• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (LC5E) DENGAN PEMANFAATAN ALAT PERAGA PADA MATERI POKOK BIDANG DATAR TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NURUL ISLAM SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20102011 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (LC5E) DENGAN PEMANFAATAN ALAT PERAGA PADA MATERI POKOK BIDANG DATAR TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NURUL ISLAM SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20102011 SKRIPSI"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

i

!"# $ "$%"# &'&$"( ") * + $ &,&$)# - . / % &'-&/0,&( &, / /! $ &$+ + # $ + , '

,'" &$+ + # $ %&' % #

,&(1

1 23

(2)

ii Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Innarotul Ulya NIM : 073511020

Jurusan/Program Studi : Tadris Matematika

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 31 Mei 2011 Saya yang menyatakan,

(3)

iii

4

Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan Telp/Fax 7601295, 7615387 Semarang 50185

Naskah skripsi dengan:

Judul : 5&#% 6 % * 0+&, &'7&, ! / $

+&$) $ -&' $5 % $ , % &/ ) - + %&/ 0#0# + $) % / %&/( + - * , &, ! / &*&/% + + # &, * "/", *, ' &' / $) ("$

&, ! / $ Nama : Innarotul Ulya

NIM : 073511020 Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Tadris Matematika

telah diuji dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pandidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika.

Semarang, 15 Juni 2011 DEWAN PENGUJI

&%" + $) &# $ &#/&% / * + $)

/8 8 "*9 $: 8 "," (0 /"$$ * : 8 8: 8 +

8 ;<= > > ;;3 3 > 8 ;= 2 3

&$)"! : &$)"! :

"$ % #(' 9 % : 8 ", 0' + *%/ : 8

8 3; >;2 3 8 ;2 < > 3

(4)

iv

Semarang, 1 Juni 2011 Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Di Semarang

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : Efektivitas Model Pembelajaran (LC 5E) dengan Pemanfaatan Alat Peraga pada Materi Pokok Bidang Datar terhadap Hasil Belajar Peserta didik Kelas VII SMP Nurul Islam Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011.

Nama : Innarotul Ulya NIM : 073511020 Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Tadris Matematika

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.

Pembimbing I,

(5)

v

Semarang, 1 Juni 2011 Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Di Semarang

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : Efektivitas Model Pembelajaran (LC 5E) dengan Pemanfaatan Alat Peraga pada Materi Pokok Bidang Datar terhadap Hasil Belajar Peserta didik Kelas VII SMP Nurul Islam Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011.

Nama : Innarotul Ulya NIM : 073511020 Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Tadris Matematika

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.

Pembimbing II,

(6)

vi

Judul : Efektivitas Model Pembelajaran 5E (LC 5E) dengan Pemanfaatan Alat Peraga pada Materi Pokok Bidang Datar terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII SMP Nurul Islam Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011

Penulis : Innarotul Ulya NIM : 073511020

Pembelajaran matematika SMP Nurul Islam Semarang kurang efektif khususnya pada pokok bahasan segitiga. Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran masih menggunakan metode konvensional atau ekspositori, guru mencatatkan materi, memberi tugas kemudian peserta didik mengerjakan. Sehingga peneliti tertarik untuk menerapkan model pembelajaran

(LC 5E) pada proses pembelajaran di SMP Nurul Islam Semarang. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: apakah model pembelajaran

(LC 5E) dengan pemanfaatan alat peraga pada materi pokok bidang datar efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Nurul Islam Semarang tahun Pelajaran 2010/ 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: efektivitas model pembelajaran (LC 5E) dengan pemanfaatan alat peraga pada materi pokok bidang datar terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Nurul Islam Semarang tahun Pelajaran 2010/ 2011. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas VII semester 2 SMP Nurul Islam Semarang yang terbagi dalam tiga kelas dan masing? masing kelas terdiri dari 31 peserta didik. Design yang digunakan dalam

penelitian ini adalah “ !, yaitu menempatkan

subyek penelitian ke dalam dua kelompok dengan kategori kelas eksperimen dan kelas kotrol. Dengan menggunakan cara " (acak) untuk memilih anggota kelompok (kelas). Pada kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E (LC 5E) dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.

(7)

vii

(8)

viii

EFGHIا KLGHIا Mا ENO

Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih, tercurahkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan taufik serta inayah?Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul ? 5&#% 6 % * 0+&, &'7&, ! / $ +&$) $

&' $5 % $ , % &/ ) - + %&/ 0#0# + $) % / %&/( + - * , &, ! / &*&/% + # &, * "/", *, ' &' / $) ("$ &, ! / $ @dengan baik.

Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana S?1 pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang Jurusan Tadris Matematika. Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan rasa hormat yang dalam penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, Bapak Dr. Suja’i, M.Ag, yang telah memberikan izin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini.

2. Ka.Prodi Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, Hj. Minhayati Saleh, S.Si., M.Sc., yang telah memberikan izin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi.

3. Saminanto, S.Pd., M.Sc, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Hj. Nur asiyah, M.S.I, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Hj. Minhayati Shaleh, S.Si, M.Sc., selaku dosen wali yang memotivasi dan memberi arahan selama kuliah.

6. Dosen, pegawai, dan seluruh civitas akademika di lingkungan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.

(9)

ix

8. Guru matematika kelas VII SMP Nurul Islam Semarang yang telah berkenan memberi bantuan, informasi, dan kesempatan waktu untuk melakukan penelitian.

9. Bapak dan Ibu guru serta karyawan SMP Nurul Islam Semarang.

10. Orang tua beserta keluarga besar penulis yang telah memberikan doa, dorongan, dan semangat.

11. Sahabat?sahabat terbaik penulis yang telah memberikan semangat(mb muna, kamar al?asro’).

12. Rekan?rekan mahapeserta didik Pendidikan Matematika Angkatan 2007(Dewi, Iin, tita, teny, lia, riska,, nafis), khususnya kelas Paket A, atas motivasi yang selalu diberikan kepada penulis.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil demi terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran sangat penulis harapkan bagi setiap pembaca. Biarpun demikian penulis berharap bahwa skripsi ini dapat memberi manfaat dan inspirasi bagi penulis sendiri dan pembaca.

Semarang, 1 juni 2011 Penulis

(10)

x

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

NOTA PEMBIMBING ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... xi

1 A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah... 4

D. Tujuan dan manfaat Penelitian... 5

1 A. Landasan Teori... 6

1. Belajar ... 6

2. Teori Belajar...…... 7

3. Pembelajaran Matematika dangan Pemanfaatan Alat Peraga...9

4. Model Pembelajaran 5E... 10

Implementasi Model Pembelajaran 5E dalam Pembelajaran Matematika pada Materi Pokok Segitiga………... 13

6. Hasil Belajar...…………. 17

7. Alat Peraga...…. 21

8. Uraian materi segitiga ………... 23

B. Kajian Penelitian Yang elevan... 28

(11)

xi

D. Rumusan Hipotesis..………... 32

1 A. Jenis Penelitian ... 33

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 34

C. Populasi dan Sampel Penelitian... 34

D. Variabel Penelitian……... 36

E. Teknik Pengumpulan Data... 36

F. Teknik analisis Data……….………... 37

1 A. Deskripsi Data dan Hasil Penelitian... 51

B. Pengujian Hipotesis... 52

C. Pembahasan Hasil Penelitian………... 54

1 A. Simpulan... 57

B. Saran... 57

C. Penutup... 58 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

(12)

xii

Lampiran 1 : Daftar Nama Peserta didik Kelas VII SMP Nurul Islam Semarang Lampiran 2 : Daftar Nilai Awal Mata Pelajaran Matematika Kelas VII

SMP Nurul Islam Semarang

Lampiran 3 : Uji Normalitas Data Nilai Awal Kelas VII A Lampiran 4 : Uji Normalitas Data Nilai Awal Kelas VII B Lampiran 5 : Uji Normalitas Data Nilai Awal Kelas VII C

Lampiran 6 : Uji Homogenitas Data Nilai Awal Kelas Eksperimen dan Kontrol Lampiran 7 : Uji Kesamaan Dua Rata?Rata Data Nilai Awal

Lampiran 8 : Kisi?kisi Soal Uji Coba Lampiran 9 : Soal Tes Uji Coba

Lampiran 10 : Kunci Jawaban Soal Tes Uji Coba

Lampiran 11 : Analisis Soal Uji Coba Tahap 1 dan Tahap II Lampiran 12 : Contoh Hasil Perhitungan Validitas Soal Lampiran 13 : Contoh Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Lampiran 14 : Contoh Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Lampiran 15 : Contoh Hasil Perhitungan Reliabilitas Soal Lampiran 16 : Daftar Nama Kelompok Kelas Eksperimen

Lampiran 17 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen Pertemuan 1

Lampiran 18 : Soal Diskusi Pertemuan 1

Lampiran 19 : Kunci Jawaban Soal Diskusi Pertemuan 1

Lampiran 20 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen Pertemuan 2

Lampiran 21 : Soal Diskusi Pertemuan 2

Lampiran 22 : Kunci Jawaban Soal Diskusi Pertemuan 2 Lampiran 23 : Soal Postest

Lampiran 24 : Kunci Jawaban Postest

Lampiran 25 : Daftar Nilai Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol Lampiran 26 : Uji Normalitas Akhir Kelas Eksperimen

(13)

xiii Lampiran 28 : Uji Homogenitas

Lampiran 29 : Uji Hipotesis

Lampiran 30 : Uji Ketuntasan Belajar

Lampiran 31 : Foto Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Lampiran 32 : Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi Chi?Kuadrat Lampiran 33 : Daftar Nilai r Product Moment

Lampiran 34 : Luas di bawah Lengkungan Normal Standar dari 0?Z Lampiran 35 : Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi t dan F

Lampiran 36 : Surat Keterangan dari Lab Matematika Lampiran 37 : Piagam KKN

Lampiran 38 : Nilai Ko.Kurikuler

Lampiran 39 : Surat Penunjukan Pembimbing Lampiran 40 : Surat Izin Pra Riset

Lampiran 41 : Surat Izin Riset

(14)

1

! " #

$ %&'& (

)

* + * +

(15)

2 ,

-)

-* +

*

* + * + * +

* +

' )

1

. . " / !

011 ( 1%&&21&21'21

(16)

3 4

! " # $

$ % & ' (

)*+*,)*++

-0

+

5 *

+% 5

6

) !./ " ! " #

* +

+

3 0

* * + * +

* * +7

0

,

3 ,

2

8 " ! ! # $ *9 0 %&&:+

5 6 , %27

6

5 ! # * 0 ; ; %&&:+ ,

2%

4

/ $ % " *9 0 ) %&'&+

, ':& ':'

3

! & ! * 0 ; ;

(17)

4

1

)

"

9 1

*<=35+

! 2( (

0 +

>"" ! " ?

'( (

(18)

5

+

) 3( (

(

0

' ,

1 4

(19)

6

A.

! "

Belajar merupakan keseluruhan proses pendidikan bagi tiap orang yang

meliputi pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan sikap dari seseorang.

Seseorang dikatakan belajar apabila dapat diasumsikan bahwa pada dirinya terjadi

proses perubahan sikap dan tingkah laku. Perubahan ini biasanya berangsur

angsur dan memakan waktu cukup lama.

Perubahan tersebut akan semakin tampak bila ada usaha dari pihak yang

terlibat. Tanpa adanya usaha, walaupun terjadi proses perubahan tingkah laku,

maka tidak dapat diartikan sebagai belajar. Ini dapat diartikan proses belajar yang

dilakukan oleh peserta didik itu sendiri.

Berikut ini adalah pengertian belajar menurt pendapat para ahli:

a. Syeikh Abdul Aziz dan Abdul Majid dalam kitab

mendefinisikan belajar:

ﺍﱠﻥ

Abdul Aziz dan Abdul Majid, , (Mesir: Dani Ma’arif,1979),

(20)

7 “Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan

hasil pengalaman yang lalu”.2

c. Howard . & ! '

" #

!

“Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam artian luas) ditimbulkan

atau diubah melalui praktek atau latihan”. 3

d. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono

“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”.4

Pengertian pengertian di atas mengemukakan bahwa belajar bukan hanya

suatu tujuan tetapi juga merupakan suatu proses atau aktivitas untuk menghasilkan

perubahan tingkah laku. Aktivitas belajar inilah yang oleh Harold Spears dalam

Mustaqim diartikan dengan $ $ $

$ $ . (Belajar terdiri dari mengamati, membaca, meniru, mencoba sendiri sesuatu, mendengarkan, mengikuti petunjuk).5

( ! "

Teori teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

! "

Piaget mengemukakan bahwa perkembangan kognitif sebagian besar

ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan.

Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget yakin bahwa pengalaman pengalaman

fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan

perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya,

2

Mustaqim, % % , (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang, 2009), hal. 39

3 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),

Cet.4, Hal.127

4 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),

Cet.4, Hal.128

5 Mustaqim,

% % , (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

(21)

8 khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang

pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis.6

Dalam berdiskusi atau menemukan solusi bagi permasalahan memang

sangat dianjurkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sebagaimana disebutkan

dalam firman Nya:7

Dalam penelitian ini teori belajar Jean Piaget digunakan karena model

pembelajaran ) *+ juga berbasis konstruktivistik seperti halnya teori belajar ini. Dilihat pada pembelajaran yang dilakukan, peserta didik

diberikan masalah yang harus dikerjakan baik secara individu maupu kelompok

dengan mengkonstruk pengetahuannya sendiri melalui kegiatan memahami,

menyusun rencana, melaksanakan rencana, dan mengevaluasi hasil kerja.

) ! " *' +'

Teori Vygotsky menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran.8

Vygotsky mengkritik pendapat Piaget yang menyatakan bahwa faktor utama yang

mendorong perkembangan kognitif seseorang adalah motivasi atau daya dari

individu sendiri untuk mau belajar dan berinteraksi dengan lingkungannya.

Vygotsky justru berpendapat bahwa interaksi sosial, yaitu interaksi individu

tersebut dengan orang lain merupakan faktor terpenting yang mendorong atau

memicu perkembangan kognitif seseorang.

Dalam penelitian ini teori belajar Vygotsky digunakan karena model

pembelajaran ) *+ juga menggunakan kegiatan pembelajaran melalui kerja kelompok seperti prinsip pada teori belajar Vigotsky itu sendiri.

Melalui kelompok ini peserta didik saling berdiskusi memecahkan masalah yang

6

Trianto, , % - . / , (Jakarta:

Prestasi Pustaka, 2007), Hal.14.

7 Tim Islam Online,

0 . 0 , / , (Jakarta: Khalifa,

2006), Hal.xiii

8 Trianto, Model

% - . / , (Jakarta:

(22)

9 diberikan dengan saling bertukar ide dan temuan sehingga dapat digeneralisasikan

atau disimpulkan. Guru dalam proses ini hanya membantu proses penemuan

jawaban jika terjadi suatu kesulitan.

, ! " - # #) !

David Ausubel mengemukakan teori belajar bermakna "

#. Belajar bermakna adalah proses mengaitkan informasi baru dengan konsep konsep yang relevan dan terdapat dalam kognitif seseorang.9

Dalam penelitian ini teori belajar David Ausubel digunakan karena pada

model pembelajaran ) *+, ada fase penerapan konsep dimana guru menyajikan materi pelajaran baru dengan menghubungkannya dengan konsep

yang relevan yang sudah ada dalam struktr kognisi peserta didik.

. %) ! " % + % / !

Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap

kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam

agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta antara peserta

didik dengan peserta didik.10 Menurut Soedjadi sebagaimana dikutip dalam

Heruman, matematika yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada

kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. 11 Dalam pembelajaran matematika

yang abstrak peserta didik memerlukan alat bantu berupa media dan alat peraga

yang dapat memperjelas apa yang disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat

dipahami dan dimengerti oleh peserta didik. Proses pembelajaran pada fase

konkret dapat melalui tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan

selanjutnya abstrak.

9Trianto, Model

% - . / , (Jakarta:

Prestasi Pustaka, 2007), Hal.25

10 Amin Suyitno,

) % ,

01 0,% )- .-(Semarang: Universitas Negeri Semarang , 25 Februari 2010), hlm. 2.

11 Heruman,

, % , 0 1 , (Bandung: PT. Remaja

(23)

10 Menurut Mustafa Fahmi sebagaimana dalam Mustaqim, mendefinisikan

belajar:

penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori peserta didik,

sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya, untuk keperluan

inilah maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan, dan pengertian,

tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah

dilupakan peserta didik.

! %) ! "

Pergeseran paradigma pendidikan dari behavioristik menuju konstruktivistik

melahirkan model, metode, pendekatan dan strategi strategi baru dalam sistem

pembelajaran khususnya dalam pembelajaran matematika. Model pembelajaran

) *+ merupakan salah satu model yang berbasis pendekatan konstruktivistik.

Dalam pembelajaran konstruktivistik peserta didik harus berpikir kritis,

menganalisis, membandingkan, menggeneralisasi, menyusun hipotesis hingga

mengambil kesimpulan dari masalah yang ada, sedangkan guru berperan sebagai

fasilitator dan motivator belajar peserta didik, menata lingkungan belajar peserta

didik agar dapat melakukan kegiatan belajar mengajar sebaik baiknya. Karena

keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran mendukung

peserta didik untuk membangun pengetahuannya sendiri, sehingga pembelajaran

akan berpusat pada peserta didik bukan pada guru.

12 Mustaqim,

% , (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang, 2009), Hal. 39 40

13 Heruman, ,

, % , 0 1 , (Bandung: PT. Remaja

(24)

11 Model pembelajaran ) adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengoptimalkan cara belajar

dan mengembangkan daya nalar peserta didik. ) merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik " #!

) merupakan rangkaian tahap tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat menguasai kompetensi

kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif.

Implementasi ) dalam pembelajaran menempatkan guru sebagai fasilitator yang mengelola berlangsungnya fase fase tersebut mulai dari

perencanaan (terutama perangkat pembelajaran), pelaksanaan (terutama

pemberian pertanyaan pertanyaan arahan dan proses pembimbingan), dan

evaluasi.14 Menurut Lorsbach sebagaimana dikutip dalam Made Wena,

) terdiri atas lima fase yaitu fase (a) pembangkit minat " #$ (b) eksplorasi " #$ (c) penjelasan (explanation), (d) elaborasi

" #$ dan (e) evaluasi " #!

Kelima fase tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

%) +

Tahap pembangkitan minat merupakan tahap awal dari siklus belajar. Pada

tahap ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dan

keingintahuan " # peserta didik tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam

kehidupan sehari hari (yang berhubungan dengan topik bahasan). Dalam hal ini

guru harus membangun keterkaitan antara pengalaman keseharian peserta didik

dengan topik pembelajaran yang akan dibahas.

) + 0! " #

Eksplorasi merupakan tahap kedua model siklus belajar. Pada tahap

eksplorasi dibentuk kelompok kelompok kecil antara 5 6 peserta didik, kemudian

diberikan kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa

14 Fajaroh, F dan I. W. Dasna,

% , 0 .

(25)

12 pembelajaran langsung dari guru. Dalam kelompok ini peserta didik didorong

untuk menguji hipotesis dan atau membuat hipotesis baru, mencoba alternatif

pemecahannya dengan teman sekelompok, melakukan dan mencatat pengamatan

serta ide ide atau pendapat yang berkembang dalam diskusi. Tahap ini guru

berperan sebagai fasilitator dan motivator. Pada dasarnya tujuan tahap ini adalah

mengecek pengetahuan yang dimiliki peserta didik apakah sudah benar, masih

salah, sebagian salah, atau sebagian benar.

, " !

Penjelasan merupakan tahap ketiga siklus belajar. Pada tahap pembelajaran,

guru dituntut mendorong peserta didik untuk menjelaskan suatu konsep dengan

kalimat/pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan peserta

didik, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antar peserta didik atau guru.

Dengan adanya diskusi ini, guru memberi definisi dan penjelasan tentang konsep

yang dibahas, dengan memakai penjelasan peserta didik terdahulu sebagai dasar

diskusi.

0 & 0

Elaborasi merupakan tahap keempat siklus belajar. Pada tahap elaborasi

peserta didik menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam

situasi baru atau konteks yang berbeda. Dengan demikian, peserta didik akan

dapat belajar secara bermakna, karena telah dapat menerapkan/ mengaplikasikan

konsep yang baru dipelajarinya dalam situasi baru. Jika tahap ini dapat dirancang

dengan baik oleh guru maka motivasi belajar peserta didik akan meningkat.

Meningkatya motivasi belajar peserta didik tentu dapat mendorong peningkatan

hasil belajar peserta didik.

- !#

Evaluasi merupakan tahap terakhir dari siklus belajar. Pada tahap evaluasi,

guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman peserta didik dalam

menerapkan konsep baru. Peserta didik dapat melakukan evaluasi diri dengan

mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan

observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Hasil evaluasi ini

(26)

13 siklus belajar yang sedang diterapkan, apakah sudah berjalan dengan sangat baik,

cukup baik, atau masih kurang. Demikian pula melalui evaluasi diri, peserta didik

akan dapat mengetahui kekurangan atau kemajuan dalam proses pembelajaran

yang sudah dilakukan.15

Matematika yang merupakan materi yang penting di SMP akan sangat

sesuai bila dalam pembelajarannya menggunakan model pembelajaran

) *+. Peserta didik diharapkan dapat membangun sendiri pengetahuan kognitifnya dan kedudukan guru sebagai fasilitator yang mengelola

berlangsungnya fase fase tersebut mulai dari perencanaan (terutama perangkat

pembelajaran), pelaksanaan ( terutama pemberian pertanyaan pertanyaan arahan

dan proses pembimbingan) dan evaluasi berfungsi membantu peserta didik

menemukan konsep pengetahuannya. Hal ini sesuai dengan karakteristik dari

model pembelajaran ) *+ sendiri yang pada dasarnya sesuai dengan pendekatan konstruktivistik. Oleh karena itu model pembelajaran )

*+ dirasakan sesuai jika diterapkan pada pembelajaran Matematika.

%0! % ! %) ! " ! %

%) ! " % + 0 + + 1

%) +

1) Guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat serta

keingintahuan peserta didik tentang topik yang akan diajarkan. Proses

membangkitkan minat ini salah satunya melalui: guru mengajukan

pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari hari (yang

berhubungan dengan topik bahasan).

2) Contoh pertanyaan untuk membangkitkan minat: Pernahkah kalian

memperhatikan bentuk layar sebuah perahu yang mengarungi lautan dengan

layar berkembang? Apa bentuk layar tersebut? Coba temukan contoh

lainnya di sekelilingmu!

15Made Wena,

0 % - / , (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),

(27)

14

%) ( Perahu

3) Dari pertanyaan tersebut kemudian guru mengaitkan antara pengalaman

peserta didik dengan topik pembelajaran yang akan dibahas.

b. + 0! ( )

1) Peserta didik dibentuk kelompok kecil, dan diberi permasalahan. Kemudian

peserta didik diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil

tanpa pembelajaran langsung dari guru. Di sini guru sebagai fasilitator dan

motivator.

2) Contoh permasalahan: guru membawa alat peraga berupa gambar perahu

berlayar dan bingkai segitiga, kemudian ditunjukkan kepada peserta didik.

Manakah yang merupakan model segitiga dan manakah yang merupakan

model daerah segitiga? Berikan alasan (perbedaan dari segitiga dan daerah

segitiga) dan berikan contoh yang merupakan model dari segitiga dan

daerah segitiga, masing masing 4 buah!

(28)

15 3) Peserta didik mencoba alternatif pemecahan masalah, mencatat pengamatan

serta ide atau pendapat yang berkembang dalam diskusi.

c. " ! ( )

1) Guru dituntut mendorong peserta didik untuk menjelaskan suatu konsep

dengan kalimat/ pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas

penjelasan peserta didik, dan saling mendengar secara kritis penjelasan

antarpeserta didik atau guru.

2) Peserta didik mempresentasikan hasil diskusinya. Jika dalam

mempresentasikan belum benar tentang konsep yang dijelaskan, kemudian

guru memberi definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas.

3) Misalkan peserta didik dalam memberi definisi segitiga dan daerah segitiga

masih salah, maka guru membenarkan dengan bantuan alat peraga bahwa:

• Model dari segitiga ini yaitu bingkai segitiga. Kita sebut saja Segitiga ABC

dapat ditulis “ ABC” dibaca “segitiga ABC”. ABC dibentuk oleh tiga ruas/

segmen garis yaitu ruas garis AB, BC, dan CA. Salah satu ujung dari tiap

ruas garisnya berimpit dengan salah satu ujung segmen garis yang lain

secara berurutan.

• Model dari daerah segitiga yaitu yang digambarkan sebagai layar daerah

segitiga berupa kain tertutup. Daerah segitiga dibentuk oleh segitiga dan

daerah arsiran/ daerah dalam segitiga.

d. 0 0 & 0 ( !)

Setelah peserta didik melalui fase fase diatas, kemudian peserta didik

dituntut untuk mengaplikasikan konsep/ keterampilan dalam situasi baru. Yaitu

dengan mengelompokkan suatu segitiga berdasarkan panjang sisi sisinya, besar

(29)

16 PRAKTIK

Gambarlah segitiga segitiga berikut ini pada kertas karton

kemudian guntinglah segitiga segitiga tersebut!

Amati unsur unsur segitiga segitiga di bawah ini! Ukurlah panjang

sisi sisinya dan besar sudut sudutnya, kemudian kelompokkan

berdasarkan ciri ciri yang kalian ketahui! Apa kesimpulanmu?

2,5cm

3cm 3cm 5cm 5cm 3cm 5cm 2,5cm

1,5cm 1,5cm 5cm 3,5cm

4cm 4cm 4cm 5cm 3cm 2,5cm 3cm 3cm

4cm 3cm 3cm

e. - !# ( )

1) Guru mengamati pengetahuan atau pemahaman peserta didik dalam hal

penerapan konsep baru, mendorong peserta didik melakukan evaluasi diri,

mendorong peserta didik memahami kekurangan/ kelebihannya dalam

kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan.

2) Peserta didik mengevaluasi belajarnya sendiri dengan mengajukan

pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi,

bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Kemudian mengambil

kesimpulan atas situasi belajar yang dilakukannya, dan menganalisis

(30)

17

2 3 ! ! "

3 ! ! "

Hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki peserta didik

setelah ia menerima pengalaman belajar.16 Penilaian hasil belajar dilakukan

setelah suatu kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Penilaian hasil belajar adalah

kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana belajar dan pembelajaran

telah berjalan secara efektif. Keefektifan pembelajaran tampak pada kemampuan

peserta didik mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan.

Dari segi guru, penilaian hasil belajar akan memberikan gambaran

mengenai keefektifan pengajarannya, apakah pembelajaran yang dilaksanakan

mampu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Dalam penelitian ini hasil

belajar diperoleh dengan menggunakan tes akhir karena yang mencakup semua

indikator pembelajaran.

) + 4/ + ' %0 #5 3 ! ! "

Belajar merupakan suatu proses.17 Sebagai suatu proses sudah barang tentu

harus ada yang diproses (masukan atau input), dan hasil dari pemprosesan

(keluaran atau output). Dengan pendekatan sistem, kegiatan belajar dapat

digambarkan sebagai berikut:

%) ( . Bagan Pendekatan Sistem Kegiatan Belajar

16 Nana Sudjana,

% 5 % . , , (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2002), Hal. 22.

17 Ngalim Purwanto,

% % , (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet.

24, Hal. 106 107

INSTRUMENTAL INPUT

RAW INPUT TEACHING-LEARNING

PROCESS

OUTPUT

(31)

18 Di dalam proses belajar mengajar di sekolah, maka yang dimaksud masukan

mentah atau raw input adalah peserta didik sebagai raw input. Peserta didik

memiliki karakteristik tertentu baik fisiologis maupun psikologis. Mengenai

fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya, panca indranya, dan sebagainya.

Sedangkan yang menyangkut psikologis adalah minatnya, tingkat kecerdasannya,

bakatnya, motivasinya, kemampuan kognitifnya. Semua ini dapat mempengaruhi

bagaimana proses dan hasil belajarnya.

Instrumental input atau faktor faktor yang disengaja dirancang dan

dimanipulasikan adalah kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan

pengajaran, sarana dan fasilitas, serta manajemen yang berlaku di sekolah yang

bersangkutan. Di dalam keseluruhan sistem maka instrumental input merupakan

faktor yang sangat penting pula dan paling menentukan dalam pencapaian

hasil/output yang dikehendaki, karena instrumental input inilah yang menentukan

bagaimana proses belajar mengajar itu akan terjadi di dalam diri peserta didik.

Hasil belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor utama

yakni faktor dari dalam diri peserta didik itu dan faktor yang datang dari luar diri

peserta didik (faktor lingkungan).18

1. Faktor yang datang dari diri peserta didik

Faktor yang datang dari diri peserta didik terutama kemampuan yang

dimilikinya. Faktor kemampuan peserta didik besar sekali pengaruhnya terhadap

hasil belajar yang dicapai. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki peserta

didik, juga ada faktor lain seperti motivasi, minat dan perhatian, sikap dan

kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

2. Faktor yang datang dari luar diri peserta didik (faktor lingkungan)

Artinya ada faktor faktor yang berada di luar dirinya yang dapat

menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan

belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah, ialah kualitas

pengajaran. Yang dimaksud kualitas pengajaran ialah tinggi rendahnya atau

efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran.

18 Nana Sudjana,

1 % . , , (Bandung: Sinar Baru

(32)

19 Menurut Muhibbin Syah, psikologi belajar menambahkan satu faktor

pendekatan belajar, yaitu jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi

dan metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan

pembelajaran materi materi pembelajaran.19

Sedangkan menurut Syeh Imam Burhanil Islam Az Zarnuji, faktor yang

mempengaruhi hasil belajar ada enam, yang dituangkan dalam syair berikut:

KLM Mا

Hasil belajar dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai tujuan

pendidikan. Dimana tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar peserta didik

secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu aspek kognitif, aspek

afektif, aspek psikomotorik.21 Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini

mencakup aspek kognitif.

1) Aspek Kognitif

Yaitu segi kemampuan yang berkenaan dengan ingatan atau pengenalan

terhadap pengetahuan dan informasi serta pengembangan keterampilan

intelektual, Bloom mengemukakan aspek kognitif terdiri dari enam kategori yaitu:

a) Pengetahuan dan ingatan, dalam hal ini peserta didik dituntut untuk dapat

mengetahui dan mengenali adanya konsep, fakta atau istilah istilah lain.

b) Pemahaman, peserta didik diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami

hubungan yang sederhana diantara fakta fakta dan konsep.

19 Muhibbin Syah,

% . , (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), cet. I, hal.

145

20 Syaikh Imam Burhanil Islam Az Zarnuji,

, & , & , (Semarang: Maktabah Alawiyah), hal.14

21 Wayan Nurkancana dan Sunartana,

+ 5 . , (Surabaya: Usaha Nasional,

(33)

20 c) Aplikasi dan penerapan, merupakan kemampuan menyeleksi atau memiliki

konsep, hukum, dalil, gagasan dan cara secara tepat untuk diterapkan dalam

situasi yang baru

d) Analisis, merupakan kemampuan peserta didik untuk menganalisis suatu

hubungan atau situasi yang kompleks atas konsep konsep dasar.

e) Sintesis, merupakan kemampuan menggabungkan unsur unsur pokok ke dalam

struktur yang baru.

f) Evaluasi, merupakan kemampuan peserta didik mengevaluasi sesuatu, keadaan,

pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu.

2) Aspek afektif

Yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi reaksi

yang berbeda dengan penalaran. Menurut Krathwohl dkk, aspek afektif terdiri dari

lima kategori yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, penentuan sikap,

organisasi,dan pembentukan pola hidup.

3) Aspek psikomotorik

Yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani atau gerakan

peserta didik yang meliputi:22

a) Gerakan refleks yaitu respon gerakan yang tidak disadari yang dimiliki sejak

lahir.

b) Dasar gerakan gerakan yaitu gerakan gerakan yang menuntun kepada

keterampilan yang sifatnya kompleks.

c) Perceptual abilitis yaitu kombinasi dari kemampuan kognitif dan gerakan.

d) Pysical abilitis yaitu kemampuan yang diperlukan untuk mengembangkan

gerakan gerakan keterampilan tingkat tinggi.

e) Skilled movement yaitu gerakan gerakan yang memerlukan belajar misalnya

ketrampilan dalam menari, olah raga, dan rekreasi.

f) Nondiscoursive communication yaitu kemampuan untuk berkomunikasi

dengan menggunakan gerakan misalnya ekspresi wajah (mimik), postur dan

sebagainya.

22 Nana Sudjana,

1 % % , (Bandung: Sinar Baru Algesindo,

(34)

21 Proses belajar yang dialami peserta didik merealisasikan perubahan

perubahan dalam bidang pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap.

6 !

Alat peraga sering disebut audio visual, dari pengertian alat yang dapat

diserap oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang

disampaikan guru lebih mudah dipahami peserta didik. Dalam proses belajar

mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses

belajar peserta didik lebih efektif dan efisien.

Ada enam fungsi pokok dari alat peraga dalam proses belajar mengajar.

Keenam fungsi tersebut adalah:23

a. Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan

fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk

mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

b. Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan

situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan salah satu unsur

yang harus dikembangkan guru.

c. Alat peraga dalam penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran.

Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan alat peraga harus

melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran.

d. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran bukan semata mata alat hiburan,

dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih

menarik perhatian peserta didik.

e. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk

mempercepat proses belajar mengajar dan membantu peserta didik dalam

menangkap pengertian yang diberikan guru.

f. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi

mutu belajar mengajar. Dengan perkataan lain menggunakan alat peraga, hasil

belajar yang dicapai akan tahan lama diingat peserta didik, sehingga pelajaran

mempunyai nilai tinggi.

23 Nana Sudjana,

1 % . , , (Bandung: Sinar Baru Algesindo,

(35)

22 Disamping enam fungsi di atas penggunaan alat peraga dalam proses

belajar mengajar mempunyai nilai nilai seperti di bawah ini:24

a. Dengan peragaan dapat meletakkan dasar dasar yang nyata untuk berpikir, oleh

karena itu dapat mengurangi terjadinya verbalisme.

b. Dengan peragaan dapat memperbesar minat dan perhatian peserta didik untuk

belajar.

c. Dengan peragaan dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar

sehingga hasil belajar bertambah mantap.

d. Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan

berusaha sendiri pada setiap peserta didik.

e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan.

f. Membentu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan

berbahasa.

g. Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain serta

membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih

sempurna.

7 8 1

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) segitiga merupakan

salah satu materi yang dipelajari pada mata pelajaran matematika SMP/MTs kelas

VII semester 2. Materi segitiga merupakan aspek dalam geometri yang dianggap

sebagian besar peserta didik masih abstrak yng memerlukan kemampuan

pemahaman konsep dan kemampuan penalaran dalam menyelesaikan soal soal

yang berkaitan. Dengan model pembelajaran ) 5E penyampaian materi segitiga akan lebih bermakna karena model ini memberikan kesempatan

pada peserta didik untuk mengungkapkan ide mereka dan memilih metode yang

tepat dalam menyelesaikan masalah. Dalam model pembelajaran ini diharapkan

peserta didik lebih memahami materi yang berdampak pada meningkatnya

kemampuan penalaran peserta didik.

24

Nana Sudjana, 1 % . , , (Bandung: Sinar Baru Algesindo,

(36)

23 a) Standar Kompetensi

Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya.

b) Kompetensi Dasar

Mengidentifikasi sifat sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya.

c) Indikator

1) Menjelaskan definisi segitiga;

2) Mengidentifikasi jenis jenis segitiga berdasarkan sisi dan besar sudutnya;

3) Mengidentifikasi sifat sifat segitiga berdasarkan besar sudutnya;

4) Menentukan jumlah sudut dalam segitiga dan sudut luar segitiga;

d) Uraian Materi

1) Pengertian segitiga

Segitiga adalah bidang datar yang dibatasi oleh tiga garis lurus dan

membentuk tiga sudut.

2) Jenis jenis Segitiga

i. Jenis jenis segitiga ditinjau dari panjang sisinya

• Segitiga sama sisi yaitu segitiga yang ketiga sisinya sama panjang.

Contoh: segitiga ABC dengan AB = BC = AC.

C

A B

%) ( 9 segitiga sama sisi

• Segitiga sama kaki yaitu segitiga yang memiliki dua sisi sama panjang.

Contoh: segitiga ABC dengan AC = BC

C

A B

(37)

24

• Segitiga sembarang yaitu segitiga yang sisi sisinya sebarang.

Contoh: ABC dengan ABBC AC.

C

A B

%) ( 2 Segitiga Sembarang

ii. Jenis jenis segitiga ditinjau dari besar sudutnya

• Segitiga lancip yaitu segitiga yang ketiga sudutnya merupakan sudut

lancip. Contoh: C

A B

%) ( 6 Segitiga Lancip

• Segitiga siku siku yaitu segitiga yang salah satu sudutnya merupakan

sudut siku siku. Contoh:

C

A B

%) ( 7 Segitiga Siku siku

• Segitiga tumpul yaitu segitiga yang salah satu sudutnya merupakan sudut

tumpul. Contoh:

C

A B

(38)

25 iii. Jenis jenis segitiga ditinjau dari panjang sisi dan besar sudutnya

• Segitiga lancip sama kaki yaitu segitiga yang kedua sisinya sama panjang

dan ketiga sudutnya merupakan sudut lancip.

Contoh: segitiga ABC dengan sudut lancip di titik A.

AC = CB C

A B

%) ( ; Segitiga Lancip Sama Kaki

• Segitiga siku siku sama kaki yaitu segitiga yang kedua sisinya sama

panjang dan salah satu sudutnya merupakan sudut siku siku (90 ). 0

Contoh: segitiga ABC siku siku di titik A, AB = AC. C

A B

%) ( Segitiga Siku siku Sama Kaki

• Segitiga tumpul sama kaki yaitu segitiga yang kedua sisinya sama

panjang dan salah satu sudutnya merupakan sudut tumpul.

Contoh: segitiga ABC dengan sudut tumpul di titik B, AB = BC

C

A B

%) ( ( Segitiga Tumpul Sama Kaki 3) Sifat sifat Segitiga

i. Ketidaksamaan sisi segitiga

• Jumlah panjang kedua sisi segitiga lebih dari panjang sisi yang lainnya.

(39)

26 ii. Hubungan sudut dan sisi segitiga

Pada sebuah segitiga, ukuran sudut terkecil berhadapan dengan ukuran sisi terpendek, begitupun ukuran sudut terbesar berhadapan dengan ukuran sisi terpanjang.

iii.Jumlah sudut segitiga

Ukuran setiap segitiga, jumlah besar sudut sudutnya =180 0

C

A B

%) ( . Jumlah Sudut Segitiga

Pada gambar di atas, < A + < B + < C =180 0 iv. Hubungan sudut dalam dan sudut luar segitiga

Ukuran sudut luar dari salah satu sudut dalam segitiga sama dengan jumlah dua sudut dalam yang lainnya.25

: %) ! " & - !

Pembelajaran konvensional umumnya berlangsung satu arah yang merupakan proses transfer atau pengalihan pengetahuan, informasi, nilai dan lain lain dari seorang guru atau dosen kepada peserta didik atau mahapeserta didik.

Penerapan model ini, biasanya dilaksanakan dengan guru menjelaskan cara menyelesaikan suatu soal, kemudian guru memberikan rumus yang digunakan. Kemudian memberikan beberapa soal latihan, menyuruh peserta didik mengerjakan di depan kelas kemudian memberikan pekerjaan rumah kepada

peserta didik.

Dengan berlangsungnya pembelajaran konvensional selama sekian waktu di SMP Nurul Islam, hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika pada materi pokok segitiga masih di bawah kriteria ketuntasan minimum yang

25

Tim Matematika GI$ + , , (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998),

(40)

27 ditetapkan oleh sekolah. Untuk itu penulis mencoba menerapkan model pembelajaran ) pada VII B dan untuk mengetahui keefektifannya maka penulis membandingkan model tersebut dengan model konvensional pada kelas VII C.

Pembelajaran konvensional mempuyai sifat:

a. Guru sering membiarkan adanya peserta didik yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.

b. Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas tugas sering diselesaikan oleh seorang anggota kelompok.

c. Kelompok belajar biasanya homogen.

d. Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru.

e. Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.

f. Pemantauan melalui pengamatan sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok berlangsung.

g. Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok kelompok belajar.

h. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.26

& " ! ' !

-Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh:

1. Yunita Feny Rahayu jurusan matematika, fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang yang berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran ) *+ " ) *+# berbantuan LKS terstruktur pada Materi Pokok Bidang Datar terhadap Hasil Belajar Peserta didik Kelas VII tahun.

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa hasil belajar peserta didik pada pembelajaran ) 5E berbantuan LKS terstruktur pada pokok bahasan matematika peserta didik kelas VII lebih baik dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Dilihat dari hasil belajar kelas eksperimen dengan

26Massofa,

PerbedaanPembelajaranKooperatifdanKonvensional,

(41)

28 nilai rata rata sebesar 75,56 lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar kelas kontrol dengan nilai rata rata sebesar 72,78.

2. Nur Kumala Sari jurusan matemaika, fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang yang berjudul “Penerapan Model ) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar di Sekolah Menengah Pertama”.

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa motivasi dan hasil belajar di Sekolah Menengah Pertama meningkat.

Berangkat dari hasil penelitian yang relevan, peneliti akan mencoba menggunakan model pembelajaran ) *+ " ) *+# dengan pemanfaatan alat peraga dalam pembelajaran matematika di SMP Nurul ISLAM SEMARANG pada materi pokok Bidang Datar yang difokuskan pada segitiga. Dengan demikian, diharapkan hasil belajar peserta didik dapat meningkat.

& + 0 +

Proses pembelajaran merupakan kegiatan aktif peserta didik dalam

membangun makna atau pemahaman. Proses pembelajaran yang efektif akan mempengaruhi ketuntasan hasil belajar peserta didik. Maka belajar yang efektif harus dimulai dengan pengalaman langsung atau pengalaman konkret dan menuju

kepada pengalaman yang lebih abstrak. Selain itu, belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan alat peraga, daripada peserta didik belajar tanpa dibantu dengan alat pengajaran.

(42)

29 dalam proses belajar mengajar di kelas. Agar hasil belajar peserta didik maximal, maka diperlukan teori teori belajar yang dikemukakan para ahli.

Menurut teori Gestalt, belajar akan terjadi manakala dihadapkan suatu persoalan yang harus dipecahkan dan belajar berdasarkan pengalaman. Jika peserta didik dihadapkan pada suatu persoalan, maka akan merangsang kemampuan berpikir mereka. Dan untuk memecahkan persoalan tersebut, peserta didik harus mengkonstruk, mengeksplorasikan, menjelaskan, dan mengaplikasikan konsep mereka sendiri. Sehingga akan menjadikan peserta didik lebih aktif. Peranan alat peraga juga sangat penting, selain dapat menarik perhatian dan meningkatkan aktivitas peserta didik, alat peraga juga dapat memudahkan dalam memahami konsep yang berawal dari definisi dari materi alat peraga tersebut. Dengan demikian peserta didik akan memperoleh pengalaman sehingga proses pembelajaran akan terjadi.

Teori tersebut sejalan dengan teori konstruktivistik yang menyatakan bahwa belajar bukanlah sekedar menghafal, akan tetapi proses mengkonstrusi pengetahuan melalui pengalaman. Berdasarkan teori konstruktivistik agar

pengetahuan diterima peserta didik menjadi pengetahuan tersebut melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi dari setiap individu.

Pengetahuan hasil dari pengetahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengalaman dapat diperoleh dengan partisipasi aktif dari peserta didik dan melakukan eksperimen untuk menemukan prinsip sendiri. Hal ini bertujuan agar dalam pembelajaran di sekolah peserta didik bisa ikut aktif dalam pembelajaran (peserta didik sebagai subyek pembelajaran).

(43)

30 sendiri dengan bantuan alat peraga. Hal itu bertujuan agar konsep yang diperoleh tidak cepat hilang dan menjadi pembelajaran bermakna, sehingga peserta didik dapat termotivasi agar mau belajar guna mempertinggi daya serap dan resensi belajar peserta didik. Hal tersebut dapat dicapai dengan model yang mengutamakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yaitu model pembelajaran ) 5E. Sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dan hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan.

Secara ringkas gambaran peneltian yag akan dilakukan dapat dilihat pada skema berikut ini.

Pembelajaran Matematika pada Materi Segitiga

%) ( 9 & + / +

Pembelajaran didominasi guru dan peserta didik

pasif

Perubahan sistem pembelajaran dan metode

Model pembelajaran

Learning Cycle 5E Diskusi kelompok

Pembelajaran Efektif dalam meningkatkan hasil belajar

(44)

31

#%# 3 0

(45)

32

!

"

# #

$

$ $ %

" $

& ' (

)

"

" ( &* +

" " !, ,' - .. ) /% /0

!

1 . &2 + 2

3 !,,4' - 5 ) !

%

1 . &2 + 2

(46)

33

6 & '

& '0 "

$

7 ! "

# 8

)

9

" # #

"

!, ,8 !, ! 0 :

!; : !,

" " 1 .

"

# #

#

# / " 5..

" 1<=<> . >3 3=31? 7 " !, ,8!,

% 5..3 % 5..2! %

0

2 " > # & +

= # " !, ,' - 5 ) /, /!

9

1 . &2 + 2

3 !,,4' - 5 !

6

(47)

34

@

6 5..

" 1 . !, ,8!, 6

5.. 2

5..

-$ % # % 5.. " 1 .

" +

' "

!' "

%' "

0' " #

9' "

(

" %

"

6 (

. 7

< 1

" &

) +

'( +

') +

7

(48)
(49)

36

+

χ

&! C , 9;, χ!* C % ;0

B 9 =

α C D C ! D C

χ

&! A χ!*

$ <

/

< 6 = =

6 !

% %

5.. 2 5...

-< (

%

" % %

) < 6 = =

>3 1 E

&5.. 2' % 9, @9 /, 4!

&5.. -' % 9! @; /, ;9

6 & C , ,4 * C &,4@9,'&/,'C ! ,,

# # α C 9B C + ! ! C % F % ! C /, C

8!αC , ,!9 C , 4@9 ( D * C ! ,, A & C

, ,4 A * C ! ,, & '

5.. 2 5.. - #

" @

6

#

%

# $ " $

5

(50)

37

5 +

- . * $ &/'

* $ $ ; 5

9

# $ +

#

7 (

$

! . * $ &0'

* $ $ 4 5

5.. ! " 1<=<> . >3 3=31?

!, ,8!, + $

%

7 &

,

( 6

7

8

" ( &* +

" " !, ,' - .. ) ;;

4

" ( &* +

" " !, ,' - .. ) ;;

,

(51)

38 $

7

& #' 0 +

7 # (

#

"

#

'

<

+

() " $

.

5.. 3 6

7

. 3

+

# (

& + = - 44;'

(52)

39

3 +

#

3 3 $

!

7 $

$ < $

* , 3 < $

*

G

− =

+

* C # *

C = (

C =

C $

C " (

' (

( (

& =

G C " (

C &G C '

!

(53)

40

& # #

9B & 1 * $ %

2 $

+

" % 0

) < - 5 .

2 & *

, 0//

,

%

9

9

$

! , 0! $

% , 90! $

0 , ! 7 $

9 , 9 $

/ , !4, 7 $

@ , %;% $

; , !@9 7 $

4 , 00@ $

, , 04! $

, 49 7 $

! , ,;% 7 $

% , 00% $

0 , 09% $

9 , 9// $

/ , ,9% 7 $

@ , ,, 7 $

; , / / $

4 , 909 $

!, 90 0,; 7 $

! H 9 $

13

(54)

41

!! , 90/ $

!% , 0!0 $

!0 , 9!, $

!9 , 44% $

!/ , 44% $

!@ ; %4% 7 $

!; !/ @/@ 7 $

!4 , @/@ $

%, !/ @/@ 7 $

6 $ 4 $

$ 6 $ $

4 $ 2 +

) < - 5 .

2

& *

, /

,

%

9

9

$

! , 00 $

% , 9;0 $

/ ,9 ; $

@ , /4% $

4 , 9!, $

, , / 9 $

% , / / $

0 , 0;% $

9 , 949 $

; , 9%, $

4 , /;@ $

! , /! $

!! , 9 0 $

(55)
(56)
(57)

44 2

3# +

+

3# + (

# +

- C , ,, +

%, , ,,

, <- ≤ +

@, , %,

, <- ≤ +

,, @,

, <- ≤ +

- C ,, +

2 #

+

" % /

) < - 7 .

1 .

! @ !, !@

!

! % 9 / @ ; 4 , 0 9 /

; 4 !! !% !0 !9 !/ !; !4 %,

%

0 % !

" !

+

) < - 7 .

1 .

!/ !4

!

! 9 , 0 ; 4 !! !% !0 !9

%

(58)
(59)

46

*

& *

2 $

4 "

! 4

< (

< & 6, /;/ * C , %04

! & 6, ;4/ * C , %04 &*

& ' "

$

4

() /

() $

7

>

+

'

' +

' +

!'

%' $

0'

9' $

(60)

47

/ 7 = −

Χ

K

;

@' J $

;' # $

=

/

!

! & '

+

! / C

-C :

C :

4' & &

# # 9B

,' /! < /&! '& '

4

" () / %

<

$ <

+

' + σ ! =σ!!

') +

! !

! σ

σ ≠

+

(

)

{

(

)

}

= !

! , +

,

18

Sudjana, # &2 + 7 44/' Hal.138

19

(61)

48

2=

(

!

)

(

)

(

)

(

)

! !

− ∑

− ∑

= #

+

!

χ

C

!

C $

C

C

'( ,! &

! ,

(−α)() # #

9B C D !,

+ () . 0$

<

<

< & '

)

'( + = !

') + ≠ !

+

C

! C #

< !

!,

# &2 + 7 44/' !/%

!

(62)
(63)
(64)
(65)

52

Untuk mengetahui keefektifan penerapan model pembelajaran

5E terhadap hasil belajar Matematika pada materi segitiga peserta didik di

SMP maka penulis melakukan analisa data secara kuantitatif.

Penelitian ini menggunakan model pembelajaran eksperimen dengan

desain” ” yakni menempatkan subyek penelitian

ke dalam dua kelompok (kelas) yang dibedakan menjadi kategori kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan yaitu

pembelajaran dengan model pembelajaran dan kelas kontrol

dengan pembelajaran ekspositori.

Sebagaimana dijabarkan pada bab"bab sebelumnya bahwa dalam proses

pengumpulan data, penulis menggunakan metode dokumentasi dan metode tes.

Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berhubungan

dengan proses belajar mengajar peserta didik. Sedangkan metode tes digunakan

untuk memperoleh data hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum

dan sesudah diberi perlakuan yang berbeda.

Adapun langkah"langkah yang ditempuh dalam penguasaan instrumen tes

dalam penelitian ini adalah:

1. Mengadakan pembatasan materi yang diujikan

Adapun materi yang diujikan adalah materi pokok segitiga yang meliputi:

a. Pengertian segitiga

b. Jenis"jenis segitiga

c. Sifat"sifat segitiga

d. Jumlah sudut segitiga

2. Menyusun kisi"kisi

(66)

53

3. Menentukan waktu yang disediakan

Waktu yang disediakan untuk menyelesaikan soal tersebut selama 90 menit

dengan jumlah soal 19 pilihan ganda.

4. Menganalisis butir soal uji coba instrumen

Sebelum soal terlebih dahulu diujicobakan pada kelas uji coba

di kelas VII A untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran,

dan daya pembeda soal. Kemudian setelah tes tersebut diperbaiki dan dapat

diketahui kevalidannya, soal tersebut diberikan pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol, yaitu kelas VII B dan kelas C. Adapun hasil uji coba terdapat pada

lampiran 11.

Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengolah data yang telah

terkumpul dari data hasil belajar peserta didik di kelas eksperimen dan kelas

kontrol dengan tujuan untuk membuktikan diterima atau ditolaknya hipotesis yang

telah diajukan oleh peneliti, dan dalam pembuktiannya menggunakan uji

Analisis data akhir ini, bertujuan untuk mengetahui kondisi kelas eksperimen dan

kelas kontrol setelah mendapat perlakuan yang berbeda, apakah kedua kelas

berasal dari sampel yang homogen atau tidak. Oleh karena itu, peneliti

menggunakan nilai hasil belajar peserta didik pada materi pokok segitiga dari

kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Data nilai akhir kelas eksperimen diperoleh dari data hasil belajar pada

materi segitiga. Pada kelas VII B sesudah diberi perlakuan model pembelajaran

, diperoleh data nilai tertinggi adalah 98 dan nilai terendah adalah

45 rentang (R) = 53, panjang interval kelas 9, untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel lampiran 26.

Data nilai akhir kelas kontrol diperoleh dari data nilai hasil belajar pada

materi segitiga. Pada kelas VII C diperoleh data nilai tertinggi = 96, nilai terendah

= 44, dan rentang (R)= 52, banyaknya kelas yang diambil 6 kelas, panjang interval

(67)

54

Metode untuk menganalisis data akhir adalah sebagai berikut:

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui jenis statistik yang akan

digunakan dalam penelitian, apabila datanya berdistribusi normal maka statistik

yang digunakan adalah statistik parametris, dan apabila datanya berdistribusi tidak

normal, maka statistik yang digunakan adalah statistik non parametris. Uji Chi

Kuadrat atau ! adalah teknik analisis komparasial yang

mendasarkan diri pada perbedaan frekuensi dari data yang sedang diselidiki.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas akhir kelompok eksperimen dan kontrol diperoleh dari

data nilai sesudah mendapatkan perlakuan. Untuk data lengkapnya ada

pada lampiran 25.

1) Uji normalitas nilai akhir pada kelompok eksperimen

Hipotesis:

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data tidak berdistribusi normal

Pengujian hipotesis:

2 2

Keterangan: 2 Chi kuadrat

Frekuensi hasil pengamatan

Frekuensi yang diharapkan

Kriteria yang digunakan H0 diterima jika 2 2 , dengan

dk = – 1 dimana "= banyak kelas dan taraf .1

Adapun langkah"langkah pengujian normalitas sebagai berikut:

a) Menentukan interval kelas

Data nilai kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.1 di

halaman 55. Dari tabel tersebut diperoleh:

Nilai maksimum = 98

1

(68)

55

b) Mencari varians

Sebelum dicari nilai 2 hitung, terlebih dahulu dicari varians kelas

untuk menentukan nilai Zi

Tabel 4.1

Tabel Penolong Penghitungan Variansi Kelas Eksperimen

(69)

56

1 31 175059 2277

>

31 x 30 242100930 260,323

C D260,323 16,13

c) Menghitung 2

Tabel 4.2

Frekuensi yang Diharapkan dan Pengamatan Kelas Eksperimen

Kelas

Luas tiap kelas

Gambar

Tabel 4.2
Tabel 4.3 Tabel Penolong Penghitungan Variansi
Tabel 4.4
Tabel 4.5
+5

Referensi

Dokumen terkait

keterampilan. Ini berarti bahwa belajar melibatkan kemampuan dasar manusia, yaitu kemampuan bergerak, berbicara, dan kemampuan berpikir. Jenjang pendidikan dasar, khususnya

Sesuai dengan Visi Kampus yaitu Menjadi Program Studi Penghasil Tenaga Kepera- watan Vokasi Bertaraf Global Yang Kompeten Dan Kompetitif, Unggul Dalam Manajemen Penang-

Untuk memenuhi kriteria security pada daerah taktis, dalam sistem OFDM disimulasikan beberapa kemungkinan terjadinya jamming. Pertama dilakukan pembandingan hasil BER

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan teknologi informasi pembelajaran e-learning dengan ADDIE Model dapat memperkaya pedagogi

Berdasarkan analisis hasil pemeriksaan dari berbagai parameter pada uji toksisitas subkronik tablet fraksi EA-96 herba Sambiloto dengan dosis 50 mg/kg, 327 mg/kg, dan

Aplikasi penjualan spare part dan aksesoris O2 Racing Sport ini memberikan fasilitas kepada konsumen dalam bertransaksi secara online, sehingga konsumen tidak perlu untuk

(e) Akhir dari semua analisis yang dilakukan bertujuan untuk menentukan strategi perencanaan dalam pengembangan sistem SAP pada Human Capital and Legal di Institusi Pendidikan

Hasil analisis menunjukkan bahwa paritas tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kelahiran BBLR namun secara praktis, paritas 1 berisiko melahirkan BBLR 1,7 kali dan