i
!"# $ "$%"# &'&$"( ") * + $ &,&$)# - . / % &'-&/0,&( &, / /! $ &$+ + # $ + , '
,'" &$+ + # $ %&' % #
,&(1
1 23
ii Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Innarotul Ulya NIM : 073511020
Jurusan/Program Studi : Tadris Matematika
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 31 Mei 2011 Saya yang menyatakan,
iii
4
Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan Telp/Fax 7601295, 7615387 Semarang 50185
Naskah skripsi dengan:
Judul : 5&#% 6 % * 0+&, &'7&, ! / $
+&$) $ -&' $5 % $ , % &/ ) - + %&/ 0#0# + $) % / %&/( + - * , &, ! / &*&/% + + # &, * "/", *, ' &' / $) ("$
&, ! / $ Nama : Innarotul Ulya
NIM : 073511020 Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Tadris Matematika
telah diuji dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pandidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika.
Semarang, 15 Juni 2011 DEWAN PENGUJI
&%" + $) &# $ &#/&% / * + $)
/8 8 "*9 $: 8 "," (0 /"$$ * : 8 8: 8 +
8 ;<= > > ;;3 3 > 8 ;= 2 3
&$)"! : &$)"! :
"$ % #(' 9 % : 8 ", 0' + *%/ : 8
8 3; >;2 3 8 ;2 < > 3
iv
Semarang, 1 Juni 2011 Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Di Semarang
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Efektivitas Model Pembelajaran (LC 5E) dengan Pemanfaatan Alat Peraga pada Materi Pokok Bidang Datar terhadap Hasil Belajar Peserta didik Kelas VII SMP Nurul Islam Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011.
Nama : Innarotul Ulya NIM : 073511020 Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Tadris Matematika
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.
Pembimbing I,
v
Semarang, 1 Juni 2011 Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Di Semarang
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Efektivitas Model Pembelajaran (LC 5E) dengan Pemanfaatan Alat Peraga pada Materi Pokok Bidang Datar terhadap Hasil Belajar Peserta didik Kelas VII SMP Nurul Islam Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011.
Nama : Innarotul Ulya NIM : 073511020 Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Tadris Matematika
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.
Pembimbing II,
vi
Judul : Efektivitas Model Pembelajaran 5E (LC 5E) dengan Pemanfaatan Alat Peraga pada Materi Pokok Bidang Datar terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII SMP Nurul Islam Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011
Penulis : Innarotul Ulya NIM : 073511020
Pembelajaran matematika SMP Nurul Islam Semarang kurang efektif khususnya pada pokok bahasan segitiga. Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran masih menggunakan metode konvensional atau ekspositori, guru mencatatkan materi, memberi tugas kemudian peserta didik mengerjakan. Sehingga peneliti tertarik untuk menerapkan model pembelajaran
(LC 5E) pada proses pembelajaran di SMP Nurul Islam Semarang. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: apakah model pembelajaran
(LC 5E) dengan pemanfaatan alat peraga pada materi pokok bidang datar efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Nurul Islam Semarang tahun Pelajaran 2010/ 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: efektivitas model pembelajaran (LC 5E) dengan pemanfaatan alat peraga pada materi pokok bidang datar terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Nurul Islam Semarang tahun Pelajaran 2010/ 2011. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas VII semester 2 SMP Nurul Islam Semarang yang terbagi dalam tiga kelas dan masing? masing kelas terdiri dari 31 peserta didik. Design yang digunakan dalam
penelitian ini adalah “ !, yaitu menempatkan
subyek penelitian ke dalam dua kelompok dengan kategori kelas eksperimen dan kelas kotrol. Dengan menggunakan cara " (acak) untuk memilih anggota kelompok (kelas). Pada kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E (LC 5E) dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.
vii
viii
EFGHIا KLGHIا Mا ENO
Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih, tercurahkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan taufik serta inayah?Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul ? 5&#% 6 % * 0+&, &'7&, ! / $ +&$) $
&' $5 % $ , % &/ ) - + %&/ 0#0# + $) % / %&/( + - * , &, ! / &*&/% + # &, * "/", *, ' &' / $) ("$ &, ! / $ @dengan baik.
Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana S?1 pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang Jurusan Tadris Matematika. Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan rasa hormat yang dalam penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, Bapak Dr. Suja’i, M.Ag, yang telah memberikan izin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini.
2. Ka.Prodi Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, Hj. Minhayati Saleh, S.Si., M.Sc., yang telah memberikan izin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi.
3. Saminanto, S.Pd., M.Sc, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Hj. Nur asiyah, M.S.I, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Hj. Minhayati Shaleh, S.Si, M.Sc., selaku dosen wali yang memotivasi dan memberi arahan selama kuliah.
6. Dosen, pegawai, dan seluruh civitas akademika di lingkungan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
ix
8. Guru matematika kelas VII SMP Nurul Islam Semarang yang telah berkenan memberi bantuan, informasi, dan kesempatan waktu untuk melakukan penelitian.
9. Bapak dan Ibu guru serta karyawan SMP Nurul Islam Semarang.
10. Orang tua beserta keluarga besar penulis yang telah memberikan doa, dorongan, dan semangat.
11. Sahabat?sahabat terbaik penulis yang telah memberikan semangat(mb muna, kamar al?asro’).
12. Rekan?rekan mahapeserta didik Pendidikan Matematika Angkatan 2007(Dewi, Iin, tita, teny, lia, riska,, nafis), khususnya kelas Paket A, atas motivasi yang selalu diberikan kepada penulis.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil demi terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran sangat penulis harapkan bagi setiap pembaca. Biarpun demikian penulis berharap bahwa skripsi ini dapat memberi manfaat dan inspirasi bagi penulis sendiri dan pembaca.
Semarang, 1 juni 2011 Penulis
x
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PENGESAHAN ... iii
NOTA PEMBIMBING ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... xi
1 A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 3
C. Rumusan Masalah... 4
D. Tujuan dan manfaat Penelitian... 5
1 A. Landasan Teori... 6
1. Belajar ... 6
2. Teori Belajar...…... 7
3. Pembelajaran Matematika dangan Pemanfaatan Alat Peraga...9
4. Model Pembelajaran 5E... 10
Implementasi Model Pembelajaran 5E dalam Pembelajaran Matematika pada Materi Pokok Segitiga………... 13
6. Hasil Belajar...…………. 17
7. Alat Peraga...…. 21
8. Uraian materi segitiga ………... 23
B. Kajian Penelitian Yang elevan... 28
xi
D. Rumusan Hipotesis..………... 32
1 A. Jenis Penelitian ... 33
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 34
C. Populasi dan Sampel Penelitian... 34
D. Variabel Penelitian……... 36
E. Teknik Pengumpulan Data... 36
F. Teknik analisis Data……….………... 37
1 A. Deskripsi Data dan Hasil Penelitian... 51
B. Pengujian Hipotesis... 52
C. Pembahasan Hasil Penelitian………... 54
1 A. Simpulan... 57
B. Saran... 57
C. Penutup... 58 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL
xii
Lampiran 1 : Daftar Nama Peserta didik Kelas VII SMP Nurul Islam Semarang Lampiran 2 : Daftar Nilai Awal Mata Pelajaran Matematika Kelas VII
SMP Nurul Islam Semarang
Lampiran 3 : Uji Normalitas Data Nilai Awal Kelas VII A Lampiran 4 : Uji Normalitas Data Nilai Awal Kelas VII B Lampiran 5 : Uji Normalitas Data Nilai Awal Kelas VII C
Lampiran 6 : Uji Homogenitas Data Nilai Awal Kelas Eksperimen dan Kontrol Lampiran 7 : Uji Kesamaan Dua Rata?Rata Data Nilai Awal
Lampiran 8 : Kisi?kisi Soal Uji Coba Lampiran 9 : Soal Tes Uji Coba
Lampiran 10 : Kunci Jawaban Soal Tes Uji Coba
Lampiran 11 : Analisis Soal Uji Coba Tahap 1 dan Tahap II Lampiran 12 : Contoh Hasil Perhitungan Validitas Soal Lampiran 13 : Contoh Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Lampiran 14 : Contoh Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Lampiran 15 : Contoh Hasil Perhitungan Reliabilitas Soal Lampiran 16 : Daftar Nama Kelompok Kelas Eksperimen
Lampiran 17 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen Pertemuan 1
Lampiran 18 : Soal Diskusi Pertemuan 1
Lampiran 19 : Kunci Jawaban Soal Diskusi Pertemuan 1
Lampiran 20 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen Pertemuan 2
Lampiran 21 : Soal Diskusi Pertemuan 2
Lampiran 22 : Kunci Jawaban Soal Diskusi Pertemuan 2 Lampiran 23 : Soal Postest
Lampiran 24 : Kunci Jawaban Postest
Lampiran 25 : Daftar Nilai Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol Lampiran 26 : Uji Normalitas Akhir Kelas Eksperimen
xiii Lampiran 28 : Uji Homogenitas
Lampiran 29 : Uji Hipotesis
Lampiran 30 : Uji Ketuntasan Belajar
Lampiran 31 : Foto Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Lampiran 32 : Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi Chi?Kuadrat Lampiran 33 : Daftar Nilai r Product Moment
Lampiran 34 : Luas di bawah Lengkungan Normal Standar dari 0?Z Lampiran 35 : Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi t dan F
Lampiran 36 : Surat Keterangan dari Lab Matematika Lampiran 37 : Piagam KKN
Lampiran 38 : Nilai Ko.Kurikuler
Lampiran 39 : Surat Penunjukan Pembimbing Lampiran 40 : Surat Izin Pra Riset
Lampiran 41 : Surat Izin Riset
1
! " #
$ %&'& (
)
* + * +
2 ,
-)
-* +
*
* + * + * +
* +
' )
1
. . " / !
011 ( 1%&&21&21'21
3 4
! " # $
$ % & ' (
)*+*,)*++
-0
+
5 *
+% 5
6
) !./ " ! " #
* +
+
3 0
* * + * +
* * +7
0
,
3 ,
2
8 " ! ! # $ *9 0 %&&:+
5 6 , %27
6
5 ! # * 0 ; ; %&&:+ ,
2%
4
/ $ % " *9 0 ) %&'&+
, ':& ':'
3
! & ! * 0 ; ;
4
1
)
"
9 1
*<=35+
! 2( (
0 +
>"" ! " ?
'( (
5
+
) 3( (
(
0
' ,
1 4
6
A.
! "
Belajar merupakan keseluruhan proses pendidikan bagi tiap orang yang
meliputi pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan sikap dari seseorang.
Seseorang dikatakan belajar apabila dapat diasumsikan bahwa pada dirinya terjadi
proses perubahan sikap dan tingkah laku. Perubahan ini biasanya berangsur
angsur dan memakan waktu cukup lama.
Perubahan tersebut akan semakin tampak bila ada usaha dari pihak yang
terlibat. Tanpa adanya usaha, walaupun terjadi proses perubahan tingkah laku,
maka tidak dapat diartikan sebagai belajar. Ini dapat diartikan proses belajar yang
dilakukan oleh peserta didik itu sendiri.
Berikut ini adalah pengertian belajar menurt pendapat para ahli:
a. Syeikh Abdul Aziz dan Abdul Majid dalam kitab
mendefinisikan belajar:
ﺍﱠﻥ
Abdul Aziz dan Abdul Majid, , (Mesir: Dani Ma’arif,1979),
7 “Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan
hasil pengalaman yang lalu”.2
c. Howard . & ! '
“ " #
!
“Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam artian luas) ditimbulkan
atau diubah melalui praktek atau latihan”. 3
d. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono
“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”.4
Pengertian pengertian di atas mengemukakan bahwa belajar bukan hanya
suatu tujuan tetapi juga merupakan suatu proses atau aktivitas untuk menghasilkan
perubahan tingkah laku. Aktivitas belajar inilah yang oleh Harold Spears dalam
Mustaqim diartikan dengan $ $ $
$ $ . (Belajar terdiri dari mengamati, membaca, meniru, mencoba sendiri sesuatu, mendengarkan, mengikuti petunjuk).5
( ! "
Teori teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
! "
Piaget mengemukakan bahwa perkembangan kognitif sebagian besar
ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan.
Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget yakin bahwa pengalaman pengalaman
fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan
perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya,
2
Mustaqim, % % , (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang, 2009), hal. 39
3 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),
Cet.4, Hal.127
4 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),
Cet.4, Hal.128
5 Mustaqim,
% % , (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
8 khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang
pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis.6
Dalam berdiskusi atau menemukan solusi bagi permasalahan memang
sangat dianjurkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sebagaimana disebutkan
dalam firman Nya:7
Dalam penelitian ini teori belajar Jean Piaget digunakan karena model
pembelajaran ) *+ juga berbasis konstruktivistik seperti halnya teori belajar ini. Dilihat pada pembelajaran yang dilakukan, peserta didik
diberikan masalah yang harus dikerjakan baik secara individu maupu kelompok
dengan mengkonstruk pengetahuannya sendiri melalui kegiatan memahami,
menyusun rencana, melaksanakan rencana, dan mengevaluasi hasil kerja.
) ! " *' +'
Teori Vygotsky menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran.8
Vygotsky mengkritik pendapat Piaget yang menyatakan bahwa faktor utama yang
mendorong perkembangan kognitif seseorang adalah motivasi atau daya dari
individu sendiri untuk mau belajar dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Vygotsky justru berpendapat bahwa interaksi sosial, yaitu interaksi individu
tersebut dengan orang lain merupakan faktor terpenting yang mendorong atau
memicu perkembangan kognitif seseorang.
Dalam penelitian ini teori belajar Vygotsky digunakan karena model
pembelajaran ) *+ juga menggunakan kegiatan pembelajaran melalui kerja kelompok seperti prinsip pada teori belajar Vigotsky itu sendiri.
Melalui kelompok ini peserta didik saling berdiskusi memecahkan masalah yang
6
Trianto, , % - . / , (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007), Hal.14.
7 Tim Islam Online,
0 . 0 , / , (Jakarta: Khalifa,
2006), Hal.xiii
8 Trianto, Model
% - . / , (Jakarta:
9 diberikan dengan saling bertukar ide dan temuan sehingga dapat digeneralisasikan
atau disimpulkan. Guru dalam proses ini hanya membantu proses penemuan
jawaban jika terjadi suatu kesulitan.
, ! " - # #) !
David Ausubel mengemukakan teori belajar bermakna "
#. Belajar bermakna adalah proses mengaitkan informasi baru dengan konsep konsep yang relevan dan terdapat dalam kognitif seseorang.9
Dalam penelitian ini teori belajar David Ausubel digunakan karena pada
model pembelajaran ) *+, ada fase penerapan konsep dimana guru menyajikan materi pelajaran baru dengan menghubungkannya dengan konsep
yang relevan yang sudah ada dalam struktr kognisi peserta didik.
. %) ! " % + % / !
Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam
agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta antara peserta
didik dengan peserta didik.10 Menurut Soedjadi sebagaimana dikutip dalam
Heruman, matematika yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada
kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. 11 Dalam pembelajaran matematika
yang abstrak peserta didik memerlukan alat bantu berupa media dan alat peraga
yang dapat memperjelas apa yang disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat
dipahami dan dimengerti oleh peserta didik. Proses pembelajaran pada fase
konkret dapat melalui tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan
selanjutnya abstrak.
9Trianto, Model
% - . / , (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007), Hal.25
10 Amin Suyitno,
) % ,
01 0,% )- .-(Semarang: Universitas Negeri Semarang , 25 Februari 2010), hlm. 2.
11 Heruman,
, % , 0 1 , (Bandung: PT. Remaja
10 Menurut Mustafa Fahmi sebagaimana dalam Mustaqim, mendefinisikan
belajar:
penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori peserta didik,
sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya, untuk keperluan
inilah maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan, dan pengertian,
tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah
dilupakan peserta didik.
! %) ! "
Pergeseran paradigma pendidikan dari behavioristik menuju konstruktivistik
melahirkan model, metode, pendekatan dan strategi strategi baru dalam sistem
pembelajaran khususnya dalam pembelajaran matematika. Model pembelajaran
) *+ merupakan salah satu model yang berbasis pendekatan konstruktivistik.
Dalam pembelajaran konstruktivistik peserta didik harus berpikir kritis,
menganalisis, membandingkan, menggeneralisasi, menyusun hipotesis hingga
mengambil kesimpulan dari masalah yang ada, sedangkan guru berperan sebagai
fasilitator dan motivator belajar peserta didik, menata lingkungan belajar peserta
didik agar dapat melakukan kegiatan belajar mengajar sebaik baiknya. Karena
keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran mendukung
peserta didik untuk membangun pengetahuannya sendiri, sehingga pembelajaran
akan berpusat pada peserta didik bukan pada guru.
12 Mustaqim,
% , (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang, 2009), Hal. 39 40
13 Heruman, ,
, % , 0 1 , (Bandung: PT. Remaja
11 Model pembelajaran ) adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengoptimalkan cara belajar
dan mengembangkan daya nalar peserta didik. ) merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik " #!
) merupakan rangkaian tahap tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat menguasai kompetensi
kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif.
Implementasi ) dalam pembelajaran menempatkan guru sebagai fasilitator yang mengelola berlangsungnya fase fase tersebut mulai dari
perencanaan (terutama perangkat pembelajaran), pelaksanaan (terutama
pemberian pertanyaan pertanyaan arahan dan proses pembimbingan), dan
evaluasi.14 Menurut Lorsbach sebagaimana dikutip dalam Made Wena,
) terdiri atas lima fase yaitu fase (a) pembangkit minat " #$ (b) eksplorasi " #$ (c) penjelasan (explanation), (d) elaborasi
" #$ dan (e) evaluasi " #!
Kelima fase tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
%) +
Tahap pembangkitan minat merupakan tahap awal dari siklus belajar. Pada
tahap ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dan
keingintahuan " # peserta didik tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam
kehidupan sehari hari (yang berhubungan dengan topik bahasan). Dalam hal ini
guru harus membangun keterkaitan antara pengalaman keseharian peserta didik
dengan topik pembelajaran yang akan dibahas.
) + 0! " #
Eksplorasi merupakan tahap kedua model siklus belajar. Pada tahap
eksplorasi dibentuk kelompok kelompok kecil antara 5 6 peserta didik, kemudian
diberikan kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa
14 Fajaroh, F dan I. W. Dasna,
% , 0 .
12 pembelajaran langsung dari guru. Dalam kelompok ini peserta didik didorong
untuk menguji hipotesis dan atau membuat hipotesis baru, mencoba alternatif
pemecahannya dengan teman sekelompok, melakukan dan mencatat pengamatan
serta ide ide atau pendapat yang berkembang dalam diskusi. Tahap ini guru
berperan sebagai fasilitator dan motivator. Pada dasarnya tujuan tahap ini adalah
mengecek pengetahuan yang dimiliki peserta didik apakah sudah benar, masih
salah, sebagian salah, atau sebagian benar.
, " !
Penjelasan merupakan tahap ketiga siklus belajar. Pada tahap pembelajaran,
guru dituntut mendorong peserta didik untuk menjelaskan suatu konsep dengan
kalimat/pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan peserta
didik, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antar peserta didik atau guru.
Dengan adanya diskusi ini, guru memberi definisi dan penjelasan tentang konsep
yang dibahas, dengan memakai penjelasan peserta didik terdahulu sebagai dasar
diskusi.
0 & 0
Elaborasi merupakan tahap keempat siklus belajar. Pada tahap elaborasi
peserta didik menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam
situasi baru atau konteks yang berbeda. Dengan demikian, peserta didik akan
dapat belajar secara bermakna, karena telah dapat menerapkan/ mengaplikasikan
konsep yang baru dipelajarinya dalam situasi baru. Jika tahap ini dapat dirancang
dengan baik oleh guru maka motivasi belajar peserta didik akan meningkat.
Meningkatya motivasi belajar peserta didik tentu dapat mendorong peningkatan
hasil belajar peserta didik.
- !#
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari siklus belajar. Pada tahap evaluasi,
guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman peserta didik dalam
menerapkan konsep baru. Peserta didik dapat melakukan evaluasi diri dengan
mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan
observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Hasil evaluasi ini
13 siklus belajar yang sedang diterapkan, apakah sudah berjalan dengan sangat baik,
cukup baik, atau masih kurang. Demikian pula melalui evaluasi diri, peserta didik
akan dapat mengetahui kekurangan atau kemajuan dalam proses pembelajaran
yang sudah dilakukan.15
Matematika yang merupakan materi yang penting di SMP akan sangat
sesuai bila dalam pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
) *+. Peserta didik diharapkan dapat membangun sendiri pengetahuan kognitifnya dan kedudukan guru sebagai fasilitator yang mengelola
berlangsungnya fase fase tersebut mulai dari perencanaan (terutama perangkat
pembelajaran), pelaksanaan ( terutama pemberian pertanyaan pertanyaan arahan
dan proses pembimbingan) dan evaluasi berfungsi membantu peserta didik
menemukan konsep pengetahuannya. Hal ini sesuai dengan karakteristik dari
model pembelajaran ) *+ sendiri yang pada dasarnya sesuai dengan pendekatan konstruktivistik. Oleh karena itu model pembelajaran )
*+ dirasakan sesuai jika diterapkan pada pembelajaran Matematika.
%0! % ! %) ! " ! %
%) ! " % + 0 + + 1
%) +
1) Guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat serta
keingintahuan peserta didik tentang topik yang akan diajarkan. Proses
membangkitkan minat ini salah satunya melalui: guru mengajukan
pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari hari (yang
berhubungan dengan topik bahasan).
2) Contoh pertanyaan untuk membangkitkan minat: Pernahkah kalian
memperhatikan bentuk layar sebuah perahu yang mengarungi lautan dengan
layar berkembang? Apa bentuk layar tersebut? Coba temukan contoh
lainnya di sekelilingmu!
15Made Wena,
0 % - / , (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),
14
%) ( Perahu
3) Dari pertanyaan tersebut kemudian guru mengaitkan antara pengalaman
peserta didik dengan topik pembelajaran yang akan dibahas.
b. + 0! ( )
1) Peserta didik dibentuk kelompok kecil, dan diberi permasalahan. Kemudian
peserta didik diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil
tanpa pembelajaran langsung dari guru. Di sini guru sebagai fasilitator dan
motivator.
2) Contoh permasalahan: guru membawa alat peraga berupa gambar perahu
berlayar dan bingkai segitiga, kemudian ditunjukkan kepada peserta didik.
Manakah yang merupakan model segitiga dan manakah yang merupakan
model daerah segitiga? Berikan alasan (perbedaan dari segitiga dan daerah
segitiga) dan berikan contoh yang merupakan model dari segitiga dan
daerah segitiga, masing masing 4 buah!
15 3) Peserta didik mencoba alternatif pemecahan masalah, mencatat pengamatan
serta ide atau pendapat yang berkembang dalam diskusi.
c. " ! ( )
1) Guru dituntut mendorong peserta didik untuk menjelaskan suatu konsep
dengan kalimat/ pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas
penjelasan peserta didik, dan saling mendengar secara kritis penjelasan
antarpeserta didik atau guru.
2) Peserta didik mempresentasikan hasil diskusinya. Jika dalam
mempresentasikan belum benar tentang konsep yang dijelaskan, kemudian
guru memberi definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas.
3) Misalkan peserta didik dalam memberi definisi segitiga dan daerah segitiga
masih salah, maka guru membenarkan dengan bantuan alat peraga bahwa:
• Model dari segitiga ini yaitu bingkai segitiga. Kita sebut saja Segitiga ABC
dapat ditulis “ ABC” dibaca “segitiga ABC”. ABC dibentuk oleh tiga ruas/
segmen garis yaitu ruas garis AB, BC, dan CA. Salah satu ujung dari tiap
ruas garisnya berimpit dengan salah satu ujung segmen garis yang lain
secara berurutan.
• Model dari daerah segitiga yaitu yang digambarkan sebagai layar daerah
segitiga berupa kain tertutup. Daerah segitiga dibentuk oleh segitiga dan
daerah arsiran/ daerah dalam segitiga.
d. 0 0 & 0 ( !)
Setelah peserta didik melalui fase fase diatas, kemudian peserta didik
dituntut untuk mengaplikasikan konsep/ keterampilan dalam situasi baru. Yaitu
dengan mengelompokkan suatu segitiga berdasarkan panjang sisi sisinya, besar
16 PRAKTIK
Gambarlah segitiga segitiga berikut ini pada kertas karton
kemudian guntinglah segitiga segitiga tersebut!
Amati unsur unsur segitiga segitiga di bawah ini! Ukurlah panjang
sisi sisinya dan besar sudut sudutnya, kemudian kelompokkan
berdasarkan ciri ciri yang kalian ketahui! Apa kesimpulanmu?
2,5cm
3cm 3cm 5cm 5cm 3cm 5cm 2,5cm
1,5cm 1,5cm 5cm 3,5cm
4cm 4cm 4cm 5cm 3cm 2,5cm 3cm 3cm
4cm 3cm 3cm
e. - !# ( )
1) Guru mengamati pengetahuan atau pemahaman peserta didik dalam hal
penerapan konsep baru, mendorong peserta didik melakukan evaluasi diri,
mendorong peserta didik memahami kekurangan/ kelebihannya dalam
kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan.
2) Peserta didik mengevaluasi belajarnya sendiri dengan mengajukan
pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi,
bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Kemudian mengambil
kesimpulan atas situasi belajar yang dilakukannya, dan menganalisis
17
2 3 ! ! "
3 ! ! "
Hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki peserta didik
setelah ia menerima pengalaman belajar.16 Penilaian hasil belajar dilakukan
setelah suatu kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Penilaian hasil belajar adalah
kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana belajar dan pembelajaran
telah berjalan secara efektif. Keefektifan pembelajaran tampak pada kemampuan
peserta didik mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan.
Dari segi guru, penilaian hasil belajar akan memberikan gambaran
mengenai keefektifan pengajarannya, apakah pembelajaran yang dilaksanakan
mampu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Dalam penelitian ini hasil
belajar diperoleh dengan menggunakan tes akhir karena yang mencakup semua
indikator pembelajaran.
) + 4/ + ' %0 #5 3 ! ! "
Belajar merupakan suatu proses.17 Sebagai suatu proses sudah barang tentu
harus ada yang diproses (masukan atau input), dan hasil dari pemprosesan
(keluaran atau output). Dengan pendekatan sistem, kegiatan belajar dapat
digambarkan sebagai berikut:
%) ( . Bagan Pendekatan Sistem Kegiatan Belajar
16 Nana Sudjana,
% 5 % . , , (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002), Hal. 22.
17 Ngalim Purwanto,
% % , (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet.
24, Hal. 106 107
INSTRUMENTAL INPUT
RAW INPUT TEACHING-LEARNING
PROCESS
OUTPUT
18 Di dalam proses belajar mengajar di sekolah, maka yang dimaksud masukan
mentah atau raw input adalah peserta didik sebagai raw input. Peserta didik
memiliki karakteristik tertentu baik fisiologis maupun psikologis. Mengenai
fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya, panca indranya, dan sebagainya.
Sedangkan yang menyangkut psikologis adalah minatnya, tingkat kecerdasannya,
bakatnya, motivasinya, kemampuan kognitifnya. Semua ini dapat mempengaruhi
bagaimana proses dan hasil belajarnya.
Instrumental input atau faktor faktor yang disengaja dirancang dan
dimanipulasikan adalah kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan
pengajaran, sarana dan fasilitas, serta manajemen yang berlaku di sekolah yang
bersangkutan. Di dalam keseluruhan sistem maka instrumental input merupakan
faktor yang sangat penting pula dan paling menentukan dalam pencapaian
hasil/output yang dikehendaki, karena instrumental input inilah yang menentukan
bagaimana proses belajar mengajar itu akan terjadi di dalam diri peserta didik.
Hasil belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor utama
yakni faktor dari dalam diri peserta didik itu dan faktor yang datang dari luar diri
peserta didik (faktor lingkungan).18
1. Faktor yang datang dari diri peserta didik
Faktor yang datang dari diri peserta didik terutama kemampuan yang
dimilikinya. Faktor kemampuan peserta didik besar sekali pengaruhnya terhadap
hasil belajar yang dicapai. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki peserta
didik, juga ada faktor lain seperti motivasi, minat dan perhatian, sikap dan
kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
2. Faktor yang datang dari luar diri peserta didik (faktor lingkungan)
Artinya ada faktor faktor yang berada di luar dirinya yang dapat
menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan
belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah, ialah kualitas
pengajaran. Yang dimaksud kualitas pengajaran ialah tinggi rendahnya atau
efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran.
18 Nana Sudjana,
1 % . , , (Bandung: Sinar Baru
19 Menurut Muhibbin Syah, psikologi belajar menambahkan satu faktor
pendekatan belajar, yaitu jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi
dan metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan
pembelajaran materi materi pembelajaran.19
Sedangkan menurut Syeh Imam Burhanil Islam Az Zarnuji, faktor yang
mempengaruhi hasil belajar ada enam, yang dituangkan dalam syair berikut:
KLM Mا
Hasil belajar dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai tujuan
pendidikan. Dimana tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar peserta didik
secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu aspek kognitif, aspek
afektif, aspek psikomotorik.21 Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini
mencakup aspek kognitif.
1) Aspek Kognitif
Yaitu segi kemampuan yang berkenaan dengan ingatan atau pengenalan
terhadap pengetahuan dan informasi serta pengembangan keterampilan
intelektual, Bloom mengemukakan aspek kognitif terdiri dari enam kategori yaitu:
a) Pengetahuan dan ingatan, dalam hal ini peserta didik dituntut untuk dapat
mengetahui dan mengenali adanya konsep, fakta atau istilah istilah lain.
b) Pemahaman, peserta didik diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami
hubungan yang sederhana diantara fakta fakta dan konsep.
19 Muhibbin Syah,
% . , (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), cet. I, hal.
145
20 Syaikh Imam Burhanil Islam Az Zarnuji,
, & , & , (Semarang: Maktabah Alawiyah), hal.14
21 Wayan Nurkancana dan Sunartana,
+ 5 . , (Surabaya: Usaha Nasional,
20 c) Aplikasi dan penerapan, merupakan kemampuan menyeleksi atau memiliki
konsep, hukum, dalil, gagasan dan cara secara tepat untuk diterapkan dalam
situasi yang baru
d) Analisis, merupakan kemampuan peserta didik untuk menganalisis suatu
hubungan atau situasi yang kompleks atas konsep konsep dasar.
e) Sintesis, merupakan kemampuan menggabungkan unsur unsur pokok ke dalam
struktur yang baru.
f) Evaluasi, merupakan kemampuan peserta didik mengevaluasi sesuatu, keadaan,
pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu.
2) Aspek afektif
Yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi reaksi
yang berbeda dengan penalaran. Menurut Krathwohl dkk, aspek afektif terdiri dari
lima kategori yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, penentuan sikap,
organisasi,dan pembentukan pola hidup.
3) Aspek psikomotorik
Yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani atau gerakan
peserta didik yang meliputi:22
a) Gerakan refleks yaitu respon gerakan yang tidak disadari yang dimiliki sejak
lahir.
b) Dasar gerakan gerakan yaitu gerakan gerakan yang menuntun kepada
keterampilan yang sifatnya kompleks.
c) Perceptual abilitis yaitu kombinasi dari kemampuan kognitif dan gerakan.
d) Pysical abilitis yaitu kemampuan yang diperlukan untuk mengembangkan
gerakan gerakan keterampilan tingkat tinggi.
e) Skilled movement yaitu gerakan gerakan yang memerlukan belajar misalnya
ketrampilan dalam menari, olah raga, dan rekreasi.
f) Nondiscoursive communication yaitu kemampuan untuk berkomunikasi
dengan menggunakan gerakan misalnya ekspresi wajah (mimik), postur dan
sebagainya.
22 Nana Sudjana,
1 % % , (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
21 Proses belajar yang dialami peserta didik merealisasikan perubahan
perubahan dalam bidang pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap.
6 !
Alat peraga sering disebut audio visual, dari pengertian alat yang dapat
diserap oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang
disampaikan guru lebih mudah dipahami peserta didik. Dalam proses belajar
mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses
belajar peserta didik lebih efektif dan efisien.
Ada enam fungsi pokok dari alat peraga dalam proses belajar mengajar.
Keenam fungsi tersebut adalah:23
a. Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan
fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk
mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
b. Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan
situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan salah satu unsur
yang harus dikembangkan guru.
c. Alat peraga dalam penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran.
Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan alat peraga harus
melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran.
d. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran bukan semata mata alat hiburan,
dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih
menarik perhatian peserta didik.
e. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk
mempercepat proses belajar mengajar dan membantu peserta didik dalam
menangkap pengertian yang diberikan guru.
f. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi
mutu belajar mengajar. Dengan perkataan lain menggunakan alat peraga, hasil
belajar yang dicapai akan tahan lama diingat peserta didik, sehingga pelajaran
mempunyai nilai tinggi.
23 Nana Sudjana,
1 % . , , (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
22 Disamping enam fungsi di atas penggunaan alat peraga dalam proses
belajar mengajar mempunyai nilai nilai seperti di bawah ini:24
a. Dengan peragaan dapat meletakkan dasar dasar yang nyata untuk berpikir, oleh
karena itu dapat mengurangi terjadinya verbalisme.
b. Dengan peragaan dapat memperbesar minat dan perhatian peserta didik untuk
belajar.
c. Dengan peragaan dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar
sehingga hasil belajar bertambah mantap.
d. Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan
berusaha sendiri pada setiap peserta didik.
e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan.
f. Membentu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan
berbahasa.
g. Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain serta
membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih
sempurna.
7 8 1
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) segitiga merupakan
salah satu materi yang dipelajari pada mata pelajaran matematika SMP/MTs kelas
VII semester 2. Materi segitiga merupakan aspek dalam geometri yang dianggap
sebagian besar peserta didik masih abstrak yng memerlukan kemampuan
pemahaman konsep dan kemampuan penalaran dalam menyelesaikan soal soal
yang berkaitan. Dengan model pembelajaran ) 5E penyampaian materi segitiga akan lebih bermakna karena model ini memberikan kesempatan
pada peserta didik untuk mengungkapkan ide mereka dan memilih metode yang
tepat dalam menyelesaikan masalah. Dalam model pembelajaran ini diharapkan
peserta didik lebih memahami materi yang berdampak pada meningkatnya
kemampuan penalaran peserta didik.
24
Nana Sudjana, 1 % . , , (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
23 a) Standar Kompetensi
Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya.
b) Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi sifat sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya.
c) Indikator
1) Menjelaskan definisi segitiga;
2) Mengidentifikasi jenis jenis segitiga berdasarkan sisi dan besar sudutnya;
3) Mengidentifikasi sifat sifat segitiga berdasarkan besar sudutnya;
4) Menentukan jumlah sudut dalam segitiga dan sudut luar segitiga;
d) Uraian Materi
1) Pengertian segitiga
Segitiga adalah bidang datar yang dibatasi oleh tiga garis lurus dan
membentuk tiga sudut.
2) Jenis jenis Segitiga
i. Jenis jenis segitiga ditinjau dari panjang sisinya
• Segitiga sama sisi yaitu segitiga yang ketiga sisinya sama panjang.
Contoh: segitiga ABC dengan AB = BC = AC.
C
A B
%) ( 9 segitiga sama sisi
• Segitiga sama kaki yaitu segitiga yang memiliki dua sisi sama panjang.
Contoh: segitiga ABC dengan AC = BC
C
A B
24
• Segitiga sembarang yaitu segitiga yang sisi sisinya sebarang.
Contoh: ABC dengan AB≠BC≠ AC.
C
A B
%) ( 2 Segitiga Sembarang
ii. Jenis jenis segitiga ditinjau dari besar sudutnya
• Segitiga lancip yaitu segitiga yang ketiga sudutnya merupakan sudut
lancip. Contoh: C
A B
%) ( 6 Segitiga Lancip
• Segitiga siku siku yaitu segitiga yang salah satu sudutnya merupakan
sudut siku siku. Contoh:
C
A B
%) ( 7 Segitiga Siku siku
• Segitiga tumpul yaitu segitiga yang salah satu sudutnya merupakan sudut
tumpul. Contoh:
C
A B
25 iii. Jenis jenis segitiga ditinjau dari panjang sisi dan besar sudutnya
• Segitiga lancip sama kaki yaitu segitiga yang kedua sisinya sama panjang
dan ketiga sudutnya merupakan sudut lancip.
Contoh: segitiga ABC dengan sudut lancip di titik A.
AC = CB C
A B
%) ( ; Segitiga Lancip Sama Kaki
• Segitiga siku siku sama kaki yaitu segitiga yang kedua sisinya sama
panjang dan salah satu sudutnya merupakan sudut siku siku (90 ). 0
Contoh: segitiga ABC siku siku di titik A, AB = AC. C
A B
%) ( Segitiga Siku siku Sama Kaki
• Segitiga tumpul sama kaki yaitu segitiga yang kedua sisinya sama
panjang dan salah satu sudutnya merupakan sudut tumpul.
Contoh: segitiga ABC dengan sudut tumpul di titik B, AB = BC
C
A B
%) ( ( Segitiga Tumpul Sama Kaki 3) Sifat sifat Segitiga
i. Ketidaksamaan sisi segitiga
• Jumlah panjang kedua sisi segitiga lebih dari panjang sisi yang lainnya.
26 ii. Hubungan sudut dan sisi segitiga
Pada sebuah segitiga, ukuran sudut terkecil berhadapan dengan ukuran sisi terpendek, begitupun ukuran sudut terbesar berhadapan dengan ukuran sisi terpanjang.
iii.Jumlah sudut segitiga
Ukuran setiap segitiga, jumlah besar sudut sudutnya =180 0
C
A B
%) ( . Jumlah Sudut Segitiga
Pada gambar di atas, < A + < B + < C =180 0 iv. Hubungan sudut dalam dan sudut luar segitiga
Ukuran sudut luar dari salah satu sudut dalam segitiga sama dengan jumlah dua sudut dalam yang lainnya.25
: %) ! " & - !
Pembelajaran konvensional umumnya berlangsung satu arah yang merupakan proses transfer atau pengalihan pengetahuan, informasi, nilai dan lain lain dari seorang guru atau dosen kepada peserta didik atau mahapeserta didik.
Penerapan model ini, biasanya dilaksanakan dengan guru menjelaskan cara menyelesaikan suatu soal, kemudian guru memberikan rumus yang digunakan. Kemudian memberikan beberapa soal latihan, menyuruh peserta didik mengerjakan di depan kelas kemudian memberikan pekerjaan rumah kepada
peserta didik.
Dengan berlangsungnya pembelajaran konvensional selama sekian waktu di SMP Nurul Islam, hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika pada materi pokok segitiga masih di bawah kriteria ketuntasan minimum yang
25
Tim Matematika GI$ + , , (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998),
27 ditetapkan oleh sekolah. Untuk itu penulis mencoba menerapkan model pembelajaran ) pada VII B dan untuk mengetahui keefektifannya maka penulis membandingkan model tersebut dengan model konvensional pada kelas VII C.
Pembelajaran konvensional mempuyai sifat:
a. Guru sering membiarkan adanya peserta didik yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.
b. Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas tugas sering diselesaikan oleh seorang anggota kelompok.
c. Kelompok belajar biasanya homogen.
d. Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru.
e. Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.
f. Pemantauan melalui pengamatan sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok berlangsung.
g. Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok kelompok belajar.
h. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.26
& " ! ' !
-Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh:
1. Yunita Feny Rahayu jurusan matematika, fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang yang berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran ) *+ " ) *+# berbantuan LKS terstruktur pada Materi Pokok Bidang Datar terhadap Hasil Belajar Peserta didik Kelas VII tahun.
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa hasil belajar peserta didik pada pembelajaran ) 5E berbantuan LKS terstruktur pada pokok bahasan matematika peserta didik kelas VII lebih baik dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Dilihat dari hasil belajar kelas eksperimen dengan
26Massofa,
PerbedaanPembelajaranKooperatifdanKonvensional,
28 nilai rata rata sebesar 75,56 lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar kelas kontrol dengan nilai rata rata sebesar 72,78.
2. Nur Kumala Sari jurusan matemaika, fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang yang berjudul “Penerapan Model ) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar di Sekolah Menengah Pertama”.
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa motivasi dan hasil belajar di Sekolah Menengah Pertama meningkat.
Berangkat dari hasil penelitian yang relevan, peneliti akan mencoba menggunakan model pembelajaran ) *+ " ) *+# dengan pemanfaatan alat peraga dalam pembelajaran matematika di SMP Nurul ISLAM SEMARANG pada materi pokok Bidang Datar yang difokuskan pada segitiga. Dengan demikian, diharapkan hasil belajar peserta didik dapat meningkat.
& + 0 +
Proses pembelajaran merupakan kegiatan aktif peserta didik dalam
membangun makna atau pemahaman. Proses pembelajaran yang efektif akan mempengaruhi ketuntasan hasil belajar peserta didik. Maka belajar yang efektif harus dimulai dengan pengalaman langsung atau pengalaman konkret dan menuju
kepada pengalaman yang lebih abstrak. Selain itu, belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan alat peraga, daripada peserta didik belajar tanpa dibantu dengan alat pengajaran.
29 dalam proses belajar mengajar di kelas. Agar hasil belajar peserta didik maximal, maka diperlukan teori teori belajar yang dikemukakan para ahli.
Menurut teori Gestalt, belajar akan terjadi manakala dihadapkan suatu persoalan yang harus dipecahkan dan belajar berdasarkan pengalaman. Jika peserta didik dihadapkan pada suatu persoalan, maka akan merangsang kemampuan berpikir mereka. Dan untuk memecahkan persoalan tersebut, peserta didik harus mengkonstruk, mengeksplorasikan, menjelaskan, dan mengaplikasikan konsep mereka sendiri. Sehingga akan menjadikan peserta didik lebih aktif. Peranan alat peraga juga sangat penting, selain dapat menarik perhatian dan meningkatkan aktivitas peserta didik, alat peraga juga dapat memudahkan dalam memahami konsep yang berawal dari definisi dari materi alat peraga tersebut. Dengan demikian peserta didik akan memperoleh pengalaman sehingga proses pembelajaran akan terjadi.
Teori tersebut sejalan dengan teori konstruktivistik yang menyatakan bahwa belajar bukanlah sekedar menghafal, akan tetapi proses mengkonstrusi pengetahuan melalui pengalaman. Berdasarkan teori konstruktivistik agar
pengetahuan diterima peserta didik menjadi pengetahuan tersebut melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi dari setiap individu.
Pengetahuan hasil dari pengetahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengalaman dapat diperoleh dengan partisipasi aktif dari peserta didik dan melakukan eksperimen untuk menemukan prinsip sendiri. Hal ini bertujuan agar dalam pembelajaran di sekolah peserta didik bisa ikut aktif dalam pembelajaran (peserta didik sebagai subyek pembelajaran).
30 sendiri dengan bantuan alat peraga. Hal itu bertujuan agar konsep yang diperoleh tidak cepat hilang dan menjadi pembelajaran bermakna, sehingga peserta didik dapat termotivasi agar mau belajar guna mempertinggi daya serap dan resensi belajar peserta didik. Hal tersebut dapat dicapai dengan model yang mengutamakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yaitu model pembelajaran ) 5E. Sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dan hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan.
Secara ringkas gambaran peneltian yag akan dilakukan dapat dilihat pada skema berikut ini.
Pembelajaran Matematika pada Materi Segitiga
%) ( 9 & + / +
Pembelajaran didominasi guru dan peserta didik
pasif
Perubahan sistem pembelajaran dan metode
Model pembelajaran
Learning Cycle 5E Diskusi kelompok
Pembelajaran Efektif dalam meningkatkan hasil belajar
31
#%# 3 0
32
!
"
# #
$
$ $ %
" $
& ' (
)
"
" ( &* +
" " !, ,' - .. ) /% /0
!
1 . &2 + 2
3 !,,4' - 5 ) !
%
1 . &2 + 2
33
6 & '
& '0 "
$
7 ! "
# 8
)
9
" # #
"
!, ,8 !, ! 0 :
!; : !,
" " 1 .
"
# #
#
# / " 5..
" 1<=<> . >3 3=31? 7 " !, ,8!,
% 5..3 % 5..2! %
0
2 " > # & +
= # " !, ,' - 5 ) /, /!
9
1 . &2 + 2
3 !,,4' - 5 !
6
34
@
6 5..
" 1 . !, ,8!, 6
5.. 2
5..
-$ % # % 5.. " 1 .
" +
' "
!' "
%' "
0' " #
9' "
(
" %
"
6 (
. 7
< 1
" &
) +
'( +
') +
7
36
+
χ
&! C , 9;, χ!* C % ;0B 9 =
α C D C ! D C
χ
&! A χ!*$ <
/
< 6 = =
6 !
% %
5.. 2 5...
-< (
%
" % %
) < 6 = =
>3 1 E
&5.. 2' % 9, @9 /, 4!
&5.. -' % 9! @; /, ;9
6 & C , ,4 * C &,4@9,'&/,'C ! ,,
# # α C 9B C + ! ! C % F % ! C /, C
8!αC , ,!9 C , 4@9 ( D * C ! ,, A & C
, ,4 A * C ! ,, & '
5.. 2 5.. - #
" @
6
#
%
# $ " $
5
37
5 +
- . * $ &/'
* $ $ ; 5
9
# $ +
#
7 (
$
! . * $ &0'
* $ $ 4 5
5.. ! " 1<=<> . >3 3=31?
!, ,8!, + $
%
7 &
,
( 6
7
8
" ( &* +
" " !, ,' - .. ) ;;
4
" ( &* +
" " !, ,' - .. ) ;;
,
38 $
7
& #' 0 +
7 # (
#
"
#
'
<
+
() " $
.
5.. 3 6
7
. 3
+
# (
& + = - 44;'
39
3 +
#
3 3 $
!
7 $
$ < $
* , 3 < $
*
G
− =
+
* C # *
C = (
C =
C $
C " (
' (
( (
& =
G C " (
C &G C '
!
40
& # #
9B & 1 * $ %
2 $
+
" % 0
) < - 5 .
2 & *
, 0//
,
%
9
9
$
! , 0! $
% , 90! $
0 , ! 7 $
9 , 9 $
/ , !4, 7 $
@ , %;% $
; , !@9 7 $
4 , 00@ $
, , 04! $
, 49 7 $
! , ,;% 7 $
% , 00% $
0 , 09% $
9 , 9// $
/ , ,9% 7 $
@ , ,, 7 $
; , / / $
4 , 909 $
!, 90 0,; 7 $
! H 9 $
13
41
!! , 90/ $
!% , 0!0 $
!0 , 9!, $
!9 , 44% $
!/ , 44% $
!@ ; %4% 7 $
!; !/ @/@ 7 $
!4 , @/@ $
%, !/ @/@ 7 $
6 $ 4 $
$ 6 $ $
4 $ 2 +
) < - 5 .
2
& *
, /
,
%
9
9
$
! , 00 $
% , 9;0 $
/ ,9 ; $
@ , /4% $
4 , 9!, $
, , / 9 $
% , / / $
0 , 0;% $
9 , 949 $
; , 9%, $
4 , /;@ $
! , /! $
!! , 9 0 $
44 2
3# +
+
3# + (
# +
- C , ,, +
%, , ,,
, <- ≤ +
@, , %,
, <- ≤ +
,, @,
, <- ≤ +
- C ,, +
2 #
+
" % /
) < - 7 .
1 .
! @ !, !@
!
! % 9 / @ ; 4 , 0 9 /
; 4 !! !% !0 !9 !/ !; !4 %,
%
0 % !
" !
+
) < - 7 .
1 .
!/ !4
!
! 9 , 0 ; 4 !! !% !0 !9
%
46
*
≥
& *
2 $
4 "
! 4
< (
< & 6, /;/ * C , %04
! & 6, ;4/ * C , %04 & ≥ *
& ' "
$
4
() /
() $
7
>
+
'
' +
' +
!'
%' $
0'
9' $
47
/ 7 = −
Χ
K
;
@' J $
;' # $
∑
−=
/
!
! & '
+
! / C
-C :
C :
4' & &
# # 9B
,' /! < /&!− '& −'
4
" () / %
<
$ <
+
' + σ ! =σ!!
') +
! !
! σ
σ ≠
+
(
)
{
−∑
(
−)
}
= !
! , +
,
18
Sudjana, # &2 + 7 44/' Hal.138
19
48
2=
(
!)
∑(
−)
(
)
(
)
! !
− ∑
− ∑
= #
+
!
χ
C!
C $
C
C
'( ,! &
! ,
≥ (−α)( −) # #
9B C D !,
+ () . 0$
<
<
< & '
)
'( + = !
') + ≠ !
+
C
! C #
< !
!,
# &2 + 7 44/' !/%
!
52
Untuk mengetahui keefektifan penerapan model pembelajaran
5E terhadap hasil belajar Matematika pada materi segitiga peserta didik di
SMP maka penulis melakukan analisa data secara kuantitatif.
Penelitian ini menggunakan model pembelajaran eksperimen dengan
desain” ” yakni menempatkan subyek penelitian
ke dalam dua kelompok (kelas) yang dibedakan menjadi kategori kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan yaitu
pembelajaran dengan model pembelajaran dan kelas kontrol
dengan pembelajaran ekspositori.
Sebagaimana dijabarkan pada bab"bab sebelumnya bahwa dalam proses
pengumpulan data, penulis menggunakan metode dokumentasi dan metode tes.
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berhubungan
dengan proses belajar mengajar peserta didik. Sedangkan metode tes digunakan
untuk memperoleh data hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum
dan sesudah diberi perlakuan yang berbeda.
Adapun langkah"langkah yang ditempuh dalam penguasaan instrumen tes
dalam penelitian ini adalah:
1. Mengadakan pembatasan materi yang diujikan
Adapun materi yang diujikan adalah materi pokok segitiga yang meliputi:
a. Pengertian segitiga
b. Jenis"jenis segitiga
c. Sifat"sifat segitiga
d. Jumlah sudut segitiga
2. Menyusun kisi"kisi
53
3. Menentukan waktu yang disediakan
Waktu yang disediakan untuk menyelesaikan soal tersebut selama 90 menit
dengan jumlah soal 19 pilihan ganda.
4. Menganalisis butir soal uji coba instrumen
Sebelum soal terlebih dahulu diujicobakan pada kelas uji coba
di kelas VII A untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran,
dan daya pembeda soal. Kemudian setelah tes tersebut diperbaiki dan dapat
diketahui kevalidannya, soal tersebut diberikan pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol, yaitu kelas VII B dan kelas C. Adapun hasil uji coba terdapat pada
lampiran 11.
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengolah data yang telah
terkumpul dari data hasil belajar peserta didik di kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan tujuan untuk membuktikan diterima atau ditolaknya hipotesis yang
telah diajukan oleh peneliti, dan dalam pembuktiannya menggunakan uji
Analisis data akhir ini, bertujuan untuk mengetahui kondisi kelas eksperimen dan
kelas kontrol setelah mendapat perlakuan yang berbeda, apakah kedua kelas
berasal dari sampel yang homogen atau tidak. Oleh karena itu, peneliti
menggunakan nilai hasil belajar peserta didik pada materi pokok segitiga dari
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Data nilai akhir kelas eksperimen diperoleh dari data hasil belajar pada
materi segitiga. Pada kelas VII B sesudah diberi perlakuan model pembelajaran
, diperoleh data nilai tertinggi adalah 98 dan nilai terendah adalah
45 rentang (R) = 53, panjang interval kelas 9, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel lampiran 26.
Data nilai akhir kelas kontrol diperoleh dari data nilai hasil belajar pada
materi segitiga. Pada kelas VII C diperoleh data nilai tertinggi = 96, nilai terendah
= 44, dan rentang (R)= 52, banyaknya kelas yang diambil 6 kelas, panjang interval
54
Metode untuk menganalisis data akhir adalah sebagai berikut:
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui jenis statistik yang akan
digunakan dalam penelitian, apabila datanya berdistribusi normal maka statistik
yang digunakan adalah statistik parametris, dan apabila datanya berdistribusi tidak
normal, maka statistik yang digunakan adalah statistik non parametris. Uji Chi
Kuadrat atau ! adalah teknik analisis komparasial yang
mendasarkan diri pada perbedaan frekuensi dari data yang sedang diselidiki.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas akhir kelompok eksperimen dan kontrol diperoleh dari
data nilai sesudah mendapatkan perlakuan. Untuk data lengkapnya ada
pada lampiran 25.
1) Uji normalitas nilai akhir pada kelompok eksperimen
Hipotesis:
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data tidak berdistribusi normal
Pengujian hipotesis:
2 2
Keterangan: 2 Chi kuadrat
Frekuensi hasil pengamatan
Frekuensi yang diharapkan
Kriteria yang digunakan H0 diterima jika 2 2 , dengan
dk = – 1 dimana "= banyak kelas dan taraf .1
Adapun langkah"langkah pengujian normalitas sebagai berikut:
a) Menentukan interval kelas
Data nilai kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.1 di
halaman 55. Dari tabel tersebut diperoleh:
Nilai maksimum = 98
1
55
b) Mencari varians
Sebelum dicari nilai 2 hitung, terlebih dahulu dicari varians kelas
untuk menentukan nilai Zi
Tabel 4.1
Tabel Penolong Penghitungan Variansi Kelas Eksperimen
56
1 31 175059 2277
>
31 x 30 242100930 260,323
C D260,323 16,13
c) Menghitung 2
Tabel 4.2
Frekuensi yang Diharapkan dan Pengamatan Kelas Eksperimen
Kelas
Luas tiap kelas