• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Return Saham - Pengaruh Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) terhadap Return saham Pada perusahaan Otomotif dan Komponen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Return Saham - Pengaruh Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) terhadap Return saham Pada perusahaan Otomotif dan Komponen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Return Saham

Salah satu faktor yang memotivasi investor dalam melakukan kegiatan

investasi yaitu adanya return saham yang merupakan imbalan atas keberanian

investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

adanya tingkat keuntungan yang dinikmati dari suatu investasi, tentunya

investor tidak akan melakukan investasi. Return saham adalah tingkat

keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi saham yang

dilakukannya . Setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang

mempunyai tujuan utama untuk mendapatkan keuntungan yang disebut return,

baik langsung maupun tidak langsung (Robert Ang, 1997). Konsep risiko

tidak terlepas kaitannya dengan return, karena investor selalu mengharapkan

tingkat return yang sesuai atas setiap risiko investasi yang dihadapinya.

Return saham memungkinkan seorang investor untuk membandingkan

keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh

berbagai saham pada tingkatan pengembalian yang diinginkan. Di sisi lain,

return memiliki peran yang amat signifikan di dalam menentukan nilai dari

(2)

Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return

ekspektasi yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa yang

akan datang (Jogiyanto, 2000). Return realisasi (realized return) merupakan

return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis.

Return realisasi ini sangat penting karena digunakan sebagai salah satu

pengukur kinerja perusahaan dan juga digunakan sebagai landasan

penghitungan return ekspektasi di masa yang akan datang.

Komponen return saham terdiri dari dua jenis yaitu current income

(pendapatan lancer) dan capital gain. Current income merupakan keuntungan

yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodic seperti pembayaran

bunga deposito, bunga obligasi, deviden dan sebagainya. Pendapatan tersebut

disebut sebagai pendapatan lancer karena pendapatan seperti bunga obligasi

maupun deviden diterima dalam bentuk kas atau setara kas, sehingga dapat

diuangkan secara cepat.

Penghitungan return saham (total return) terdiri dari capital gain (loss)

dan yield (Jogiyanto, 1998). Capital gain (loss) merupakan selisih antara nilai

pembelian saham dengan nilai penjualan saham. Pendapatan yang berasal dari

capital gain disebabkan harga jual saham lebih besar dari harga belinya.

Sebaliknya jika harga jual saham lebih kecil dari harga beli disebut capital

loss. Capital gain sangat bergantung dari harga pasar instrument investasi,

(3)

pasar. Sedangkan yield (dividen) merupakan pembagian laba bersih badan

usaha kepada pemegang saham yang diputuskan melalui rapat umum

pemegang saham. Besarnya dividen yang dibagikan tergantung dari besar

kecilnya laba yang diperoleh badan usaha dan kebijakan pembagian dividen.

Besarnya dividen yang dibagikan tergantung dari besar kecilnya laba yang

diperoleh badan usaha dan kebijakan pembagian dividen.

Return Total = Capital gain (loss) + yield

Capital gain (loss) merupakan selisih dari harga investasi sekarang

relatif dengan harga periode lalu (Jogiyanto, 1998) :

Pt – Pt-1 Capital Gain (loss =

Pt-1 Keterangan :

pt = Harga saham periode sekarang

Pt-1 = Harga saham periode sebelumnya

Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga

investasi tertentu dari suatu investasi, dan untuk saham biasa dimana

pembayaran periodic sebesar Dt rupiah per lembar.

Dt Yield =

Pt-1 Keterangan :

Dt = Dividen kas yang dibayarkan

Pt-1 = Harga saham periode sebelumnya

(4)

Pt -Pt-1 + Dt Return Total =

Pt-1

Namun karena tidak semua perusahaan membagikan dividen secara

periodik, maka return dapat dihitung sebagai berikut (Jogiyanto:1998) :

Pt – Pt-1 Return Saham =

Pt-1 2.1.2 Return On Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di

dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas

(shareholder’s equity) yang dimiliki oleh perusahaan. Return on Equity

(ROE) merupakan salah satu alat utama investasi yang paling sering

digunakan dalam menilai sebuah perusahaan (Brigham dan Houston, 2004).

Semakin tinggi nilai ROE menunjukkan semakin meningkatnya profitabilitas

/ kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dengan

menggunakan modal sendiri (Hanafi, 2004). Dengan demikian peningkatan

ROE akan berdampak terhadap meningkatnya harga saham. Secara teoritis

ROE dapat dikatakan berpengaruh positif terhadap return saham karena jika

harga saham meningkat maka return saham juga akan meningkat.

Return on equity (ROE) merupakan ukuran kemampuan perusahaan

(emiten) dalam menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal

(5)

secara umum Return on Equity (ROE) dihasilkan dari pembagian laba bersih

setelah pajak terhadap penyertaan modal sendiri selama satu tahun terakhir.

Return on Equity (ROE) yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi pula bagi pemegang saham.

Semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan

bagi pemegang saham, maka semakin tinggi keinginan investor untuk

membeli saham tersebut. Dengan demikian maka perubahan pada Return On

Equity (ROE) akan mempengaruhi perubahan harga saham.

Peningkatan Return on Equity (ROE) akan membuat pasar bereaksi

positif bila pasar cenderung menginterpretasikan bahwa peningkatan Return

on Equity (ROE) dianggap sebagai sinyal tentang prospek cerah perusahaan

di masa mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan bereaksi negatif

jika terjadi penurunan Return on Equity (ROE), yang dianggap sinyal yang

kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa mendatang. Hal ini sesuai

dengan signaling theory yang menunjukkan kecenderungan adanya informasi

asimetri antara manajemen dan pihak luar perusahaan yaitu para investor

yang akan membeli saham tersebut.

2.1.3 Return On Asset (ROA)

Return On Asset (ROA) adalah salah satu rasio profitabilitas yang

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

(6)

1997). Profitabilitas yang tinggi merupakan suatu keberhasilan perusahaan

dalam memperoleh laba berdasarkan aktivanya maupun modal sendiri. Return

On Asset (ROA) mengukur seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh

dari seluruh asset yang dimiliki dan ditanamkan ke dalam sebuah perusahaan

(efisiensi aktiva).

Return On Asset (ROA) merupakan rasio antara laba bersih terhadap

total aktiva. Return on Asset (ROA) menggambarkan kinerja keuangan

perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan untuk

operasional perusahaan. Semakin tinggi ROA menunjukkan perusahaan dalam

keadaan bagus dan semakin efektif dalam memanfaatkan aktivanya untuk

menghasilkan laba bersih setelah pajak, dengan semakin meningkatnya ROA

maka profitabilitas perusahaan semakin baik. Oleh karena itu, perusahaan

selalu berupaya untuk meningkatkan ROA.

Kinerja keuangan perusahaan yang baik dalam menghasilkan laba

bersih dari aktiva yang digunakan akan berdampak pada pemegang saham

perusahaan. ROA yang semakin tinggi menunjukkan bahwa kinerja

perusahaan juga semakin baik sehingga dapat mempengaruhi investor untuk

membeli saham perusahaan tersebut. Pembelian saham perusahaan oleh para

investor akan mempengaruhi harga saham. Semakin banyak investor yang

(7)

perusahaan akan meningkat, dengan kata lain ROA akan berdampak positif

terhadap return saham.

2.1.4 Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share (EPS) atau pendapatan per lembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham

(Irham Fahmi , 2012) . Kenaikan earning per share berarti perusahaan sedang

dalam tahap pertumbuhan atau kondisi keuangannya mengalami peningkatan

dalam penjualan dan laba. Earning per share (EPS) merupakan rasio yang

menggambarkan tingkat laba yang diperoleh oleh para pemegang saham,

dimana tingkat laba (per lembar saham ) menunjukkan kinerja perusahaan

terutama dari kemampuan laba yang dikaitkan dengan pasar. Rasio keuangan

ini sering digunakan oleh investor saham (atau calon investor saham) untuk

menganalisis kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan saham

yang dimiliki yaitu Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham.

Earning per share (EPS) adalah salah satu rasio pasar (Robert Ang,

1997). Rasio pasar pada dasarnya mengukur kemampuan manajemen dalam

menciptakan nilai pasar yang melampaui pengeluaran investasi. Rasio ini

merupakan pengukuran yang paling lengkap mengenai prestasi perusahaan

dan berkaitan langsung dengan tujuan perusahaan memaksimalkan nilai

perusahaan dan kekayaan para pemegang saham (Robert Ang, 1997).

(8)

lembar saham merupakan indikator fundamental keuangan perusahaan yang

nantinya menjadi acuan para investor dalam memilih saham.

Earning Per Share (EPS) merupakan komponen penting yang harus

diperhatikan dalam analisa perusahaan karena Earning Per Share (EPS)

menggambarkan prospek earning perusahaan di masa mendatang. Semakin

besar Earning Per Share (EPS) berarti laba yang diperoleh perusahaan juga

semakin besar yang juga berpengaruh terhadap kanaikan dividen. Hal ini akan

memotivasi para investor untuk membeli saham perusahaan tersebut sehingga

akan berpengaruh terhadap kenaikan harga saham dan return saham. Earning

Per Share (EPS) yang semakin besar menunjukkan bahwa semakin besar juga

tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per lembar

saham bagi pemiliknya, maka hal ini akan mempengaruhi return saham

perusahaan. Oleh Karena itu, Perusahaan yang stabil akan memperlihatkan

stabilitas pertumbuhan Earning Per Share (EPS), sebaliknya perusahaan yang

tidak stabil akan memperlihatkan pertumbuhan EPS yang fluktuatif.

Secara matematis Earning Per Share (EPS) dapat dirumuskan sebagai

berikut :

Laba Bersih setelah pajak EPS =

(9)

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian yang berkaitan dengan

faktor-faktor yang mempengaruhi return saham. Hasil dari beberapa penelitian yang sudah

dilakukan sebelumnya akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan

dengan penelitian ini.

Penelitian yang dilakukan oleh Yeye Susilowati dan Tri Turyanto (2011) yang

meneliti tentang “Reaksi Signal Rasio Profitabilitas dan Rasio Solvabilitas Terhadap

Return Saham Perusahaan” dengan studi kasus pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode 2006-2008. Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Earning Per Share (EPS), Net Profit Margin

(NPM), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio

(DER) sebagai variabel independen dan return saham sebagai variabel dependen.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh

signifikan terhadap return saham, sedangkan Earning Per Share (EPS), Net Profit

Margin (NPM), Return on Asset (ROA), dan Return on Equity (ROE) tidak

berpengaruh signifikan terhadap return saham.

Penelitian yang dilakukan Bambang Sudiyatno dan Toto Suharmanto (2011)

tentang “Kinerja keuangan konvensional, Economic Value Added, dan Return

Saham” dengan studi kasus pada perusahaan industri makanan dan minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) . Variabel dalam penelitian ini adalah Return

(10)

Value Added sebagai variabel independen dan return saham sebagai variabel

dependen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Return on Asset (ROA) dan Residual

Income (RI) berpengaruh positif dan secara statistik signifikan terhadap return saham.

Sedangkan Return on Equity (ROE) berpengaruh negative terhadap return saham.

Penelitian yang dilakukan Hermi dan Ary kurniawan (2011) tentang

“Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham “dengan studi kasus pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode

2008-2010. Variabel dalam penelitian ini adalah Return on Investment (ROI), Return on

Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Earning Per Share (EPS),dan Price to Book

Value sebagai variabel independen dan return saham sebagai variabel dependen.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya EPS yang memiliki pengaruh

terhadap return saham untuk pengujian parsial, sedangkan hasil penelitian secara

simultan menunjukkan bahwa NPM, ROE, PER, ROI, PBV, DER, dan EPS secara

bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

Syahib Natarsyah (2000) melakukan penelitian mengenai analisis

fundamental terhadap return saham. Objek penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI). Variabel yang digunakan adalah Return on Asset (ROA), Return on Equity

(ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Devidend Payout Ratio (DPR), BVES, dan Beta

sebagai variabel independen dan return saham sebagai variabel dependen. Hasil

(11)

terhadap return saham sedangkan variabel ROA, ROE, BVES, DER, dan Beta

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap return saham.

Penelitian yang dilakukan kennedy (2003) tentang “pengaruh Return on

Asset (ROA), Return on Equity (ROE) Earning Per share (EPS), Profit margin, Asset

Turnover, Rasio Leverage, dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return saham”.

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah LQ 45 di Bursa Efek Indonesia

(BEJ) tahun 2001 dan 2002. Dengan menggunakan teknik analisis regresi, hasil yang

diperoleh menunjukkan bahwa variabel Asset Turnover, Return on Asset (ROA),

Return on Equity (ROE), Rasio leverage, Debt to Equity Ratio (DER), Profit margin,

dan Earning Per Share memberikan hubungan yang nyata dengan return saham.

Meskipun secara individu rata-rata hubungannya rendah, secara bersama-sama

berpengaruh nyata terhadap return saham sebagai variabel devenden.

Berikut ini adalah tabel ringkasan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

return saham yang ditunjukkan dalam Tabel 2.1

Tabel 2.1

TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU

Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian

(12)

Bambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

ROA, ROE, RI yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) DER, dan EPS secara bersama-sama

(13)

Syahib terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) Asset (ROA), Return on Equity (ROE) Earning Per share (EPS), Profit margin, Asset Turnover, Rasio Leverage, dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan suatu hubungan atau kaitan antara konsep

satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep

menjelaskan secara teoritis hubungan antar variabel yang diteliti. Variabel

(14)

(ROA), dan Earning per Share (EPS), Sedangkan variabel devenden adalah return

saham.

Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.3.1 Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap Return Saham

Return on equity (ROE) merupakan ukuran kemampuan perusahaan (emiten)

dalam menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal sendiri, sehingga ROE

sering disebut sebagai rentabilitas modal sendiri. secara umum Return on Equity

(ROE) dihasilkan dari pembagian laba bersih setelah pajak terhadap penyertaan

modal sendiri selama satu tahun terakhir. Return on Equity (ROE) yang tinggi

mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi

pula bagi pemegang saham.

Return On Asset (ROA) (X1)

Return On Equity (ROE)

(X2)

Earning Per Share (EPS) (X3)

(15)

Menurut penelitian yang dilakukan Natarsyah (2000), terdapat keterkaitan

antara return saham dengan Return on Equity (ROE). Hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa Return On Equity (ROE) mempunyai pengaruh positif dan

signifikan terhadap return saham.

Return on Equity (ROE) yang tinggi mencerminkan tingkat keefisienan

perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan yang

tinggi bagi perusahaan itu sendiri dan juga bagi pemegang saham. Semakin efisien

perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan, maka

saham saham tersebut semakin diminati oleh investor, yang berdampak pada harga

saham. Dengan demikian Jika harga saham meningkat, maka akan berpengaruh pada

kenaikan return saham.

2.3.2. Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Return Saham

Return On Asset (ROA) merupakan rasio antara laba bersih terhadap total

aktiva. Return on Asset (ROA) menggambarkan kinerja keuangan perusahaan dalam

menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan.

ROA yang semakin meningkat menggambarkan kinerja perusahaan yang semakin

baik dan para pemegang saham akan mendapat keuntungan dari dividen yang

diterima semakin meningkat.

Hasil penelitian dari pancawati Hardiningsih dkk (2002) menunjukkan adanya

(16)

menunjukkan bahwa Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan dan positif

terhadap return saham.

Kinerja keuangan perusahaan yang baik dalam menghasilkan laba bersih dari

aktiva yang digunakan akan berdampak pada pemegang saham perusahaan. ROA

yang semakin tinggi menunjukkan bahwa kinerja perusahaan juga semakin baik

sehingga dapat mempengaruhi investor untuk membeli saham perusahaan tersebut.

Permintaan yang tinggi terhadap saham perusahaan akan berdampak terhadap

kenaikan harga saham perusahaan tersebut yang pada akhirnya mendorong

peningkatan return saham yang diterima oleh para investor.

2.3.3. Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham

Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menggambarkan tingkat laba

yang diperoleh tingkat laba yang diperoleh oleh para pemegang saham, dimana

tingkat laba (per lembar saham) menunjukkan kinerja perusahaan terutama dari

kemampuan laba yang dikaitkan dengan pasar. Kenaikan EPS menunjukkan bahwa

semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per

lembar saham bagi pemiliknya, maka hal tersebut akan mempengaruhi return

perusahaan di pasar modal. Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu yang

menjadi perhatian para investor sebelum melakukan investasi pada suatu perusahaan.

Kenaikan Earning per Share (EPS) sebuah perusahaan menunjukkan bahwa

perusahaan tersebut sedang mengalami pertumbuhan atau bisa dikatakan bahwa

(17)

Earning Per Share (EPS) yang semakin tinggi tentu akan mempengaruhi investor

untuk membeli saham perusahaan tersebut.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kennedy (2003), terdapat keterkaitan

antara return saham dan Earning Per Share (EPS). Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa variabel Earning per Share (EPS) memiliki hubungan yang

nyata dengan return saham. Penelitian yang dilakukan Catur wulandari (2005); Imron

Rosyadi (2002) juga menunjukkan bahwa Earning Per Share (EPS) memiliki

hubungan yang positif dan signifikan terhadap return saham.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan

diuji kebenarannya melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan

diketahui setelah dilakukan penelitian. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian

ini adalah :

H1 : Ada pengaruh positif Return on Equity (ROE) terhadap return saham pada

perusahaan Otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) tahun 2010-2013.

H2 : Ada pengaruh positif Return on Asset (ROA) terhadap return saham pada

perusahaan Otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(18)

H3 : Ada pengaruh positif Earning Per Share (EPS) terhadap return daham pada

perusahaan Otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) tahun 2010-2013.

H4 : Ada pengaruh positif Return on Equity, Return on Asset, dan Earning Per

Share secara bersama-sama terhadap return saham pada perusahaan otomotif

dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun

Gambar

Tabel 2.1 TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Pada kedua jaringan ini, terdapat kloroplas yang mengandung pigmen hijau klorofil.Pigmen ini merupakan salah satu dari pigmen fotosintesis yang berperan

Penyusunan Laporan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Sistem Informasi S-1 pada Fakultas Tehnik

Tingkat kesuburan dan pencemaran air di Bendung Kembang Kempis Wedung berdasarkan nilai saprobitas (SI dan TSI) adalah α-Mesosaprobik yang berarti pencemaran sedang sampai berat

Sehubungan dengan hal tersebut kami mohon ijin dan bantuan bagi mahasiswa yang bersangkutan agar dapat melakukan penyebaran angket di tempat yang Bapakllbu pimpin.

Besarnya NOM menunjukkan bahwa pendapatan operasi dikurangi dana bagi hasil dikurangi biaya operasional lebih besar dari rata-rata aktiva produktif, sehingga dengan

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan indikator motif yang dikemukakan oleh Greenberg dan Woods (1999) yaitu motif pelarian, motif pembelajaran sosial,

Pertentangan tersebut ada di wilayah angka lahan hijau yang ditetapkan, dalam Pasal 7 ayat (5) Perda LP2B ditetapkan lahan hijau yang tidak boleh dialihkan adalah 45.888,23

Kegiatan sosialisasi ini juga sekaligus untuk menampung aspirasi masyarakat melalui konsultasi publik ( public consultation) , sehingga pemanfaatan Dana Belanja Bantuan