• Tidak ada hasil yang ditemukan

356547044 Skripsi Hubungan Jenjang Karir Dengan Motivasi Kerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "356547044 Skripsi Hubungan Jenjang Karir Dengan Motivasi Kerja"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan,

baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan (UU Keperawatan No 38 th 2014).

Perawat merupakan tenaga kesehatan di rumah sakit, serta merupakan unsur

sumber daya pelayanan kesehatan, seperti yang disebutkan dalam

perundang-undangan. Sumber daya keperawatan merupakan faktor penting dalam

pelayanan kesehatan, karena hampir 80% pelayanan kesehatan di rumah sakit

diberikan oleh perawat. Jenjang karir merupakan sistem untuk meningkatkan

kinerja dan profesionalisme sesuai dengan bidang pekerjaan melalui

peningkatan kompetensi (Depkes, 2006).

Beberapa rumah sakit telah menerapkan sistem jenjang karir perawat namun

masih terdapat beberapa kendala atau hambatan antara lain belum optimalnya

dukungan pimpinan, belum adanya kebijakan dan ketentuan jenjang karir

perawat. Bervariasinya penerapan jenjang karir perawat, perawat belum

memahami sistem jenjang karir dengan baik, dan menganggapnya sebagai

formalitas dalam manajemen rumah sakit, padahal dengan adanya jenjang

karir yang baik dapat meningkatkan profesionalisme dan kinerja perawat

sehingga dapat dipromosikan jabatan yang lebih tinggi. Jabatan yang lebih

(2)
(3)

terima, dengan kompensasi yang lebih baik akan berdampak positif pada

motivasi dan kepuasan dalam bekerja, sebab dalam jenjang karir terdapat

beberapa indikator penting yang dapat mempengaruhi motivasi dalam bekerja.

Perawat dapat memiliki motivasi yang tinggi apabila berada dalam tiga

keadaan: pertama, pekerjaan yang akan dilakukan mampu dilaksanakan

dengan baik, kedua, usaha yang dilakukan membuahkan hasil yang

diharapkan, dan ketiga, ada hasil yang menarik untuk dirinya. Motivasi yang

tinggi juga akan menciptakan suatu kepuasan dalam pekerjaannya.

Motivasi kerja perawat yang kurang akan memberikan dampak negatif pada

kualitas pelayanan yang diberikan. Motivasi kerja perawat yang rendah akan

tampak dalam berbagai hal, yaitu : kurang memiliki tanggung jawab pribadi

dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau kegiatan, bekerja tidak sesuai dengan

rencana dan tujuan, bersikap apatis, tidak percaya diri, ragu dalam mengambil

keputusan, dan tidak mempunyai semangat dalam bekerja. Motivasi

merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha

mengadakan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya

(Uno, 2006). Motivasi kerja merupakan tingkat kerelaan anggota tim

organisasi untuk bekerja mencapai suatu tujuan (Sitorus, 2011).

Pekerjaan yang didukung dengan motivasi yang tinggi dapat menghasilkan

suatu pekerjaan yang baik dan mencapai tujuan sesuai yang diinginkan.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi dan rendahnya motivasi

kerja perawat, yaitu faktor internal dan ekternal. Faktor internal meliputi

(4)

sedangkan faktor eksternal, antara lain kondisi lingkungan, kompensasi,

supervisi, karir, status dan tanggung jawab, serta peraturan yang ada di

instansi tempat bekerja.

Beberapa hasil penelitian tentang motivasi kerja perawat di rumah sakit sangat

bervariasi. Penelitian yang dilakukan Reza, dkk pada tahun 2015 di RSUD

Tugurejo Semarang menunjukkan ada huungan antara persepsi jenjang karir

dengan motivasi kerja perawat (p=<0,001), penelitian yang dilakukan oleh

Siregar di RSUD Swadana Tarutung Tapanuli Utara menjelaskan bahwa

motivasi kerja perawat dalam kategori baik, yakni sebesar 71,4%, namun

masih ditemukan sebesar 28,6% motivasi kerja yang kurang, penelitian yang

dilakukan Zenah tahun 2014 di RSUD Inche Abdul Moeis Samarinda

menunjukkan adanya hubungan positif antara pemberian insentif dengan

motivasi kerja perawat dengan tingkat signifikasi sebesar 0,05 (tes dua sisi),

penelitian yang dilakukan Sofia tahun 2013 terdapat hubungan antara jenjang

karir dengan kepuasan kerja perawat (P Value = 0,000, QR=3,027).

Berdasarkan studi pendahuluan yang diadakan di RSU Bali Royal dari sepuluh

perawat yang dilakukan wawancara, delapan orang mengatakan jenjang karir

dan pendidikan sangat penting dan mempengaruhi motivasi dalam bekerja.

Rumah Sakit Umum Bali Royal sudah menerapkan system jenjang karir

perawat sejak tahun 2015 dengan penghargaan yang berbeda sesuai dengan

level kompetensi yang dimiliki, berdasarkan uraian di atas maka peneliti

(5)

terhadap motivasi kerjanya. Maka dari itu, peneliti memandang perlu

dilakukan penelitian ini.

B. Rumusan Masalah

Pelaksanaan sistem jenjang karir dan pendidikan di rumah sakit diharapkan

meningkatkan motivasi kerja perawat. Perawat yang termotivasi dan puas

terhadap pekerjaannya akan memberikan pelayanan yang baik bagi klien dan

juga menimbulkan dedikasi yang tinggi terhadap rumah sakit. Peneliti tertarik

untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kedua variabel tersebut, yaitu

jenjang karir dengan motivasi kerja perawat, sehingga rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana hubungan jenjang karir dengan motivasi kerja

perawat di Rumah Sakit Umum Bali Royal.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan jenjang

karir dengan motivasi kerja perawat di Rumah Sakit Umum Bali Royal.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik jenjang karir perawat di Rumah Sakit

Umum Bali Royal.

b. Mengidentifikasi motivasi kerja perawat di Rumah Sakit Umum Bali

(6)

c. Menganalisa hubungan antara jenjang karir dengan motivasi kerja

perawat di Rumah Sakit Umum Bali Royal.

D. Manfaat Penelitian

1. Institusi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi pimpinan dan

manajemen RSU Bali Royal untuk lebih memperhatikan hal-hal yang

berhubungan dengan jenjang karir perawat, sehingga diharapkan akan

mempengaruhi motivasi dan kepuasan kerja perawat.

2. Perkembangan Ilmu Keperawatan

a. Penelitian ini dapat menjadi bahan kajian yang digunakan dalam

menganalisis faktor-faktor yang berkaitan dengan pengembangan karir

perawat

b. Hasil dari penelitian ini juga dapat digunakan sebagai informasi untuk

pengembangan karir perawat.

3. Penelitian Selanjutnya

a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar dan pembanding

untuk penelitian lanjutan.

b. Sebagai acuan untuk menggunakan jenis penelitian kualitatif, agar

hasilnya lebih bermakna dan mendalam terkait jenjang karir dan

(7)

1. Definisi

Motivasi menurut Stoner dan Freeman (1995) adalah karakteristik

psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen

seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan,

menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah

tekad tertentu (Nursalam, 2011). Motivasi juga dapat diartikan sebagai

kekuatan, baik dalam diri maupun dari luar yang mendorong seseorang

untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya

(Hamzah, 2015)

Motivasi kerja didefinisikan sebagai proses mempengaruhi atau

mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka

mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan (Samsudin, 2005).

2. Teori Motivasi

a. Teori motivasi model MC Clelland

Teori ini menyatakan timbulnya tingkah laku karena dipengaruhi oleh

kebutuhan yang ada dalam diri individu, terdapat tiga kebutuhan pokok

yang mendorong tingkah laku individu: kebutuhan mencapai prestasi

(need for achivement), kebutuhan kekuasaan (need for power), dan

(8)

kebutuhan untuk berafiliasi atau berhubungan dekat dengan orang lain

(need for affiliation) (Sitorus, 2011). b. Teori Keadilan

Teori keadilan didasarkan pada asumsi bahwa faktor utama dalam

motivasi pekerjaan adalah evaluasi individu atau keadilan dari

penghargaan yang diterima. Individu akan termotivasi jika mereka

dapatkan seimbang dengan usaha yang mereka kerjakan.

c. Teori Harapan

Teori ini menyatakan cara memilih dan bertindak dari berbagai

alternatif tingkah laku berdasarkan harapannya. Harapan tersebut

meliputi: harapan hasil prestasi, harapan valensi dan harapan prestasi

usaha.

d. Teori Evaluasi

Kognitif Perkembangan teori evaluasi kognitif yakni indeks diri ( self-concordance) yang mempertimbangkan tingkat sampai mana alasan-alasan seseorang untuk mengejar suatu tujuan konsisten dengan minat

dan nilai-nilai inti mereka.

e. Teori Penguatan

Dalam pandangan teori ini, tingkah laku seseorang terhadap sesuatu

situasi atau peristiwa merupakan penyebab dari konsekuensi tertentu.Teori

penguatan menyangkut ingatan orang mengenai pengalaman rangsangan

(9)

dia memberkan respon kepada rangsangan terhadap pola tingkah laku

yang konsisten sepanjang waktu

3. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Motivasi kerja seseorang di dalam melaksanakan pekerjaannya

dipengaruhi oleh beberapa faktor; yaitu faktor internal yang berasal dari

proses psikologis dalam diri seseorang, dan faktor eksternal yang berasal

dari luar diri (environment factors) (Kadarisman, 2012). Adapun faktor-faktor tersebut sebagai berikut:

a. Faktor internal

1) Kematangan pribadi

Orang yang bersifat egois dan kemanja-manjaan biasanya akan

kurang peka dalam menerima motivasi yang diberikan sehingga

agak sulit untuk dapat bekerjasama dalam membuat motivasi kerja.

Oleh sebab itu kebiasaan yang dibawanya sejak kecil, nilai yang

dianut dan sikap bawaan seseorang sangat mempengaruhi

motivasinya.

2) Tingkat pendidikan

Seorang pegawai yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih

tinggi biasanya akan lebih termotivasi karena sudah mempunyai

wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan karyawan yang

lebih rendah tingkat pendidikannya, demikian juga sebaliknya jika

(10)

maksimal ataupun tidak dihargai sebagaimana layaknya oleh

manajer maka hal ini akan membuat karyawan tersebut mempunyai

motivasi yang rendah di dalam bekerja.

3) Kebutuhan

Kebutuhan biasanya berbanding sejajar dengan motivasi, semakin

besar kebutuhan seseorang untuk dipenuhi, maka semakin besar

pula motivasi yang karyawan tersebut untuk bekerja keras.

4) Kelelahan dan kebosanan

Faktor kelelahan dan kebosanan mempengaruhi gairah dan

semangat kerja yang pada gilirannya juga akan mempengaruhi

motivasi kerjanya.

b. Faktor eksternal

1) Kondisi Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja adalah keseluruhan sarana dan prasarana kerja

yang ada di sekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan

yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan itu sendiri.

Lingkungan pekerjaan meliputi tempat bekerja, fasilitas dan alat

bantu pekerjaan, kebersihan, pencahayaan, ketenangan, termasuk

juga hubungan kerja antara orang-orang yang ada di tempat

tersebut.

2) Kompensasi

Kompensasi yang memadai merupakan alat motivasi yang paling

(11)

karyawan untuk bekerja secara baik. Menurut Mathis dan Jackson

penghargaan nyata yang diterima karyawan karena bekerja adalah

dalam bentuk gaji, insentif, dan tunjangan. Satu hal yang penting

terhadap retensi karyawan adalah kompetitif artinya harus dekat

dengan perusahaan yang lain dan apa yang diyakini oleh karyawan

sesuai dengan kapabilitas, pengalaman dan kinerjanya, apabila

tidak dekat perputaran akan lebih tinggi.

3) Supervisi

Pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang supervisor dalam

memberikan inspirasi, semangat, dan dorongan kepada orang lain

(pegawai) untuk mengambil tindakan-tindakan. Pemberian

dorongan ini dimaksudkan untuk mengingatkan orang-orang atau

pegawai agar mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil

sebagaimana dikehendaki dari orang tersebut. Oleh karena itu

seorang supervisor dituntut pengenalan atau pemahaman akan sifat

dan karateristik bawahannya, suatu kebutuhan yang dilandasi oleh

motivasi dengan penguasaan supervisor terhadap perilaku dan

tindakan yang dibatasi oleh motivasi, maka supervisor dapat

mempengaruhi bawahannya untuk bertindak sesuai dengan

(12)

4) Karir

Karir adalah rangkaian posisi yang berkaitan dengan kerja yang

ditempati seseorang sepanjang hidupnya. Para karyawan mengejar

karir untuk dapat memenuhi kebutuhan individual secara

mendalam. Setiap orang akan bersedia untuk bekerja secara keras

dengan mengorbankan apa yang ada pada dirinya untuk

perusahaan, kalau yang bersangkutan merasa ada jaminan karir

yang jelas dalam melakukan pekerjaan. Hal ini akan dapat

terwujud bila perusahaan dapat memberikan jaminan karir untuk

masa depan, baik berupa promosi jabatan, pangkat, maupun

jaminan pemberian kesempatan dan penempatan untuk dapat

mengembangkan potensi yang ada pada diri karyawan tersebut.

5) Status dan tanggung jawab

Status atau kedudukan dalam jabatan tertentu merupakan dambaan

dan harapan setiap karyawan dalam bekerja. Karyawan bukan hanya

mengharapkan kompensasi semata, tetapi pada suatu saat mereka

berharap akan dapat kesempatan untuk menduduki jabatan yang ada

dalam perusahaan atau instansi di tempatnya bekerja.

Seseorang dengan menduduki jabatan akan merasa dirinya dipercayai,

diberi tanggung jawab dan wewenang yang lebih besar untuk

melakukan kegiatan-kegiatannya. Jadi status dan kedudukan ini

(13)

6) Peraturan

Faktor lain yang diketahui dapat mempengaruhi motivasi adalah

didasarkan pada hubungan yang dimiliki para karyawan dalam

organisasi. Bidang-bidang seperti kelayakan dari kebijakan

manajemen, keadilan dari tindakan disipliner, cara yang digunakan

untuk memutuskan hubungan kerja dan peluang kerja semua akan

mempengaruhi retensi karyawan, apabila karyawan merasakan

bahwa kebijakan itu terlalu kaku atau diterapkan secara tidak

konsisten, mereka akan cenderung untuk mempunyai motivasi

kerja yang rendah. Sistem dan peraturan yang ada pada suatu

perusahaan dapat mempengaruhi motivasi kerja karyawan, suatu

peraturan yang bersifat melindungi (protective) dan diinformasikan secara jelas akan lebih memicu motivasi karyawan di dalam

bekerja.

B. Jenjang Karir 1. Definisi

Jenjang karir merupakan sistem untuk meningkatkan kinerja dan

profesionalisme sesuai dengan bidang pekerjaan melalui peningkatan

kompetensi. Pengembangan sistem jenjang karir profesional bagi perawat

dapat dibedakan antara pekerjaan (job) dan karir (career). Karir diartikan sebagai suatu jenjang yang dipilih oleh individu untuk dapat memenuhi

(14)

(kinerja) sehingga pada akhirnya akan memberikan kontribusi terhadap

bidang profesi yang dipilihnya (Depkes RI, 2006).

2. Prinsip pengembangan jenjang karir

Ada beberapa prinsip dalam pengembangan jenjang karir perawat (Depkes

RI, 2006) yaitu:

a. Kualifikasi

Kualifikasi perawat, dimulai dari lulusan DIII Keperawatan.

Mengingat perawat masih ada yang masih lulusan SPK, maka perlu

dilakukan penanganan khusus dengan memperhatikan penghargaan

terhadap pengalaman kerja, lamanya pengabdian terhadap profesi, uji

kompetensi dan sertifikasi

b. Penjenjangan

Penjenjangan mempunyai makna tingkatan kompetensi untuk

melaksanakan asuhan keperawatan yang akuntabel dan etis sesuai

dengan batas kewenangan praktik dan kompleksitas masalah

pasien/klien.

c. Penerapan asuhan keperawatan

Fungsi utama perawat klinik adalah memberikan asuhan keperawatan

(15)

d. Kesempatan yang sama

Setiap perawat klinik mempunyai kesempatan yang sama untuk

meningkatkan karir sampai jenjang karir professional tertinggi sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

e. Standar profesi

Dalam memberikan asuhan keperawatan mengacu pada standar praktik

keperawatan dan kode etik keperawatan

f. Komitmen pimpinan

Pimpinan sarana kesehatan harus mempunyai komitmen yang tinggi

terhadap pengembangan karir perawat, sehingga dapat dijamin

kepuasan pasien/klien serta kepuasan perawat dalam pelayanan

keperawatan.

g. Penjenjangan karir profesional perawat

Penjenjangan karir perawat dibagi menjadi empat yaitu:

1) Perawat klinik (PK) yaitu perawat yang memberikan asuhan

keperawatan langsung kepada pasien/klien sebagai individu,

keluarga, kelompok, dan masyarakat.

2) Perawat manajer PM) yaitu perawat yang mengelola pelayanan

keperawatan di sarana kesehatan, baik sebagai pengelola tingkat

bawah (front line manager) tingkat tengah (middle management) maupun tingkat atas (top manager)

3) Perawat pendidik (PP) yaitu perawat yang memberikan pendidikan

(16)

PK V PM V PP V PR V

PK IV PM IV PP IV PR IV

PK III PM III PP III PR III

PK II PM II PP II PR II

PK I PM I PP I PR I

Perawat Klinik Perawat Manajer Perawat Pendidik Perawat Penelit 4) Perawat peneliti/riset (PR) yaitu perawat yang bekerja di bidang

penelitian keperawatan/kesehatan.

(17)

3. Jenjang karir professional perawat klinik

Untuk peningkatan ke jenjang karir yang lebih tinggi perawat klinik harus

memenuhi persyaratan tingkat pendidikan, pengalaman kerja klinik

keperawatan sesuai area kekhususan serta persyaratan kompetensi yang

telah ditentukan (Depkes RI, 2006).

Jenjang karir professional perawat klinik terdiri dari :

a. Perawat klinik I (PKI)

Perawat klinik I (novice) adalah perawat lulusan D-III telah memiliki pengalaman kerja 2 tahun atau perawat lulusan S-1 Keperawatan/Ners

dengan pengalaman kerja 0 tahun, dan mempunyai sertifikat PK-I

b. Perawat klinik II (PKII)

Perawat klinik II (advance beginner) adalah perawat lulusan DIII Keperawatan dengan pengalaman kerja 5 tahun atau S1

Keperawatan /Ners dengan pengalaman kerja 3 tahun dan mempunyai

sertifikat PK-II

c. Perawat klinik III (PKIII)

Perawat klinik III (Competent) adalah perawat lulusan DIII keperawatan dengan pengalaman kerja 6 tahun atau S2 Keperawatan

(specialist1) dengan pengalaman kerja 0 tahun, dan memiliki sertifikat PK-III Bagi lulusan DIII Keperawatan yang tidak melanjutkan ke

jenjang S-1 keperawatan tidak dapat melanjutkan ke jenjang PK-IV,

(18)

d. Perawat klinik IV (PKIV)

Perawat klinik IV (proficient) adalah perawat lulusan S1 Keperawatan/Ners dengan pengalaman kerja 9 tahun atau S2

Keperawatan (Spesialist 1) dengan pengalaman kerja 2 tahun dan memiliki sertifikat PK-IV, atau S.3 Keperawatan (specialist 2) dengan pengalaman kerja 0 tahun

e. Perawat klinik V (PKV)

Perawat klinik V (Expert) adalah perawat S.2 Keperawatan (spesialis 1 Kep Ners spesialis) dengan pengalaman kerja 4 tahun atau S-3

Keperawatan (spesialis Kep/Ners Spesialis konsultan) dengan

pengalaman kerja 1 tahun, dan memiliki sertifikat PK-V

4. Manfaat penerapan jenjang karir

a. Pengembangan karir

Pengembangan karir adalah perencanaan dan implementasi rencana

karir dan dapat dipandang sebagai proses hidup kritis yang melibatkan

individu dan pegawai. Sistem jenjang karir menuntut manajemen suatu

organisasi untuk menciptakan jalur karir termasuk cara yang dapat

ditempuh oleh pegawainya agar mencapai karir tersebut. Penciptaan

tangga karir dan program melanjutkan pendidikan oleh organiasi juga

dapat mengarah pada pemberdayaan perawat. Komitmen manajemen

(19)

kerangka kerja untuk mengembangkan pengetahuan klinik melalui

praktek keperawatan di rumah sakit (Marquis & Huston, 2010)

b. Pengakuan

Sistem jenjang karir klinik dapat meningkatkan pengakuan dari profesi

lain terhadap peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan

kepada klien. Bentuk pengakuan yang tampak adalah memberi

kesempatan kepada karyawan untuk berpartisipasi dalam proses

pengambilan keputusan, peningkatan kewenangan dan otonomi

mengenai kehidupan kerja mereka. Pengakuan dan iklim kerja yang

baik antara perawat dengan profesi lain seperti dokter, dapat

menurunkan stres kerja dan meningkatkan kepuasan kerja perawat

(Robins,2006).

c. Penghargaan

Organisasi dalam hal ini dituntut untuk tidak hanya memberikan

pekerjaan kepada pekerja untuk hidup mereka, tetapi organisasi atau

perusahaan dapat menawarkan ketrampilan yang berguna dan

memungkinkan karyawan bertahan dalam kondisi yang kacau.

Pengembangan karir yang paling mendasar adalah program

perencanaan financial yang kemungkinan akan sangat menguntungkan

karyawan. Sistem jenjang karir klinik memungkinkan adanya

penghargaan dalam bentuk kenaikan jenjang dan peningkatan

penghasilan sebagai dampak dari terpenuhinya kompetensi yang

(20)

d. Pekerjaan yang menantang

Program karir yang kontinyu dan menantang bagi pegawai mencakup

dukungan untuk mencapai tingkat yang lebih maju dan sertifikasi serta

ketrampilan spesialis dan pemindahan pekerjaan.

Sistem jenjang karir klinik dengan peningkatan kompleksitas

kompetensi mengandung konskuensi dan tanggung jawab yang

semakin besar pada tiap levelnya. Kondisi ini dapat dijadikan sebagai

tantangan bagi perawat untuk terus berkembang dan mengurangi

kebosanan dalam pekerjaannya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

Robins, bahwa pekerjaan yang sedikit tantangan akan menimbulkan

kebosanan (Marquis & Huston, 2010)

e. Promosi

Promosi adalah penugasan ulang ke posisi yang lebih tinggi, sehingga

biasanya diikuti dengan kenaikan gaji.Promosi berkaitan erat dengan

peningkatan status, perubahan titel, kewenangan yang lebih banyak dan

tanggung jawab yang lebih besar. Peneliti berpendapat bahwa promosi

menjadi hal penting yang diharapakan oleh sebagian besar atau bahkan

seluruh karyawan.Sehingga sistem jenjang karir dapat menjadi alat yang

digunakan sebagai panduan dalam menentukan kebijakan promosi

(21)

C. Kerangka Teori

Kerangka teori dari penelitian ini merupakan gabungan dari beberapa pustaka

tentang jenjang karir dan motivasi kerja perawat.

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Teori Motivasi Kerja

(22)

Kerangka konsep penelitian menggambarkan hubungan variabel bebas

dengan variabel terikat, serta variabel perancu yang merupakan

pengganggu hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Kerangka

konsep penelitian ini memuat variabel bebas yaitu jenjang karir perawat,

variabel terikat adalah motivasi kerja, sedangkan variabel perancu adalah

karakterisitik perawat. Kerangka konsep penelitian ini dapat dijelaskan

dalam skema 2.0 berikut ini:

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan jenjang karir dengan motivasi kerja perawat.

B. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

Terdapat hubungan tentang jenjang karir dengan motivasi kerja perawat di Rumah Sakit Umum Bali Royal.

21

(23)

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati

(diukur), merupakan kunci definisi operasional (Nursalam,2013)

Tabel 3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala Jenjang

(24)

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan cross sectional untuk melihat hubungan antara jenjang karir dengan motivasi kerja perawat di Rumah Sakit Umum Bali Royal. Rancangan penelitian

deskriptif korelasi merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan

dengan cara mencari hubungan antar variabel. Pendekatan cross sectional

digunakan, karena pengukuran jenjang karir (variabel bebas) dan motivasi

keja perawat (variabel terikat) dilakukan pada satu waktu (Nursalam,

2013).

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek

yang diteliti (Aziz, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah semua

perawat di RSU Bali Royal yang berjumlah 158 orang.

(25)

2. Sampel Penelitian

3. Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi

untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2011). Sampel dalam

penelitian ini adalah sebagian perawat di Rumah Sakit Umum Bali

Royal. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik

non probability sampling yaitu dengan cara purposive sampling

dimana tehnik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara

populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (Notoatmodjo,

(26)

33. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian

dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti

(Nursalam, 2011) adalah:

1) Seluruh perawat yang sudah melewati masa evaluasi dan

kontrak pertama.

2) Perawat selain yang bekerja di back office dan tidak mengikuti jenjang karir perawat.

3) Perawat yang sudah bekerja lebih dari satu tahun 4) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi

34. Kriteria ekslusi adalah menghilangkan/ mengeluarkan

subjek yang memenuhi kriteria inklusi karena sebab tertentu

(Nursalam, 2011) adalah :

1) Perawat yang cuti saat penelitian dilakukan 35.

C. Tempat Penelitian

36. Penelitian ini bertempat di Rumah Sakit Umum Bali Royal Denpasar

Bali, beralamat di Jalan Tantular No.6 Renon Denpasar. 37.

40. Penelitian ini menerapkan prinsip-prinsip etik dalam melakukannya.

Secara umum, prinsip etika dalam penelitian dapat dibedakan menjadi

3 bagian (Nursalam, 2013) yaitu :

1. Prinsip Manfaat

a. Bebas dari penderitaan

41. Peneliti memberikan kenyamanan kepada responden untuk mengisi kuesioner dengan memberikan sarana pulpen dan

penyusunan kuesioner menjadi satu bagian yang dimasukkan ke

(27)

untuk mengisi pada waktu jam tidak sibuk di ruangan dan

memberikan kenyamanan tempat dengan mempersilahkan

responden mengisi kuesioner di ruangan yang nyaman. b. Bebas dari eksploitasi

42. Peneliti memberikan keyakinan bahwa partisifasinya dalam

penelitian, informasi dan data yang diberikan memberikan manfaat

untuk kemajuan perawat dan tidak akan dipergunakan dalam hal –

hal yang dapat merugikan responden. 43.

44.

c. Risiko (benefits ratio)

45. Prinsip etik Risiko (benefits ratio) yaitu memberikan manfaat semaksimal mungkin dan risiko seminimal mungkin.

Peneliti tidak melakukan hal yang berbahaya bagi responden,

risiko penelitian harus wajar dibandingkan dengan manfaat yang

diharapkan, peneliti juga mampu menjamin kesejahteraan

responden saat melakukan penelitian serta tidak merugikan orang

lain (non-maleficience). Prinsip non-maleficience mengandung arti apabila tidak memberikan manfaat, maka jangan merugikan orang

lain. 46.

2. Prinsip menghargai Hak asasi manusia (respect human dignity)

a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination)

47. Setelah memberikan penjelasan kepada responden peneliti

memberikan kebebasan kepada responden untuk memilih dan

mementukan sendiri untuk ikut atau tidak berpartisipasi dalam

(28)

responden menyatakan tidak ikut menjadi responden dalam

(right to full disclosure)

51. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden secara

rinci tentang penelitian yang dilakukan dan bertanggung jawab jika

data yang diberikan hanya untuk kepentingan penelitian dan tidak

akan mempengaruhi karir responden

c. Informed consent

52. Responden harus mendapatkan informasi tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

menolak atau berpartisipasi menjadi responden dengan

menandatangani informed consent. 53.

3. Prinsip keadilan (right to justice)

a. Hak mendapatkan perlakuan yang adil

54. Prinsip etik keadilan yaitu memberikan perlakuan yang

sama, benar, dan pantas pada semua responden dan memberikan

distribusi seimbang antara beban dan keikutsertaan responden

dalam penelitian.

b. Hak untuk dijaga kerahasiannya (right to justice)

55. Prinsip etik untuk dijaga kerahasiaannya yaitu menjaga

kerahasian responden beserta jawabannya (confidential). Hal ini ini berarti jawaban responden hanya digunakan untuk penelitian, tidak

disalah gunakan, dan tidak mempengaruhi jabatan pekerjaan

responden.

56.

(29)

1. Instrumen Penelitian

57. Instrument (alat ukur) yang digunakan untuk mengumpulkan data

dalam penelitian berupa kuesioner yang akan dibagikan kepada seluruh

sampel yang berisikan 12 pertanyaan, masing-masing pertanyaan berisi

jawaban dengan gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang

berupa kata-kata sangat setuju sampai sangat tidak setuju, dan masing

masing pertanyaan diberi skor penilaian. Berdasarkan skala likert

adapun skor jawabannya adalah sebagai berikut: 1. Jawaban sangat setuju (SS) diberi skor = 5 2. Jawaban setuju (S) diberi skor = 4

3. Jawaban ragu-ragu (RG) diberi skor = 3 4. Jawaban tidak setuju (TS) diberi skor = 2

5. Jawaban sangat tidak setuju (STS) diberi skor = 1

58. Data tersebut akan di analisa dengan menghitung skor setiap

jawaban dari responden, jika semua menjawab sangat setuju akan

didapatkan skor ideal (kriterium) untuk seluruh item =5x17=85 dan

skor terkecil adalah 1x17=17 (Sugiyono, 2007).

59. Berdasarkan skor tersebut akan dibuat data ordinal, jika skor lebih

atau sama dengan 51 dikategorikan motivasi kerjanya baik, namun jika

kurang dari atau sama dengan 50 dikategorikan motivasi kerjanya

96. Gambar 4.2 Interval skor nilai motivasi kerja (Sugiyono, 2007) 97.

(30)

98. Suatu instrumen dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian jika

sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya. Validitas adalah

ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrumen pengukur mampu

mengukur apa yang ingin diukur ( Handoko, 2012). Reliabilitas adalah

kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan

hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan

(Nursalam, 2013). Menurut Djemari (2003) kuisioner atau angket

dikatakan reliabel jika memiliki nilai alfha ≥ 0.7 (Handoko, 2012). 99. Peneliti pada penelitian ini tidak melakukan uji validitas dan

reliabilitas karena menggunakan instrumen dari penelitian yang

dilakukan Burhanudin pada tahun 2012 di Bank Mandiri Makasar

dengan sampel penelitian sebanyak 50 orang, dimana hasil uji validitas

untuk instrumen motivasi kerja nilai cronbach’s Alpha = 0,906.

100. 101. 102. 103.

G. Prosedur Pengumpulan data

104. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan

data adalah sebagai berikut: 1. Prosedur Administrasi

a. Peneliti mengajukan etical clearance di STIKes Bina Usada Bali. b. Peneliti mengajukan ijin untuk melakukan penelitian kepada

Direktur Rumah Sakit Umum Bali Royal Denpasar.

c. Peneliti mendapatkan ijin penelitian dari Direktur Rumah Sakit

Umum Bali Royal Denpasar.

d. Dilakukan pemilihan data kolektor dari perawat di Rumah Sakit

Umum Bali Royal Denpasar.

e. Data kolektor yang telah diperoleh dari Rumah Sakit Umum Bali

(31)

2. Prosedur Teknis

a. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan penelitian

serta hak responden.

b. Peneliti meminta kesediaan perawat untuk menjadi responden

penelitian dan diminta untuk menandatangani informed consent.

c. Lembar instrumen / kuisioner yang telah terisi dimasukkan

kedalam amplop dikumpulkan dalam satu maf diambil setiap hari

oleh peneliti. 105.

106.

H. Pengolahan Data

107. Pengolahan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlakukan dalam

suatu penelitian (Nursalam, 2013). Pengolahan data dilakukan peneliti

dengan menggunakan komputer melalui beberapa tahapan sebagai

berikut 1. Editing

108. Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data. Pada penelitian ini tentang

hubungan jenjang karir terhadap motivasi kerja perawat. 2. Coding

109. Coding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para reponden kedalam katagori, biasanya klasifikasi dilakukan dengan

memberi kode pada masing-masing jawaban. 3. Sorting

110. Sorting adalah mensortir dengan memilih atau mengelompokkan data menurut jenis yang dikehendaki.

4. Entry

111. Entry adalah memasukan data dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data. Memasukkan data boleh dengan cara

(32)

program Statistical Programe for Sosial Science (SPSS). Program SPSS yang akan peneliti gunakan adalah program SPSS 17.0. data

yang dimasukkan dalam program SPSS merupakan data motivasi kerja

perawat di masing masing jenjang karir. 5. Cleaning

112. Cleaning adalah membersihkan data atau mencocokan data dengan melihat variabel, apakah sudah benar atau belum (Setiadi,

2007). Pembersihan data dilakukan setelah seluruh data dimasukkan ke

dalam SPSS.

6. Mengeluarkan informasi

113. Mengeluarkan informasi disesuaikan dengan tujuan

penelitian yang dilakukan

disajikan dalam bentuk tabulasi, minimum, maksimum dengan cara

memasukkan seluruh data kemudian diolah secara statistik deskriptif

untuk melaporkan hasil dalam bentuk distribusi dari masing-masing

variabel (Notoatmodjo, 2012).

116. Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti.

Karakteristik responden yang diteliti yaitu berdasarkan jenis kelamin,

umur, dan lama bekerja. Analisa univariat digunakan untuk melihat

frekuensi dan persentase dari varianel dependen yaitu motivasi kerja

(33)

6 ∑ bi 2 P = 1 - n ( n2 -1 )

117.

2. Analisa Bivariat

118. Analisa data bivariat adalah analisa yang dilakukan lebih

dari dua variabel (Notoatmodjo, 2012). Analisa bivariat digunakan

untuk melihat hubungan antara variabel dependen (motivasi kerja)

dengan variabel indevenden (jenjang karir). Untuk melihat hubungan

ini digunakan analisa korelasi Rang Spearman Test, dengan tingkat kemaknaan Ho diterima bila harga p hitung lebih kecil dari p tabel. Apabila Rank Spearman Test dihitung dengan manual atau kalkulator, maka digunakan rumus di bawah ini:

119. 120. 121. 122.

123. Keterangan :

124. p = Koefisien korelasi Spearman Rank

125. n = jumlah sampel

126. b = jumlah kuadran rangking variabel X x Y 127.

128. Sedangkan untuk mengetahui kuatnya perbedaan antara

variabel dikonsultasikan dengan Contingency Coefficient sementara untuk mengetahui pola dan kuatnya hubungan antara variabel

dikonsultasikan dengan uji Spearman Correlation (untuk variabel data ordinal) nilai Contingency Coefficient, dan Spearman Correlation

(34)

132. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Bali Royal yang merupakan Rumah Sakit Umum Swasta di bawah naungan PT Putra

Husada Jaya yang didirikan pertengahan tahun 2009 dan secara resmi

dibuka tanggal 17 juli 2010 oleh Bapak Gubernur Bali Made Mangku

Pastika. Rumah Sakit Umum Bali Royal berlokasi di kawasan strategis

yaitu civic center Renon tepatnya di Jalan Tantular no 6 Denpasar, yang akan memberikan kemudahan akses bagi pengunjung Rumah

Sakit Umum Bali Royal dengan batas wilayah yang meliputi sebelah

utara Kantor Pajak, timur kantor samsat, selatan Bank Sinarmas dan

sebelah barat adalah Dinas Perhubungan. Rumah Sakit Umum Bali

Royal memiliki Motto We Care.... dengan Visi “Menjadi pusat pelayanan kesehatan yang unggul (center of excelent) dengan mengutamakan kepuasan dan keselamatan pasien” dan misi sebagai

berikut :

1. Memberikan pelayanan kesehatan terpercaya melalui kerjasama tim

yang berkualitas dan optimal, bertangung jawab, berempati, rasional

dan terintegrasi untuk kepuasan dan keselamatan pasien

2. Memberikan pelayanan kesehatan yang terkini melalui pendekatan

ilmiah (scientific approach)

(35)

3. Membangun kerjasama dalam bidang Ilmu Pengetahuan Teknologi

Kedokteran (IPTEDOK) yang tepat guna dan bidang lainnya baik

secara vertikal maupun horizontal secara berkesinambungan.

4. Mengembangkan pusat unggulan untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat.

5. Mengembangkan dan menyediakan SDM dan pengguatan

infrastruktur financial untuk menunjang pelayanan yang unggul.

133. Rumah Sakit Umum Bali Royal hadir dengan berbagai macam

pilihan fasilitas dan layanan kesehatan baik untuk layanan rawat jalan,

medical check up, maupun rawat inap. Rumah Sakit Umum Bali Royal memiliki 66 kamar dengan total 120 tempat tidur yang dibagi ke dalam 9

tipe kamar rawat inap dan ruangan intensif (HCU&ICU, NICU, PICU).

Dilengkapi pula dengan sarana penunjang diagnostik yang modern seperti

CT Scan multi slices, USG 4 dimensi, Laboratorium, Radiologi, dan

dibuka beberapa unit layanan unggulan yaitu IVF (In Vitro Fertilisasi),

minimal invasive surgery dan Cosmetic Surgery, diharapkan akan menjadikan Rumah Sakit pusat rujukan untuk daerah Bali dan Indonesia

bagian timur. Didukung tenaga SDM yang berkualitas dan professional

memastikan Rumah Sakit Umum Bali Royal dapat memberikan pelayanan

kesehatan yang paripurna bagi masyarakat.

134. 135. 136.

B. Karakteristik Subjek Penelitian

137. Sampel penelitian ini adalah perawat di rumah sakit BROS yang

(36)

responden sebanyak 61 orang. Adapun karakteristik responden yang

telah di teliti dan didistribusikan ke dalam tabel distribusi adalah

sebagai berikut.

138.

1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

139. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat

dilihat pada tabel 5.1 140.

141. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Rumah Sakit Umum Bali Royal Denpasar

142.

143. Jenis Kelamin 144. Frekuensi (n) 145. Prosentase (%)

146. Laki-laki 147. 15 148. 24,6

149. Perempuan 150. 46 151. 75,4

152. Total 153. 61 154. 100

155.

156. Berdasarkan tabel 5.1 di atas dapat diketahui dari 61

responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini, didapat lebih

banyak perempuan yaitu sebanyak 75,4% responden perempuan dan

24,6% laki-laki.

2. Karakteristik responden berdasarkan umur

163. Distribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada

tabel 5.2

164.

(37)

166.

167. Umur 168. Frekuensi (n) 169. Prosentase (%)

170. 17-25 171. 19 172. 31

sebanyak 31%, rentang umur 26-35 sebanyak 61% dan rentang umur

36-45 sebanyak 58%.

3. Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja

184. Distribusi responden berdasarkan lama bekerja dapat dilihat

pada tabel 5.3

185. Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Bekerja Di Rumah Sakit Umum Bali Royal Denpasar

186.

187. Lama bekerja

188. Frekuensi (n) 189. Prosentase (%)

190. 1-2 th 191. 19 192. 31,3

193. 3-4 th 194. 17 195. 27,9

196. 5-6 th 197. 15 198. 24,6

199. 7-8 th 200. 10 201. 16,4

202. Total 203. 61 204. 100,0

Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat diketahui responden yang telah

bekerja selama 1-2 tahun sebanyak 31,3%, 3- 4 tahun sebanyak

27,9%, 5-6 tahun sebanyak 24,6% dan selama 7- 8 tahun sebanyak

16,4%.

205. 206.

C. Analisis Univariat

1. Distribusi Jenjang Karir

(38)

209. Jenjang karir 210. Frekuensi (n) 211. Persentase (%)

sebanyak 41% dan PK 4 sebanyak 1,6%. 234.

2. Distribusi Motivasi Kerja

235. Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja

236. Motivasi kerja 237. Frekuensi (n) 238. Persentase (%)

239. Baik 240. 34 241. 55,7

242. Buruk 243. 27 244. 44,3

245. Total 246. 61 247. 100

248.

249. Berdasarkan tabel 5.6 di atas dapat diketahui responden

yang memiliki motivasi baik sebanyak 55,7%, dan motivasi buruk

sebanyak 44,3%. 250.

D. Analisis Bivariat

251. Telah dikemukakan pada bab pertama pada tujuan

sebelumnya, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan antara

jenjang karir dengan motivasi kerja perawat di Rumah Sakit Umum Bali

Royal. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji statistik korelasi

Rank Spearman Test ditunjukkan sebagai berikut. 252.

253. Tabel 5.7 Hubungan Antara Jenjang Karir Dengan Motivasi Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Bali Royal.

254.

(39)

ng Karir asi Kerja 258. Spearm

an’s rho 259.ng KarirJenja 260.CoefficientCorrelation 261. Sig. (2-tailed) berarti pada alpha 5%, H1 diterima atau Ho ditolak yang berarti ada

hubungan yang signifikan antara jenjang karir dengan motivasi kerja

(40)

1. Jenjang karir merupakan sistem untuk meningkatkan kinerja dan

profesionalisme sesuai dengan bidang pekerjaan melalui peningkatan

kompetensi (Depkes RI, 2006). Beberapa rumah sakit telah

menerapkan sistem jenjang karir perawat namun masih terdapat

beberapa kendala atau hambatan antara lain belum optimalnya

dukungan pimpinan, belum adanya kebijakan dan ketentuan jenjang

karir perawat. Bervariasinya penerapan jenjang karir perawat, perawat

belum memahami sistem jenjang karir dengan baik, dan

menganggapnya sebagai formalitas dalam manajemen rumah sakit,

padahal dengan adanya jenjang karir yang baik dapat meningkatkan

profesionalisme dan kinerja perawat sehingga dapat dipromosikan

jabatan yang lebih tinggi. Jabatan yang lebih tinggi tentunya akan

berpengaruh pada kompensasi atau penghasilan yang mereka terima,

dengan kompensasi yang lebih baik akan berdampak positif pada

motivasi dan kepuasan dalam bekerja, sebab dalam jenjang karir

terdapat beberapa indikator penting yang dapat mempengaruhi

motivasi dalam bekerja. Di Rumah Sakit Umum Bali Royal sudah

menerapkan jenjang karir perawat sesuai level kompetensi, level

kompetensi di Rumah Sakit Umum Bali Royal mulai dari PK 1 sampai

dengan PK 4. Hasil penelitian ini berdasarkan

(41)

2. distribusi jenjang karir didapatkan PK 0 sebanyak 18%, PK 1 sebanyak

31,1%, PK 2 sebanyak 41%, PK 3 sebanyak 41%, PK 4 sebanyak

1,6%.

3. Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang

untuk berusaha mengadakan tingkah laku yang lebih baik dalam

memenuhi kebutuhannya (Uno, 2006). Motivasi kerja merupakan

tingkat kerelaan anggota tim organisasi untuk bekerja mencapai suatu

tujuan (Sitorus, 2011).

285. Perawat dapat memiliki motivasi yang tinggi apabila berada

dalam tiga keadaan: pertama, pekerjaan yang akan dilakukan mampu

dilaksanakan dengan baik, kedua, usaha yang dilakukan membuahkan

hasil yang diharapkan, dan ketiga, ada hasil yang menarik untuk

dirinya. Motivasi yang tinggi juga akan menciptakan suatu kepuasan

dalam pekerjaannya. Motivasi kerja perawat yang kurang akan

memberikan dampak negatif pada kualitas pelayanan yang diberikan.

Motivasi kerja perawat yang rendah akan tampak dalam berbagai hal,

yaitu : kurang memiliki tanggung jawab pribadi dalam mengerjakan

suatu pekerjaan atau kegiatan, bekerja tidak sesuai dengan rencana dan

tujuan, bersikap apatis, tidak percaya diri, ragu dalam mengambil

keputusan, dan tidak mempunyai semangat dalam bekerja. Pekerjaan

yang didukung dengan motivasi yang tinggi dapat menghasilkan suatu

pekerjaan yang baik dan mencapai tujuan sesuai yang diinginkan.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi dan rendahnya

(42)

internal meliputi kematangan pribadi, tingkat pendidikan, kebutuhan,

kelelahan, dan kebosanan; sedangkan faktor eksternal, antara lain

kondisi lingkungan, kompensasi, supervisi, karir, status dan tanggung

jawab, serta peraturan yang ada di instansi tempat bekerja. Motivasi

kerja perawat di rumah sakit Umum Bali Royal menunjukan sebagian

besar memiliki motivasi baik yaitu sebanyak 55,7% namun ada

sebagian dengan motivasi buruk yaitu sebanyak 44,3%, ini merupakan

tantangan bagi para pimpinan pengambil kebijakan untuk

meningkatkan motivasi kerja karyawan khususnya perawat sehingga

kinerjanya meningkat.

4. Hubungan jenjang karir dengan motivasi kerja

286. Jenjang karir yang baik dapat meningkatkan

profesionalisme dan kinerja perawat sehingga dapat dipromosikan

jabatan yang lebih tinggi. Jabatan yang lebih tinggi tentunya akan

berpengaruh pada kompensasi atau penghasilan yang mereka terima,

dengan kompensasi yang lebih baik akan berdampak positif pada

motivasi dan kepuasan dalam bekerja, sebab dalam jenjang karir

terdapat beberapa indikator penting yang dapat mempengaruhi

motivasi dalam bekerja. Perawat dapat memiliki motivasi yang tinggi

apabila berada dalam tiga keadaan: pertama, pekerjaan yang akan

dilakukan mampu dilaksanakan dengan baik, kedua, usaha yang

dilakukan membuahkan hasil yang diharapkan, dan ketiga, ada hasil

yang menarik untuk dirinya. Motivasi yang tinggi juga akan

(43)

perawat yang kurang akan memberikan dampak negatif pada kualitas

pelayanan yang diberikan. Motivasi kerja perawat yang rendah akan

tampak dalam berbagai hal, yaitu : kurang memiliki tanggung jawab

pribadi dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau kegiatan, bekerja

tidak sesuai dengan rencana dan tujuan, bersikap apatis, tidak percaya

diri, ragu dalam mengambil keputusan, dan tidak mempunyai

semangat dalam bekerja. Motivasi merupakan dorongan yang terdapat

dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan tingkah laku yang

lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya (Uno, 2006). Motivasi kerja

merupakan tingkat kerelaan anggota tim organisasi untuk bekerja

mencapai suatu tujuan (Sitorus, 2011).

287. Rumah Sakit Umum Bali Royal sudah mulai menetapkan

sistem penjenjangan karir terutama perawat sejak tahun 2014,

berdasarkan data di atas peneliti melakukan penelitian mengenai

hubungan jenjang karir dengan motivasi kerja perawat di Rumah Sakit

Umum Bali Royal pada bulan Januari – Februari 2017 yang dilakukan

terhadap 61 responden, pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah menggunakan tehnik non probability sampling

yaitu dengan cara purposive sampling dimana tehnik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang

dikehendaki peneliti (Notoatmodjo, 2012).

(44)

dapat dilihat dari nilai korelasi Rank Spearman sebesar 0,745 dan nilai p = 0,00, berarti pada alpha 5%, H1 diterima atau Ho ditolak

(Sugiyono, 2007).

289.

B. Keterbatasan Penelitian

290. Keterbatasan dalam melakukan penelitian ini adalah kekawatiran

responden dalam menjawab koesioner karena takut jawaban yang

diberikan mempengaruhi penilaian kinerjanya sehingga peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan dalam penelitiannya untuk kemajuan

perawat dan organisasi tempat dilakukan penelitian serta identitas

responden sangat dirahasiakan oleh peneliti sesuai syarat dalam

penelitian

291.

C. Implikasi Penelitian

1. Pelayanan Keperawatan

292. Penelitian ini dapat memberikan implikasi dalam

meningkatkan motivasi kerja perawat dalam menjalankan tugas dan

tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan kesehatan, dapat

dijadikan referensi tambahan dalam mengembangkan jenjang karir

perawat di rumah sakit, dengan penelitian ini diharapkan

masing-masing rumah sakit menyusun pola penjejangan karir pegawai dengan

baik sehingga dapat motivasi kerja perawat baik, motivasi kerja yang

baik akan memberikan dampak mampu memberikan pelayanan yang

berkualitas dan sesuai harapan pelanggan dan dapat meningkatkan

kepuasan pelanggan. Pelanggan yang puas dapat memberikan

kepuasan tersendiri oleh perawat yang memberikan pelayanan

(45)

berupa pendapatan yang meningkat sesuai dengan jenjang karir yang

dimiliki.

2. Pendidikan Keperawatan

293. Sebagai sarana untuk menambah literature keperawatan

khususnya dalam bidang manajemen keperawatan sehingga bisa

dijadikan referensi dalam pengembangan jenjang karir perawat. 3. Penelitian Keperawatan

294. Bagi peneliti keperawatan, dimana sangatlah penting untuk

selalu melakukan pembaharuan tentang berbagai macam penelitian

untuk mengembangkan teori-teori dengan fenomena yang sering

terjadi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara

jenjang karir dengan motivasi kerja perawat di Rumah Sakit Umum

Bali Royal, dimana hal tersebut dapat memberikan gambaran pada

peneliti selanjutnya yaitu sebagai acuan data awal untuk melakukan

(46)

298. Berdasarkan penelitian mengenai hubungan jenjang karir terhadap

motivasi kerja perawat di Rumah Sakit Umum Bali Royal dapat ditarik

kesimpulan :

1. Perawat yang memiliki motivasi baik sebanyak 34 orang (55,7%),

sedangkan perawat dengan motivasi buruk sebanyak 27 orang (44,3%). 2. Jenjang karir perawat berdasarkan level kompetensi diketahui Perawat

dengan PK 0 sebanyak 11 responden (18%), PK1 sebanyak 19 orang

(31,1%), PK2 sebanyak 25 responden (41%), PK3 sebanyak 25 orang

(41%) dan PK 4 sebanyak 1 orang (1,6%).

3. Nilai korelasi rank Spearman sebesar 0,745 dan nilai p = 0,00, berarti

pada alpha 5%, H1 diterima atau Ho ditolak yang berarti ada hubungan

yang signifikan antara jenjang karir dengan motivasi kerja perawat Di

Rumah Sakit Umum Bali Royal. 299.

B. Saran

300. Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut

1. Bagi Institusi Pendidikan

301. Institusi pendidikan hendaknya memberikan pemahaman

dan penjelasan khusus kepada mahasiswa sehingga saat terjun ke dunia

(47)

302. kerja sudah paham jejang karir yang ada dan bagaimana

mencapai karir yang baik dengan bekerja yang optimal. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya

303. Peneliti selanjutnya hendaknya melakukan penelitian

lanjutan dengan memperhatikan variabel lainnya atau variabel yang

lebih banyak yang mempengaruhi motivasi kerja perawat sehingga

dapat melihat pengaruh masing-masing variabel motivasi kerja

tersebut

3. Bagi Tempat Penelitian

304. Pengembangan karir merupakan upaya pribadi seorang

karyawan untuk mencapai suatu rencana karir. Setelah penulis

melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Bali Royal dimana

seluruh karyawan menilai baik terhadap pengembangan karir yang ada

di RSU Bali Royal. Disarankan perusahaan dapat mempertahankan

apa-apa yang sudah dicapai sesuai dengan visi, dan misi yang telah

ditetapkan perusahaan. Perusahaan disarankan untuk memotivasi

karyawannya agar dapat memberikan loyalitas dan dedikakasinya

kepada perusahaan. Perusahaan dapat melakukannya dengan cara

memenuhi kebutuhan dasar karyawan, mengajak karyawan untuk ikut

mengajukan ide dalam proses pengambilan keputusan serta

memberikan penghargaan kepada pegawai atas prestasi kerjanya

sehingga akan mendorong karyawan untuk memberikan kontribusi

yang baik kepada perusahaan, sehingga visi dan misi perusahaan dapat

tercapai.tersebut dapat tercapai. Hal ini akan sesuai dengan tujuan

(48)

pegawai dan mempertinggi rasa tanggung jawab pegawai terhadap

tugas-tugasnya.

305.

306.

307.

308.

Gambar

Gambar 2.1 Penjenjangan karir perawat (Depkes, 2013)
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Teori Motivasi Kerja
Tabel 3.2 Definisi Operasional
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara motivasi kerja perawat dengan kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Umum Marga Husada Wonogiri.

Jenis Penelitian ini adalah jenis penelitian analitik kuantitatif dengan rancangan cross sectional, dimana peneliti ingin melihat Hubungan Umur dan Paritas dengan

Penelitian ini merupakan studi analitik cross sectional, yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan tipe histopatologi karsinoma

Bagi Institusi RS Mardi Rahayu Kudus, diharapkan untuk melakukan evaluasi tentang program jenjang karir karena dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa perawat Rumah Sakit

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, motivasi dan dukungan

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan Cross Sectional Study, dimaksudkan untuk melihat bagaimana hubungan antara

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan rancangan bedah lintang (cross sectional) yaitu suatu penelitian untuk mempelajari

Pengaruh Jenjang Karir Terhadap Kinerja Karyawan Berdasarkan dari hasil analisis deskriptif, responden lebih cenderung menanggapi pernyataan dalam angket bahwa variabel Jenjang Karir