermentasi adalah sebagai sumber potensial dari protein sel tunggal
untuk fortifikasi makanan ternak. Seperti galur atau strain Saccharomyces sp yang
hingga saat ini paling banyak digunakan untuk keperluan tersebut.
Saccharomyces sp mampu menghasilkan enzim yang dapat mengubah
subtrat menjadi bahan lain dengan mendapatkan keuntungan berupa energi.
Saccharomyces sp merupakan campuran dari bermacam-macam organisme yang
hidup bersama secara sinergetik, dimana umumnya terdapat spesies-spesies dari
genus Aspergillus sp yang dapat menyederhanakan amilum, Saccharomyces,
Candida, Hansenula yang dapat menguraikan gula menjadi alkohol dan
bermacam-macam zat organik lainnya serta bakteri (Acetobacter) yang
menumpang untuk mengubah alkohol menjadi asam cuka (Dwidjoseputro, 1994).
Lactobacillus sp
Lactobacillus adal
menguba
ditemukan di dalam
dan merupakan sebagian kecil dariLactobacillus
memiliki kemampuan membusukkan materi tanaman yang sangat baik. Produksi
asam laktatnya membuat lingkungannya bersifat asam dan mengganggu
pertumbuhan beberapa bakteri merugikan. Beberapa anggota genus ini telah
memilikiLactobacillus sering digunakan untuk
industri pembuata
hewan, seperti
yang merupakan kultur simbiotik antara
berkembang di
da
Cara kerja spesies ini adalah dengan menurunkan pH bahan fermentasinya dengan
membentuk asam laktat
Berdasarkan penelitian Jamila et al, (2009) memperoleh kesimpulan
bahwa penggunaan Lactobacillus sp dalam proses fermentasi feses ayam
cenderung meningkatkan kandungan protein kasar feses ayam tetapi tidak
berpengaruh terhadap kandungan serat kasar.
Inokulan Cair
Inokulan cair merupakan salah satu cara pengembangbiakan
mikroorganisme yang akan mampu mendegradasi bahan organik. Bahan pembuat
Mikroorganisme dasar dalam inokulan cair ini adalah Saccharomyces yang
berasal dari ragi tape, Rhizopus dari ragi tempe dan Lactobacillus dari yoghurt.
Mikroorganisme ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Sifat amilolitik, mikroorganisme yaitu Saccharomyces akan menghasilkan
enzim amilase yang berperan dalam mengubah karbohidrat menjadi
volatile fatty acids yang kemudian akan menjadi asam amino.
b. Sifat proteolitik, mikroorganisme yaitu Rhizopus akan mengeluarkan
enzim protease yang dapat merombak protein menjadi polipeptida, lalu
menjadi peptida sederhana dan akhirnya menjadi asam amino bebas, CO2
dan air.
c. Sifat lipolitik, mikroorganisme yaitu Lactobacillus akan menghasilkan
enzim lipase yang berperan dalam perombakan lemak.
Pembuatan inokulan cair menggunakan beberapa bahan antara lain 10 liter air
sumur, 1,5 liter air tebu (gula merah), 60 gr ragi tape (5 buah), 60 gr ragi tempe, ±
30cc youghurt. Semuanya dimasukkan ke galon ukuran 19 liter, lubangnya ditutup
dengan kantong plastik ukuran 1 kg dan dibiarkan selama 3 hari. Guna ditutup
dengan kantong plastik adalah untuk mendapatkan indikasi apakah
mikroorganisme yang akan diaktifkan bekerja atau tidak, bila kantong plastik
menggelembung, berarti terjadi reaksi positif dari mikroorganisme dalam tahapan
inokulan cair (Compost Centre, 2009).
Air Tebu
Air tebu adalah hasil pengolahan batang tebu yang diperas, dan akan
menghasilkan air berwarna putih bening. Air tebu mengandung karbohidrat,
walaupun sifatnya hanya sebagai pakan pendukung. Disamping harganya murah,
kelebihan lain air tebu terletak pada aroma dan rasanya
(Widayati dan Widalestari, 1996).
Dedak Padi
Padi (Oryza sativa) merupakan sumber bahan makanan yang
menghasilkan beras sebagai bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk
Indonesia. Dalam proses pengadaan beras dari padi dihasilkan dedak padi sebagai
hasil sampingan. Dedak padi adalah hasil ikutan pengolahan padi menjadi beras
terutama terdiri dari lapisan ari. Kandungan nutrisi dedak tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan nutrisi dedak padi
Uraian Kandungan Nutrisi
Protein Kasar (%)
c. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak, FP USU, (2000)
Tepung Jagung
Kandungan energi jagung cukup tinggi dan citarasanya baik, sehingga
lazim digunakan untuk bahan ransum ternak babi. Jagung kuning cukup baik
untuk babi, karena mengandung tinggi karoten atau vitamin A. Jagung dapat
diberikan pada babi dalam bentuk butir utuh, digiling, dicampur dengan bahan
Tabel 3. Kandungan nutrisi tepung jagung
Uraian Kandungan Nutrisi
Protein Kasar (%)
sebagai sumber kalsium. Kandungan protein atau asam amino tepung ikan
dipengaruhi oleh bahan ikan yang digunakan serta proses pembuatannya.
Pemanasan yang berlebihan akan menghasilkan tepung ikan yang berwarna
cokelat dan kadar protein atau asam aminonya cenderung menurun atau menjadi
rusak (Boniran, 1999). Kandungan nutrisi tepung ikan tertera pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan nutrisi tepung ikan
Uraian Kandungan Nutrisi
Protein Kasar (%)
Bungkil kedelai adalah kedelai yang sudah diambil minyaknya. Bungkil
kedelai merupakan sumber protein yang amat bagus sebab keseimbangan asam
penggilingan (Boniran, 1999). Bungkil kedelai yang baik mengandung air tidak lebih dari 12 % (Hutagalung, 1999). Kandungan nutrisi bungkil kedelai tertera pada Tabel 5.
Tabel 5. Kandungan nutrisi bungkil kedelai
Uraian Kandungan Nutrisi
Protein Kasar (%)
Kandungan protein bungkil inti sawit lebih rendah dari bungkil lainnya.
Namun demikian masih dapat dijadikan sebagai sumber protein, kandungan asam
amino esensialnya cukup lengkap (Lubis, 1993). Kandungan nutrisi bungkil inti
sawit tertera pada Tabel 6.
Tabel 6. Kandungan nutrisi bungkil inti sawit
Uraian Kandungan Nutrisi
Protein Kasar (%)
Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak, FP USU (2000) b. Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih (2009)
Pigmix
Zat-zat mineral lebih kurang merupakan 3-5% dari tubuh hewan. Hewan
tidak dapat membuat mineral karenanya harus disediakan dalam makanannya.
dalam perbandingan yang tepat dan dalam jumlah yang cukup. Terlalu banyak
mineral dapat membahayakan individu. Suatu keuntungan ialah bahwa sebagian
besar mineral dapat diberikan dalam jumlah yang besar dalam ransum tanpa
mengakibatkan kematian, tetapi kesehatan hewan menjadi mundur sehingga
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Pintu Air Kelurahan Kwala bekala
kecamatan Medan Johor, Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan selama dua
bulan dimulai Juli 2012 sampai September 2012.
Bahan dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua puluh ekor ternak
babi jantan peranakan landrace umur lima bulan sebagai objek yang diteliti,
tepung kulit buah kakao fermentasi, dedak padi, bungkil inti sawit, tepung jagung,
kapur kerang, minyak nabati, pig mix, bungkil kedelai, dan tepung ikan sebagai
bahan pakan. Air tebu, ragi tape, ragi tempe dan youghurt sebagai pembuatan
inokulen cair, serta obat – obatan seperti obat cacing (Vermizyn SBK) dan air
minum.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang individual
ukuran 1 x 2m sebanyak 20 unit, beserta perlengkapan seperti tempat pakan dan
tempat air minum, timbangan duduk untuk menimbang bobot badan hidup
berkapasitas 100 Kg dengan kepekaan 100 g dan timbangan berkapasitas 5 kg
dengan kepekaan 10 g untuk menimbang pakan alat kebersihan (ember, masker,
sepatu boot, sapu, lidi, sekop), thermometer ruang sebagai pengukur suhu
menggiling kulit kakao fermentasi dan terpal plastik untuk alat menjemur pod
kakao.
Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan
rancangan acak kelompok (RAK) yang berdasarkan rataan berat badan dengan
lima kelompok empat perlakuan.
Bobot badan awal babi setiap kelompok yaitu:
Kelompok I : 24,76±1,31
Kelompok II : 29,73±1,15
Kelompok III : 36,30±4,41
Kelompok IV : 43,38±2,22
Kelompok V : 49,43±2,23
Perlakuan Penelitian yaitu:
P0 : 0% pod kakao fermentasi dalam ransum
P1 : 10% pod kakao fermentasi dalam ransum
P2 : 20% pod kakao fermentasi dalam ransum
P3 : 30% pod kakao fermentasi dalam ransum
Model matematika percobaan yang digunakan adalah:
Yij = µ + φi + αj + εij
Dimana:
i = 1, 2, 3,...i = perlakuan
j = 1, 2, 3,...i = kelompok
Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke- j
φi = pengaruh dari perlakuan ke-i
αj = pengaruh dari kelompok ke-j
εij = efek galat percobaan pada perlakuan ke-i pada kelompok ke-j.
Denah pemeliharaan sebagai berikut :
KELOMPOK
Total biaya produksi atau total pengeluaran yaitu biaya – biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk yang diperoleh dengan cara
menghitung : biaya pakan, biaya bibit, biaya obat – obatan, biaya tenaga kerja,
biaya perlengkapan kandang dan biaya sewa kandang.
Total Hasil Produksi
Total hasil produksi atau total penerimaan yaitu seluruh produk yang
dihasilkan dalam kegiatan ekonomi yang diperoleh dengan cara menghitung harga
jual babi dan penjualan kotoran babi.
Laba/Rugi
Keuntungan (laba) suatu usaha dapat diperoleh dengan cara :
K = TR – TC
Dimana :
TR = total penerimaan
TC = total pengeluaran.
Income Over Feed Cost (IOFC)
Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih total pendapatan dengan
biaya ransum yang digunakan selama usaha penggemukan ternak. Pendapatan
merupakan perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan bobot badan
akibat perlakuan (kg hidup) dengan harga jual. Sedangkan biaya ransum
adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan pertambahan bobot badan
ternak. Artinya jika nilai pertambahan bobot badan dikali harga jual akibat
perlakuan lebih besar daripada biaya pakan yang dikeluarkan selama
penggemukan maka usaha tersebut efisien, dan sebaliknya jika nilai pertambahan
bobot badan dikali harga jual akibat perlakuan lebih kecil daripada biaya pakan
yang dikeluarkan selama penggemukan maka usaha tersebut tidak efisien.
Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
B/C Ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan
biaya yang dikeluarkan.
B/C Ratio =
Total Biaya Produksi Total Hasil Produksi
Dengan menggunakan konsep benefit cost ratio (BCR) yaitu untuk
mengetahui imbangan antara total penghasilan (input) dengan total biaya
(out put). Nilai BCR > 1 menyatakan usaha tersebut menguntungkan. Semakin
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan kandang
Pelaksanaan Penelitian
1. Pembuatan inokulan cair menggunakan beberapa bahan antara lain air sumur,
air tebu, ragi tape, ragi tempe dan yoghurt.
Semuanya dimasukkan ke galon ukuran 19 liter, lubangnya ditutup dengan
kantong plastik ukuran 1 kg dan dibiarkan selama 3 hari. Manfaat penutupan
dengan kantong plastik adalah untuk mendapatkan indikasi apakah
mikroorganisme yang akan diaktifkan bekerja atau tidak, dimana bila kantong
plastik terjadi pengelembungan, berarti terjadi reaksi positif dari
mikroorganisme dalam tahapan inokulan cair. Pembuatan inakulan cair dapat
dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Skema pembuatan inokulan cair
Sumber : Compost Centre 2009
Dimasukkan air sumur sebanyak 10 liter ke dalam galon berkapasitas 19 liter
Dimasukkan air tebu sebanyak 1½ liter
Dimasukkan ragi tape sebanyak 60 gram
Dimasukkan ragi tempe sebanyak 60 gram
Dimasukkan youghurt sebanyak ± 30 cc
Diaduk bahan sampai merata
Ditutup dengan plastik dan dibiarkan selama tiga hari
2. Penempatan dan pengacakan babi
Penempatan babi dilakukan dengan sistem pengacakan sesuai dengan
kelompoknya dan sebelumnya dilakukan penimbangan bobot badan awal.
3. Pemberian pakan dan air minum
Pakan perlakuan diberikan secara ad libitum, pakan yang diberikan
disesuaikan dengan perlakuan dan sisa pakan yang ditimbang keesokan
harinya untuk mengetahui konsumsi ternak tersebut. Sebelum dilakukan
penelitian diberikan waktu untuk beradaptasi dengan pakan perlakuan secara
terjadwal selama 2 minggu. Pemberian air minum juga dilakukan secara
ad libitum. Air minum diganti setiap hari dan tempat air minumnya dicuci
dengan air bersih. Ternak babi dimandikan dua kali sehari agar babi bersih
dan merasa nyaman.
4. Pembuatan pod kakao fermentasi
Pembuatan pod kakao fermentasi menggunakan beberapa bahan antara lain
pod kakao, inokulan cair, dedak halus. Alat yang digunakan yaitu terpal
plastik untuk alas fermentasi. Pod kakao dicincang terlebih dahulu lalu
diserakkan diatas alas, kemudian dicampur dengan dedak halus (dengan
perbandingan untuk 500 kg pod kakao ditambah 3% dedak) sampai merata
dengan cara membolak-balik dengan sekop atau garu, selanjutnya disiram
dengan inokulan cair secara merata. Kemudian ditutup dengan selimut sabut
kelapa agar panas yang terbentuk dapat mempercepat proses fermentasi.
Dibiarkan selama 5 hari dan sudah bisa di keringkan. Pembuatan tepung pod
tepung disimpan di tempat yang kering dan tidak lembab, tidak lepas
pembuatan dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut :
a. Premixing yaitu mencampur komponen bahan yang digunakan dalam
bentuk inokulan cair.
b. Mixing yaitu mencampur semua komponen bahan yang akan
digunakan.
c. Drying yaitu pengeringan dengan cara penjemuran.
Skema pembuatan pod kakao fermentasi dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Skema pembuatan pod kakao fermentasi
Sumber : Compost Centre 2009
5. Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu membuat kandang sebanyak
20 unit/plot dengan masing-masing kandang memiliki ukuran 1 m x 2 m Inokulan cair
Pencampuran dedak dengan pod kakao yang telah dicincang. Dengan perbandingan untuk
500 kg pod kakao ditambah 3% dedak.
Campuran pod kakao dengan dedak, kemudian di siram dengan inokulan cair secara merata
Ditutup dengan selimut sabut kelapa
Dibolak balik dan di ukur suhunya setiap hari
Setelah 5 hari, pod kakao fermentasi di bongkar dan di jemur selama 3 hari
Pod kakao fermentasi yang sudah kering kemudian digiling
yang terbuat dari bambu dan papan dengan lantai semen dan beratap rumbia.
Kandang babi dan tempat pakan serta tempat minum berupa ember plastik
dicucihamakan terlebih dahulu dengan menggunakan desinfektan. Bola
lampu sebagai alat penerangan kandang.
6. Pemberian obat-obatan
Ternak babi pertama masuk kandang dan satu bulan penelitian setelah
penelitian berlangsung diberikan obat cacing dan obat cacing diberikan sesuai
bobot badan ternak.
7. Periode pengambilan data
Pemberian pakan dihitung setiap hari, sedangkan penimbangan bobot badan
babi dengan timbangan dilakukan setiap 2 minggu dan pengambilan data
pengukuran suhu kandang penelitian dilakukan tiga kali sehari dimulai dari
pagi, siang dan malam hari dengan menggunakan thermometer ruang.
8. Analisis data
Data yang diperoleh dari setiap perlakuan dianalisis. Analisis yang dilihat
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Total Biaya Produksi
Total biaya produksi adalah keseluruhan dari biaya yang dikeluarkan
untuk menghasilkan suatu produk yang diperoleh dengan cara menghitung: biaya
pembelian bibit babi, biaya pakan, biaya obat-obatan, biaya sewa kandang dan
biaya tenaga kerja.
1.1Biaya Pakan Babi
Biaya pakan babi diperoleh dengan cara mengalikan semua jumlah konsumsi
pakan dengan harga pakan per kilogram dan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Biaya pakan babi tiap level perlakuan kelompok (Rp/ekor)
Perl Kelompok Total Rataan
I II III IV V
P0 419.336,73 458.832,85 496.133,60 547.495,02 586.318,81 2.508.117,01 501.623,40 P1 405.944,32 439.258,72 475.231,44 522.269,86 570.964.27 2.413.668,61 482.733,72 P2 383.817,60 414.236,81 454.405,88 503.711,27 534.750,42 2.290.921,98 458.184,40 P3 360,311,33 394.938,53 432.376,68 476.132,51 513.435,18 2.177.194,23 435.438,85 Total 1.569.409,97 1.707.266,91 1.858.147,60 2.049.608,65 2.205.468,69 9.389.901,83
Ratan 469.495,09
1.2Biaya Pembelian Bibit
Biaya pembelian bibit yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit babi
sebanyak 20 ekor dengan total bobot badan awal babi 734.4 kg dikali dengan
harga Rp 27000/kg dan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Biaya pembelian bibit babi tiap level perlakuan kelompok (Rp/ekor)
Perl Kelompok Total Rataan
I II III IV V
P0 656.100 810.000 1.026.000 1.201.500 1.379.700 5.073.300 1.014.660 P1 675.000 788.400 923.400 1.188.000 1.312.200 4.887.000 977.400 P2 691.200 791.100 934.200 1.134.000 1.314.900 4.865.400 973.080 P3 653.400 820.800 1.036.800 1161.000 1.331.100 5.003.100 1.000.620 Total 2.675.700 3.210.300 3.920.400 4.684.500 5.337.900 1.982.8800
1.3Biaya Sewa Kandang dan Peralatan
Biaya peralatan adalah biaya yang digunakan untuk membeli seluruh
peralatan selama penelitian. Biaya peralatan diperoleh dengan cara menjumlahkan
seluruh biaya peralatan yang digunakan seperti tempat pakan tempat minum dan
kawat (sebagai pengikat tempat pakan dan air minum).
Tabel 9. Biaya sewa kandang dan peralatan tiap level perlakuan kelompok (Rp/ekor)
Perl Kelompok Total Rataan
I II III IV V
P0 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 75.000 15.000 P1 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 75.000 15.000 P2 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 75.000 15.000 P3 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 75.000 15.000 Total 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 300.000 60.000
1.4Biaya Obat-obatan
Biaya obat-obatan adalah biaya yang diperoleh dari harga obat-obatan
yang diberikan selama penelitian. Obat yang diberikan adalah vermizyn sbk.
Tabel 10. Biaya obat-obatan tiap level perlakuan kelompok (Rp/ekor)
Perl
Kelompok
Total Rataan
I II III IV V
P0 889,5 1.101 1.368 1.590 1.825,5 6.774 1.354,8
P1 903 1.068 1.254 1.572 1.641 6.438 1.287,6
P2 906 1.066,5 1.246.5 1.509 1.731 6.459 1.291,8 P3 864 1.050 1.329 1.471,5 1.726,5 6.441 1.288,2 Total 3.562,5 4.285,5 5.197,5 6.142,5 6.924 26.112
Rataan 1.305,6
1.5Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja diperoleh dari jumlah tenaga kerja dikali dengan UMRP
Sumatera Utara (Upah Minimum Regional Provinsi). UMRP saat penelitian
adalah sebesar Rp 1.300.000/bulan/200 ekor, jadi Biaya tenaga kerja untuk
Maka biaya yang dikeluarkan untuk memelihara 20 ekor babi adalah
Rp 130.000/bulan dan Rp 260.000 selama penelitian.
Tabel 11. Biaya upah tenaga kerja tiap level perlakuan kelompok (Rp/ekor)
Perl Kelompok Total Rataan
I II III IV V
P0 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 65.000 13.000
P1 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 65.000 13.000 P2 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 65.000 13.000
P3 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 65.000 13.000
Total 52.000 52.000 52.000 52.000 52.000 26.0000 52.000
1.6Total seluruh biaya produksi selama penelitian adalah
Biaya pakan babi Rp 9389901.83
Total biaya produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh biaya
produksi seperti diatas. Maka biaya produksi tiap level perlakuan dapat dilihat
pada Tabel berikut.
Tabel 12. Total biaya produksi tiap level perlakuan kelompok (Rp/ekor)
Perl
Kelompok
Total Rataan
I II III IV V
P0 1.104.326,23 1.297.933,85 1.551.501,60 1.778.585,02 1.995.844,31 7.728.191,01 1.545.638,20 P1 1.109.847,32 1.256.726,72 1.427.885,44 1.739.841,86 1.912.805,27 7.447.106,61 1.489.421,32 P2 1.103.923,60 1.234.403,31 1.417.852,38 1.667.220,27 1.879.381,42 7.302.780,98 1.460.556,20 P3 1.042.575,33 1.244.788,53 1.498.505,68 1.666.604,01 1.874.261,68 7.326.735,23 1.465.347,05 Total 4.360.672,47 5.033.852,41 5.895.745,10 6.852.251,15 7.662.292,69 29.804.813,83 RATAAN 1.490.240,69
Pada Tabel diatas dapat dilihat bahwa total biaya produksi pemeliharaan
babi jantan selama penelitian menunjukkan perbedaan besar dimana total biaya
produksi perlakuan tertinggi terdapat pada P0 sebesar Rp 7.728.191,01 dan yang
dikarenakan adanya perbedaan jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk
pembelian bibit, pakan, biaya obat-obatan, sewa kandang dan peralatan
sedangkan upah tenaga kerja adalah sama. Hal ini seperti dinyatakan oleh
Kadarsan (1995) yang menyatakan bahwa biaya adalah nilai dari semua korbanan
ekonomis yang diperlukan yang tidak dapat dihindarkan, dan dapat diperkirakan
dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk. Pengeluaran perusahaan
adalah semua uang yang dikeluarkan sebagai biaya produksi.
2. Total Hasil Produksi
Total hasil produksi adalah seluruh perolehan dari hasil penjualan yaitu
penjualan babi dan penjualan kotoran babi (feses).
2.1Hasil penjualan babi
Penjualan babi diperoleh dari harga jual babi hidup perkilogram. Harga
pada waktu penjualan yaitu sebesar Rp 28.000/kg dikali dengan bobot badan akhir
babi (1331,1 kg). Maka harga jual seluruh babi adalah Rp 36.738.800
Tabel 13. Hasil penjualan babi tiap level perlakuan kelompok (Rp/ekor)
Perl
Kelompok
Total Rataan
I II III IV V
P0 1.352.400 1.646.400 1.996.400 2.234.400 2.539.600 9.769.200 1.953.840 P1 1.344.000 1.596.000 1.884.400 2.198.000 2.422.000 9.444.400 1.888.880 P2 1.313.200 1.587.600 1.822.800 2.130.800 1.867.600 8.722.000 1.744.400 P3 1.274.000 1.397.200 1.820.000 1.957.200 2.354.800 8.803.200 1.760.640 Total 5.283.600 6.227.200 7.523.600 8.520.400 9.184.000 3.673.8800
Rataan 1.836.940
2.2Penjualan feses babi
Penjualan feses babi diperoleh dari harga jual feses babi perkilogram
dikali dengan jumlah feses selama penelititan. Harga penjualan yaitu sebesar
Tabel 14. Hasil penjualan feses babi tiap level perlakuan kelompok (Rp/ekor)
2.3Total Hasil Produksi
Hasil Penjualan Babi Rp 36.738.800
Hasil Penjualan feses babi
Total Rp 37.186.800
Rp 448.000+
Total hasil produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh hasil
produksi seperti diatas. Maka hasil produksi tiap level perlakuan dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 15. Total hasil produksi tiap level perlakuan kelompok (Rp/ekor)
Perl
Kelompok
Total Rataan
I II III IV V
P0 1.374.800 1.668.800 2.018.800 2.256.800 2.562.000 9.881.200 1.976.240 P1 1.366.400 1.618.400 1.906.800 2.220.400 2.444.400 9.556.400 1.911.280 P2 1.335.600 1.610.000 1.845.200 2.153.200 1.890.000 8.834.000 1.766.800 P3 1.296.400 1.419.600 1.842.400 1.979.600 2.377.200 8.915.200 1.783.040 Total 5.373.200 6.316.800 7.613.200 8.610.000 9.273.600 37.186.800
Rataan 1.859.340
Pada Tabel dapat dilihat bahwa rataan total hasil produksi pemeliharaan
babi jantan selama penelitian menunjukkan perbedaaan yang besar dimana rataan
hasil pendapatan tertinggi terdapat pada P0 yaitu sebesar Rp 1.976.240 dan yang
terendah pada P2 yaitu sebesar Rp 1.766.800. Hal ini terjadi karena terdapat
perbedaan bobot badan babi dan disebabkan kualitas pakan yang diberikan selama
kelompok. Ini sesuai dengan pernyataan Agus (1990) yang menyataka bahwa,
penerimaan pendapatan berasal dari penjualan barang, begitu juga pendapat dari
Kadarsan (1995) yang menyatakan bahwa penerimaan perusahaan bersumber dari
pemasaran atau penjualan hasil usaha seperti panen tanaman serta hasil olahannya
serta panen dari peternakan serta hasil olahannya.
3. Analisis Ekonomi Berdasarkan Data-Data
3.1. Analisis Laba Rugi
Analisis ekonomi atau laba rugi dilakukan untuk mengetahui apakah usaha
tersebut rugi atau menguntungkan dengan cara menghitung selisih antara total
hasil produksi dengan total biaya produksi.
Keuntungan = total hasil produksi - total biaya produksi.
Keuntungan = Rp 37.186.800 - Rp 29.804.813,83 = Rp 7.381.986,2
Tabel 16. Analisis laba-rugi tiap level perlakuan kelompok (Rp/ekor)
Perl
Kelompok
Total Rataan
I II III IV V
P0 270.473,77 370.866,15 467.298,40 478.214,98 566.155,69 2.153.008.99 430.601,80 P1 256.552,68 361.673,28 478.914,56 480.558,14 531.594,73 2.109.293,39 421.858,68 P2 231.676,40 375.596,69 427.347,62 485.979,73 10.618,58 1.531.219,02 306.243,80 P3 253.824,67 174.811,47 343.894,32 312.995,99 502.938,32 1.588.464,77 317.692,95 Total 1.012.527,53 1.282.947,59 1.717.454,90 1.757.748,85 1.611.307,31 7.381.986,17
Rataan 369.099,31
Analisis laba rugi dari pemberian kulit buah kakao fermentasi memberikan
pengaruh yang berbeda-beda pada setiap total level perlakuannya. Perlakuan P0
(0%) memberikan keuntungan rata-rata Rp 430.601,80/ekor, pada perlakuan P1
(10%) memberikan keuntungan rata-rata sebesar Rp 421.858,68/ekor, pada
perlakuan P2 (20%) memberikan keuntungan rata-rata Rp 306.243,80/ekor, pada
Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat keuntungan tertinggi terdapat pada
perlakuan P0 yaitu tanpa pengunaan kulit buah kakao fermentasi dalam pakan,
hal ini dikarenakan pertambahan bobot badan babi lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan lain. Hal ini juga disebabkan terdapat perbedaan harga dan
kualitas ransum ditiap level perlakuan. Sehingga total hasil produksi yaitu total
penjualan ternak ditambah penjualan feses ternak memiliki nilai yang lebih tinggi
dari pada total biaya produksi yaitu biaya pakan, biaya bibit babi, biaya
obat-obatan, biaya peralatan dan sewa kandang dan biaya tenaga kerja. Hal ini sesuai
dengan Kasmir (2008) yaitu keuntungan adalah yang menyatakan dari jumlah
pendapatan dan jumlah biaya ini terdapat selisih yang disebut laba rugi. Jika
pendapatan lebih besar dari jumlah biaya, maka perusahaan dikatakan beruntung,
dan sebaliknya jika jumlah pendapatan lebih kecil dari jumlah biaya produksi
maka perusahaan dikatakan rugi. Untuk memperoleh angka yang pasti mengenai
keuntungan atau kerugian yang harus dilakukan adalah pencatatan biaya. Tujuan
pencatatan biaya juga agar peternak atau pengusaha dapat mengetahui yang perlu
di evaluasi terhadap setiap bidang usaha yang dilakukan.
3.2. Income over feed cost (IOFC)
IOFC didapat dengan cara menghitung nilai usaha peternakan yang
didapat dari pertambahan bobot badan ternak (Bobot akhir - Bobot awal) dikali
harga ternak/kg dikurangi dengan biaya pakan (total konsumsi dikali harga pakan)
Tabel 17. Income over feed cost (IOFC) tiap level perlakuan kelompok (Rp/ekor)
Perl
Kelompok
Total Rataan
I II III IV V
P0 252.663,27 347.567,15 436.266,40 440.904,98 522.481,19 1.999.882,99 399.976,60 P1 238.055,68 339.141,28 451.568,56 443.730,14 490.235,73 1.962.731,39 392.546,28 P2 212.582,40 352.963,19 399.594,12 451.088,73 501.249,58 1.917.478,02 383.495,60 P3 236.088,67 151.061,47 312.423,32 277.067,49 460.964,82 1.437.605,77 287.521,15 Total 939.390,03 1.190.733,09 1.599.852,40 1.612.791,35 1.974.931,31 7.317.698,17
Rataan 365.884,91
IOFC tertinggi terdapat pada perlakuan P0 yaitu rata-rata sebesar
Rp 399.976,60/ekor, hal ini dikarenakan kualitas pakan dan pertambahan bobot
badan babi yang tinggi dan dikalikan dengan harga jual perkilogram sehingga
pendapatan penjualan babi lebih tinggi dari pada total biaya yang dikeluarkan
untuk konsumsi babi tersebut dan juga dipengaruhi oleh tingkat konsumsi babi
tersebut yang tinggi diikuti pertambahan bobot badan yang tinggi.
IOFC terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu rata-rata sebesar
Rp 287.521,15/ekor, hal ini dikarenakan bobot badan akhir babi rendah dari
perlakuan yang lain sehingga menyebabkan harga jual babi lebih rendah dengan
perlakuan yang lain. Hal inilah yang menyebabkan IOFC pada perlakuan P3
paling rendah dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Prawirokusumo (1990) bahwa pendapatan usaha peternakan itu
dibandingkan dengan biaya pakan. IOFC ini merupakan barometer untuk melihat
seberapa besar selisih total pendapatan dengan biaya pakan yang digunkan selama
penggemukan ternak. IOFC diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan
usaha peternakan dikurangi biaya pakan. Pendapatan merupakan perkalian antara
produksi peternakan atau pertambahan bobot badan akibat perlakuan dengan
3.3. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
B/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan total hasil produksi dengan
total biaya produksi atau dituliskan dengan rumus:
B/C Ratio =
Tabel 18. Benefit cost ratio (B/C Ratio) tiap level perlakuan kelompok (%/ekor)
Perl
Total 4,93 5,02 5,17 5,02 4,84 24,98
Rataan 1,25
B/C Ratio yang diperoleh menunjukkan bahwa usaha ternak babi yang
diberi pakan kulit buah kakao fermentasi efisien digunakan karena tiap perlakuan
menunjukkan rata-rata lebih dari 1 (satu). Hal ini sesuai dengan pernyataan
Karo-karo dkk (1995) yang menyatakan bahwa nilai B/C Ratio >1 menyatakan
usaha tersebut menguntungkan, semakin besar nilai BCR maka usaha dinyatakan
semakin efisien. Efisien usaha tani ditentukan dengan menggunakan konsep
Benefit Cost Ratio (BCR), yaitu imbangan antara total penghasilan (input) dengan
total biaya (out put).Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa titik modal
akan tercapai jika rata-rata bobot babi tiap perlakuan yang dihasilkan pada P0
sebesar 70,58 kg P1 sebesar 66,20 kg P2 sebesar 60,90 kg dan P3 sebesar
Rekapitulasi Hasil Penelitian
Berdasarkan data diatas maka dapat dilihat rekapitulasi hasil penelitian
seperti pada Tabel 19
Tabel 19. Rekapitulasi hasil penelitian tiap level perlakuan
Parameter Penelitian Perlakuan Total biaya
produksi
P0 7.728.191,01 9.881.200 2.153.008.99 1.999.882,99 1.28 P1 7.447.106,61 9.556.400 2.109.293,39 1.962.731,39 1.28 P2 7.302.780,98 8.834.000 1.531.219,02 1.917.478,02 1.22 P3 7.326.735,23 8.915.200 1.588.464,77 1.437.605,77 1.21
Dari Tabel 19 rekapitulasi hasil penelitian diatas dapat dilihat perbedaan
hasil dari tiap perlakuan. Pada perlakuan P0,P1,P2 dan P3 menunjukan total hasil
produksi yang berbeda-beda yaitu : Rp 9.881.200, Rp 9.556.400, Rp 8.834.000
dan Rp 8.915.200, total hasil produksi yang tertinggi adalah perlakuan P0
memberikan keuntungan. Hal ini dipengarungi oleh perbedaan biaya produksi.
Keuntungan (laba) yang diperoleh pada perlakuan P0 lebih tinggi yaitu sebesar
Rp 2.153.008.99 dari perlakuan P1, P3 , P2, hal ini disebabkan oleh efisiensi
biaya produksi, termasuk biaya ransum sehingga mempengaruhi total hasil
produksi.
Untuk mengetahui efisiensi penggunaan ransum secara ekonomis, selain
memperhitungkan bobot badan yang dihasilkan juga memperhatikan efisiensi
ransum yang diberikan. Income over feed cost (IOFC) adalah salah satu cara untuk
mengetahui efisiensi biaya yang diperoleh dari hasil pertambahan bobot badan
babi selama produksi dikurangi biaya ransum. Maka IOFC yang diperoleh pada
sebesar Rp 1.437.605,77. Hal ini disebabkan karena perbedaan biaya ransum pada
perlakuan yang tidak sama sehingga nilai IOFC tiap perlakuan berbeda.
B/C ratio merupakan perbandingan antara total hasil produksi dengan total
biaya produksi. B/C ratio, nilai tertinggi diperoleh pada P0 dan P1 sebesar 1,28
dan nilai terendah diperoleh pada P3 sebesar 1,21. Efisiensi usaha tani ditentukan
dengan menggunakan konsep benefit cost ratio (BCR) yaitu imbangan antara total
penghasilan (input) dengan total biaya (out put). Nilai BCR > 1 menyatakan usaha
tersebut menguntungkan. Semakin besar nilai BCR maka usaha dinyatakan
semakin efisien (Karo - karo dkk. 1995). Maka penggunaan pod kakao fermetasi
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Analisis usaha penggunaan pod kakao yang difermentasi Rhizopus sp,
Saccharomicyes sp dan Lactobacillus sp dapat menurunkan IOFC dan B/C ratio
akan tetapi masih efisien digunakan sebagai bahan pakan ternak babi.
Saran
Pod kakao yang difermentasi Rhizopus sp, Saccharomicyes sp dan