• Tidak ada hasil yang ditemukan

PUTRI UTAMA JAWA KECANTIKAN PEREMPUAN DA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PUTRI UTAMA JAWA KECANTIKAN PEREMPUAN DA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

POST GRADUATE ROUNDTABLE PRESENTATION 2014 (CALL FOR PAPERS)

TEMA:

“Paradigma Baru Kajian Media dan Komunikasi Profesional Terhadap Isu-Isu Kontemporer” SUB TEMA:

Media, Seksualitas, dan Gender JUDUL MAKALAH:

“PutriUtama Jawa: Kecantikan Perempuan dalam Prespektif Jawa” OLEH:

Syarifah Wardah el Firdausy, S.Hum

Email: elfierda@yahoo.com / ifawardah@gmail.com Magister Falsafah Kebudayaan

Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan Universiti Kebangsaan Malaysia

(2)

PUTRI UTAMA JAWA: Sebagaimana perempuan yang selalu mendambakan kecantikan dalam dirinya, maka kecantikan perempuan menurut pandangan Jawa, sejatinya tidak hanya terletak pada keindahan jasmani atau lahiriah saja. Tetapi juga kecantikan yang terpancar dari dalam diri (inner beauty). Seperti tindak tanduk, tutur kata, rendah hati, kasih sayang, dan sopan santun. Pandangan Jawa juga menyebutkan bahwa perempuan haruslah memegang trapsilaning wanita, yaitu memegang tatakrama yang harus dilakukan oleh setiap perempuan. Seorang perempuan walaupun berparas cantik, kalau ucapannya kasar dan menyakitkan hati maka hilanglah seluruh kecantikannya. Akan tetapi sebaliknya, seorang perempuan walaupun kurang dianugerahi kecantikan lahiriah jika ia bersikap lembah manah yaitu rendah hati, halus bicaranya memikat tidak dibuat-buat, maka seorang pria dapat terpikat padanya. Selanjutnya, menurut pandangan Jawa seorang putri dikatakan utama apabila ia mampu mengisi hidupnya dengan nilai-nilai keutamaan yang bersifat lahir maupun batin. Secara lahiriah seorang putri utama Jawa diharapkan dapat meraih apa yang disebut dengan keberuntungan bagi manusia yaitu (1) gunawan yang berarti ilmu pengetahuan, (2) hartawan yang berarti kekayaan, dan (3) berawan yang berarti anak atau keturunan. Sedangkan secara batiniah seorang putri utama Jawa dituntut untuk memiliki keluhuran budi yaitu dengan cara (1) senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan dengan sabar dan tawakal, (2) berbakti pada kedua orang tua, dan (3) patuh pada guru. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui kecantikan seorang perempuan dalam perspektif Jawa. Kajian ini menggunakan objek pada kelima tokoh putri utama Jawa yang telah dikenal dalam budaya Jawa. Putri utama Jawa tersebut yaitu Dewi Wara Sumbadra, Dewi Wara Srikandhi, Dewi Ulupi, Dewi Gandawati, dan Dewi Manohara. Kelima dewi tersebut selain memiliki karakeristik putri utama Jawa, juga dinilai dapat mewakili pandangan Jawa dalam menggambarkan kecantikan seorang perempuan. Kecantikan yang terdapat pada kelima dewi tersebut akan dianalisis menjadi dua yaitu (1) kecantikan secara fisik dan (2) kecantikan dalam bersikap. Kajian ini menggunakan metode kualitatif atau berdasarkan data yang bersumber dari kajian pustaka dengan menggunakan bahan rujukan utama yaitu cerita Arjuna Wiwaha dan Serat Candrarini di mana kedua sumber rujukan tersebut di dalamnya menceritakan kecantikan kelima dewi tersebut. Walaupun ajaran dalam cerita tersebut telah ada puluhan tahun yang lalu, namun sejatinya ajaran moral dan etika di dalamnya masih sangat relevan untuk diteladani oleh perempuan di masa kini. Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa kelima dewi tersebut memiliki kriteria sebagai putri utama Jawa serta memiliki kecantikan fisik dan kecantikan dalam bersikap baik khususnya kepada suaminya.

(3)

PENDAHULUAN

Perempuan dan kecantikan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sebagaimana perempuan yang selalu mendambakan kecantikan dalam dirinya, maka kecantikan perempuan menurut pandangan Jawa, sejatinya tidak hanya terletak pada keindahan jasmani atau lahiriah saja. Tetapi juga kecantikan yang terpancar dari dalam diri (inner beauty). Seperti tindak tanduk, tutur kata, rendah hati, kasih sayang, dan sopan santun.

PERMASALAHAN KAJIAN

Serat Candrarini dan Arjuna Wiwaha merupakan bagian dari karya sastra klasik Jawa yang bersifat didaktis, yaitu bersifat mendidik. Sebagaimana karya sastra yang berfungsi dulce et utile yaitu menghibur dan mendidik, maka kedua karya sastra tersebut dianggap dapat mewakili fungsi karya sastra. Kedua karya sastra tersebut bercerita mengenai kecantikan fisik dan kecantikan bersikap pada lima tokoh putri utama yang telah dikenal dalam budaya Jawa yaitu Dewi Wara Sumbadra, Dewi Wara Srikandhi, Dewi Ulupi, Dewi Gandawati, dan Dewi Manohara. Sebagaimana pandangan Jawa yang menyebutkan bahwa:

Perempuan haruslah memegang trapsilaning wanita, yaitu memegang tatakrama yang harus

dilakukan oleh setiap perempuan. Seorang perempuan walaupun berparas cantik, kalau

ucapannya kasar dan menyakitkan hati maka hilanglah seluruh kecantikannya. Akan tetapi

sebaliknya, seorang perempuan walaupun kurang dianugerahi kecantikan lahiriah jika ia

bersikap lembah manah yaitu rendah hati, halus bicaranya memikat tidak dibuat-buat, maka

seorang pria dapat terpikat padanya (Sunardi, 1993: 47).

Oleh karena itu kelima tokoh putri utama tersebut dinilai dapat mewakili pandangan Jawa dalam menggambarkan kecantikan seorang perempuan. Sebab selain memiliki kecantikan fisik, kelima putri utama tersebut juga diceritakan memiliki kecantikan dalam bersikap.

TUJUAN KAJIAN

(4)

Banyaknya kasus perceraian yang terjadi saat ini, salah satu faktornya disebabkan karena ketidak pahaman kaum perempuan terkait memposisikan dirinya sebagai seorang perempuan dan juga sebagai istri yang baik. Dengan mengetahui kecantikan sikap yang dimiliki kelima putri utama Jawa tersebut, maka diharapkan dapat menjadi satu tuntunan yang baik bagi kaum perempuan di masa kini. Nilai-nilai tersebut dianggap sesuai dengan jati diri perempuan Jawa khususnya, dan perempuan Indonesia pada umumnya sebagai bagian dari masyarakat ketimuran yang terkenal akan keluhuran budi pekerti dan etikanya.

METODE KAJIAN

Kajian ini menggunakan metode kualitatif berdasarkan studi pustaka dengan sumber rujukan utama pada buku Arjuna Wiwaha1

(1960) karya Sunardi D.M dan buku-buku seputar Serat Candrarini yang telah dirangkum dan disesuaikan dengan nilai-nilai yang diperlukan dalam kajian ini2.

SEPUTAR ARJUNA WIWAHA

Cerita Arjuna Wiwaha pada mulanya merupakan karya Mpu Kanwa yang ditulis pada masa pemerintahan Raja Airlangga (1019-1042) antara tahun 1028-1035 yang dikenal dengan nama Kakawin Arjuna Wiwaha (Zoetmulder, 1983: 309). Cerita Arjuna Wiwaha bagi manusia Jawa dianggap sebagai karya sastra bermutu tinggi yang mengandung nilai etis filosofis serta ajaran mencapai kesempurnaan hidup. Kedudukan para putri utama Jawa (Dewi Wara Sumbadra, Dewi Wara Srikandhi, Dewi Ulupi, Dewi Gandawati, dan Dewi Manohara) pada cerita Arjuna Wiwaha yaitu terletak pada saat Dewa Indra mengirimkan para bidadari dari Suralaya untuk menguji kesungguhan tapa brata Arjuna di Gunung Indrakila. Para bidadari tersebut kemudian menyamar menjadi Dewi Wara Sumbadra, Dewi Wara Srikandhi, Dewi Ulupi, Dewi Gandawati, dan Dewi Manohara. Maka, dari cerita tersebutlah kecantikan dan watak putri utama Jawa tersebut teruraikan satu per satu.

SEPUTAR SERAT CANDRARINI

Serat Candrarini ditulis pada tahun 1860 oleh R. Ng. Ranggawarsita sebagai bentuk pendidikan bagi kaum perempuan untuk menjadi seorang istri yang baik agar perkahwinan

1 Kajian ini juga menggunakan buku-buku lainnya seputar Arjuna Wiwaha sebagai bahan rujukan pendamping. 2

(5)

mereka langgeng. Sebab pada saat itu, bercerai dengan suami merupakan aib bagi seorang perempuan Jawa.

KECANTIKAN PUTRI UTAMA JAWA

Pembahasan mengenai kecantikan putri utama Jawa ini akan menggunakan lima tokoh putri utama Jawa yaitu Dewi Wara Sumbadra, Dewi Wara Srikandhi, Dewi Ulupi, Dewi Gandawati, dan Dewi Manohara. Pembahasan kecantikan yang terdapat pada kelima dewi tersebut akan dianalisis menjadi dua bagian yaitu (1) kecantikan secara fisik dan (2) kecantikan dalam bersikap.

1. Dewi Wara Sumbadra

a. Kecantikan Fisik Dewi Wara Sumbadra

Dewi Wara Sumbadra adalah putri dari mendiang Prabu Basudewa seorang raja dari Madura. Dewi Wara Sumbadra adalah seorang putri tercantik di dunia. Kecantikan digambarkan dengan awijang dedeg respati, kuning wenes labete amung kepama, sumeh kang netra lindri yang berarti berperawakan sedang, kuning langsat karena terawat, ramah, murah senyuman dengan mata kocak tak liar. Dewi Wara Sumbadra bahkan diceritakan seorang perempuan yang sangat cantik tiada banding. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah ini:

Menurut Hyang Narada, kecantikan wanita didunia ini dibagi menjadi dua. Separuh untuk Dewi Wara Sumbadra, sedangkan separuhnya lagi dibagi untuk manusia banyak (Sunardi, 1993: 14).

b. Kecantikan Sikap Dewi Wara Sumbadra

Dewi Sumbadra orang yang sangat sabar. Kalau sedang marah ia justru tersenyum manis. Setelah bersuami ia selalu rukun dan damai, ia juga sangat setia pada suaminya. Ia sangat mencintai suaminya lahir dan batin. Ia mengerti kesenangan suami, seperti mengetahui makanan yang disukai suami (Sunardi, 1993: 22-23).

(6)

2. Dewi Wara Srikandhi

a. Kecantikan Fisik Dewi Wara Srikandhi

Dewi Wara Srikandhi adalah seorang putri dari negeri Cempalareja. Dewi Wara Srikandhi digambarkan berparas sangat cantik. Gerak-geriknya serba pantas dan luwes. Walaupun wajahnya sedang muram karena marah, manisnya justru semakin bertambah. Matanya membelalak dengan kerlingan tajam. Dewi Srikandhi bicaranya mberanyak yaitu seperti berteriak tetapi enak didengar (Sunardi, 1993: 23). Kecantikan Dewi Wara Srikandhi juga digambarkan dengan jenar pasaranipun kadi kancana sinangling, wadana nuksmeng sasangka, liringe galak amanis, dhemes dedeg respati, gumebyar kang wajakengis yang berarti kulit kuning bagaikan emas yang diasah, wajah bening / bersinar bagaikan angkasa, mata galak tetapi manis, perwatakan semampai, giginya bersinar jika terlihat. Selain berparas cantik, Dewi Wara Srikandhi juga diceritakan sebagai seorang putri prajurit yang sakti mandraguna. Ia memiliki kepandaian memanah dan pandai bertempur.

b. Kecantikan Sikap Dewi Wara Srikandhi

Dewi Wara Srikandhi adalah seoarng putri yang suka marah. Tetapi kemarahannya itu lekas mereda dan tidak pendendam. Dalam kehidupan sehari-hari Dewi Wara Srikandhi senentiasa menjaga kehormatan suami, baik di saat berperang ataupun tidak. Ia seorang wanita yang mahir dalam ilmu pertempuran dan peperangan.

Selain itu, Dewi Wara Srikandhi juga diceritakan memiliki sikap budiman ingkang umulat, gandhang kang wicara, tanduk gandhes kewes, ngelayoni, tulus raharjaning driya, patitis saulonira, cumondhong mapanken dhiri, sumeh asmu ghuyunira, suka maos sagung serat palupi, sekar wisati kandhah, bangkit mantes lan memangun jumbuh ingkang busana di marang salira ing warna tibaning wanci, waskitheng ing tuduh, bekti marang maratuwa gumati mring Dewi Kunthi pamunjunge saben dina sakersa den turuti yang berarti terlihat sangat budiman, lantang bicaranya, gerak-geriknya luwes menarik hati, berhati bersih / mulia, cermat dalam segala hal, pandai dalam menempatkan diri, wajah ceria, murah senyum, senang membaca teks-teks yang berisi tentang suri teladan, sekuat tenaga belajar tembang (puisi Jawa), pandai memadukan pakaian yang cocok dengan bentuk tubuh, sangat paham mengenai peraturan, berbakti kepada mertua yaitu Dewi Kunthi, sangat menyayangi Dewi Kunthi bahkan setiap hari keingin Dewi Kunthi dipenuhinya.

(7)

gumebyar waja kengis, narawung thathit barung, tumempuh sumyur ngenani, curna paranirengpriyo, marma lamun den ladosi marang Sang Dyah Retna Cempala, Sang

Parta sandeya nangkil. Puwara momong angugung, marang Sang Retan Srikandhi, tuwin Sang Dananjaya, antuk babah denira sih, nanging sang Retna Cempala, tangeh yen ageng

kang galih, awit wus waskitheng tuduh.Yang artinya hanya pada suaminya, jika ia diberi kode / diminta, tanggap di wajahnya, langsung menyiapkan diri, ceria di wajahnya terhias tawa yang mengandung rahasia (tawa yang memikat), bersinar giginya terlintas, bagai tersinari kilat, menempuh membuat kabur, tertuju semua mata lelaki pada Srikandhi, oleh karenanya jika dilayani oleh Sang Dyah Retna Cempala, Sang Parta pun bertekuk lutut. Semua menjaga dan menyanjung, pada Sang Retna Srikandhi, oleh Sang Dananjaya, mendapat pintu untuk bercinta, tetapi Sang Retna Cempala, jauh dari berpikir (ingin menguasai), karena ia tahu kebaikan (pandai dan tahu diri).

3. Dewi Ulupi

a. Kecantikan Fisik Dewi Ulupi

Dewi Ulupi adalah putri seorang pendeta di pertapaan Gunung Yasarata, yang bernama Resi Kanwa. Oleh karena itu, Dewi Ulupi dikenal sebagai gadis pertapaan yang cantik dan juga sederhana hidupnya. Tingkah lakunya luwes dan menarik, sehingga banyak raja dan pangeran yang ingin mempersuntingnya. Dewi Ulupi berwajah manis, lirikan matanya seperti damar kanginan. Seperti nyala lampu yang terkena angin. Matanya berwarna agak kebiruan, suaranya terdengar seperti bunyi seruling baik pada saat bicara maupun saat ia tertawa. Jika tersenyum atau tertawa jarang terlihat giginya, padahal giginya mengkilat putih seperti biji timun. Jika dilihat secara sepintas maka nampak seperti ada banyangannya.

Karena kecantikannya itulah, maka tidak salah apabila orang mengatakan bahwa Dewi Ulupi sayogya dadi gurune wong ayu sejagat yang berarti tepat kalau Dewi Ulupi menjadi guru dari orang cantik sedunia. Betapa tidak, ia pandai merawat diri walaupun tinggal di pertapaan (Sunardi, 1993: 29).

(8)

b. Kecantikan Sikap Dewi Ulupi

Dewi Ulupi memiliki kecantikan bersikap luwes merakati, tan pegat mahasmu guyu, sumeh ing pamulunira,bisa cawis angladeni karemaning kakung, prabawa wijiling wicara yang berarti luwes menarik hati, selalu menebar tawa, ceria wajahnya, pandai melayani kesukaan suami dan berwibawa bicaranya.

4. Dewi Gandawati

a. Kecantikan Fisik Dewi Gandawati

Dewi Gandawati adalah putri dari Prabu Gandasena, seorang raja dari negeri Tasikmadu. Ia sangatlah cantik. Karena kecantikannya itulah Batara Guru mengirim Batara Bayu yang mengubah dirinya sebagai raksasa untuk mengawal dan menjaga keselamatannya. Sebab Dewi Gandawati direncanakan untuk menggenapi jumlah bidadari yang ada. Dewi Gandawati pernah dipinang oleh seribu raja dari seribu negeri karena kecantikannya. Dewi Gandawati jika berjalan seperti Harimau lapar. Pinggangnya seperti tawon kemit, yaitu seperti akan patah jika bergerak. Lirikan matanya tajam, wajahnya bercahaya. Ia sangat pandai memilih busana. Senyumannya menawan hati. Tubuhnya berbau harum dan kulitnya lir bengle kengis yaitu seperti tanaman bengle yang diiris. Ia jarang tertawa, gusi dan giginya seperti dipingit. Ia sengaja jarang memperlihatkan giginya, karena dapat mematikan siapa saja yang melihatnya maksudnya mati kedanan atau menjadi gila karena jatuh cinta melihat senyumannya (Sunardi, 1993: 27-29).

Selain itu, kecantikan Dewi Gandawati juga digambarkan dengan dedeg ngrompyoh salira nglelentrih, kuning wenes wingit pasemone, kurang gujengipun, rema memak agenda wila wilis, ngrempyoh sinome, janggalumung welar pranajane maya maya lir cengkir piningit, anggadhewa gadhing wijang bahunira yang berarti tubuh lentur, kuning langsat, berwibawa raut wajahnya, jarang tertawa, rambut tebal indah terlihat kehijau-hijauan, terurai tebal rambut keningnya, leher panjang dada bidang bersinar keemasan bagaikan buah kelapa muda (gading) yang dipingit, bahu lebar kuat bagaikan gendewa gading.

b. Kecantikan Sikap Dewi Gandawati

(9)

kokonyoh widadari sangdyah pagurone, yang berarti tenang berwibawa, halus ketika berbicara, hati-hati dalam bertindak, gerakannya menimbulkan asmara / nafsu, jika berjalan pelan lentur lambungnya bagaikan turun tunjung melenggang di air, berhati susila / tulus mengabdi pada suami, melaksanakan segala perintah, dipandang madunya sebagai sosok yang sangat berhati-hati dan manis, ahli dalam pekerjaan yang berhubungan dengan wanita, mengasapi dirinya dengan wewangian dan melulur diri, kepandaiannya ini dipelajarinya dari bidadari.

5. Dewi Manohara

a. Kecantikan Fisik Dewi Manohara

Dewi Manohara adalah putri seorang pendeta di pertapaan Wukir Tirtakawama bernama Wiku Manikara. Kecantikan Dewi Manohara digambarkan dengan ing warna pinunjul, pindha gambar wewangun, wanda luruh, netra jahit, pamulune manis, bahu wijang, ramping sarandhuning dhiri, lambungira satata amilangoni, lathi dhemis anggula satemlik rekta pindha manggis karengat, waja amiji timun yang berarti parasnya bagaikan lukisan yang indah, wajah sendu tertunduk, mata kecil indah, paras muka manis, bahu lebar kuat, badan ramping, bentuk perutnya terlukis indah, bibir tipis kecil merah merekah, gigi kecil-kecil tertata ramping.

b. Kecantikan Sikap Dewi Manohara

Kecantikan sikap Dewi Manohara digambarkan dengan tembung arum rumaket manis, tadukira angangayuh driya bisa nuju prana priya, susila anoraga, sepi ing mastuti yang berarti tutur kata halus dan bersahabat, sikapnya menarik hati bisa membuat senang laki-laki / suami, sopan dan merendahkan diri, jauh dari keangkuhan, senang berpuasa, dan suka berbuat kebaikan.

KEISTIMEWAAN PEREMPUAN

(10)

Kami memerintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tua ibu dan bapaknya, ibunya mengandung dengan susah payah. Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan.

(QS. Al-Ahqaf: 15)

Penghormatan pada seorang perempuan juga dapat dilihat dari sosok putri Maryam yang dipilih Allah sebagai putri terbaik:

Dan ingatlah ketika malaikat Jibril berkata “wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kau, mensucikan kau dan melebihkan engkau atas segala putri yang lain.

(QS. Ali-Imran: 42)

Karena penghormatan yang diberikan kepada seorang perempuan tersebut maka hendaknya kaum perempuan harus diarahkan menjadi seorang ibu yang ideal agar bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Sehingga kelak memperoleh sebutan sebagai putri yang utama. Seorang putri dikatakan utama apabila ia mampu mengisi hidupnya dengan nilai-nilai keutamaan yang bersifat lahir maupun batin.

(11)

ikhlas. Sikap sabar merupakan sikap utama yang harus dimiliki semua manusia. Manusia yang memiliki sikap sabar bisa diumpamakan sebagai samudra lautan. Karena dengan bersabar dimana ia memiliki kekuatan iman, maka manusia akan mampu menghadapi segala cobaan dan tidak mudah putus asa (Munarsih, 2007: 243). Keutamaan sabar juga dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an sebagai berikut:

Katakanlah (Muhammad), “Wahai hamba-hamba Ku yang beriman! Bertaqwalah kepada

Tuhanmu.” Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.

(QS. Az-Zumar: 10)

Ketika Allah menghendaki hambanya memperoleh derajat yang tinggi disisiNya, maka Allah akan menguji hambanya tersebut hingga dengan ujian itu ia mampu bersabar. Kesabaran tersebut yang nantinya akan meninggikan derajat orang tersebut di mata Allah. Derajat yang tidak bisa dicapai oleh seseorang saat ia mengerjakan ibadah wajib dan sunnah seperti sholat dan puasa atau kebaikan lainnya dengan ganjaran kebaikan tersebut akan dikalikan 10, 70, dan 700x lipat. Sedangkan jika seseorang bersabar atas ujian yang menimpanya, maka Allah menjanjikan pahala yang tidak terbatas yaitu hanya Allah sajalah yang mengetahui seberapa besarnya pahala atas kesabaran tersebut serta memperoleh derajat yang tinggi disisiNya.

PEREMPUAN SEBAGAI PUTRI UTAMA JAWA

Berdasarkan kecantikan fisik, kecantikan sikap, nilai keutamaan lahiriah dan nilai keutamaan batiniah yang dimiliki oleh putri utama Jawa tersebut, maka dapat ditarik satu garis besar bahwa seorang perempuan dapat dikatakan sebagai putri utama Jawa jika memiliki ciri-ciri:

1. Kecantikan (fisik dan sikap yang baik) jelas dimiliki oleh kelima putri utama tersebut seperti yang telah dipaparkan sebelumnya.

2. Sikap gunawan atau mencintai ilmu pengetahuan diperlihatkan pada tokoh Dewi Wara Srikandhi yang digambarkan sebagai seorang putri yang cerdas dan juga senang mencari ilmu. Dewi Wara Srikandhi digambarkan senang mempelajari tembang atau puisi Jawa dan juga senang membaca Serat Piwulang atau cerita-cerita yang berkaitan dengan suri tauladan atau teladan yang baik.

(12)

kekayaan. Dewi Wara Sumbadra merupakan seorang putri dari mendiang Prabu Basudewa seorang raja dari Madura dan Dewi Gandawati adalah seorang putri dari Prabu Gandasena seorang raja dari Negeri Tasikmadu.

4. Berawan atau memiliki keturunan dapat dijelaskan dengan Dewi Wara Sumbadra memiliki seorang putra bernama Raden Abimanyu, Dewi Ulupi memiliki seorang putra bernama Raden Bambang Irawan, dan Dewi Manohara memiliki seorang putra yang bernama Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati.

5. Senang mendekatkan diri kepada Tuhan diperlihatkan pada tokoh Dewi Manohara digambarkan memiliki sifat sederhana, senang berpuasa, dan senang mendekatkan diri kepada Tuhan.

6. Senantiasa sabar dan tawakal yang diperlihatkan pada tokoh Dewi Wara Sumbadra yang digambarkan memiliki sifat sangat sabar. Jika sedang marah ia justru tersenyum manis, dan sungkan atau malu berbicara kasar.

7. Berbakti pada orang tua dan guru diperlihatkan pada tokoh Dewi Wara Srikandhi yang diceritakan sangat menyayangi ibu mertuanya (Dewi Kunthi) bahkan juga diceritakan setiap keinginan Dewi Kunthi akan dipenuhi oleh Dewi Wara Srikandhi.

KESIMPULAN

Pembahasan mengenai kecantikan perempuan dalam perspektif Jawa dengan mengambil lima figur putri utama Jawa ini diharapkan dapat menjadi teladan bagi perempuan di jaman modern ini. Walaupun ajaran tersebut telah ada puluhan tahun yang lalu, namun sejatinya ajaran moral dan etika karakteristik putri Jawa masih sangat relevan untuk dikaji ulang dan diteladani oleh kaum perempuan di masa kini.

Kecantikan bersikap seorang perempuan berdasarkan kecantikan bersikap yang dimiliki oleh kelima putri utama Jawa yaitu tenang, cerdas, senang mencari ilmu, tidak banyak bicara, halus budi dan lemah lembut, sungkan berbicara kasar, pemaaf, sederhana, teguh hati, tutur kata halus dan bersahabat, sikapnya menarik hati dan membuat senang hati suami, senang mendekatkan diri pada Tuhan, selalu menebar tawa, ceria, pandai melayani kesukaan suami, tenang, menarik dihadapan suami, pandai melayani suami, pandai merawat diri, pemaaf, luwes, hati-hati dalam bertindak, sabar, mampu menempatkan diri senang bertegur sapa, cermat dalam segala hal, dan berbakti kepada mertua.

(13)

bersikap yang disukai para lelaki dan para suami. Sehingga nantinya kaum perempuan yang kelak akan menjadi seorang istri dapat memposisikan diri dengan baik dengan meneladani kecantikan bersikap yang dimiliki oleh kelima putri utama Jawa tersebut. Sebagai putri modern yang cerdas, hendaknya kita bisa menjadikannya sebagai umpan baik bahwa kecantikan bersikap yang dimilki oleh kelima puteri utama Jawa tersebut dapat kita ramu menjadi satu dalam diri kita. Sebab sejatinya, kecantikan yang terpancar dari dalam (inner beauty) itulah yang akan abadi dan memancarkan aura positif pada diri seorang perempuan sebagaimana kutipan cerita pada Arjuna Wiwaha di bawah ini:

Semangat boleh berkobar-kobar, tetapi kepala harus tetap dingin. Dan jangan lupa, Arjuna orangnya romantis, ia tidak akan tergerak hatinya oleh kekerasan. Oleh sebab itu kalian harus tetap memegang trapsilaning wanita, memegang tatakrama yang selalu dilakukan oleh wanita. Seorang wanita walaupun berparas cantik, kalau ucapannya kasar dan menyakitkan hati, hilanglah seluruh kecantikannya. Sebaliknya seorang wanita walaupun kurang dianugerahi kecantikan lahir tetapi kalau ia lembah manah, berhati rendah, halus bicaranya memikat tidak dibuat-buat, seorang pria dapat terpikat padanya (Sunardi, 1993: 47).

Sedangkan kecantikan fisik seorang perempuan yang disukai para lelaki dan suami berdasarkan kecantikan fisik yang dimiliki oleh kelima puteri utama Jawa tersebut yaitu berperawakan sedang, badan ramping berisi, badan semampai,kulit kuning langsat / kuning keemasan, raut wajah bening ramah dan murah senyuman, berwibawa, bermata kecil indah bersinar / kocak tak liar, mata menyinarkan asmara dan sedikit galak, wajah sendu tertunduk, manis, bahu lebar kuat, gigi tertata rapi, bibir tipis kecil merah merekah, dada bidang padat, rambut tebal terurai indah terlihat kehijauan, rambut keningnya tertata rapi, dan leher panjang. Mengenai kecantikan fisik ini, rasanya tidaklah mustahil apabila diwujudkan di jaman yang serba modern saat ini. Di jaman yang serba canggih saat ini, ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk menunjang penampilan kita sebagai seorang perempuan dan khususnya sebagai seorang istri agar terlihat lebih cantik dan menarik di hadapan suaminya.

Selain meneladani dua kecantikan bersikap dan fisik pada kelima putri utama Jawa tersebut, kaum perempuan yang kelak nantinya juga akan menjadi seorang istri hendaknya juga meneladani sikap Dewi Wara Srikandhi yang diceritakan pandai melayani keinginan suaminya:

(14)

kilat, menempuh membuat kabur, tertuju semua mata lelaki pada Srikandhi, oleh karenanya jika dilayani oleh Sang Dyah Retna Cempala, Sang Parta pun bertekuk lutut.

Apabila seorang istri mampu tampil menarik dihadapan suaminya seperti Dewi Wara Srikandhi, maka suami akan terlena dan tidak sempat memiliki pikiran untuk berpoligami karena waktunya telah habis untuk menikmati kecantikan istrinya. Dengan kata lain keperluan bermanja-manja dengan sang istri telah terpenuhi.

Selanjutnya, untuk mencapai keutamaan sebagai putri utama Jawa, maka secara lahiriah seorang perempuan diharapkan dapat meraih apa yang disebut keberuntungan bagi manusia yaitu (1) gunawan yang berarti ilmu pengetahuan, (2) hartawan yang berarti kekayaan, dan (3) berawan yang berarti anak atau keturunan. Sedangkan secara batiniah seorang perempuan diharapkan memiliki keluhuran budi yaitu dengan cara (1) senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan dengan sabar dan tawakal, (2) berbakti pada kedua orang tua, dan (3) patuh pada guru.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Khairul Bayaan: Yayasan Penyelenggara Penerjemah Departemen Agama Republik Indonesia).

Magnissuseno, Franz, Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa (Jakarta: Gramedia, 1984).

Munarsih, Serat Wulang Putri (Yogyakarta: Panji Pustaka, 2007).

Pane, Sanusi, Ardjuna Wiwaha (Djakarta: Dinas Penerbitan Balai Pustaka, 1960). Ranggawarsita, R.Ng, Candrarini (Surakarta: Fogel van der Heide, t.t).

__________________, Candrarini (Kediri: Tan Khoen Swie,cet.I,1922). __________________, Candrarini (Kediri: Tan Khoen Swie, cet. II, 1939). Sastroamidjojo, Seno, Ardjuna Wiwaha (Djakarta: Kinta, 1962).

Sunardi, Arjuna Wiwaha (Jakarta: Balai Pustaka, 1993).

Referensi

Dokumen terkait

Seringnya kelalaian yang dilakukan oleh pemilik rumah dapat mengakibatkan kejadian yang dapat merugikan. Seperti contoh, lupa mematikan lampu yang mengakibatkan borosnya

2) ikiteisminio tyrimo teisëjo sprendimu, patvirtinanèio prokuroro nutarimà dël ikiteisminio tyrimo nutraukimo BPK 212 straipsnio 3–9 punktuose numatytais atvejais. Tuo- met

Bakteri Asam Laktat merupakan bakteri yang bermanfaat dan digunakan dalam industri besar sebagai bakteri fermentasi, bakteri pada umunya memiliki sifat kimia yang hampir

Sebagai kata kunci agar dapat mengawasi pemanfaatan air dalam suatu sistem jaringan distribusi air adalah dengan pemasangan meter air pada semua pelanggan dan selalu menjaga

Banyaknya anggota rumah tangga umur 5 tahun ke atas (b2r3) File: susenas09jul_ki Tipe: Diskrit Format: numeric Width: 8 Desimal: 0 Range: 1-13 Observasi Valid: 0 Tidak Valid:

Menurut Hakim (2002) keyakinan diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang ada proses tertentu didalam pribadinya sehingga terjadilah pembentukan

Kitab ini terbagi atas 25 buku dimana bagian terakhir yang terkenal adalah kitab Adbhuta Brahmana, merupakan jenis Wedangga yang memuat mengenai ramalan-ramalan dan

Hal ini juga berlaku pada pelayanan dialysis dimana umumnya pasien dengan penyakit ginjal kronik membutuhkan pengobatan yang berulang dan melibatkan peralatan atau