PENEGAKAN HUKUM PERDATA:
TEORI PERTANGGUNGJAWABAN
DAN MEKANISME KOMPENSASI
MATERI
I. Pengantar ttg pertanggungjawaban perdata
II. PMH dalam UUPPLH
III. Strict Liability Menurut UU Lingkungan Pembuktian
IV. Kausalitas (Causation) dan Beban Pembuktian V. Mekanisme kompensasi kerugian
2
©
A
G
W
2
01
I. PENGANTAR PERTANGGUNGJAWABAN
PERDATA: DASAR GUGATAN
Dasar Gugatan:
Lupakan pertanggungjawaban kontraktual, dan fokus
pada pertanggungjawaban non-kontraktual!
3
3
Kontraktual/ Wanprestasi
Non-kontraktual/ PMH
Pertanggungjawaban berdasarkan
kesalahan
©
A
G
W
2
01
2
Unsur PMH (Based on Fault) menurut Moegni
Djojodirdjo:
1. PMH:
Bertentangan dengan hak orang lain
Bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri
Bertentangan dengan kesusilaan yang baik
Bertentangan dengan keharusan dalam pergaulan
masyarakat
2. Salah (schuld), yang oleh pembuat UU diartikan
sebagai:
a. Pertanggungjawaban atas perbuatan dan kerugian yang
ditimbulkan karena perbuatan
b. Kealpaan, sebagai lawan dari kesengajaan
c. Sifat melawan hukum
3. Kerugian (schade)
4. Kausalitas (antara PMH dan Kerugian) 4
©
A
G
W
2
01
Di mana letak strict liability?????
Munir Fuady: suatu tanggung jawab hukum yang
dibebankan kepada pelaku perbuatan melawan hukum tanpa melihat apakah yang
bersangkutan dalam melakukan perbuatannya itu mempunyai unsur kesalahan atau tidak,
dalam hal ini pelakunya dapat dimintakan
tanggung jawab secara hukum, meskipun dalam melakukan perbuatannya itu dia tidak
melakukannya dengan sengaja dan tidak pula mengandung unsur kelalaian, kekuranghati-hatian, atau ketidakpatutan
Dari pendapat Munir Fuady, dapat disimpulkan
bahwa unsur Strict Liability (liability without fault):
PMH
Kesalahan Kerugian Kausalitas
Apakah kesimpulan ini benar?
Bandingkan dengan Tort: Apakah PMH = Tort???
5
Dalam SL, penggugat masih harus membuktikan bahwa tergugat
melakukan PMH. Yang dihilangkan
hanya unsur kesalahannya saja.
Liability rules dalam text book tentang torts:
Based on fault:
- Duty
- Breach of duty - Damage
- Causation
Nuisance:
Invasion of one’s interest in the private use &
enjoyment of land or invasion of common rights of the general public
Intentional
nuisance: failure to prevent
nuisance
Negligent nuisance:
unreasonable act resulting in
nuisance
Trespass:
Direct & phisycal interference with one’s propertey
-Intentional
conduct:
Restatement (Second) of Torts
§
519(1): “
One who carries on an
abnormally dangerous activity is
subject to liability for harm to the
person, land or chattels of
another resulting from the
activity, although he has
exercised the utmost care to
prevent the harm
.”
Meskipun tidak melawan hukum,
tetap bertanggungjawab atas
kerugian, jika kegiatannya bersifat
abnormally dangerous activity
7
©
A
G
W
2
01
Unsur SL apa yang harus dibuktikan oleh penggugat?
1. Membuktikan bahwa kegiatan tergugat
termasuk ke dalam Abnormally Dangerous Activity
Menurut The Restatement (second) of Torts § 520,
Abnormally Dangerous Activity diukur berdasarkan:
Existence of a high degree of risk of some harm to the person, land, or chattels of others
Likelihood that the harm that results from it will be great
Inability to eliminate the risk by the exercise of reasonable care
Extent to which the activity is not a matter of common usage
Inappropriateness of the activity to the place where it is carried on
Extent to which its value to the community is outweighed by its dangerous attributes
8
©
A
G
W
2
01
Jika unsur (1) terbukti, menurut EC Green Paper on
Remedying Environmental Damage, penggugat masih harus membuktikan: that the damage was caused by someone’s act
Artinya, penggugat masih harus membuktikan:
2.
Kerugian
3.
Kausalitas antara kegiatan seseorang dengan
kerugian yang dideritanya
Kesimpulan: PMH tidak perlu dibuktikan (PMH = fault)
Munir Fuady keliru menafsirkan strict liability
Hanya Munir Fuady?
Bagaimana kita menyusun posita dan Petitum?
Dalam petitum selalu dikatakan: “menyatakan
tergugat bertanggungjawab [bersalah] melakukan perbuatan melawan hukum”?
Jika gugatan didasarkan pada Strict Liability,
apakah pernah diajarkan membuat posita dan petitum yang berbeda?
9
©
A
G
W
2
01
II. PMH MENURUT UU LINGKUNGAN
10
10
©
A
G
W
2
01
2
UU 23/2007 UUPLH
Ganti Rugi, Pasal 34
1)
Setiap perbuatan melanggar hukum
berupa pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup yang menimbulkan
kerugian pada orang lain atau lingkungan
hidup, mewajibkan penangung jawab
usaha dan/atau kegiatan untuk
membayar ganti rugi dan/atau
melakukantindakan tertentu.
2)
Selain pembebanan untuk melakukan
tindakan tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), hakim dapat menetapkan
pembayaran uang paksa atas setiap hari
keterlambatan penyelesaian tindakan
11
©
A
G
W
2
01
2
Pasal 87 UUPPLH
(1)Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
yang melakukan perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup
yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau
lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.
(2)Setiap orang yang melakukan pemindahtanganan,
pengubahan sifat dan bentuk usaha, dan/atau
kegiatan dari suatu badan usaha yang melanggar
hukum tidak melepaskan tanggung jawab hukum dan/ atau kewajiban badan usaha tersebut.
(3)Pengadilan dapat menetapkan pembayaran uang
paksa terhadap setiap hari keterlambatan atas pelaksanaan putusan pengadilan.
(4)Besarnya uang paksa diputuskan berdasarkan
Penjelasan Pasal 87 UUPPLH:
Ayat (1): Ketentuan dalam ayat ini merupakan
realisasi asas yang ada dalam hukum
lingkungan hidup yang disebut asas pencemar
membayar. Selain diharuskan membayar
ganti rugi, pencemar dan/atau perusak
lingkungan hidup dapat pula dibebani oleh
hakim untuk melakukan tindakan hukum
tertentu, misalnya perintah untuk:
a. memasang atau memperbaiki unit pengolahan
limbah sehingga limbah sesuai dengan baku mutu lingkungan hidup yang ditentukan;
b. memulihkan fungsi lingkungan hidup; dan/atau
c. menghilangkan atau memusnahkan penyebab
timbulnya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.
12
©
A
G
W
2
01
Yang harus dibuktikan oleh Penggugat
(korban):
Kerugian
Kesalahan pihak penggugat (unsur
perbuatan melawan hukum)
Adanya hak yang dilanggar
Adanya pelanggaran terhadap kewajiban
hukum
Adanya pelanggaran terhadap Patuha
PMH tidak hanya PMH formil tapi juga materil,
yaitu pelanggaran terhadap hukum dalam arti luas (termasuk kaidah hukum tidak
tertulis)PMH materil
Hubungan sebab-akibat antara kerugian
korban dengan kesalahan penggugat
13
©
A
G
W
2
01
Bagaimana jika pencemaran/kerugian terjadi,
tapi tidak ada (sulit untuk membuktikan)
kesalahan tergugat?
Misalnya jika pencemaran terjadi oleh perbuatan yang memperoleh izin?gunakan pasal tanggung jawab mutlak
Apakah pasal 87 UUPPLH merupakan bentuk asas
pencemar membayar?
Apakah ketentuan bahwa pertanggungjawaban
perdata tetap melekat meskipun terjadi perubahan bentuk perusahaan (pasal 87 ayat 2) hanya berlaku untuk PMH?
14
©
A
G
W
2
01
III. STRICT LIABILITY MENURUT UU
LINGKUNGAN
Menurut UU No. 23/1997 Pasal 35
(1).Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang usaha dan kegiatannya
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkunganhidup, yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun, dan/atau menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun, bertanggung jawab secara multak atas kegiatan yang ditimbulkan dengan kewajiban membayar ganti rugi secara langsung dan seketika pada saat terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.
(2). Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dapat dibebaskan dari
kewajiban membayar ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jika yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa pencemaran dan/.atau perusakan lingkungan hidup disebabkabkan salah satu atau asalan di bawah ini :
a.adanya bencana alam atau peperangan, atau
b.adanya keadaan terpaksa di luar kemampuan manusia; atau
c.adanya tindakan pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup.
(3).Dalamhal terjadi kerugian yang disebabkan oleh pihak ketiga sebagaiamana
dimaksud padaayat (2) huruf c, pihak ketiga bertanggung jawab membayar ganti
Pertanggungjawaban tanpa kesalahan, alasan
Pembuktian kesalahan sulit, sehingga seringkali korban gagal
memperoleh ganti rugi
Karena kemungkinan lepas dari tanggung jawab perdata,
Pelaku usaha seringkali menjadi tidak hati-hati
Tanggung jawab mutlak:
Kerugian dengan sendirinya menimbulkan tanggung jawab untuk membayar ganti rugi
Apa bedanya dengan doktrin res ipsa loquitur?
Apa saja yang harus dibuktikan oleh penggugat?
Kerugian pada diri korban (penggugat)
Hubungan sebab-akibat antara kerugian dengan perbuatan pelaku
(peristiwa pencemaran/kerusakan lingkungan)
Siapa saja yang bisa terkena pasal 35?
Kegiatan/usaha yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan
Menggunakan B3
Menghasilkan limbah B3
16
©
A
G
W
2
01
BAGAIMANA MEMBUKTIKAN MENGGUNAKAN B3, ATAU MENGHASILKAN LIMBAH B3, ATAU MENIMBULKAN
DAMPAK PENTING THD LINGKUNGAN?
Prof. Koesnadi:
Menggunakan B3:
Gevaarlijkestoffenordonnantie 1949 dan Peraturan
Menteri Kesehatan No. 453/Men/Kes/Per/XI/1983 tentang Bahan Berbahaya
Sekarang: daftar B3 menurut lampiran PP 74/2001
tentang pengelolaan B3
Menghasilkan limbah B3:
Daftar limbah B3 menurut PP No. 19/1994 yang
disempurnakan dengan PP No. 12/1995 tentang Pengelolaan Limbah B3
Sekarang: Daftar limbah B3 menurut PP 18 /1999 jo. PP
85/1999 tentang pengelolaan Limbah B3 17
©
A
G
W
2
01
Menghasilkan dampak besar dan penting thd
lingkungan?
Pasal 15(1) UU No. 23/1997: Setiap rencana usaha
dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki AMDAL
Lihat daftar kegiatan wajib Amdal menurut
KepMeNLH No. Kep-39/MENLH/8/1996, diperbaharui beberapa kali, terakhir oleh PermenLH No. 11/2006
Kesimpulan: Wajib amdal pasti terkena SL
Caveat: tidak berarti bahwa yang tidak wajib amdal pasti tidak
akan terkena SL
Bandingkan dengan Restatement (second) of Tort §
520!!! 18
©
A
G
W
2
01
Alasan-alasan yang melepaskan tanggung jawab
(pasal 35 ayat 2 UUPLH):
Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dapat dibebaskan dari kewajiban membayar ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jika yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup disebabkan salah satu alasan di bawah ini:
a. adanya bencana alam atau peperangan; atau
b. adanya keadaan terpaksa di luar kemampuan manusia; atau
c. adanya tindakan pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.
19
©
A
G
W
2
01
Menurut UU No. 32/2009
Pasal 88 UUPPLH
Setiap orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan
ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu
pembuktian unsur kesalahan.
20
©
A
G
W
2
01
Penjelasan Pasal 88 UUPPLH
Yang dimaksud dengan “bertanggung jawab mutlak” atau strict liability adalah unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak penggugat sebagai dasar
pembayaran ganti rugi. Ketentuan ayat ini merupakan
lex specialis dalam gugatan tentang perbuatan
melanggar hukum pada umumnya. Besarnya nilai ganti rugi yang dapat dibebankan terhadap pencemar atau perusak lingkungan hidup menurut Pasal ini dapat
ditetapkan sampai batas tertentu.
Yang dimaksud dengan “sampai batas waktu tertentu” adalah jika menurut penetapan peraturan
perundangundangan ditentukan keharusan asuransi bagi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan atau telah tersedia dana lingkungan hidup.
Apakah yang dimaksud dengan “pembatasan” dalam
pasal 88 UUPPLH?
21
©
A
G
W
2
01
Pasal 88 UUPPLH tidak mengandung alasan
pengecualian pertanggungjawaban (bandingkan dgn pasal 35 UUPLH)
Apakah alasan yg membebaskan (pengecualian) pertanggungjawaban tetap ada?
Di Finlandia dan Swedia tidak ada defense (pengecualian), tetapi
menurut Hinteregger, pengadilan tetap akan mempertimbangkan pengecualian tsb, mengingat pengecualian ini telah dianggap sebagai bagian dari aturan/prinsip hukum (tanpa perlu ditulis dalam UU)
Bagaimana jika ternyata sengaja dihilangkan (pembuat
UU memang ingin agar tergugat tetap bertanggung jawab)?
Strict Liability atau Absolute Liability?
Absolute liability bisa berarti:
SL + Tanpa defense
1972 Con. On Int’l Liability for Damage Caused by Space Objects
Bonine & McGarity: “strict liability under CERCLA, however, is not
absolute; there are defenses for causation solely by an act of God, an act of war, or acts or omissions of a third party
tanpa batas tanggung jawab (financial cap)
Pembuktian Bencana Alam di AS:
Extraordinary
Unprecedented
Unforeseeable
Free from human intervention
(inc. negligence or human activity)
23
Act of
God Beban pembuktian tergugat ©
A
G
W
2
01
DALUWARSA PENGAJUAN GUGATAN
Pasal 89 UUPPLH
(1) Tenggat kedaluwarsa untuk mengajukan gugatan
ke pengadilan mengikuti tenggang waktu sebagaimana diatur dalam ketentuan Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata dan dihitung sejak diketahui adanya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
(2) Ketentuan mengenai tenggat kedaluwarsa tidak
berlaku terhadap pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh usaha dan/atau kegiatan yang menggunakan dan/atau mengelola B3 serta menghasilkan
dan/atau mengelola limbah B3. 24
©
A
G
W
2
01
PERTANGGUNGJAWABAN PERDATA BERDASARKAN UU NO. 18.2008 TTG PENGELOLAAN SAMPAH
Pasal 35(1): Penyelesaian sengketa
persampahan di dalam pengadilan
dilakukan melalui gugatan perbuatan
melawan hukum.
Pasal 35(2): Gugatan perbuatan melawan
hukum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mensyaratkan penggugat membuktikan
unsur-unsur kesalahan, kerugian, dan
hubungan sebab akibat antara perbuatan
dan kerugian yang ditimbulkan.
persoalan dari ketentuan tentang pertanggung-jawaban ini:
Apa artinya kesalahan?
Mana Strict Liability?
25
©
A
G
W
2
01
III. KAUSALITAS DAN BEBAN
PEMBUKTIAN
III.A. Kausalitas
Von Buri: Conditio sine qua non
Von Kries: Adequate theory
Sebab adalah perbuatan yang menurut
perhitungan yang layak dapat menimbulkan
akibat
26
26
©
A
G
W
2
01
Dalam
Common Law
, kausalitas terkait
dengan:
1.
Cause in Fact
(sebab faktual)
diuji berdasarkan “the but for test”.
sebuah perbuatan dikatakan sebagai sebab
faktual (cause in fact) apabila kerugian tidak akan terjadi tanpa adanya perbuatan tersebut.
But for the defendant’s act, the damage would not
have occurred!
Jika perbuatan tergugat dianggap sebagai sebab
faktual, penggugat masih harus membuktikan bahwa perbuatan tergugat adalah: proximate cause
27
©
A
G
W
2
01
2.
Proximate Cause (sebab langsung), disebut juga
dengan legal cause (karena menentukan
lingkup pertanggungjawaban)
apakah berdasarkan logika, keadilan,
kebijaksanaan, dan praktek tergugat harus
bertanggungjawab atas kerugian yang diderita oleh penggugat.
a. The Direct-Consequences Doctrine
melihat apakah terdapat sebab lain yang mengintervensi
(intervening causes) di antara perbuatan tergugat dan kerugian yang diderita penggugat.
b. the reasonable-foresight doctrine/risk theory
approach
seseorang tidak akan bertanggungjawab atas kerugian yang secara
wajar (reasonably) tidak bisa diperkirakan sebelumnya.
kerugian haruslah termasuk ke dalam resiko yang selayaknya sudah
bisa diperkirakan (foreseeable) akan muncul dari kesalahan (dalam konteks pertanggungjwaban berdasarkan kesalahan) atau kegiatan (dalam konteks strict liability) dari orang tersebut.
IV. B. BEBAN PEMBUKTIAN
Konvensional (163 HIR dan 1865 BW)
“setiap orang yang mengaku mempunyai
suatu hak, atau menunjuk suatu peristiwa
untuk meneguhkan haknya itu atau untuk
membantah suatu hak orang lain, wajib
membuktikan adanya hak itu atau kejadian
yang dikemukakan itu”
Beban pembuktian terbalik (analogi pasal 37,
37A dan 38 Undang-undang 20/2001 ttg
perubahan atas Undang-undang No 31 tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi)
29
©
A
G
W
2
01
30
IMPLIKASI JENIS PERTANGGUNG
JAWABAN TERHADAP PEMBUKTIAN
Pertanggung jawaban
berdasarkan kesalahan (fault based liability)
Kesalahan (fault) Kerugian (damages) Kausalitas (causal link)
Beban pembuktian terhadap ketiga unsur di atas terdapat pada penggugat (163 HIR dan 1865 BW)
Pertanggung jawaban tanpa kesalahan
(No fault liability/strict liability)
Kerugian (damages) Kausalitas (causal link)
Beban pembuktian terhadap kedua unsur di atas tetap merupakan beban penggugat (163 HIR dan 1865 BW)
Beban pembuktian tentang faktor pengha-pus pertanggung jawaban/ pembelaan ada pada diri tergugat sebagaimana layaknya suatu pembelaan (tidak terdapat pemindahan beban pembuktian)
CONTOH DARI KETENTUAN PERTANGGUNGJAWABAN YANG TIDAK JELAS & HARUS DIHINDARI
Pasal 28 UU Nomor 8/1999 ttg perlindungan
konsumen
Pembuktian terhadap ada atau tidaknya unsur kesalahan dalam gugatan ganti rugi merupakan beban dan tanggung jawab pelaku usaha
Pertanyaan: Apakah ini
Strict Liability?
Masih ada unsur kesalahan
pembuktian terbalik ?
yang “dibalik” hanya pembuktian tentang kesalahan
pembuktian terbalik terbatas
31
31
©
A
G
W
2
01
V. MEKANISME KOMPENSASI
KERUGIAN
1.
Tanggung Jawab dan Asuransi Tanggung
Jawab
pertanggungjawaban perdata tidak akan efektif apabila terdapat kemungkinan insolvensi.
Untuk menghindari kemungkinan ini, maka di banyak negara penerapan pertanggungjawaban perdata disertai dengan adanya kewajiban pelaku usaha untuk memiliki asuransi tanggung
jawab (liability insurance).
Manfaat utama dari asuransi tanggung jawab lingkungan ini
adalah untuk mengalihkan resiko atas kemungkingan terjadinya judgment proof (insolvency), yaitu kondisi di mana aset pencemar tidak mencukupi untuk membayar biaya ganti kerugian yang
dibutuhkan untuk merestorasi lingkungan dan juga ganti rugi
kepada pihak ketiga (kompensasi) 32
©
A
G
W
2
01
2.
Perjanjian Pembagian Resiko (
Risk Sharing
Agreement
)
Berbeda dengan asuransi, di mana premi ditentukan berdasarkan informasi mengenai kerugian, perjanjian pembagian resiko dapat tetap berjalan meskipun informasi tersebut masih sangat sedikit, sebab yang dibutuhkan dalam perjanjian ini adalah kontribusi relatif dari pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian.
perjanjian pembagian resiko dapat berfungsi pula sebagai upaya untuk mengontrol moral hazard, karena setiap pihak yang
terlibat dalam perjanjian ini memiliki kepentingan untuk
mengontrol kinerja pihak lain guna mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian.
Contoh dari perjanjian pembagian resiko adalah perjanjian para operator nuklir berdasarkan Price-Anderson Act di AS dan
perjanjian antara para pemilik kapal tanker untuk terlibat di dalam perjanjian pembagian resiko atas kerugian akibat
pencemaran minyak di laut (Protection and Indemnity Clubs—
P&I Clubs). 33
©
A
G
W
2
01
3.
Asuransi Pihak Pertama (
first party insurance
)
Di beberapa negara, seperti Perancis, asuransi pihak
pertama dapat pula berfungsi sebagai alternatif
mekanisme kompensasi bagi para korban pencemaran.
Dalam model asuransi pihak pertama di Perancis,
asuransi akan membayarkan kompensasi kepada
korban, baik kompensasi atas kerugian materil maupun immaterial (non-pecuniary losses), tanpa melihat
apakah ada pihak yang harus bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh korban (tertanggung).
Dalam First Party Insurance, tertanggung dalam
asuransi ini adalah para korban. Karena dalam asuransi ini tertanggung yang akan menerima
kompensasi atas kerugian yang dideritanya, asuransi ini juga disebut dengan asuransi kerugian.
First party insurance vs Polluter-pays principle 34
©
A
G
W
2
01
4.
Asuransi Kerugian Lingkungan
(
Environmental Damage Insurance
)
Sejak tahun 1998 di Belanda berlaku asuransi kerugian lingkungan (millieuschadeverzekering), sebagai ganti dari asuransi tanggung jawab (liability insurance).
Dalam asuransi kerugian lingkungan ini, penanggung jawab kegiatan/usaha mengasuransikan tempat atau resiko dari kegiatan/usahanya.
Berbeda dengan asuransi pertanggungjawaban, dalam sistem asuransi kerugian lingkungan pembayaran kompensasi dari
pihak asuransi dipicu oleh munculnya kerugian, dan bukan oleh adanya pertanggungjawaban perdata dari pihak tertanggung (dalam hal ini penanggung jawab usaha/kegiatan).
Di samping itu, kompensasi diberikan tidak hanya kepada pihak tertanggung, tetapi juga kepada pihak ketiga yang mengalami kerugian dari kegiatan/usaha pihak tertanggung.
Asuransi kerugian lingkungan dengan demikian merupakan pergeseran dari sistem asuransi pihak ketiga (third party
insurace) ke arah asuransi pihak pertama (first party insurance).
5. Dana Kompensasi
5.a.Guarantee Funds
Dana ini digunakan ketika pencemar tidak memiliki cukup
dana untuk membayar kompensasi.
Penggunaan dana kompensasi ini harus didahului oleh
adanya pertanggungjawaban perdata dari pencemar yang kemudian ternyata tidak mampu memenuhi
pertanggungjawaban tersebut.
Contoh: International Oil Pollution Compensation Fund.
36
©
A
G
W
2
01
5.b. Complementary and Autonomous
Compensation Funds
Dana kompensasi bersifat pelengkap (Complementary)
apabila hanya dapat digunakan pada kasus di mana para korban gagal memperoleh kompensasi melalui sistem
pertanggungjawaban perdata.
Kegagalan ini biasanya muncul ketika pencemar dapat
memberikan “alasan yang valid”, yang dapat
membebaskannya dari pertanggungjawaban perdata.
Contoh: International Oil Pollution Compensation Fund.
dana kompensasi bersifat independen (autonomous) dari
pertanggungjawaban perdata apabila dana kompensasi dapat digunakan tanpa memperhatikan apakah pihak korban dapat menggunakan peradilan perdata atau tidak.
Dana ini digunakan terutama untuk pencemaran yang
terjadi tanpa diketahui pihak penyebabnya
Contoh: Air Pollution Fund di Belanda atau dalam Offshore
Oil Pollution Compensation Fund di AS. 37
©
A
G
W
2
01
5.c.Limitation Fund
Dana kompensasi ini digunakan bukan untuk melindungi korban,
tetapi justru untuk melindungi para pencemar.
Menurut sistem ini, pihak pencemar hanya akan bertanggungjawab
sebesar dana yang dikumpulkannya di dalam fund.
Dana ini dapat dilihat dalam pasal V 1969 Convention on Civil
Liability for Oil Pollution Damage (CLC).
5.d.Advancement Fund
Dana ini dibayarkan oleh calon pencemar kepada calon korban di
muka (sebelum terjadinya kerugian).
Dana jenis ini muncul untuk kasus-kasus yang menyebabkan
kematian, di mana waktu antara terjadinya pencemaran dengan kematian korban berlangsung singkat.
Untuk kasus seperti ini, pertanggungjawaban perdata tidak akan
efektif untuk melindungi korban, karena apabila proses pengadilan digunakan untuk mengganti kerugian korban, maka korban tersebut hanya akan menerima ganti kerugian setelah kematiannya (post
mortem).
Di Belanda, dana ini digunakan untuk kompensasi terhadap para
5.e. General Compensation Systems
Di negara maju, sistem jaminan keamanan sosial dapat pula
digunakan sebagai cara untuk memperoleh kompensasi.
kompensasi yang dapat diperoleh dengan melalui sistem
keamanan sosial terkait dengan kerugian karena penyakit, cacat, kecelakaan kerja, atau hilangnya pekerjaan.
Meskipun korban dapat memperoleh kompensasi secara
langsung tanpa perlu didahului adanya pembuktian tentang penyebab kerugiannya, kompensasi berdasarkan sistem
keamanan sosial biasanya hanya mampu menyediakan kompensasi dalam jumlah yang terbatas.
5.f. Direct Compensation by the State
Dana kompensasi ini merupakan penggunaan dana publik oleh
negara untuk membiayai kompensasi.
Sama seperti dalam sistem keamanan sosial, kompensasi langsung
oleh negara juga diberikan kepada korban tanpa perlu didahului adanya proses peradilan untuk memutuskan siapa yang harus bertanggungjawab atas kerugian yang diderita oleh korban.
memiliki jumlah yang terbatas.
Mekanisme
Rejim UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UUPPLH)
- Strict liability
(pasal 35)
Tidak diatur
- PMH (pasal 87 ayat 1)
- Strict liability (pasal 88)
Prose-dur (hak gugat)
- Class action
(pasal 37 ayat 1)
- Hak gugat pemerintah
(pasal 37 ayat 2)
- Hak gugat LSM (pasal 38)
Tidak diatur
- Class action (pasal 91)
- Hak gugat LSM (pasal 92)
- Hak gugat pemerintah dan pemerintah daerah (pasal 90)
- Hak gugat warga negara untuk melakukan gugatan administratif (pasal 93)
Asuransi
tanggung jawab
- Dibuka
kemungkinan
asuransi tanggung jawab wajib (penjelasan pasal 35 ayat 1) yang dikaitkan dengan pembatasan ganti kerugian pada
strict liability
Tidak diatur Dibuka kemungkinan sebagai asuransi lingkungan dalam konteks instrumen
insentif/disinsentif (pasal 42 ayat 2 jo. Pasal 43 ayat 3f)
Jaminan keuangan lainnya
Tidak diatur Tidak diatur
- Dibuka kemungkinan dalam bentuk dana jaminan pemulihan (pasal 43 ayat 2a)
- Dibuka kemungkinan dalam bentuk
asuransi lingkungan (pasal 42 ayat 2 jo. Pasal 43 ayat 3f)
Asuransi kerugian lingkungan
Tidak diatur Tidak diatur Dibuka kemungkinan sebagai asuransi lingkungan dalam konteks instrumen insentif/disinsentif (pasal 42 ayat 2 jo. Pasal 43 ayat 3f)
Asuransi kerugian Tidak diatur Tidak diatur Dibuka kemungkinan sebagai asuransi lingkungan dalam konteks instrumen insentif/disinsentif (pasal 42 ayat 2 jo. Pasal 43 ayat 3f)
42
©
A
G
W
2
01
Dana
Tidak diatur Tidak diatur
Dibuka
kemungkinan dalam bentuk dana jaminan pemulihan (pasal 43 ayat 2a) dan si langsung oleh
negara
Tidak diatur
- Dana bantuan bencana menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemda (pasal 60 UU PB, jo. Pasal 4 PP 22/2008)
Hak gugat pemerintah
Gugatan
pemerintah jika masyarakat
menderita kerugian yang
mempengaruhi
kehidupan mereka,
tapi tanpa
penjelasan apakah ganti kerugian akan dibayarkan oleh pemerintah kepada masyarakat (pasal 37 ayat 2)
Tidak diatur Gugatan pemerintah dan pemerintah daerah terbatas pada “kerugian lingkungan hidup” yaitu kerugian yang tidak termasuk pada kerugian atas hak milik privat (pasal 90 ayat 1)
Terima kasih
45
©
A
G
W
2
0
1