BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Return Saham
Salah satu faktor yang memotivasi investor dalam melakukan kegiatan
investasi yaitu adanya return saham yang merupakan imbalan atas keberanian
investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa
adanya tingkat keuntungan yang dinikmati dari suatu investasi, tentunya
investor tidak akan melakukan investasi. Return saham adalah tingkat
keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi saham yang
dilakukannya . Setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang
mempunyai tujuan utama untuk mendapatkan keuntungan yang disebut return,
baik langsung maupun tidak langsung (Robert Ang, 1997). Konsep risiko
tidak terlepas kaitannya dengan return, karena investor selalu mengharapkan
tingkat return yang sesuai atas setiap risiko investasi yang dihadapinya.
Return saham memungkinkan seorang investor untuk membandingkan
keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh
berbagai saham pada tingkatan pengembalian yang diinginkan. Di sisi lain,
return memiliki peran yang amat signifikan di dalam menentukan nilai dari
Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return
ekspektasi yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa yang
akan datang (Jogiyanto, 2000). Return realisasi (realized return) merupakan
return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis.
Return realisasi ini sangat penting karena digunakan sebagai salah satu
pengukur kinerja perusahaan dan juga digunakan sebagai landasan
penghitungan return ekspektasi di masa yang akan datang.
Komponen return saham terdiri dari dua jenis yaitu current income
(pendapatan lancer) dan capital gain. Current income merupakan keuntungan
yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodic seperti pembayaran
bunga deposito, bunga obligasi, deviden dan sebagainya. Pendapatan tersebut
disebut sebagai pendapatan lancer karena pendapatan seperti bunga obligasi
maupun deviden diterima dalam bentuk kas atau setara kas, sehingga dapat
diuangkan secara cepat.
Penghitungan return saham (total return) terdiri dari capital gain (loss)
dan yield (Jogiyanto, 1998). Capital gain (loss) merupakan selisih antara nilai
pembelian saham dengan nilai penjualan saham. Pendapatan yang berasal dari
capital gain disebabkan harga jual saham lebih besar dari harga belinya.
Sebaliknya jika harga jual saham lebih kecil dari harga beli disebut capital
loss. Capital gain sangat bergantung dari harga pasar instrument investasi,
pasar. Sedangkan yield (dividen) merupakan pembagian laba bersih badan
usaha kepada pemegang saham yang diputuskan melalui rapat umum
pemegang saham. Besarnya dividen yang dibagikan tergantung dari besar
kecilnya laba yang diperoleh badan usaha dan kebijakan pembagian dividen.
Besarnya dividen yang dibagikan tergantung dari besar kecilnya laba yang
diperoleh badan usaha dan kebijakan pembagian dividen.
Return Total = Capital gain (loss) + yield
Capital gain (loss) merupakan selisih dari harga investasi sekarang
relatif dengan harga periode lalu (Jogiyanto, 1998) :
Pt – Pt-1 Capital Gain (loss =
Pt-1 Keterangan :
pt = Harga saham periode sekarang
Pt-1 = Harga saham periode sebelumnya
Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga
investasi tertentu dari suatu investasi, dan untuk saham biasa dimana
pembayaran periodic sebesar Dt rupiah per lembar.
Dt Yield =
Pt-1 Keterangan :
Dt = Dividen kas yang dibayarkan
Pt-1 = Harga saham periode sebelumnya
Pt -Pt-1 + Dt Return Total =
Pt-1
Namun karena tidak semua perusahaan membagikan dividen secara
periodik, maka return dapat dihitung sebagai berikut (Jogiyanto:1998) :
Pt – Pt-1 Return Saham =
Pt-1 2.1.2 Return On Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di
dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas
(shareholder’s equity) yang dimiliki oleh perusahaan. Return on Equity
(ROE) merupakan salah satu alat utama investasi yang paling sering
digunakan dalam menilai sebuah perusahaan (Brigham dan Houston, 2004).
Semakin tinggi nilai ROE menunjukkan semakin meningkatnya profitabilitas
/ kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dengan
menggunakan modal sendiri (Hanafi, 2004). Dengan demikian peningkatan
ROE akan berdampak terhadap meningkatnya harga saham. Secara teoritis
ROE dapat dikatakan berpengaruh positif terhadap return saham karena jika
harga saham meningkat maka return saham juga akan meningkat.
Return on equity (ROE) merupakan ukuran kemampuan perusahaan
(emiten) dalam menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal
secara umum Return on Equity (ROE) dihasilkan dari pembagian laba bersih
setelah pajak terhadap penyertaan modal sendiri selama satu tahun terakhir.
Return on Equity (ROE) yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi pula bagi pemegang saham.
Semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
bagi pemegang saham, maka semakin tinggi keinginan investor untuk
membeli saham tersebut. Dengan demikian maka perubahan pada Return On
Equity (ROE) akan mempengaruhi perubahan harga saham.
Peningkatan Return on Equity (ROE) akan membuat pasar bereaksi
positif bila pasar cenderung menginterpretasikan bahwa peningkatan Return
on Equity (ROE) dianggap sebagai sinyal tentang prospek cerah perusahaan
di masa mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan bereaksi negatif
jika terjadi penurunan Return on Equity (ROE), yang dianggap sinyal yang
kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa mendatang. Hal ini sesuai
dengan signaling theory yang menunjukkan kecenderungan adanya informasi
asimetri antara manajemen dan pihak luar perusahaan yaitu para investor
yang akan membeli saham tersebut.
2.1.3 Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) adalah salah satu rasio profitabilitas yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
1997). Profitabilitas yang tinggi merupakan suatu keberhasilan perusahaan
dalam memperoleh laba berdasarkan aktivanya maupun modal sendiri. Return
On Asset (ROA) mengukur seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh
dari seluruh asset yang dimiliki dan ditanamkan ke dalam sebuah perusahaan
(efisiensi aktiva).
Return On Asset (ROA) merupakan rasio antara laba bersih terhadap
total aktiva. Return on Asset (ROA) menggambarkan kinerja keuangan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan untuk
operasional perusahaan. Semakin tinggi ROA menunjukkan perusahaan dalam
keadaan bagus dan semakin efektif dalam memanfaatkan aktivanya untuk
menghasilkan laba bersih setelah pajak, dengan semakin meningkatnya ROA
maka profitabilitas perusahaan semakin baik. Oleh karena itu, perusahaan
selalu berupaya untuk meningkatkan ROA.
Kinerja keuangan perusahaan yang baik dalam menghasilkan laba
bersih dari aktiva yang digunakan akan berdampak pada pemegang saham
perusahaan. ROA yang semakin tinggi menunjukkan bahwa kinerja
perusahaan juga semakin baik sehingga dapat mempengaruhi investor untuk
membeli saham perusahaan tersebut. Pembelian saham perusahaan oleh para
investor akan mempengaruhi harga saham. Semakin banyak investor yang
perusahaan akan meningkat, dengan kata lain ROA akan berdampak positif
terhadap return saham.
2.1.4 Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share (EPS) atau pendapatan per lembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham
(Irham Fahmi , 2012) . Kenaikan earning per share berarti perusahaan sedang
dalam tahap pertumbuhan atau kondisi keuangannya mengalami peningkatan
dalam penjualan dan laba. Earning per share (EPS) merupakan rasio yang
menggambarkan tingkat laba yang diperoleh oleh para pemegang saham,
dimana tingkat laba (per lembar saham ) menunjukkan kinerja perusahaan
terutama dari kemampuan laba yang dikaitkan dengan pasar. Rasio keuangan
ini sering digunakan oleh investor saham (atau calon investor saham) untuk
menganalisis kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan saham
yang dimiliki yaitu Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham.
Earning per share (EPS) adalah salah satu rasio pasar (Robert Ang,
1997). Rasio pasar pada dasarnya mengukur kemampuan manajemen dalam
menciptakan nilai pasar yang melampaui pengeluaran investasi. Rasio ini
merupakan pengukuran yang paling lengkap mengenai prestasi perusahaan
dan berkaitan langsung dengan tujuan perusahaan memaksimalkan nilai
perusahaan dan kekayaan para pemegang saham (Robert Ang, 1997).
lembar saham merupakan indikator fundamental keuangan perusahaan yang
nantinya menjadi acuan para investor dalam memilih saham.
Earning Per Share (EPS) merupakan komponen penting yang harus
diperhatikan dalam analisa perusahaan karena Earning Per Share (EPS)
menggambarkan prospek earning perusahaan di masa mendatang. Semakin
besar Earning Per Share (EPS) berarti laba yang diperoleh perusahaan juga
semakin besar yang juga berpengaruh terhadap kanaikan dividen. Hal ini akan
memotivasi para investor untuk membeli saham perusahaan tersebut sehingga
akan berpengaruh terhadap kenaikan harga saham dan return saham. Earning
Per Share (EPS) yang semakin besar menunjukkan bahwa semakin besar juga
tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per lembar
saham bagi pemiliknya, maka hal ini akan mempengaruhi return saham
perusahaan. Oleh Karena itu, Perusahaan yang stabil akan memperlihatkan
stabilitas pertumbuhan Earning Per Share (EPS), sebaliknya perusahaan yang
tidak stabil akan memperlihatkan pertumbuhan EPS yang fluktuatif.
Secara matematis Earning Per Share (EPS) dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Laba Bersih setelah pajak EPS =
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian yang berkaitan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi return saham. Hasil dari beberapa penelitian yang sudah
dilakukan sebelumnya akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan
dengan penelitian ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Yeye Susilowati dan Tri Turyanto (2011) yang
meneliti tentang “Reaksi Signal Rasio Profitabilitas dan Rasio Solvabilitas Terhadap
Return Saham Perusahaan” dengan studi kasus pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode 2006-2008. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Earning Per Share (EPS), Net Profit Margin
(NPM), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio
(DER) sebagai variabel independen dan return saham sebagai variabel dependen.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh
signifikan terhadap return saham, sedangkan Earning Per Share (EPS), Net Profit
Margin (NPM), Return on Asset (ROA), dan Return on Equity (ROE) tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Penelitian yang dilakukan Bambang Sudiyatno dan Toto Suharmanto (2011)
tentang “Kinerja keuangan konvensional, Economic Value Added, dan Return
Saham” dengan studi kasus pada perusahaan industri makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) . Variabel dalam penelitian ini adalah Return
Value Added sebagai variabel independen dan return saham sebagai variabel
dependen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Return on Asset (ROA) dan Residual
Income (RI) berpengaruh positif dan secara statistik signifikan terhadap return saham.
Sedangkan Return on Equity (ROE) berpengaruh negative terhadap return saham.
Penelitian yang dilakukan Hermi dan Ary kurniawan (2011) tentang
“Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham “dengan studi kasus pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2008-2010. Variabel dalam penelitian ini adalah Return on Investment (ROI), Return on
Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Earning Per Share (EPS),dan Price to Book
Value sebagai variabel independen dan return saham sebagai variabel dependen.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya EPS yang memiliki pengaruh
terhadap return saham untuk pengujian parsial, sedangkan hasil penelitian secara
simultan menunjukkan bahwa NPM, ROE, PER, ROI, PBV, DER, dan EPS secara
bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
Syahib Natarsyah (2000) melakukan penelitian mengenai analisis
fundamental terhadap return saham. Objek penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Variabel yang digunakan adalah Return on Asset (ROA), Return on Equity
(ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Devidend Payout Ratio (DPR), BVES, dan Beta
sebagai variabel independen dan return saham sebagai variabel dependen. Hasil
terhadap return saham sedangkan variabel ROA, ROE, BVES, DER, dan Beta
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap return saham.
Penelitian yang dilakukan kennedy (2003) tentang “pengaruh Return on
Asset (ROA), Return on Equity (ROE) Earning Per share (EPS), Profit margin, Asset
Turnover, Rasio Leverage, dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return saham”.
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah LQ 45 di Bursa Efek Indonesia
(BEJ) tahun 2001 dan 2002. Dengan menggunakan teknik analisis regresi, hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa variabel Asset Turnover, Return on Asset (ROA),
Return on Equity (ROE), Rasio leverage, Debt to Equity Ratio (DER), Profit margin,
dan Earning Per Share memberikan hubungan yang nyata dengan return saham.
Meskipun secara individu rata-rata hubungannya rendah, secara bersama-sama
berpengaruh nyata terhadap return saham sebagai variabel devenden.
Berikut ini adalah tabel ringkasan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
return saham yang ditunjukkan dalam Tabel 2.1
Tabel 2.1
TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU
Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian
Bambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
ROA, ROE, RI yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) DER, dan EPS secara bersama-sama
Syahib terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Asset (ROA), Return on Equity (ROE) Earning Per share (EPS), Profit margin, Asset Turnover, Rasio Leverage, dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu hubungan atau kaitan antara konsep
satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep
menjelaskan secara teoritis hubungan antar variabel yang diteliti. Variabel
(ROA), dan Earning per Share (EPS), Sedangkan variabel devenden adalah return
saham.
Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.3.1 Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap Return Saham
Return on equity (ROE) merupakan ukuran kemampuan perusahaan (emiten)
dalam menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal sendiri, sehingga ROE
sering disebut sebagai rentabilitas modal sendiri. secara umum Return on Equity
(ROE) dihasilkan dari pembagian laba bersih setelah pajak terhadap penyertaan
modal sendiri selama satu tahun terakhir. Return on Equity (ROE) yang tinggi
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi
pula bagi pemegang saham.
Return On Asset (ROA) (X1)
Return On Equity (ROE)
(X2)
Earning Per Share (EPS) (X3)
Menurut penelitian yang dilakukan Natarsyah (2000), terdapat keterkaitan
antara return saham dengan Return on Equity (ROE). Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa Return On Equity (ROE) mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap return saham.
Return on Equity (ROE) yang tinggi mencerminkan tingkat keefisienan
perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan yang
tinggi bagi perusahaan itu sendiri dan juga bagi pemegang saham. Semakin efisien
perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan, maka
saham saham tersebut semakin diminati oleh investor, yang berdampak pada harga
saham. Dengan demikian Jika harga saham meningkat, maka akan berpengaruh pada
kenaikan return saham.
2.3.2. Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Return Saham
Return On Asset (ROA) merupakan rasio antara laba bersih terhadap total
aktiva. Return on Asset (ROA) menggambarkan kinerja keuangan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan.
ROA yang semakin meningkat menggambarkan kinerja perusahaan yang semakin
baik dan para pemegang saham akan mendapat keuntungan dari dividen yang
diterima semakin meningkat.
Hasil penelitian dari pancawati Hardiningsih dkk (2002) menunjukkan adanya
menunjukkan bahwa Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan dan positif
terhadap return saham.
Kinerja keuangan perusahaan yang baik dalam menghasilkan laba bersih dari
aktiva yang digunakan akan berdampak pada pemegang saham perusahaan. ROA
yang semakin tinggi menunjukkan bahwa kinerja perusahaan juga semakin baik
sehingga dapat mempengaruhi investor untuk membeli saham perusahaan tersebut.
Permintaan yang tinggi terhadap saham perusahaan akan berdampak terhadap
kenaikan harga saham perusahaan tersebut yang pada akhirnya mendorong
peningkatan return saham yang diterima oleh para investor.
2.3.3. Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham
Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menggambarkan tingkat laba
yang diperoleh tingkat laba yang diperoleh oleh para pemegang saham, dimana
tingkat laba (per lembar saham) menunjukkan kinerja perusahaan terutama dari
kemampuan laba yang dikaitkan dengan pasar. Kenaikan EPS menunjukkan bahwa
semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per
lembar saham bagi pemiliknya, maka hal tersebut akan mempengaruhi return
perusahaan di pasar modal. Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu yang
menjadi perhatian para investor sebelum melakukan investasi pada suatu perusahaan.
Kenaikan Earning per Share (EPS) sebuah perusahaan menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut sedang mengalami pertumbuhan atau bisa dikatakan bahwa
Earning Per Share (EPS) yang semakin tinggi tentu akan mempengaruhi investor
untuk membeli saham perusahaan tersebut.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kennedy (2003), terdapat keterkaitan
antara return saham dan Earning Per Share (EPS). Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa variabel Earning per Share (EPS) memiliki hubungan yang
nyata dengan return saham. Penelitian yang dilakukan Catur wulandari (2005); Imron
Rosyadi (2002) juga menunjukkan bahwa Earning Per Share (EPS) memiliki
hubungan yang positif dan signifikan terhadap return saham.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan
diuji kebenarannya melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan
diketahui setelah dilakukan penelitian. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian
ini adalah :
H1 : Ada pengaruh positif Return on Equity (ROE) terhadap return saham pada
perusahaan Otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2010-2013.
H2 : Ada pengaruh positif Return on Asset (ROA) terhadap return saham pada
perusahaan Otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
H3 : Ada pengaruh positif Earning Per Share (EPS) terhadap return daham pada
perusahaan Otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2010-2013.
H4 : Ada pengaruh positif Return on Equity, Return on Asset, dan Earning Per
Share secara bersama-sama terhadap return saham pada perusahaan otomotif
dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun