• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN NUKLIR KOREA UTARA PADA MASA PEMERINTAHAN KIM JONG UN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEBIJAKAN NUKLIR KOREA UTARA PADA MASA PEMERINTAHAN KIM JONG UN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

KEBIJAKAN NUKLIR KOREA UTARA PADA MASA

PEMERINTAHAN KIM JONG UN

disusun sebagai tugas kelompok mata kuliah Politik Internasional

Dosen Pengampu:

Dr. Nur Rachmat Yuliantoro & Ririn Tri Nurhayati, MA

Oleh:

Aresty Amalia Andini (23300)

Fembiarta Binar Putra (23751)

Putri Atikasari (23215)

G.A. Amanda Clarissa (23172)

Aldo Marchiano Kaligis (23895)

Winandriyo Anggianto (23442)

Tim Flicker (2012/01/M/IB/1204)

M. Abie Zaidannas Suhud (23993)

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

(2)

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Isu mengenai nuklir dan negara Korea Utara tampaknya masih menjadi sebuah isu

yang kontroversial. Negara yang masih menganut komunisme secara turun temurun ini

tampaknya tidak kunjung memancing banyak pemberitaan mengenai pergerakan nuklir

yang dikembangkannya. Hal ini salah satunya terlihat dari tindakan tidak konsisten Korea

Utara dalam menyikapi segala pertemuan maupun kesepakatan mengenai nuklir di ranah

forum internasional. Seperti yang diberitakan oleh harian The New York Times, Korea

Utara telah tercatat beberapa kali menyepakati perjanjian mengenai nuklir, khususnya

dengan Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya, namun kemudian Korea Utara pun

mundur dan/atau melanggar dari perjanjian-perjanjian tersebut. Seperti pada perjanjian

nuklir yang disepakati Korea Utara di tahun 1994 dengan Amerika Serikat, namun pada

akhirnya gagal karena Korea Utara melanggar di tahun 2002; kemudian juga pada

perjanjian nuklir di tahun 2005, di mana Korea Utara setuju untuk mengabaikan program

nuklirnya demi asistensi ekonomi dan insentif diplomatik dari negara-negara yang

tergabung dalam “six-party talks”, yang pada akhirnya perjanjian tersebut kembali

dilanggar oleh pihak Korea Utara1; begitu pula dengan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (Non Proliferation Treaty/NPT) yang sempat diratifikasi oleh Korea Utara, namun negara

ini kembali berubah pikiran dan mundur dari perjanjian tersebut.

Langkah-langkah Korea Utara yang tak kunjung pasti dalam setiap perjanjian dan

pertemuan yang membahas mengenai nuklir inilah yang kemudian membuat semakin

hangatnya kontroversi akan apa yang sebenarnya direncanakan oleh Korea Utara, yang

tentu saja tidak terlepas dari peranan sang pemimpin negara ini sebagai pembuat

kebijakan utama. Tercatat oleh sejarah bahwa Korea Utara semakin santer dikaitkan

dengan kontroversi kebijakan-kebijakan nuklirnya ketika berada di bawah pemerintahan

almarhum Kim Jong Il, yang notabene telah menguasai Korea Utara sejak ayahnya, Kim

Il Sung, meninggal di tahun 1994. Pemerintahan rezim keluarga Kim di negara ini

semakin hari semakin dinilai provokatif dan tertutup, setidaknya oleh media massa

internasional, terutama pada masa pemerintahan Kim Jong Il. Figur Kim Jong Il lantas

menjadi musuh besar bagi negara-negara anti-komunis seperti Amerika Serikat dan

1

North Korea (online), http://topics.nytimes.com/top/news/international/countriesandterritories/northkorea/index.html

(3)

3

sekutunya. Ditambah lagi dengan minimnya pemberitaan akan apa saja yang terjadi di

Korea Utara seringkali membuat para negara-negara anti-komunis ini resah, sehingga

pertemuan-pertemuan yang membahas isu nuklir ini pun menjadi terus diadakan, dengan

harapan agar Korea Utara pada akhirnya dapat bersepakat dan kembali pada sikap

non-proliferasi nuklir.

Kontroversi akan Korea Utara kini tidak hanya sebatas pada nuklir saja, melainkan

sedang terpusat pada nasib Korea Utara pasca meninggalnya Kim Jong Il di penghujung

tahun 2011 lalu. Pemimpin Korea Utara yang tertutup ini telah memilih dan

mem’program’ anak terakhirnya untuk menjadi suksesor Korea Utara selanjutnya.

Sebagaimana yang diberitakan oleh banyak media massa internasional, bahwa sejak tahun

2010, Kim Jong Un, yang sebelumnya disinyalir hampir tidak diketahui masa kecilnya,

telah dipersiapkan oleh Kim Jong Il untuk mengambil alih dan memimpin militer Korea

Utara, yang merupakan tulang punggung dari negara komunis ini. Kim Jong Un yang

telah diberi pangkat Jenderal Bintang 4 dan Wakil Direktur Komisi Pusat Militer Korea

Utara tersebut, kini menjadi seorang sosok yang sedang dicari tahu oleh orang banyak,

masyarakat internasional, terutama menyangkut bagaimana strateginya dalam memerintah

Korea Utara di masa depan, setelah ketiadaan komando dari ayahnya lagi.

Dalam paper ini, kelompok kami tertarik dengan kemisteriusan sosok Kim Jong Un

yang jarang dipublikasikan oleh almarhum ayahnya. Paper ini akan berusaha

memproyeksikan bagaimana pemerintahan Korea Utara di bawah komando “the Great

Successor” Kim Jong Un, dengan studi kasus yang juga tidak kalah kontroversial selama

ini, yaitu kebijakan nuklir Korea Utara. Paper yang terbatas dalam ruang lingkup masa

kepemimpinan Kim Jong Il dan periode awal kepemimpinan Kim Jong Un ini, kami

harapkan mampu menjawab, setidaknya, rasa keingintahuan kami mengenai rezim

kepemimpinan baru di Korea Utara tersebut.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Korea Utara di bawah pemerintahan Kim Jong Un dalam menghadapi

rezim Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir?

(4)

4 Military Capabilities

Kemampuan militer merupakan salah satu aspek penting dalam pengambilan

suatu kebijakan, dalam kepahaman realis, militer adalah bidang penting yang harus

diperkuat dalam memenuhi kepentingan suatu negara, selain itu kemampuan perang

yang baik juga dapat menjamin keamanan nasional suatu negara. Dalam masalah

nuklir Korea Utara, pengembangan senjata nuklir bisa diapahami sebagai usaha

memperkuat kemampuan perang Korea Utara untuk menjamin keamanan wilayahnya

dan meningkatkan diplomasi senjata.

Rational Actor Model (RAM)

Dalam paper ini, kelompok kami akan menggunakan konsep Rational Actor

Model untuk menganalisis mengenai Korea Utara di bawah pemerintahan Kim

Jong-un terkait dengan kebijakan nuklirnya. AdapJong-un konsep Rational Actor Model ialah

konsep yang berdasarkan teori Rational Choice, dimana menyatakan individu sebagai

unit analisis utama. Individu ini dilihat sebagai aktor yang mampu membuat suatu

keputusan berdasarkan skala prioritas dan opportunity cost. Dalam prakteknya, ada

beberapa proses yang dilakukan untuk mencapai sebuah kebijakan, diantaranya:

tujuan, alternatif, konsekuensi, dan pilihan.2

1. tujuan, sasaran dan tujuan dari agen rasional diterjemahkan sebagai fungsi “payoff” atau “kegunaan” atau “preferensi”, yang menyatakan “nilai” atau

“kegunaan” dari sekumpulan alternatif konsekuensi;

2. alternatif, seorang agen rasional harus memilih di antara sekumpulan alternatif yang ada di hadapannya dalam suatu situasi tertentu;

3. konsekuensi, setiap alternatif memiliki sekumpulan konsekuensi atau outcomes pilihan yang akan terjadi jika suatu alternatif telah dipilih

4. pilihan, pilihan rasional secara sederhana merupakan hasil memilih alternatif dengan tingkat keuntungan tertinggi bagi pembuat keputusan.

D. Argumentasi Utama

Kelompok kami berpendapat bahwa Korea Utara di bawah rezim baru

kepemimpinan Kim Jong Un berpotensi untuk tetap berada pada jalur komunisme, yang

2

(5)

5

akan menomorsatukan pertahanan dan keamanan negara dengan memiliki militer dan

persenjataan yang kuat, dan karena kepentingan itulah Korea Utara tentu menganggap

pengadaan senjata nuklir adalah bentuk keadilan dan juga merupakan hak untuk

memperkuat pertahanan mereka. Selain itu, sikap pesimistif dan isolasi yang mereka

jalankan tentunya juga melahirkan prasangka-prasangka terhadap kekuatan-kekuatan

besar politik internasional seperti Amerika Serikat dan Eropa. Sehingga, analisis

sementara kami ialah bahwa dalam kebijakan nuklirnya, Korea Utara akan tetap

bersikukuh untuk tidak ikut kembali dalam rezim perjanjian internasional Non-Proliferasi

Nuklir, mengingat bahwa Kim Jong Un hingga saat ini masih memiliki ikatan yang kuat

dengan pendahulunya, hal ini bisa berarti garis besar haluan negara ini masih sama

dengan garis besar haluan negara pada saat Korea Utara berada di bawah kepemimpinan

(6)

6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Fenomena Korea Utara dalam Non-Proliferation Treaty (NPT)

Perjanjian non-proliferasi senjata nuklir ini diinisiasi oleh lima negara pemilik senjata

nuklir – Amerika Serikat, Russia, Inggris, Perancis, dan Cina – untuk tidak memberikan

persenjataan nuklir dalam bentuk apapun kepada negara-negara lain. Pada artikel VI dalam

perjanjian tersebut, kelima negara tersebut juga memiliki kewajiban untuk melanjutkan

negosiasi dengan itikad baik atas langkah-langkah efektif yang berkaitan dengan penghentian

perlombaan senjata nuklir secepatnya dan pelucutan senjata nuklir, dan dalam perjanjian

secara keseluruhan dan pelucutan senjata dibawah pengawasan internasional yang ketat dan

efektif”3. Negara-negara yang tidak diizinkan menggunakan senjata nuklir memiliki kewajiban untuk menerima perlindungan yang mengawasi potensi penyimpangan

penggunaan nuklir untuk tujuan damai menuju produksi senjata agresif yang dapat

membahayakan keamanan internasional. Badan yang mengawasi tersebut adalah

International Atomic Energy Agency (IAEA). Sejauh ini, Non-Proliferation Treaty (NPT)

merupakan perjanjian pengendalian senjata yang paling diterima di dunia, karena hanya

Israel, India, dan Pakistan yang tidak menandatangani perjanjian ini. Sementara itu, Korea

Utara mengundurkan diri pada tahun 2003.

Tujuan pengembangan senjata nuklir di Korea Utara telah menjadi suatu masalah yang

dilematis sejak awal mereka bergabung dalam NPT. Korea Utara menganggap bahwa

program nuklirnya merupakan elemen inti dari pertahanan negaranya terhadap

ancaman-ancaman konvensional dari para hegemon dunia. Selain itu, upaya pengembangan senjata

nuklir dinilai jauh lebih murah dibandingkan dengan konsep pertahanan negara barat yang

banyak menggunakan altileri dan tentara. Hal ini merupakan pertimbangan ekonomis, dengan

Korea Utara menyadari kondisi ekonomi mereka yang stagnan bahkan cenderung semakin

parah dari tahun ke tahun. Inkapabilitas IAEA dalam memastikan jumlah plutonium yang

berpotensi dijadikan senjata nuklir di Korea Utara pada tahun 1992 membuat Amerika

Serikat mengintervensi tugas tersebut. Pada 1994, terjadilah kesepakatan antar kedua negara

untuk membekukan program nuklir berbasis plutonium milik Korea Utara. Perjanjian tersebut

3

(7)

7

berlangsung hingga tahun 20024. Namun pada tahun tersebut, Amerika Serikat yang dipimpin oleh rezim George W. Bush, melakukan tindakan yang konfrontatif dengan menyebut Korea

Utara memiliki program nuklir berbasis uranium yang mampu diformulasikan menjadi

senjata nuklir yang ofensif. Hal ini membuat Korea Utara, dibawah kepemimpinan Kim Jong

Il, mengundurkan diri dari NPT pada tahun 2003 dan menolak segala jenis intervensi

internasional baik dari PBB maupun IAEA5. Implikasi dari kejadian tersebut adalah dibentuknya upaya resolusi konflik yang diinisiasi oleh Korea Selatan, Jepang, Russia, Cina,

dan Amerika Serikat bernama Six-Party Talks dan hingga kini, Korea Utara tidak lagi

tergabung ke dalam Non-Proliferation Treaty.

Six-party talks sendiri sebenarnya telah berlangsung selama 9 tahun, terhitung dari

tahun 2003 hingga kini. Namun, belum ada hasil yang benar-benar berhasil membuat Korea

Utara bersedia untuk melucuti senjata nuklir yang dimiliki negaranya. Perundingan ini pun

cenderung fluktuatif karena Korea Utara sempat beberapa kali menolak untuk melanjutkan

proses perundingan. Pada tahun 2005, Menteri Luar Negari Korea Utara mendeklarasikan

pengunduran diri negara tersebut dari Six-party talks6. Pada tahun yang sama pula, Korea Utara secara eksplisit mempublikasikan program senjata nuklir yang mereka miliki. Namun

pada 19 September 2005, Korea Utara menyetujui untuk meninggalkan program nuklir

mereka, dengan bantuan pertahanan, keamanan, ekonomi, dan energi sebagai gantinya.

Namun pada keesokan harinya, Korea Utara justru mengatakan bahwa mereka tidak akan

menghentikan program apapun terkait dengan pengembangan nuklir apabila tidak ada

bantuan internasional yang mereka minta7. Mendengar hal tersebut, Amerika Serikat memberikan sanksi finansial bagi bisnis Korea Utara. Namun hal tersebut tidak

menghentikan Korea Utara untuk melanjutkan program nuklirnya. Bahkan, negara tersebut

sempat beberapa kali melakukan percobaan nuklir pada kawasan Asia Timur.

Pada tahun 2006, Korea Utara meluncurkan tujuh misil yang berbeda untuk mencoba

kekuatan senjata nuklir yang mereka miliki8. Misil-misil tersebut dikabarkan mendarat ke Laut Jepang, tidak jauh dari Hokkaido. Insiden tersebut terjadi pada tanggal 5 Juli 2006

D.Chaffee, North Korea's Withdrawal from Nonproliferation Treaty Official' (online), <http://www.wagingpeace.org/articles/2003/04/10_chaffee_korea-npt.htm> , diakses pada 4 April 2012

6

DPRK FM on Its Stand to Suspend Its Participation in Six-Party Talks for Indefinite Period' (online), <http://www.kcna.co.jp/item/2005/200502/news02/11.htm#1> , diakses pada 4 April 2012

7

J.Kahn, North Korea Says It Will Abandon Nuclear Efforts (online), <http://www.nytimes.com/2005/09/19/international/asia/19korea.html> , diakses pada 4 April 2012

8

(8)

8

waktu Korea Utara, yang berarti tanggal 4 Juli 2006 di Amerika Serikat. Hari itu bertepatan

dengan hari kemerdekaan Amerika Serikat, dan menimbulkan reaksi internasional secara

cepat. Kemudian pada tahun 2009, Korea Utara kembali melakukan hal serupa. Mereka

melakukan uji coba misil balistik ke Laut Jepang pada tanggal yang sama9. Hal tersebut dilakukan satu minggu pasca perpanjangan sanksi ekonomi yang diberikan oleh Amerika

Serikat kepada Korea Utara. Korea Utara juga melaksanakan uji coba nuklir bawah tanah

pada tahun 2009. Para seismolog membenarkan bahwa uji coba itu menghasilkan gempa

dengan kekuatan 4,5 skala richter10. Setelah itu ada lagi uji coba yang dilakukan oleh Korea Utara pada November 2010. Uji coba nuklir tersebut menewaskan dua marinir dan dua warga

sipil11. Implikasi dari kejadian tersebut antara lain ancaman pemberian sanksi ekonomi oleh Jepang, Korea Selatan, dan tentunya Amerika Serikat.

Dan yang paling terkini adalah rencana peluncuran roket yang menurut Korea Utara

adalah roket pembawa satelit dan juga untuk ''tujuan damai'' yaitu merayakan hari kelahiran

pendiri Korea Utara Kim Il Sung pada 15 April12, namun sejumlah negara menduga

peluncuran itu adalah uji coba misil jarak jauh. Negara-negara tetangga Korea Utara yang

kemungkinan akan dilintasi roket itu telah melakukan berbagai persiapan.Korea Selatan dan

Jepang bahkan mengancam akan menembak jatuh roket itu jika mengancam wilayah kedua

negara tersebut. Sementara Filipina mulai mengalihkan rute penerbangan dan pelayarannya.

Menurut Hillary Clinton, roket tersebut juga merupakan ancaman langsung untuk terhadap

situasi keamanan regional.13

B. Kebijakan Nuklir dibawah Kim Jong Un

Tidak banyak yang dapat dijelaskan mengenai kebijakan nuklir di bawah pemerintahan

Kim Jong Un karena waktu pemerintahannya yang masih sangat singkat. Memang Kim Jong

Un telah mengeluarkan beberapa kebijakan tentang nuklir, namun hingga kini belum terdapat

kebijakan yang sangat spesifik terkait dengan keikutsertaan Korea Utara dalam rezim NPT.

9

North Korea missile tests defy UN' (online), <http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/8134115.stm> , diakses pada 5 April 2012

(9)

9

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, The Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear

Weapons (NPT) adalah sebuah perjanjian internasional yang mengatur mengenai penggunaan

senjata nuklir di dunia. Semua anggota perjanjian ini dilarang untuk memperjual belikan,

mengembangkan, maupun membantu pengembangan senjata nuklir. Pengembangan nuklir

diperbolehkan untuk beberapa pengecualian seperti pengembangan energi dan pendidikan,

namun hal tersebut harus dilakukan di bawah pengawasan International Atomic Energy

Agency (IAEA). Lebih jauh lagi, perjanjian ini memiliki tujuan untuk mewujudkan pelucutan

senjata secara keseluruhan (disamarment) yang dimulai dari penurunan ketegangan

internasional serta rasa saling percaya satu sama lain.14 Salah satu cara untuk mewujudkan hal ini adalah dengan tidak menggunakan nuklir.

Setelah meninggalnya Kim Jong Il pada akhir tahun 2011, Kim Jong Un diangkat untuk

menggantikan posisi ayahnya menjadi Presiden Korea Utara. Meski masyarakat Korea Utara

telah bersumpah untuk setia pada Kim Jong Un, banyak pihak meragukan kemampuannya

untuk memimpin Korea Utara. Hal ini disebabkan karena tidak seperti Kim Jong Il yang telah

memerintah sebelum Kim Il Sung wafat, Kim Jong Un diangkat secara mendadak dan belum

memiliki pengalaman sama sekali dalam mengatur negara. Kim Jong Un nampaknya

menyadari bahwa terdapat banyak pihak yang meragukannya. Untuk itu, Kim Jong Un

memilih untuk mengunci posisinya sebagai jenderal tertinggi angkatan bersenjata terlebih

dahulu dibandingkan menjadi pemimpin partai buruh atau ketua komisi pertahanan nasional.

Dengan menguasai militer, Kim Jong Un memastikan bahwa dirinya akan mewarisi alat

kontrol terpenting yang dimiliki negara juga kebijakan “military first” Kim Jong Il.15

Di bawah kepemimpinan Kim Jong Un, Korea Utara menyatakan tidak akan merubah

arah kebijakan baik dalam maupun luar negerinya. Bahkan pada akhir tahun 2011

pemerintahan Korea Utara mengumumkan melalui stasiun televisi nasional mereka:

" Our party will make no slightest vacillation and concession in implementing the instructions and policies he laid out politicians around the world, including the puppet forces in South Korea, that they should not expect any changes from in his lifetime and... will allow no change in this process ...We declare solemnly and confidently that foolish us"16

Pernyataan ini tidak sepenuhnya benar atau salah. Akhir Februari 2012, Kim Jong Un

mengambil langkah yang dapat dikatakan tidak terlalu agresif. Langkah tersebut adalah

14

United Nations, The Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons (NPT) (online), <http://www.un.org/en/conf/npt/2010/npttext.shtml> diakses pada 4 April 2012

15

S.H, Choe, ‘Kim Jong-un Named Leader of North Korean Army’, The New York Times, 31 Desember 2011, p. A9. 16

L. Williamson, Will North Korea change under Kim Jong-un? (online), 19 Januari 2012, BBC News Asia (online), <

(10)

10

menyetujui untuk menangguhkan tes senjata nuklir dan program pengayaan uranium yang

dimiliki Korea Utara, serta mengizinkan pemeriksa internasional untuk memeriksa bagian

utama mesin nuklir mereka. Tidak hanya itu, Kim Jong Un juga menyetujui untuk melakukan

moratorium terhadap uji coba misil jarak jauh Korea Utara. Sebagai konsesinya Kim Jong Un

menuntut sekitar dua ratus ribu ton bantuan makanan dari Amerika Serikat untuk Korea

Utara. Adanya persetujuan ini sempat mengundang optimisme karena selama bertahun-tahun

Korea Utara telah mengembangkan nuklirnya tanpa pengawasan. Selain itu, ini menunjukkan

bahwa pemimpin baru Korea Utara setidaknya memiliki kemauan untuk mempertimbangkan

negosiasi dan menjalin hubungan dengan Amerika Serikat.17

Namun tidak sampai sebulan persetujuan ini dicapai, Korea Utara kembali ke pola

perilaku agresif yang dimilikinya dengan mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan

satelit untuk mengorbit ke luar angkasa untuk memperingati 100 tahun Kim Il Sung.

Pernyataan ini tentu saja menghilangkan optimisme yang sempat dimiliki sebelumnya.

Dengan meluncurkan satelit ini, Korea Utara tidak mengindahkan Resolusi Dewan

Keamanan PBB yang berisi permintaan agar Korea Utara berhenti meluncurkan roket yang

menggunakan misil dengan jangkauan antar benua18 karena roket yang digunakan untuk meluncurkan satelit luar angkasa ini adalah tipe yang sama digunakan untuk meluncurkan

senjata nuklir, meningkatkan kembali ketegangan yang sempat mereda antara Korea Utara

dan negara-negara yang terlibat khususnya Korea Selatan dan Amerika Serikat. Meskipun

Korea Utara menyatakan bahwa roket tersebut digunakan hanya untuk mengangkut satelit

cuaca, tetapi Amerika Serikat dan Korea Selatan mengatakan peluncuran tersebut adalah

uji-coba misil balistik19. Presiden Amerika Barrack Obama telah menghimbau melalu media bahwa tindakan tersebut bukan sesuatu yang seharusnya dilakukan dan hanya akan

memperparah isolasi Korea Utara dalam lingkungan internasional, namun Kim Jong Un tidak

terlihat akan merubah keputusannya. Perkembangan terakhir dari kasus ini terjadi akhir Maret

2012 ketika militer Korea Utara mulai memindahkan roket peluncur tersebut ke launching

pad menggunakan kereta dan mengisinya dengan bahan bakar, seakan tidak mengindahkan

17

S.L Meyers and S.H Choe, ‘North Koreans Agree to Freeze Nuclear Work; U.S. to Give Aid’ The New York Times, 1 Maret 2012, p. A1.

18

S.L Meyers and S.H Choe, ‘North Korea Says It Will Launch Satellite Into Orbit’ The New York Times, 17 Maret 2012, p. A8.

19

Tribun News, Korea Utara Perlihatkan Roket kepada Pers Asing,12 April 2012 (online),

(11)

11

segala himbauan yang diterima. Bahkan Korea utara mengundang 21 jurnalis dari berbagai

negara untuk meliput uji coba roket yang akan dilakukan pemerintah Korea Utara. oket yang

mengangkut satelit Kwang-Myong-Song akan diluncurkan sekitar tanggal 12 sampai 16

April, melalui roket jarak jauh Unha 3 dari Stasiun Satelit Sohae di wilayah Cholsan, Provinsi

Phyongan.20

C. Analisis

Fenomena Tindakan Korea Utara terkait penggunaan nuklir, mulai dari

masuk-keluarnya dari keanggotaan Non Proliferation Treaty (NPT), hingga uji coba-uji coba nuklir

telah menyulut ketegangan dunia Internasional, terutama Amerika Serikat. Terlebih lagi

ketika melihat kepemimpinan Kim Jong Un yang belum mencapai setengah tahun masa

pemerintahannya, namun sudah terlihat bahwa Kim Jong Un masih berusaha menjadi

suksesor pendahulunya, Kim Jong Il. Tindakan yang dilakukan Kim Jong Un mengapa Korea

Utara masih menggunakan dan mengembangakan senjata nuklir, yang dibuktikan mulai

keluar dari NPT pada tahun 2003, dan perkembangannya masih berlanjut hingga saat ini

dapat dianalisa menggunakan dua konsep, yang pertama adalah konsep Military Capablities

dan yang kedua adalah konsep Rational Actor Model (RAM).

Jika menggunakan pada konsep Military Capabilities, alasan Korea Utara di bawah

Kim Jong Un untuk tetap menggunakan senjata nuklirnya adalah untuk tetap menjaga

kapabilitas militernya. Kapabilitas militer Korea Utara yang jika dilihat dalam konteks

teknologi dan strategi terhitung masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara lain di

kawasan Asia. Maka dari itu, Korea Utara memberikan perhatian yang besar terhadap

program pengayaan senjata nuklirnya sebagai kompensasi atas lemahnya teknologi dan

strategi militernya. Jadi, wajar jika Korea Utara menjadikan senjata nuklir sebagai salah satu

upaya meningkatkan kapabilitas militernya hingga pemerintahan Kim Jong Un sekarang.

Military Capabilities, merujuk kepada Hinge (2000) bergantung kepada tiga faktor yang

saling berhubungan, yaitu kesiapan bertempur; kapabilitas yang berkelanjutan; dan struktur

organisasi militer.

20

Metrotvnews, Korut Undang 21 Jurnalis Liput Uji Coba Roket, 8 April 2012 (online),

(12)

12

Jika merujuk kepada ketiga faktor tersebut, alasan Kim Jong Un untuk tetap

menggunakan senjata nuklir dalam konteks kapabilitas militer dapat dipandang sebagai upaya

Korea Utara untuk meningkatkan kesiapan bertempurnya. Dengan kepemilikan senjata

nuklir, Korea Utara memiliki kesiapan tempur yang lebih tinggi dibandingkan jika Korea

Utara tidak memiliki senjata nuklir karena senjata nuklir dapat digunakan secara efektif

dengan efek yang sangat masif sehingga cocok digunakan untuk kondisi ofensif atau defensif.

Selain itu, kepemilikan senjata yang diprioritaskan oleh Korea Utara dapat menjaga

keberlanjutan kapabilitas militer Korea Utara sebagai kompensasi keberlanjutan kapabilitas

militer Korea Utara di bidang teknologi dan strategi yang cukup rendah. Terakhir, struktur

militer Korea Utara yang dikontrol oleh rezim otoriter juga memungkinkan penggunaan

senjata nuklir secara lebih mudah dan efektif. Hal ini dibuktikan dengan tindakan Kim Jong

Un dengan mengunci kedudukannya sebagai pimpinan tertinggi militer Korea Utara. Kim

Jong Un masih mempertimbangkan bahwa militer masih menjadi faktor yang paling penting

dalam meningkatkan stabilitas Korea Utara.

Lebih jauh lagi, kapabilitas militer Korea Utara tanpa senjata nuklirnya tidak cukup

kuat untuk memberikan Korea Utara pengaruh dan bargaining power yang cukup di

kawasan. Korea Utara beberapa kali mengeluarkan kebijakan militer dan politik yang

provokatif, namun Korea Utara nyaris tidak pernah takut. Pengaruh dan bargaining power

Korea Utara saat ini lebih banyak diperoleh melalui kepemilikan senjata nuklir Korea Utara

dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya seperti faktor ekonomi dan politik. Maka dari itu,

kapabilitas militer Korea Utara yang diperkuat oleh kepemilikan senjata nuklir menjadi

sangat penting bagi Korea Utara dalam kebijakan politik internasionalnya.

Tindakan Kim Jong Un yang masih menggunakan dan mengembangkan senjata nuklir

juga dapat dianalisa menggunakan konsep Rational Actor Model (RAM) untuk melihat

rasionalitas Kim Jong Un dalam memutuskan untuk tetap menggunakan Korea Utara.

Berdasar pada konsep RAM, kita dapat membedah tindakan Kim Jong Un sebagai berikut:

a. Tujuan

Tujuan sering diartikan sebagai payoff atau hasil akhir yang hendak diperoleh.

Ketika melihat fenomena penggunaan dan pengembangan nuklir yang dilakaukan

oleh Korea Utara, terutama saat kepemimpinan Kim Jong Un, kita dapat melihat

tujuan dasar atas tindakan tersebut. Setidaknya terdapat tiga tujuan utama: Pertama,

(13)

13

penguatan kekuatan militer. Hal ini sekaligus menjadi dasar untuk menguatkan Rezim

Kim Jong Un (mengingat salah satu startegi Kim Jong Un adalah Military First).

Yang kedua, Korea Utara ingin menaikkan bargaining position Korea Utara di mata

internasional. Dan yang ketiga, Rezim Kim Jong Un ingin mencapai tujuan diplomasi

politik.

b. Alternatif

Alternatif yang dimiliki Kim Jong Un, antara lain kembali masuk dalam NPT,

atau bersikukuh untuk tidak masuk dalam NPT.

c.Konsekuensi

Ketika Korea Utara memutuskan untuk kembali mengikuti perjanjian NPT,

maka dampak positif yang dapat diterima adalah tekanan ke Korea Utara semakin

berkurang karena dengan menyetujui NPT, berarti Korea Utara tidak akan

menggunakan NPT. Selain itu, ketegangan yang terjadi di semenanjung korea

semakin berkurang. Namun dampak negatifnya adalah keputusan ini justru

bertentangan dengan tujuan Korea Utara dalam menaikkan posisi daya tawarnya. NPT

justru menjadi penghambat mengingat rezim ini menjadi alat untuk mengekang Korea

Utara dalam berkreasi terhadap teknologinya, sehingga ditakutkan justru terjadi

situasi unballance ower, terutama dimasa pemerintahan Kim Jong Un yang relatif

masih baru, kepentingan-kepentingan yang menekan Korea Utara sangatlah besar.

Salah satunya adalah kepentingan Amerika Serikat yang memiliki ideologi

berlawanan dengan Korea Utara yang komunis. David Anderson dan Robert Ogden

berkata: “Since 2001, The Bush Administration has been following an ineffective

foreign policy towards North Korea.”21 Dalam hal ini, Amerika Serikat hanya

berusaha untuk mengontrol Korea Utara, bukan menciptakan stabilitas keamanan di

negara komunis tersebut.

Ketika Korea Utara memilih untuk tetap bersikukuh untuk tetap menggunakan

nuklir dan tidak kembali bergabung dalam NPT juga memiliki konsekuensi. Secara

positif, tindakan ini sejalan dengan tujuan Korea Utara. Untuk tetap menjaga

pemerintahan rezim baru, Kim Jong Un tetap menggunakan nuklir sebagai salah satu

alat politik, dimana dalam pembahasan sebelumnya, nuklir digunakan sebagai

21

(14)

14

ancaman untuk mendapatkan bantuan internasional. Iklim Asia Timur yang rentan

akan instabilitas politik dan keamanan akibat konflik dengan negara tetangga yang

ditambah dengan campur tangan pihak asing dalam masalah regional, membuat Korea

Utara merasa harus melindungi negaranya dengan kepemilikan nuklir serta

melakukan uji coba sebagai bentuk ancaman nyata bahwa mereka adalah negara yang

tidak dapat dipandang sebelah mata. Cina sebagai sekutu Korea Utara juga tidak lagi

mendukung Korea Utara sebagai sekutu. Korea Utara yang merasa tidak lagi memiliki

backup semakin bersikukuh untuk tetap menggunakan nuklir. Sementara itu, nuklir

juga digunakan sebagai alat untuk meningkatkan bargaining position. Mereka

menunjukkan kekuatan nuklirnya pada publik internasional sebagai bentuk penciptaan

image kekuatan baru dunia yang perlu diwaspadai dan diperhitungkan. Hal ini

didukung dengan kenyataan bahwa Korea Utara sebelumnya adalah negara yang

seringkali diembargo dan dipandang sebelah mata oleh negara-negara lain, terutama

sekutu-sekutu Amerika. Korea Utara menjadikan kekuatan nuklirnya sebagai alat

tawar terutama terhadap Amerika dan sekutunya dalam tuntutan pencabutan

embargo.22

Dan yang ketiga, kekuatan militer dan program nuklir itu bisa menjamin

keuntungan ekonomi melalui diplomasi politis yang dilakukan, terutama dengan

Amerika Serikat. Korea Utara dapat mengajak Amerika Serikat dalam suatu meja

perundingan dan berhasil mendapat bantuan seperti program bantuan pangan dan

pendanaan yang sangat dibutuhkan sebagai negara miskin. Sebagaimana contoh

konsesi yang diberikan Korea Utara seperti penghentian sementara program nuklirnya

atau izin inspeksi IAEA dilakukan dengan imbalan bantuan makanan dan bahan bakar

dari China dan Korea Selatan.23

Sementara dampak negatif yang diterima Korea Utara dari alternatif ini adalah

adanya tekanan dari pihak internasional untuk terus menerus mengutuk perbuatan

Korea Utara, seperti yang dilakukan oleh Barrack Obama ketika menghimbau Korea

Utara untuk tidak melakukan peluncuran roket. Amerika Serikat mengatakan

peluncuran itu akan melanggar satu resolusi Dewan Keamanan PBB, karena diklaim

(15)

15

merupakan uji coba misil jarak jauh. Jepang dan Korea Selatan juga mengutuk

peluncuran tersebut.24 Dampak negatif lainnya adalah adanya fenomena security dilemma, dimana ketika Korea Utara mencoba untuk meningkatkan kapabilitas

nuklirnya, akan mendorong negara-negara tetangga untuk ikut meningkatkan

kapabilitas militernya untuk mengimbangi kekuatan Korea Utara. Jepang mengatakan

akan memperkuat kemampuan pertahanannya dalam menanggapi peluncuran dan

memperingatkan Korea Utara mungkin akan menembak jatuh roket itu jika melanggar

wilayahnya.25 Selain itu, peningkatan kapabilitas militer juga terjadi di Korea Selatan, dimana Korea Selatan dan Amerika Serikat mulai menggelar latihan militer Key

Resolve, sejenis latihan pertahanan dan latihan pos komando yang dilaksanakan mulai

tanggal 27 Februari hingga 30 April 2012.26

d. Pilihan

Berdasarkan kalkulasi untung-rugi dua alternatif yang dapat dianalisa, apakah

Kim Jong Un akan bergabung dengan NPT atau justru masih akan menolak NPT,

dapat disimpulkan bahwa Kim Jong Un secara rasional memilih untuk tidak

bergabung dengan NPT karena tingkat keuntungan yang lebih besar daripada ketika

Kim Jong Un memilih untuk bergabung dengan NPT. Tidak bergabungnya Korea

Utara dalam NPT masih menjadi hal yang relevan dengan tujuan Korea Utara,

terutama untuk meningkatkan stabilitas keamanan dalam negeri, mengingat eskalasi

konflik di wilayah Asia Timur yang menuntut korea Utara harus memiliki “tameng”

sekaligus alat untuk tetap bertahan. Nuklir juga dijadikan sarana untuk meningkatkan

daya tawar, terbukti Korea pernah melakukan negosiasi, dimana Korea Utara

mendapatkan 200.000 ton bantuan makanan dari Amerika Serikat apabila melakukan

moratorium uji coba misil jarak jauh. Sementara untuk mengantisipasi dampak negatif

dari tekanan Internasional, Kim Jong Un memilih menggunakan startegi yang tidak

terlalu agresif, tidak seperti pendahulunya. Kim Jong Un memilih untuk tetap

menggunakan dan mengembangkan nukir, namun apabila terdapat negosiasi yang

menguntungkan namun tidak merugikan Korea Utara, seperti penangguhan uji coba

24

Antara News, ‘Pentagon Desak Korut Hentikan Rencana Peluncuran Rudal’ (online), <http://id.berita.yahoo.com/pentagon-desak-korut-hentikan-rencana-peluncuran-rudal-075523071.html> diakses pada 10 April 2012.

25

Antara News, ‘Pentagon Desak Korut Hentikan Rencana Peluncuran Rudal’ (online), <http://id.berita.yahoo.com/pentagon-desak-korut-hentikan-rencana-peluncuran-rudal-075523071.html> diakses pada 10 April 2012.

26

(16)

16

nuklir dan program pengayaan uranium serta mengizinkan pemeriksa internasional

untuk memeriksa bagian utama mesin nuklir dengan imbalan Korea Utara mendapat

bantuan internasional, akan diterima oleh Korea Utara, karena pada kenyataannya

Korea Utara tetap bersikukuh untuk mengembangkan nuklir, seperti yang terjadi pada

bulan Maret 2012, dimana Korea Utara mulai memindahkan roket peluncur tersebut

ke launching pad. Tindakan Korea Utara untuk mengundang 21 jurnalis dari berbagai

negara untuk meliput peluncuran roket merupakan suatu tindakan untuk

memperlihatkan pada dunia Internasional bahwa korea Utara secara tegas masih akan

bertahan untuk tidak mengikuti aturan rezim NPT.

Dengan menganalisa tindakan Korea Utara dibawah kepemimpinan Kim Jong Un

melalui dua konsep, kita dapat melihat Kim Jong Un menjadi aktor yang rasional untuk tetap

mempertahankan pengembangan nuklir Korea Utara dan tidak menandatangani perjanjian

NPT, yang pertama adalah karena Korea Utara masih ingin mempertahankan kemampuan

militernya, dan yang kedua nukir digunakan sebagai alat untuk mencapai kepentingan politik,

mulai dari mempertahankan rezim berkuasa, meningkatkan bargaining position, serta

(17)

17

BAB III

KESIMPULAN

Melalui tindakan Kim Jong Un saat ini, dapat diproyeksikan bahwa dalam beberapa

waktu kedepan Korea Utara di bawah Kim Jong Un masih bersikukuh untuk tetap tidak

bergabung dalam NPT karena tingkat keuntungan yang lebih besar daripada ketika memilih

untuk bergabung dengan NPT, antara lain adalah sikap rasional KimJong Un dalam

menggunakan NPT sebagai alat politiknya, diantaranya adalah untuk mempertahankan rezim,

selain itu karena basis negara tersebut adalah komunisme dan military oriented sehingga

nuklir tersebut digunakan untuk melakukan pertahanan sekaligus untuk memperkuat

bargaining position, serta nuklir digunakan sebagai alat diplomasi politik yang

menguntungkan Korea Utara. Ditambah lagi dengan situasi di kawasan Asia Timur yang

rentan akan instabilitas politik dan keamanan akibat konflik dengan negara tetangga dan juga

intervensi dari pihak asing dalam konteks regional, membuat Korea Utara merasa harus

melindungi negaranya dengan kepemilikan dan uji coba nuklir dengan tujuan supaya

negara-negara lain tahu bahwa Korea Utara adalah Negara yang patut diperhitungkan.

Roket yang rencananya akan diluncurkan pada 15 April 2012 mendatang

mengindikasikan bahwa Kim Jong Un tidak menghormati persetujuan yang jelas-jelas sudah

dibuat bersama Amerika Serikat. Korea Utara yang mengundang 21 jurnalis dari berbagai

negara juga mengindikasikan bahwa Korea ingin memperlihatkan kekuatannya pada dunia

internasional, terutama dalm hal kepemilikan teknologi roket. Jika ingin melihat lebih jauh

lagi, dengan peluncuran roket itu maka dunia internasional, terutama Amerika Serikat

kehilangan kepercayaan yang bisa saja berdampak pada penolakan Amerika Serikat jika

Korea Utara akan bergabung lagi dengan NPT.

Sehingga, tindakan Kim Jong Un dianggap rasional karena tindakannya untuk tidak

bergabung dengan NPT justru menjadi situasi yang menguntungkan. Kim Jong Un masih

berpandangan pada garis kebijakan negara seperti pendahulunya dan juga karena pada

dasarnya basis negara Korea Utara yang military oriented, maka sesuai dengan konsep

military capabilities, maka rezim baru dibawah kepemimpinan Kim Jong Un berpotensi

untuk tetap berada pada jalur komunisme, yang akan mengedepankan pertahanan dan

(18)

18

DAFTAR PUSTAKA

Pustaka Literatur

Choe, S.H, ‘Kim Jong-un Named Leader of North Korean Army’, The New York Times, 31

Desember 2011

Meyers, S.L and S.H Choe, ‘North Koreans Agree to Freeze Nuclear Work; U.S. to Give

Aid’, The New York Times, 1 Maret 2012

Meyers, S.L and S.H Choe, ‘North Korea Says It Will Launch Satellite Into Orbit’ The New

York Times, 17 Maret 2012.

Pustaka Online

Antara News, Pentagon Desak Korut Hentikan Rencana Peluncuran Rudal (online),

<

http://id.berita.yahoo.com/pentagon-desak-korut-hentikan-rencana-peluncuran-rudal-075523071.html>

Chaffee, D., North Korea's Withdrawal from Nonproliferation Treaty Official (online),

<http://www.wagingpeace.org/articles/2003/04/10_chaffee_korea-npt.htm>

Department for Disarmament Affairs, United Nations,The Treaty on the Non-Proliferation of

Nuclear Weapons'(online), <http://www.un.org/en/conf/npt/2005/npttreaty.html>

DPRK FM on Its Stand to Suspend Its Participation in Six-Party Talks for Indefinite Period

(online), <http://www.kcna.co.jp/item/2005/200502/news02/11.htm#1>

Fackler, M., Obama Softens US Stance on North Korea, The New York Times (online), 10

November 2011,

<http://www.nytimes.com/2010/11/12/world/asia/12korea.html > diakses 11 April 2012

Huntley, W. L., North Korea & the NPT'(online),

<http://www.fpif.org/reports/north_korea_the_npt>

Kahn, J., North Korea Says It Will Abandon Nuclear Efforts (online),

<http://www.nytimes.com/2005/09/19/international/asia/19korea.html>

KBS World, Latihan militer tahunan antara Korea Selatan dan AS digelar mulai tgl. 27

Februari, 27 Februari 2012 (online),

<http://world.kbs.co.kr/indonesian/news/news_newsthema_detail.htm?No=37384&id=

(19)

19

Korea Utara Mulai Isi Bahan Bakar Roket (online),

<http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/04/120410_northkorea.shtml>

Metrotvnews, Korut Undang 21 Jurnalis Liput Uji Coba Roket, 8 April 2012 (online),

<

http://www.metrotvnews.com/read/newsvideo/2012/04/08/148733/Korut-Undang-21-Jurnalis-Liput-Uji-Coba-Roket/6>

Mulyono, T., Dahsyat! Uji Coba Nuklir Korut Timbulkan Gempa (online),

<http://internasional.kompas.com/read/2009/05/26/11003365/Dahsyat..Uji.Coba.Nukli

r.Korut.Timbulkan.Gempa>

New York Times, North Korean Nuclear Progra, Agustus 2011 (online),

<http://topics.nytimes.com/top/news/international/countriesandterritories/northkorea/n

uclear_program/index.html>

North Korea’s Nuclear Path Under Kim Jong-il (online),

<http://topics.nytimes.com/top/news/international/countriesandterritories/northkorea/in

dex.html>

North Korea to Conduct 'Nuclear Test' (online), <

http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/5402018.stm>

North Korea missile tests defy UN(online), <

http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/8134115.stm>

Purwono, A., Drama Berulang Semenanjung Korea, 11 April 2012 (online)

<http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/04/11/182920/10/Dram

a-Berulang-Semenanjung-Korea>

Tiga Maskapai Ubah Jalur Hindari Roket Korea Utara (online), <

<http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/04/120410_airlinesnorthkorea.shtml>

Timeline : Yeonpyeong Island Incident (online),

<

http://www.2point6billion.com/news/2010/11/29/timeline-yeonpyeong-island-incident-8095.html>

Tribun News, Korea Utara Perlihatkan Roket kepada Pers Asing,12 April 2012 (online),

<

http://www.tribunnews.com/2012/04/10/korea-utara-perlihatkan-roket-kepada-pers-asing>

United Nations, The Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons (NPT) (online),

(20)

20

Williamson, L., Will North Korea change under Kim Jong-un?, BBC News Asia (online), 19

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan merupakan suatu usaha dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki keahlian dan keterampilan sesuai tuntutan pembangunan bangsa, dimana kualitas suatu

Sedangkan untuk peran penyuluhan menurut Mardikanto (2009) yang termasuk kedalam sub-variabel yang digunakan adalah supervisi atau pembinaan dan evaluasi, untuk lebih

Pada suhu yang sangat rendah, sel-sel tanaman tidak mempunyai aktivitas metabolik dengan viabi- litas yang tetap terpelihara sehingga bahan tanaman dapat disimpan dalam jangka

Perangkat repeater GSM memerlukan sebuah antena yang memiliki gain besar terutama pada antena penerima, salah satu antena yang memiliki karakteristik gain besar adalah antena

Budi re Bahasa merupakan suatu bentuk laku dan tutur yang terjaga ketika disampaikan kepada sesama, terlebih lagi kepada orang tua. Budi Bahasa yang

Insulin yang tinggi dan resistensi insulin dengan DM tipe 2 mempunyai berbagai efek dalam metabolisme : (1) penurunan aktivitas LPL yang mengakibatkan penurunan

Pada saat sintesa reseptor LDL jumlahnya terbatas atau reseptor tidak memiliki afinitas yang tepat untuk apo-B (misalnya pada kelainan genetik pada keluarga hiperkolesterolemia),

MENIMBANG: a.bahwa sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Sekretaris Negara Selaku Ketua Tim Pengendali Pengadaan Barang/Peralatan Pemerintah Nomor 3547/TPPBPP/XII/1985