KARAKTERISTIK DAN PREVALENSI HASIL UJI WIDAL PADA PASIEN KECURIGAAN DEMAM TIFOID DI LABORATORIUM RUMAH SAKIT SURYA
HUSADHA, BULAN JUNI-NOVEMBER 2013
I Gusti Ayu Agung Pritha Dewi1, Anak Agung Wiradewi Lestari2, I Wayan Putu Sutirtayasa2
1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Jalan PB Sudirman Denpasar 2. Laboratorium Patologi Klinik RS Sanglah, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
ABSTRAK
Demam tifoid merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di dunia. Diperkirakan setiap tahun terjadi 21,2 juta kasus di dunia dan mengakibatkan 200.000 kematian. Pada tahun 2000 demam tifoid menyebabkan 21,7 juta kesakitan dan 217.000 kematian. Prosedur diagnosis demam tifoid yang biasanya dilakukan adalah dengan melihat tanda dan gejala klinis, marker serologi, kultur bakteri, deteksi antigen dan amplifikasi DNA. Diagnosis serologi yang paling dominan digunakan sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950 oleh Felix Widal adalah uji widal. Uji ini menggunakan antigen Salmonella untuk mendeteksi adanya aglutinasi pada serum sampel darah pasien. Uji ini bisa digunakan sebagai metode screening maupun diagnosis. Pada penelitian ini ingin mengetahui mengenai prevalensi uji Widal positif pada pasien yang melakukan uji Widal di Laboratorium Rumah Sakit Surya Husadha pada bulan Juni-November 2013 dan karakteristik pasien yang melakukan uji Widal tersebut. Dari 996 pasien yang melakukan uji Widal di Rumah Sakit Surya Husadha pada bulan Juni-November 2013 didapatkan prevalensi pasien yang melakukan uji Widal dengan hasil positif adalah 643 pasien (64,5%) untuk Salmonella typhii aglutinin O dan 684 pasien (67,7%) untuk Salmonella typhii aglutinin H. Dalam penelitian ini yang positif demam tifoid berdasarkan hasil uji Widal adalah 99 pasien (15,4%) untuk Salmonella typhii O dan 149 pasien (21,8%) untuk Salmonella typhii H.
CHARACTERISTICS AND PREVALENCE OF WIDALTEST RESULT ON SUSPICIOUS OF TYPHOID FEVER PATIENTS IN SURYA HUSADHA
HOSPITAL, JUNE-NOVEMBER 2013
ABSTRACT
Typhoid fever is one of the infectious diseases that cause morbidity and mortality in the world . It is estimated that each year there are 21.2 million cases in the world and 200,000 resulted in death. In 2000, 21.7 million typhoid fever causes 217,000 deaths and morbidity. Procedures diagnosis of typhoid fever is usually done is to look at the signs and symptoms of clinical, serological markers, bacterial culture, antigen detection and DNA amplification. Serologic diagnosis of the most predominantly used since it was first introduced in 1950 by Felix Widalis is Widal test. This test uses Salmonella antigens to detect the presence of agglutination in the serum sample of the patient's blood. This test can be used as a method of screening and diagnosis. In this study wanted to know about the prevalence of a positive Widal test in patients who have done Widal test in the Hospital Laboratory Surya Husadha in June-November 2013 and the characteristics of the patients who did the Widal test . Of the 996 patients who did Widal test in Surya Hospital Husadha June-November 2013 found the prevalence of patients with widal test positive result were 643 patients (64.5 %) for Salmonella agglutinins typhii O and 684 patients (67.7 %) for Salmonella agglutinins typhii H. In this study positive typhoid fever by Widal test results were 99 patients (15.4 %) for Salmonella typhii O and 149 patients (21.8 %) for Salmonella typhii H.
Keywords: Typhoid, Widal Test, Patient Characteristics
PENDAHULUAN
Demam tifoid merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di dunia. Sejak tahun 1900 tifoid menduduki peringkat kelima penyebab kematian akibat penyakit infeksi di Amerika Serikat setelah Influenza, TBC, Gastroenteritis dan Diphteri. Insidennya semakin menurun seiring dengan perkembangan sanitasi dan higenitas masyarakat, namun di negara berkembang demam tifoid tetap menjadi penyakit endemis yang menyebabkan tingginya mortalitas dan morbiditas.1-3 Diperkirakan setiap tahun terjadi 21,2 juta kasus di dunia dan mengakibatkan 200.000 kematian.4 Pada tahun 2000 demam tifoid
menyebabkan 21,7 juta kesakitan dan 217.000 kematian.5
yang bisa menyebabkan perdarahan dan perforasi. Hal ini merupakan penyebab utama kematian pada demam tifoid.9,10
Prosedur diagnosis demam tifoid yang biasanya dilakukan adalah dengan melihat tanda dan gejala klinis, marker serologi, kultur bakteri, deteksi antigen dan amplifikasi DNA. Diagnosis klinis demam tifoid sulit untuk ditegakan karena manifestasi penyakit ini berbeda-beda dan ada banyak penyebab lamanya demam di daerah endemis. Kultur darah, sumsum tulang dan feses merupakan diagnosis yang dapat dipercaya namun prosedurnya mahal dan ketika pasien diperiksa pasien sudah menadapatkan terapi antibiotik. Diagnosis serologi yang paling dominan digunakan sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950 oleh Felix Widal adalah uji widal.7
Uji Widal merupakan tes yang digunakan untuk mendiagnosis demam enterik yaitu demam tifoid dan paratifoid. Uji ini menggunakan antigen Salmonella untuk mendeteksi adanya aglutinasi pada serum sampel darah pasien. Uji ini bisa digunakan sebagai metode screening maupun diagnosis. Walaupun beberapa studi menyebutkan rendahnya spesifisitas dan sensitivitas dari uji ini jika dibandingakan dengan uji serologi yang lain seperti TUBEX dan Typhidot, namun Widal masih menjadi prosedur diagnosis utama di negara-negara endemis demam tifoid.8 Prinsip dari pemeriksaan ini adalah reaksi dan aglutinasi antibodi pada serum pasien yang menderita demam enteric dengan antigen Salmonella yang telah diwarnai dalam tabung aglutinasi.11 Uji Widal menggunakan 3 metode yaitu dengan slide, metode semikuantitatif dan metode tabung standar.12
Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui prevalensi uji Widal positif pada pasien yang melakukan uji Widal di Laboratorium Rumah Sakit Surya Husadha pada bulan Juni-November 2013 dan karakteristik pasien yang melakukan uji Widal tersebut.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rumah Sakit Surya Husadha. Pengambilan data secara retrospektif berupa data hasil laboratorium pasien pada bulan Juni sampai November. Penelitian ini mempergunakan desain deskriptif cross sectional untuk memperoleh karakteristik pasien suspect demam tifoid (usia, tempat tinggal, jenis kelamin). Serta akan diperoleh karakteristik titer antibodi pada uji Widal yang dihubungkan dengan beberapa studi sebelumnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder.
Populasi pada penelitian ini sebagai berikut.
1. Populasi umum adalah penderita demam yang diduga menderita demam tifoid.
2. Populasi terjangkau adalah penderita demam yang diduga menderita demam tifoid yang datang ke Rumah Sakit Surya Husadha untuk melakukan uji widal.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel bebasnya adalah karakteristik pasien yang melakukan uji Widal di Rumah Sakit Surya Husadha yaitu usia, tempat tinggal, jenis kelamin. Sedangkan variabel tergantungnya adalah hasil uji Widal pasien dengan karakteristik titer antibodinya. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa prosedur pengumpulan data yaitu:
1. Permohonan ijin kepada Bapak Direktur dan Kepala Unit Laboratorium Rumah Sakit Surya Husadha dengan mengirimkan surat. 2. Pengambilan data pasien yang telah
memenuhi kriteria inklusi di Laboratorium Rumah Sakit Surya Husadha.
3. Data-data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif sehingga diperoleh prevalensi dan kecenderungan pasien kecurigaan demam tifoid yang melakukan uji widal.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer. Sebelum analisis data, dilakukan data
entry dengan coding dan editing, kemudian dilanjutkan dengan data cleaning sehingga diperoleh data yang baik untuk dianalisis. Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk mengetahui prevalensi dan kecenderungan karakteristik pasien kecurigaan demam tifoid yang melakukan uji widal. Semua variabel dianalisis secara univariat dan untuk mengetahui kecenderungan hasil uji Widal positif berdasarkan karakteristik sampel, dilakukan analisis menggunakan crosstab dengan menyesuaikan kategori variabel yang ada. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
HASIL
Tabel 1 Frekuensi Hasil Uji Widal dan Karakteristik Pasien
Uji Widal dan Karakteristik Pasien Frekuensi Persentase (%)
Hasil uji Widal Salmonella typhii O Positif
Negatif
643 353
64,5 35,4 Hasil uji Widal Salmonella typhii H
Positif Negatif
684 312
67,7 31,3 Titer antibodi Salmonella typhii O
1/80 1/160 1/320 ≥1/640
411 133 99
0
63,9 20,7 15,4 0 Titer antibodi Salmonella typhii H
1/80 1/160 1/320 ≥1/640
318 217 149 0
46,5 31,7 21,8 0 Usia
Balita (0-5 tahun)
Kanak-kanak (5-11 tahun) Remaja (12-25 tahun) Dewasa (26-45 tahun) Lansia (≥46 tahun)
90 129 266 413 98
9 13 26,7 41,5 9,8 Alamat atau asal
Denpasar Gianyar Badung Tabanan Buleleng Negara Karangasem Bangli Klungkung Luar Bali
758 32 138
18 5 4 16
3 11 11
76,1 3,2 13,9
1,8 0,5 0,4 1,6 0,3 1,1 1,1 Jenis kelamin
Lelaki Perempuan
557 439
55,9 44,1
Dari tabel di atas untuk hasil uji Widal Salmonella typhii O, dari 996 sampel pasien yang melakukan uji Widal, 643 (64,5%) diantaranya memberikan hasil positif dengan adanya aglutinasi, sedangkan hasil negatif sebanyak 353 pasien (35,4%). Sedangkan untuk hasil uji Widal Salmonella typhii H hampir sama yaitu sebagian besar memberikan hasil positif dengan adanya aglutinasi
berdasarkan uji Widal yaitu titer antibodi >1/160 atau kenaikan titer >4x adalah 99 pasien (15,4%) untuk Salmonella typhii O dan 149 pasien (21,8%) untuk Salmonella typhii H.
Dari segi usia pasien yang melakukan uji Widal cukup merata. Sebanyak 413 (41,5%) pasien yang melakukan uji Widal berusia antara 26-45 tahun (dewasa) diikuti oleh kelompok umur lain yaitu remaja (26,7%), kanak-kanak (13%), lansia (9,8%) dan balita (9%). Letak Rumah Sakit Surya Husadha di Kota Denpasar menyebabkan pasien yang melakukan uji Widal sebagian besar
berasal atau bertempat tinggal di Denpasar. Jumlahnya sangat jauh diatas daerah lain yaitu sebesar 758 pasien (76,1%). Pasien yang melakukan uji Widal lebih banyak merupakan pasien lelaki (55,9%) dari pada perempuan (44,1%).
Untuk melihat kecenderungan pasien yang melakukan uji Widal dengan hasil pemeriksaan dilakukan analisis kecenderungan karakteristik pasien dan hasil uji Widal, sehingga diperoleh data tabulasi hasil dari crosstab. Data tabulasi ini disajikan dalam Tabel 2
Tabel 2 Hasil Uji Widal Salmonella typhii O Berdasarkan Karakteristik Pasien Karakteristik Pasien Hasil Uji Widal Salmonella typhii O Total F (%)
Positif (%) Negatif (%)
Usia
Balita (0-5 tahun)
Kanak-kanak (5-11 tahun) Remaja (12-25 tahun) Dewasa (26-45 tahun) Lansia (≥46 tahun)
58 (64,5) 85 (65,9) 189 (71.1) 257 (62,2) 54 (55,1)
32 (32,5) 44 (34,1) 77 (28,9) 156 (37,8)
44 (44,9)
90 (100) 129 (100) 266 (100) 413 (100) 98 (100) Alamat atau asal
Denpasar Gianyar Badung Tabanan Buleleng Negara Karangasem Bangli Klungkung Luar Bali
480 (73,3) 25 (79,1) 90 (65,2) 14 (77,8) 5 (100)
2 (50) 8 (50) 1 (33,3) 7 (63,6) 11 (100)
278 (26,7) 7 (21,9) 48 (34,8)
4 (22,2) 0 (0) 2 (50) 8 (50) 2 (66,7) 4 (36,4) 0 (0)
758 (100) 32 (100) 138 (100)
18 (100) 5 (100) 4 (100) 16 (100)
3 (100) 11 (100) 11 (100) Jenis kelamin
Lelaki Perempuan
332 (59,6) 311 (70,8)
225 (40,4) 128 (29,2)
557 (100) 439 (100)
Dari 996 data yang diperoleh seperti yang ditunjukan pada Tabel 2, didapatkan data bahwa 257 pasien yang melakukan pemeriksaan uji Widal Salmonella typhii O dan memperoleh hasil positif berasal dari kelompok usia
dewasa yaitu antara 26-45 tahun. Dimana persentasenya jika dibandingkan dengan yang negatif sebesar 62,2%.
[image:6.612.108.505.327.590.2]terbanyak adalah pasien yang berasal dari Denpasar yaitu sebanyak 480 pasien. Hal ini sesuai dengan besar frekuensi pasien yang melakukan uji Widal sebagian besar berasal atau bertempat tinggal di Denpasar. Jika dibandingkan dengan hasil yang negatif, pasien yang bertempat tinggal di Denpasar memberikan hasil positif dengan persentase sebesar 73,3%, sedangkan hasil negatif sebesar 26,7%. Begitu juga dengan daerah lain, pasien yang melakukan uji Widal lebih banyak memberikan hasil positif. Namun ada beberapa daerah yang persentasenya seimbang (negatif dan positif
masing-masing 50%) seperti pasien yang berasal dari Buleleng dan Karangasem.
Berdasarkan jenis kelamin, pasien yang memberikan hasil positif sebagian besar berjenis kelamin lelaki yaitu sebanyak 332 pasien. Namun hasil ini tidak berbeda jauh dengan pasien perempuan yang memberikan hasil positif sebanyak 311. Bahkan jika dibandingkan dengan hasil negatif, persentase perempuan yang memberikan hasil positif lebih besar dibandingkan lelaki yaitu sebesar 70,8%.
Tabel 3 Hasil Uji Widal Salmonella typhii H Berdasarkan Karakteristik Pasien Karakteristik Pasien Hasil Uji Widal Salmonella typhii
H
Total F (%)
Positif (%) Negatif (%)
Usia
Balita (0-5 tahun)
Kanak-kanak (5-11 tahun) Remaja (12-25 tahun) Dewasa (26-45 tahun) Lansia (≥46 tahun)
52 (57,8) 93 (72,1) 195 (73,3) 284 (68,8) 60 (61,2)
38 (42,2) 36 (27,9) 71 (26,7) 129 (31,2)
38 (38,8)
90 (100) 129 (100) 266 (100) 413 (100) 98 (100) Alamat atau asal
Denpasar Gianyar Badung Tabanan Buleleng Negara Karangasem Bangli Klungkung Luar Bali
600 (67,3) 23 (71,9) 100 (72,5)
16 (88,9) 4 (80) 2 (50) 11 (68,8)
1 (33,3) 6 (54,5) 10 (90,9)
248 (32,7) 9 (28,1) 38 (27,5)
2 (11,1) 1 (20) 2 (50) 5 (31,2) 2 (66,7) 5 (45,5) 1 (9,1)
758 (100) 32 (100) 138 (100)
18 (100) 5 (100) 4 (100) 16 (100)
3 (100) 11 (100) 11 (100) Jenis kelamin
Lelaki Perempuan
363 (65,2) 321 (70,8)
194 (34,8) 118 (26,9)
557 (100) 439 (100)
Hampir sama dengan hasil uji Widal Salmonella typhii O, hasil uji Widal Salmonella typhii H juga sebagian besar memberikan hasil positif. Hubunganya dengan karakteristik pasien tersaji dalam Tabel 3. Pasien yang
[image:7.612.109.504.326.602.2]yang melakukan uji Widal Salmonella typhii H.
Berdasarkan alamat atau asal, pasien terbanyak yang memberikan hasil positif adalah pasien yang berasal dari Denpasar yaitu sebanyak 600 pasien, dengan proporsi 67,3% jika dibandingkan dengan yang negatif (32,7%). Pasien dari daerah lain hampir semua dominasi proporsi ditunjukan oleh hasil positif, kecuali pasien dari daerah Bangli yang lebih banyak negatif (66,7%).
Pasien lelaki yang melakukan uji Widal juga sebagian besar memberikan hasil positif yaitu sebanyak 363 pasien.
Namun proporsinya (65,2%) tetap lebih rendah dari pasien perempuan jika dibandingkan dengan hasil negatif.
Untuk melihat faktor-faktor karakteristik titer antibodi hasil uji Widal positif yang berhubungan dengan karakteristik pasien yang melakukan uji Widal maka dilakukan analisis kecenderungan sehingga diperoleh data tabulasi hasil dari crosstab. Berikut ini adalah hasil analisis kecenderungan antara variabel hasil uji Widal berupa karakteristik titernya dengan variabel-variabel bebas yang berhubungan dengan pasien suspect demam tifoid.
Tabel 4 Karakteristik Titer Antibodi Salmonella typhii O Berdasarkan Karakteristik Pasien. Karakteristik Pasien Titer Antibodi Salmonella typhii O Uji
WidalPositif
Total F (%)
1/80 (%) 1/160 (%) 1/320 (%)
Usia
Balita (0-5 tahun)
Kanak-kanak (5-11 tahun) Remaja (12-25 tahun) Dewasa (26-45 tahun) Lansia (≥46 tahun)
34 (58,6) 47 (55,3) 117 (61,9) 177 (68,9) 36 (66,7)
14 (24,1) 22 (25,9) 39 (20,6) 48 (18,7) 10 (18,5)
10 (17,3) 16 (18,8) 33 (17,5) 32 (12,4) 8 (14,8)
58 (100) 85 (100) 189 (100) 257 (100) 54 (100) Alamat atau asal
Denpasar Gianyar Badung Tabanan Buleleng Negara Karangasem Bangli Klungkung Luar Bali
310 (64,6) 15 (60) 61 (67,8)
6 (42,8) 4 (80) 1 (50) 5 (62,5) 1 (100) 4 (57,1) 4 (36,4)
104 (21,7) 5 (20) 13 (14,4)
1 (7,2) 1 (20) 1 (50) 3 (37,5)
0 (0) 1 (14,3) 4 (36,4)
66 (13,7) 5 (20) 16 (17,8)
7 (50) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 2 (28,5) 3 (27,3)
480 (100) 25 (100) 90 (100) 14 (100) 5 (100) 2 (100) 8 (100) 1 (100) 7 (100) 11 (100) Jenis kelamin
Lelaki Perempuan
219 (66) 192 (61,7)
63 (19) 70 (22,5)
50 (15) 49 (15,8)
332 (100) 311 (100)
Jika dilihat secara umum titer antibodi Salmonella typhii O terbanyak dari semua karakteristik adalah titer 1/80. Berdasarkan proporsinya, dari karakteristik usia titer 1/80 terbanyak
proporsi tertinggi pada titer antibodi Salmonella typhii O yaitu sebesar 100%, namun hal ini kemungkinan disebabkan oleh sedikitnya pasien yang berasal dari daerah Bangli yang melakukan uji Widal.
[image:9.612.78.514.175.453.2]Dari segi jenis kelamin titer antibodi Salmonella O 1/80 juga paling banyak ditemukan diantara titer antibodi lainnya. Pada titer 1/80 proporsi lelaki (66%) lebih tinggi dibandingkan perempuan (61,7%).
Tabel 5 Karakteristik Titer Antibodi Salmonella typhii O Berdasarkan Karakteristik Pasien. Karakteristik Pasien Titer Antibodi Salmonella typhii H Uji
WidalPositif
Total F (%)
1/80 (%) 1/160 (%) 1/320 (%)
Usia
Balita (0-5 tahun)
Kanak-kanak (5-11 tahun) Remaja (12-25 tahun) Dewasa (26-45 tahun) Lansia (≥46 tahun)
25 (40,3) 43 (45,7) 84 (43,1) 142 (50) 25 (41,7)
18 (29) 33 (35,1) 64 (32,8) 81 (28,5) 21 (35)
9 (14,7) 18 (19,2) 47 (24,1) 61 (21,5) 14 (23,3)
62 (100) 94 (100) 195 (100) 284 (100) 60 (100) Alamat atau asal
Denpasar Gianyar Badung Tabanan Buleleng Negara Karangasem Bangli Klungkung Luar Bali
238 (46,7) 8 (34,8)
49 (49) 8 (50) 2 (50) 0 (0) 6 (54,5)
1 (100) 4 (66,6) 2 (20)
165 (32,3) 8 (34,8)
32 (32) 2 (12,5) 0 (0) 2 (66,7) 3 (27,3) 0 (0) 1 (16,7)
4 (40)
107 (21) 7 (30,4) 19 (19) 6 (37,5)
2 (50) 1 (33,3) 2 (18,2)
0 (0) 1 (16,7)
4 (40)
510 (100) 23 (100) 100 (100)
16 (100) 4 (100) 3 (100) 11 (100)
1 (100) 6 (100) 10 (100) Jenis kelamin
Lelaki Perempuan
186 (51,2) 132 (41,1)
108 (29,8) 109 (33,9)
69 (19) 80 (25)
363 (100) 321 (100)
Titer antibodi Salmonella typhii H terbanyak dari 684 pasien yang positif adalah titer 1/80 yaitu 318 pasien. Titer 1/80 juga mendominasi di semua karakteristik. Pada karkateristik usia proporsi terbesar juga berasal dari kelompok usia dewasa (26-45 tahun) sebesar 50%. Titer ini juga terbanyak didapatkan pada pasien yang berasal dari Denpasar yaitu sebanyak 238 pasien. Hal ini juga sesuai dengan jumlah pasien yang melakukan uji Widal dan berasal dari Denpasar. Sedangkan pasien yang berasal dari luar Bali lebih banyak memberikan hasil pada titer antibodi 1/160 dan 1/320 masing-masing proporsinya 40%. Proporsi lelaki juga lebih besar pada titer
antibodi 1/80 dan 1/160 dan sedikit lebih kecil pada titer antibodi 1/320.
PEMBAHASAN
menentukan kesembuhan penyakit.14 Penelitian yang dilakukan Olsen et al menyatakan bahwa pada uji widal, aglutinin O biasanya muncul pada hari ke 8, sedangkan aglutinin H pada hari ke 10-12. Sehingga waktu dari dilakukannya uji Widal sangat menentukan hasil dari uji Widal itu sendiri.15 Pada penelitian ini diperoleh bahwa sebagian besar pasien memberikan hasil positif yaitu sebesar 643 (64,5%) pada aglutini O dan 684 (67,7%) pada aglutinin H. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh ketepatan anamnesis dan pemeriksaan fisik dokter yang merujuk dan waktu pelaksaan pemeriksaan yang tepat.
Idealnya uji Widal harus dilakukan pada fase akut dan penyembuhan untuk mendeteksi peningkatan titer aglutinasi. Di Vietnam, dengan endemisitas demam tifoid yang tinggi, uji Widal yang dilakukan hanya sekali mengakibatkan hasil yang positif palsu dan negatif palsu.15 Hal inilah yang kemungkinan mendasari dimana pada penelitian ini pasien yang melakukan uji Widal cukup banyak memberikan hasil titer 1/80 yaitu sebanyak 411 pada aglutinin O dan 318 pada aglutinin H. Kriteria yang biasa digunakan untuk positif demam tifoid dari hasil uji Widal adalah titer >1/160 atau kenaikan titer >4x. Dalam penelitian ini yang positif demam tifoid berdasarkan hasil uji Widal adalah 99 pasien (15,4%) untuk Salmonella typhii O dan 149 pasien (21,8%) untuk Salmonella typhii H. Sebagian besar pasien belum bisa ditentukan positif demam tifoid karena berdasarkan penelitian terdahulu uji Widal memiliki spesifisitas dan sensitivitas yang rendah jika dibandingkan dengan uji lain dalam mendiagnosis demam tifoid. Hasil negatif
palsu bisa terjadi jika darah yang dikumpulkan terlalu awal, sehingga hasil yang negatif tidak mengeksklusi demam tifoid. Sedangkan hasil yang positif palsu berhubungan dengan riwayat imunisasi demam tifoid dan reaksi silang antibodi.7 Namun di Negara berkembang seperti Indonesia uji Widal masih sangat banyak digunakan dalam upaya mendiagnosis demam tifoid. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa uji Widal merupakan pemeriksaan yang paling sering dilakukan dalam mendiagnosis demam tifoid (996 pasien) di Rumah Sakit Surya Husadha dibandingkan pemeriksaan lain seperti TUBEX.
Pada penelitian sebelumnya, anak-anak dan dewasa muda antara umur 5-25 tahun merupakan kelompok umur yang sering masuk rumah sakit akibat demam tifoid. Pada tahun 1999 dilakukan penelitian kohort yang melibatkan 8000 orang di Kalkaji, Delhi, India. Penelitian ini menunjukan 44% kultur positif demam tifoid terjadi pada pasien berusia kurang dari 5 tahun.6 Namun pada penelitian ini pasien terbanyak yang melakukan uji Widal dan memberikan hasil positif adalah kelompok usia dewasa yaitu usia antara 26-45 tahun. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pasien dewasa lebih terganggu jika mengalami gejala demam tifoid dan lebih sadar untuk melakukan pemeriksaan penunjang. Sedangkan pusat kesehatan di Manitoba menyebutkan kasus demam tifoid tertinggi terjadi pada usia 5-19 tahun dan 20-44 tahun.16
demam tifoid banyak terdapat di Afrika, Asia dan Amerika Latin.5 Sehingga asal atau tempat tinggal pasien sangat menentukan infeksi demam tifoid. Indonesia merupakan salah satu daerah endemis demam tifoid di Asia.5 Pada penelitian ini pasien yang melakukan uji Widal dan memberikan hasil positif sebagian besar bersal dari Denpasar. Kemungkinan ini disebabkan karena letak tempat pemeriksaan yang dekat yaitu di Rumah Sakit Surya Husadha. Sedangkan pasien yang berasal dari daerah lain harus menempuh waktu yang lama untuk mencapai Rumah Sakit Surya Husadha. Pada panelitian ini juga diperoleh informasi bahwa ada pasien dari luar bali yang positif demam tifoid yaitu sebanyak 11 orang. Pasien ini masuk dalam kelompok pasien travel medicine yang berkunjung ke Bali dengan tujuan tertentu kemudian di Bali mengalami infeksi. Selain itu pasien yang tinggal di Denpasar juga banyak yang beralamatkan di Hotel. Pasien ini kemungkinan juga termasuk wisatawan yang berkunjung ke Bali.
Pada penelitian ini sebagain besar pasien yang melakukan uji Widal dengan hasil positif berjenis kelamin lelaki, baik pada aglutinin O maupun aglutinin H. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yang et al mengenai efikasi vaksin tifoid di China. Pada penelitian tersebut disebutkan sebagian besar kasus yang mengalami demam tifoid adalah pasien lelaki baik pada kelompok yang diberikan vaksin maupun plasebo. Sedangkan pasien yang telah diterapi insidennya seimbang antara lelaki dan perempuan.17 Pada penelitian di Malaysia yang dilakukan oleh Ja’far et al mengenai analisis epidemiologi demam tifoid di Kelantan menyatakan bahwa rasio pasien
yang mnderita demam tifoid antara lelaki dan perempuan adalah 1:1.18
SIMPULAN
Prevalensi pasien yang melakukan uji Widal dengan hasil positif adalah 643 pasien untuk Salmonella typhii aglutinin O dan 684 pasien untuk Salmonella typhii aglutinin H. Dalam penelitian ini yang positif demam tifoid berdasarkan hasil uji Widal adalah 99 pasien untuk Salmonella typhii O dan 149 pasien untuk Salmonella typhii H. Pasien yang memberikan hasil uji Widal positif cenderung ditemukan pada pasien dengan kelompok usia dewasa, berasal dari Denpasar dan berjenis kelamin lelaki.
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. World Health Statistic 2009: Cause-Specific Mortality and Morbidity. 2009;47-51.
2. Communicable Disease Workong Group on Emergencies, WHO Regional Office for South-East Asia (SEARO). Communicable Disease Toolkit: Communicable Disease Profile Indonesia. 2005; 75-7.
3. Kenrad Nelson. Introduction to Infectious Disease Epidemiology. Johns Hopkin Bloomberg School of Public Health. 2007; 10-20.
4. Valentine Siba, Paul F. Horwood, Kilagi Vanuga, Johana Wapling, Rebecca Sehuko, Peter M. Siba, Andrew R. Evaluation of Serological Diagnostic Test for Typhoid Fever in Papua New Guinea Using a Composite Refrence Standard. Clinical and Vaccine Immunology. 2012; 19(11):1833-6.
Paratyphoid Fever. Emerging Infection. 2010; 50:241-4.
6. Jeannette L. Corneau, thai Hoa Tran, Dorothy L. Moore, Chi-Minh Phi, Caroline Quach. Salmonella enterica Serotype Typhi Infections in A Canadian Pediatric Hospital: A Retrospective Case Series. CAMJ Open. 2013; 10:56-60.
7. John Wain, Salih Hosoglu. The Laboratory Diagnosis of Enteric Fever. 2008; 2(6):421-3.
8. Anonim. WidalTest: Qualitatif Slide Agglutination Method. 2010; 1-2. 9. Worl Health organization Regional
Office for Europe, International Federation of Red Cross Crescent Societies. Infections and Infectious Disease: A Manual for Nurse and Midwives in The WHO European Region. 2001; 77-9.
10.Manuela Raffatelu, R. Paul Wilson, Sebastian E. Winter, Andreas J. Baumler. Clinical Pathogenesis of Typhoid Fever. 2008; 2(4):260-3. 11.Sridhar Rao P. N. WidalTest. 2009;
1-2.
12.Cruickshank R. WidalTest. Medical Microbiology. 2010. 4003-5.
13.Emily Lutterloh, Andrew Likaka, James Sejvar, Robert Manda, Jeremias Niene, Stephan S. Monroe, Tadala Khaila, Benson Chilima, Macpherson Mallewa, Sam D. Kampondeni, Sara A. Lowther, Linda Capewell, Khasmira Date, David Townes, Yanique Redwood, Joshua G. Schier, benjamin Nygren, Beth Tippett Barr, Austin Demby, Abel Phiri, Rudia Lungu, James Kaphiyo, Michael Humphrys, Deborah Talkington, Kevin Joice, Lauren J. Stockman, Gregory L. Armstrong, Eric Mintz. Multidrug-Resistant Typhoid Fever with Neurologic
Findings on Malawi-Mozambique Border. Clinical Infectious Disease. 2012; 54(8):1100-5.
14.Djoko Widodo. Demam Tifoid. In: Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K., Siti Setiati (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p. 2797-805.
15.Sonja J. Olsen, Jim Pruckler, William Bibb, Nguyen Thi My Thanh, Tran My Trinh, Nguyen Thi Minh, Sumathi Sivapalasingam, Amita Gupta, Phan thu Phuong, Nguyen Tran Chinh, Nguyen Vinh Chau, Phung Dac cam, Eric D. Mintz. Evaluation of Rapid Diagnostic Test for typhoid Fever. Journal of Clinical Microbiology. 2004; 42(5):1885-9. 16.Manitoba Public Health Branch.
Communicable Disease Management Protocol: Typhoid and Paratyphoid Fever (Enteric fever). 2012; 1-5. 17.H. H. Yang, C. G. Wu, G. Z. Xie, Q.
W. Gu, B. R. Wang, L. Y. Wang, H. F. Wang, Z. S. Ding, Y. Yang, W. S. Tan, W. Y. Wang, X. C. Wang, M. Qin, J. H. Wang, H. A. Tang, X. M. Jiang, Y. H. Li, M. L. Wang, S. L. Zhang, G. L. Li. Efficacy Trial of Vi Polysaccharide vaccine Against Typhoid Fever in South-Western China. 2001; 79(7):625-9.