• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DAN B3 Risalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DAN B3 Risalah"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DAN B3

Risalah Singkat Pokok Perkuliahan

Revisi 3, Desember 2003

D.WARDHANA HASANUDDIN SURAADININGRAT

(2)
(3)

PENGANTAR

Assalaamu’alaikum

Pengelolaan limbah salahsatu bidang pengelolaan lingkungan. Risalah ini mengulas masalah pengelolaan limbah padat dan bahan beracun dan berbahaya (B3) yang juga bagian dari rangkaian sistem pengelolaan limbah industri. Masalah pengelolaan limbah amat luas, dapat dibahas dari berbagai segi secara mendalam mau pun secara menyeluruh secara singkat.

Risalah perkuliahan ini dibuat untuk membantu mengarahkan isi perkuliahan mengenai pengelolaan limbah padat dan limbah berbahaya (limbah B3) dan tidak dimaksudkan untuk menggantikan text book yang dianjurkan. Muatan risalah dirancang untuk dapat disampaikan dalam waktu sekitar empat jam sehingga tidak mendalam dan diupayakan tetap menyeluruh (komprehensif) sehingga para mahasiswa program studi di luar teknik lingkungan dapat mengetahui gambar besar masalah pengelolaan limbah.

Sebagaimana masalah lingkungan lainnya, masalah pengelolaan limbah mempunyai dimensi masalah yang banyak sehingga ia membuka kesempatan bagi peneliti yang tidak berlatarbelakang pendidikan akademik bidang lingkungan untuk mengambil beberapa segi permasalahannya sebagai bahan penelitian atau tugas akhir akademik. Para mahasiswa yang mempunyai minat lebih jauh untuk mempelajari masalah ini sebagai bahan penelitian dianjurkan untuk membaca atau mengaji berbagai rujukan yang layak selain rujukan tersebut pada awal perkuliahan ini.

Penulis menyampaikan terimakasih kepada Prof. dr. Haryoto Kusnoputranto, MPH, PhD., Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia dan Dr.ir. Kardono, M.Eng., Dekan Fakultas Teknik Universitas Al-Azhar yang pertama kali memberikan kesempatan kepada penulis untuk berperanserta mengajar di bidang ini di fakultas dan perguruan tingginya masing-masing. Terima kasih penulis sampaikan pula kepada drs. Bambang Wispriyono, Ph.D., dan dr. Zulkifli Djunaidi, M.App.Sc., yang telah memberikan kehormatan kepada penulis untuk bergabung dalam timnya dalam beberapa mata kuliah di Jurusan Kesehatan Lingkungan dan Jurusan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Indonesia. Semoga pokok ulasan ini bermanfaat dapat memenuhi tujuan dan sasaran perkuliahan yang ditetapkan.

(4)

Tujuan Perkuliahan

# Pengenalan atas sumber-sumber limbah dan tabiatnya.

# Pengenalan atas prinsip-prinsip umum dan unsur pengelolaan limbah. # Pengenalan segi teknologi pengelolaan limbah padat dan B3.

# Meningkatkan kesadaran akan pengelolaan lingkungan.

Metode Penyajian Perkuliahan

# Ulasan verbal mengenai tabiat bahaya limbah, prinsip pengelolaan limbah, segi amalan dan

teknologi pengelolaan limbah, khususnya limbah padat dan B3 industri

# Ilustrasi audio-visual (dalam kelas saja) # Diskusi (dalam kelas saja)

Garis Besar Bahan Perkuliahan

# Pendahuluan

# Dampak Limbah pada Lingkungan # Prinsip Umum dan Dasar Hukum # Pengelolaan Limbah Padat Biasa # Pengelolaan Limbah Industri B3

Bahan Rujukan

# Pemerintah Republik Indonesia:

< Peraturan Pemerintah No. 18/1999 - Pengelolaan Limbah B3

< Peraturan Pemerintah No. 85/1999 - Perubahan PP 18/1999

# Tchobanoglous, George:

< Solid Waste Management, McGraw-Hill

# Wentz, C.A.:

< Hazardous Waste Management, McGraw-Hill

# Wardhana H.S., Dadan

< Indonesian Environmental Laws & Regulations

< Mewaspadai Limbah B3 di Sekitar Kita

< Modul-modul Perkuliahan Pengelolaan Buangan Industri

< Modul-modul Perkuliahan Pengelolaan Limbah B3

< Pengelolaan Bahan Beracun dan Berbahaya, Ed. 4

(5)

PENDAHULUAN

Permasalahan

Salah satu masalah lingkungan mendunia (global) yang menonjol dalam kehidupan manusia adalah masalah pencemaran lingkungan. Di antara berbagai bentuk dan sumber pencemaran,

pembuangan limbah secara tidak layak merupakan bentuk dan sumber yang sangat lazim. Pencemaran yang ditimbulkannya tidak saja menimbulkan gangguan estetik, tapi, juga gangguan ruang dan keselamatan dan kesehatan terhadap manusia dan makhluk lainnya.

Limbah

Limbah dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan sisa suatu kegiatan atau proses yang tidak dapat atau tidak dimaksudkan untuk digunakan kembali dalam kegiatan atau proses yang sama (yang bersangkutan). Dengan definisi ini maka suatu bahan yang dianggap buangan pada suatu proses atau kegiatan boleh jadi merupakan bahan yang diperlukan atau bermanfaat bagi proses atau kegiatan lainnya. Apabila bahan-bahan yang diperlukan berbagai kegiatan disediakan dengan mengambilnya dari lingkungan (sumberdaya alam) secara terus menerus dalam jumlah sangat besar maka sumberdaya alam dapat lekas habis, khususnya sumberdaya alam tak terbaharukan.

Tujuan Pengelolaan Limbah

Dengan mengelola limbah selayak-layaknya, selain dapat mencegah atau mengurangi masalah pencemaran yang ditimbulkannya, cadangan sumberdaya alam pun dapat dihemat. Karena itu, pengelolaan limbah menjadi salah satu bidang pengelolaan lingkungan yang sangat bermakna.

Penggolongan Limbah

# Berdasarkan Wujudnya:

< limbah gas;

< limbah cair;

< limbah padat.

# Berdasarkan Asalnya:

< Limbah Rumah Tangga (Domestik)

< Limbah Perniagaan

< Limbah Industri

< Limbah Perkotaan

< Limbah Pertanian & Peternakan

< Limbah Rumah Sakit dan Laboratorium

# Berdasarkan Tabiatnya:

< Limbah B3 (Bahan Beracun & Berbahaya);

(6)

DAMPAK LIMBAH PADAT TERHADAP LINGKUNGAN

Dampak limbah padat terhadap kehidupan manusia dapat ditinjau dari segi kesehatan, ekonomi, hukum, perilaku, lingkungannya dan lain-lain. Keberadaan limbah padat dapat memberikan dampak baik yang menguntungkan mau pun yang merugikan bagi kegiatan ekonomi, bergantung pada pengelolaannya dan pihak yang mengelolanya. Dalam perkuliahan ini, pembahasan

mengenai dampak limbah padat dipusatkan kepada dampak buruknya dari segi keselamatan, kesehatan manusia dan lingkungan. Dampak buruk limbah terhadap kesehatan manusia bergantung pada keberadaan media atau wahananya dan pendedahan-(exposure)-nya.

Wujud, bentuk, tabiat dan jumlah limbah mempengaruhi jenis, taraf dan luas dampak yang dapat ditimbulkannya terhadap lingkungan. Limbah berwujud gas, zarah padat dan zarah cair atau uap dapat terbawa angin sehingga menyebar di udara. Limbah yang berwujud padat dan cair dapat pula terbawa aliran air (air hujan, aliran air permukaan) menuju berbagai tempat yang dapat dilalui air. Di antara bahan-bahan kandungan limbah itu ada yang sangat mudah larut dalam air dan ada pula yang sangat sukar larut dalam air. Taraf kelarutan limbah dalam air menentukan dampaknya di lingkungan. Selain itu, berat jenis suatu limbah juga menentukan penyebarannya.

Tabiat Bahaya Limbah

Tabiat bahaya suatu limbah dapat diketahui dengan menelusuri tabiat bahaya bahan asalnya atau dengan menguji tabiat bahayanya. Peraturan pemerintah mengenai pengelolaan limbah B3 (PP No. 18 Tahun 1999 jo PP No. 85 Tahun 1999) menetapkan penggolongan tabiat bahaya limbah sebagai berikut:

# mudah meledak;

# mudah terbakar (maksudnya: mudah menyala/tersulut); # reaktif;

# beracun;

# menyebabkan infeksi; dan # korosif.

Bahan mudah meledak pada dasarnya bertabiat reaktif terhadap bahan kimiawi lain, suhu udara dan goncangan atau gesekan. Contoh bahan berdaya ledak di antaranya senyawa nitrat, senyawa pikrat, dan serbuk alumunium. Industri pertambangan lazim menggunakan bahan peledak. Dengan sendirinya, limbah yang mengandung bahan mudah meledak mempunyai potensi untuk meledak apabila kondisinya mendukung. Ledakan melibatkan tekanan udara positif yang sangat besar dan terjadi dalam waktu singkat. Kerusakan yang dapat ditimbulkannya bergantung pada daya ledak bahan, jarak, dan kerentanan benda-benda di sekitarnya.

(7)

apabila terkena.

Suatu bahan tergolong reaktif apabila ia bereaksi dengan udara atau air, menghasilkan uap atau gas, panas, dan atau ledakan. Reaksinya dapat berlangsung hebat dan tak terkendali. Contoh bahan tergolong ini di antaranya adalah logam-logam lithium, natrium, fosfor, senyawa karbida, senyawa peroksida organik, termasuk bahan oksidator seperti kaporit. Industri manufaktur baterai adalah salah satu sumber limbah reaktif. Limbah yang mengandung bahan reaktif dapat mempunyai dampak seperti bahan reaktif murni dan penyimpanannya tak layak digabungkan dengan limbah lain yang mengandung bahan tak bersesuaian.

Bahan beracun adalah bahan yang bertabiat merusak sel dan jaringan tubuh manusia baik secara akut mau pun khronik. Pengaruh yang dapat ditimbulkannya terhadap kesehatan manusia acap kali digolongkan sebagai karsinogenik, teratogenik, mutagenik, dan lain sebagainya. Berdasarkan organ tubuh yang menjadi sasarannya, bahan beracun pun lazim digolongkan sebagai, misalnya, hepatoksik, nefrotoksik, sitotoksik dan racun sistemik.

Limbah bertabiat infectious dapat menularkan penyakit karena mengandung bibit-bibit penyakit, seperti bacteria, virus, dan berbagai jenis jasad renik lainnya. Umumnya limbah jenis ini

dihasilkan industri jasa pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan laboratorium klinik walau pun dapat juga bersumber dari kegiatan industrial lain.

Sungguh pun radioaktivitas suatu bahan limbah juga dapat membuatnya tergolong B3, peraturan pemerintah tersebut di atas tidak mencakup jenis limbah B3 bertabiat radioaktif. Limbah radioaktif diatur dalam undang-undang dan peraturan mengenai bahan radioaktif atau tenaga atom.

Dampak limbah, termasuk limbah B3, dapat dipilah berdasarkan urutan kejadiannya menjadi dampak langsung (primer) dan dampak turutan (sekunder, tersier, dll.) sebagaimana tersebut di bawah ini.

# Dampak primer (terhadap media lingkungan)

< Pencemaran (penurunan mutu) esthetik: bau, kotor, tak elok dipandang

< Pencemaran (penurunan mutu) lahan: lahan tercemar, rusak dan tidak funksional lagi

< Pencemaran (penurunan mutu) air: airtanah tak layak minum, air sungai tak berikan

< Pencemaran (penurunan mutu) udara: udara berdebu, menyesakkan nafas, iritan

# Dampak turutan (umumnya masalah kesehatan manusia sebagai konsekuensi dampak

pencemaran dan atau kerusakan media lingkungan dan unsur lingkungan lain yang berkaitan dengan kehidupan manusia):

< Gangguan kenyamanan

< Gangguan kesehatan, misalnya: ISPA; penyakit kulit; kemandulan; cacat kelahiran; kerusakan organ tubuh.

< Penurunan nilai properti

(8)

mengunyah dan menelan.

Di Indonesia sendiri, ciri-ciri pencemaran serupa dengan pencemaran Teluk Minamata telah tampak di berbagai tempat seperti Teluk Jakarta, dan perairan Surabaya. Bagaimana dampaknya atau potensi dampaknya? Haruskah bangsa Indonesia mengulangi pengalaman buruk manusia akibat keadaan serupa yang telah lama terjadi di berbagai tempat lain?

Telah banyak kasus gangguan kesehatan yang sangat bermakna akibat pembuangan limbah, terutama limbah B3, ke lingkungan oleh manusia yang dapat dijadikan pelajaran agar manusia lebih arif dan bersyukur.

Peringatan dari Allah SWT:

(9)

PRINSIP UMUM DAN DASAR HUKUM

Prinsip Umum

# Lingkup Pengelolaan Limbah

Pengelolaan limbah adalah suatu wacana yang diterapkan dalam rangkaian kegiatan berkaitan dengan limbah yang dapat mencakup:

< pemilahan;

< pewadahan sementara;

< pengumpulan;

< pengangkutan;

< pemanfaatan;

< pengolahan limbah; serta

< penimbunan hasil pengolahan

< evaluasi dan penyempurnaan.

# Tujuan Umum Pengelolaan Limbah:

< Mencegah pencemaran lingkungan hidup

< Memulihkan atau menghemat sumberdaya

< Memenuhi peraturan lingkungan

# Hirarki Pengelolaan Limbah, Khususnya Limbah B3

Dalam hirarki pengelolaan limbah, ikhtiar pertama adalah pencegahan timbulan limbah. Namun, pada kenyataannya, hal ini sukar terwujud. Tidak semua energi dan atau bahan terubah sempurna (seluruhnya) dalam menjadi bentuk energi atau bahan lain (“hukum” termodinamika kedua). Karena itu, urutan pertama itu ditempati bersama oleh ikhtiar “minimisasi” timbulan limbah. Berbagai ikhtiar minimisasi limbah lazim digolongkan menjadi

(10)

Dasar Hukum Pengelolaan Limbah Padat dan B3

Berdasarkan pengamatan manusia selama ini, limbah yang tidak dikelola dengan layak telah menimbulkan berbagai jenis dan taraf kerusakan pada lingkungan. Mengingat bahwa berbuat kerusakan adalah haram, maka pembuangan limbah secara tidak layak yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan di bumi tergolong haram.

Pengelolaan limbah adalah salah satu segi kegiatan manusia yang menyangkut pula akhlaq dan tatanan kemasyarakatan. Karena itu, tentu saja, dasar hukum yang paling utama adalah ketentuan Allah sebagaimana tertuang dalam Al-Qur’aan dan pedomannya dalam Al-Hadits.

Allah’s Message:

“Do no mischief on the earth, after it hath been set in order. But, call on Him with fear and longing (in your hearts) for the Mercy of Allah is always near to those who do good.” (Al-Qur’aan, Al-A’raaf, 7:56)

Segi-segi prinsipil dan operasional kegiatan pengelolaan lingkungan yang lebih rinci disusun manusia (masyarakat) dalam berbagai kerangka hukum yang berlaku dalam suatu negara. Kerangka hukum itu dapat berbentuk undang-undang, peraturan, bakuan atau persyaratan teknikal, dsb. Di Indonesia, beberapa peraturan-perundangan bertaraf kebangsaan mengenai pengelolaan lingkungan yang menyangkut pencegahan dan atau pengendalian pencemaran akibat limbah, di antaranya, adalah:

# Undang-undang No. 23/1997 (Pengelolaan Lingkungan)

# Undang Undang No. 31 Tahun 1964 - (Ketentuan-ketentuan Pokok Tenaga Atom) # Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 (Pengelolaan Limbah B3)

# Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 (diterbitkan untuk mengubah beberapa fatsal

dalam PP No. 18/1999).

# Surat Keputusan Kepala BAPEDAL No. 68/1994, No. 1, 2, 3, 4, dan 5 Tahun 1995

Peraturan-perundang-undangan tersebut di atas lebih terpusat pada limbah berbahaya. Ada pun ketentuan-ketentuan mengenai pengelolaan limbah padat biasa (sampah domestik atau limbah perkotaan) umumnya ditetapkan oleh pemerintah daerah dan dituangkan dalam bentuk

peraturan daerah, surat keputusan gubernur atau surat keputusan bupati/walikota. Tidak semua daerah mempunyai peraturan atau dasar hukum yang cukup kuat atau memadai bagi

peyelenggaraan pengelolaan limbah secara sangkil (effective).

Pada umumnya, berbagai dasar hukum itu dibuat sebagai salah satu perangkat kebijakan mengenai pengelolaan limbah. Secara keseluruhan, perangkat kebijakan itu (terutama dalam kaidah pengelolaan limbah B3) dapat berupa dan digolongkan sbb.:

# Sistem penataan dan penelusuran; # Sistem perizinan;

# Persyaratan teknikal pembuangan limbah; # Sistem pengawasan;

(11)

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT BIASA

Macam Limbah Padat Biasa

# Sampah basah atau membusuk (garbage), misalnya: sisa-sisa makanan; sampah dapur; sampah

pekarangan; kemasan makanan berbahan daun-daunan (bungkus ketupat, lotek, rujak, dodol Imlek, dll.)

# Sampah kering (rubbish), misalnya: kaca, kayu, kertas, karet, plastik, kaleng, dsb. # Abu (ashes)

Berdasarkan tujuan pemanfaatan dan pengolahannya, sampah kering biasa dapat juga digolongkan menjadi sampah yang dapat didaur ulang, sampah yang tak dapat didaur ulang, sampah yang dapat dibakar, sampah yang tidak dapat dibakar.

Lingkup Pengelolaan Limbah Padat Biasa

Unsur-unsur pengelolaan limbah padat biasa telah disebutkan sebelumnya pada ulasan mengenai prinsip umum. Dalam bagian ini, lingkup pengelolaan yang diulas dibatasi pada pengolahan dan pembuangannya.

Pengolahan Limbah Padat Biasa

Kegiatan pengolahan limbah padat biasa dalam skala perkotaan dapat dimulai dengan pemilahan limbah di stasiun pemindahan. Pemilahan dapat pula dilakukan di berbagai jenis tempat lainnya. Limbah umumnya dipilah berdasarkan jenis bahan dan tujuan pemanfaatan, pengolahan dan/atau pembuangannya.

Pengolahan sampah untuk pemanfaatan dapat berupa proses/kegiatan tersebut di bawah ini.

# Pendaurulangan sampah (recycling), di antaranya: plastik, kertas, logam, dll., baik untuk

dibuat barang yang sama mau pun barang yang lain.

# Pembuatan pelet bahan bakar (pelletized waste derived fuel), limbah padat bernilai energi

cukup tinggi, hasilnya dapat digunakan untuk berbagai keperluan yang membutuhkan bahan bakar padat.

# Pengomposan (composting), limbah yang tergolong membusuk, mengandung unsur karbon

(12)

Abu hasil insinerasi dikumpulkan dan dibuang/disimpan di sarana penimbusan (landfill). Ada pun air limbah (limbah cair) yang dapat dihasilkan sistem pengendalian pencemar udara harus dikelola dengan layak pula sesuai dengan kaidah pengelolaan air limbah.

Pembuangan Akhir Limbah Padat Biasa

Sarana pembuangan akhir untuk sampah yang layak adalah bangunan dan sistem pendukungnya yang dibangun dan dioperasikan untuk menampung limbah padat dengan kapasitas memadai dan mampu mencegah migrasi atau perpindahan limbah dan/atau unsur limbah ke lingkungan di sekitarnya secara langsung. Sampah/Limbah padat yang dapat dibuang ke sarana pembuangan akhir sebaiknya berupa:

# Sisa sampah yang tidak dapat dimanfaatkan lagi; # Sisa sampah yang tidak dapat didaurulang lagi; # Sisa sampah yang tak dapat diolah lagi.

Sarana pembuangan sampah akhir yang layak berupa sarana penimbusan sehat (sanitary landfill) atau sarana penimbusan terkendali (controlled landfill). Sarana penimbusan sehat dibangun berupa cekungan pada suatu lahan, dilapisi dengan lapisan kedap air, dilengkapi dengan sistem pengumpulan lindi (leachate), sistem penyaliran air permukaan di sekitarnya, dan sistem

pengolahan dan pembuangan lindi yang memadai serta sistem pengumpulan dan penyaluran gas. Sarana penimbusan sehat semestinya dioperasikan setiap hari dengan memperhatikan

pencegahan masuknya pemulung, hewan pengais, dan pencegahan terbawanya sebagian sampah oleh angin, pancaran bau dan debu. Sarana ini juga sebaiknya ditempatkan pada tapak yang layak (dataran, bukan lahan basah atau daerah terkena banjir, cukup jauh dari pemukiman, dekat dengan jaringan jalan besar, cukup stabil secara geologi, dlsb.).

Sarana penimbusan sehat yang dirancang, dibangun dan dioperasikan dengan layak dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar gas yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai

keperluan, seperti pembangkit listrik. Setelah kapasitasnya tercapai, sarana penimbusan sehat ditutup sedemikian rupa sehingga beberapa masa kemudian lahannya dapat dimanfaatkan sebagai taman, kebun, hutan kecil, sarana rekreasi, dsb.

Gambar 1.

(13)

PENGELOLAAN LIMBAH B3

Limbah B3

Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan-bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifatnya dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung mau pun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. (Peraturan Pemerintah No. 18/1999, 1:2)

Lingkup Pengelolaan Limbah B3

Unsur-unsur pengelolaan limbah padat, mencakup limbah B3, telah disebutkan sebelumnya pada ulasan mengenai prinsip umum. Dalam bagian ini, lingkup pengelolaan yang diulas dibatasi pada identifikasi, pengolahan dan pembuangannya.

Identifikasi Limbah B3

Pengelolaan limbah B3 diawali dengan identifikasi limbah B3, yaitu menentukan apakah suatu limbah tergolong B3 atau bukan. PP No. 18/1999 jo PP 85/1999 menetapkan bahwa limbah B3 dapat diidentifikasikan menurut sumber dan atau uji karakteristik dan atau uji toksikologi. Fatsal 7 PP 85/1999 menetapkan bahwa jenis limbah B3 dapat diketahui atau ditentukan menurut sumbernya:

# Limbah B3 dari sumber tidak spesifik; # Limbah B3 dari sumber spesifik;

# Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan buangan produk

yang tidak memenuhi spesifikasi.

Perincian dari masing-masing jenis sebagaimana dimaksud pada ketentuan tersebut di atas dituangkan dalam lampiran I Peraturan Pemerintah itu. Dengan mengetahui macam dan sumber suatu limbah dan mencocokkannya dengan senarai limbah B3 pada 3 macam tabel lampiran 1 peraturan pemerintah itu, kita dapat menentukan suatu limbah tergolong B3.

Selain itu, suatu limbah dapat diketahui tergolong B3 berdasarkan tabiat bahayanya. Tabiat bahaya suatu limbah dapat diketahui dengan menelusuri tabiat bahaya bahan asalnya atau dengan menguji tabiat bahayanya. Berdasarkan peraturan pemerintah mengenai pengelolaan limbah B3 itu, suatu limbah tergolong limbah B3 apabila ia mempunyai atau menunjukkan salahsatu (atau lebih dari satu) tabiat bahaya sbb:

# mudah meledak;

(14)

# menyebabkan infeksi; dan # bersifat korosif.

Tabiat racun limbah juga dapat diketahui dengan pengujian toksikologi untuk menentukan sifat akut dan atau kronik. Sungguh pun radioaktivitas suatu bahan limbah juga dapat membuatnya tergolong B3, peraturan pemerintah tersebut di atas tidak mencakup jenis limbah B3 bertabiat radioaktif. Limbah radioaktif diatur dalam undang-undang dan peraturan mengenai bahan radioaktif atau tenaga atom.

Pengolahan Limbah B3

# Tujuan

Dalam mencapai tujuan umum pengelolaan limbah, pengolahan limbah B3 mempunyai beberapa tujuan menjenis (specific objectives) yang dapat digolongkan sebagai:

< Daur ulang dan pemulihan bahan bermanfaat sebagai sumber daya (recycling, recovery);

< Minimisasi timbulan limbah yang harus dibuang ke lingkungan;

< Meniadakan atau mengurangi tabiat bahaya limbah terhadap lingkungan.

# Proses Pengolahan Limbah B3

Berdasarkan jenis prosesnya, berbagai teknik pengolahan limbah B3 dapat digolongkan menjadi:

< Pengolahan Wujud (Physical Treatment);

< Pengolahan Kimiawi (Chemical Treatment);

< Pengolahan Hayati (Biological Treatment);

< Pengolahan Panas (Thermal Treatment).

# Pengolahan Wujud

< Diterapkan dalam pengolahan limbah yang terdiri atas cairan dan padatan untuk memisahkan fasa padat dari fasa cair.

< Teknik pemisahan beraneka ragam, lazim digunakan di industri sejak beberapa dasawarsa yang lalu.

< Contoh: pengendapan (sedimentasi); solidifikasi.

# Pengolahan Kimiawi

< Pemanfaatan berbagai reaksi kimiawi

< Mengubah wujud dan/atau tabiat limbah B3 menjadi tidak atau kurang berbahaya

< Memulihkan sumber daya bermanfaat dari limbah B3

< Membutuhkan bahan kimiawi pereaksi dalam jumlah proporsional

< Contoh: netralisasi; dehalogenasi; fiksasi/stabilisasi kimiawi

# Pengolahan Hayati

< Penguraian berbagai jenis limbah atau bahan beracun menjadi senyawa yang lebih sederhana yang kurang/tidak berbahaya bagi lingkungan dengan bantuan proses metabolisme jasad renik.

(15)

# Pengolahan Daya Panas

< Limbah B3 diubah menjadi gas dan padatan yang tak dapat dibakar lebih lanjut lagi

< Limbah B3 organik yang akan dimusnahkan dan mempunyai nilai kalori tinggi dapat sekaligus berperan sebagai bahan bakar

< Proses dapat mengurangi volume dan berat limbah

< Contoh: insinerasi (proses oksidasi thermal, terkendali, pada suhu tinggi)

Pembuangan Akhir Limbah B3

Salah satu cara pembuangan atau penempatan akhir limbah B3 adalah dengan penimbusan. Sarana penimbusannya lazim disebut Lahan Timbus Aman (Secure Landfill). Lahan timbus aman adalah cekungan atau galian terekayasa seksama dalam tanah, tempat limbah B3 ditempatkan dan ditutup kembali. Rekayasa lahan timbus aman bertujuan:

# mencegah hubungan hidraulik antara limbah dengan lingkungan sekitarnya; # melindungi lingkungan jangka panjang;

# memudahkan pemantauan kinerja penimbusan aman.

Pada dasarnya, lahan timbus aman tempat yang diprioritaskan untuk menampung dan isolasi limbah B3 yang tak dapat digunakan-ulang, didaurulang, dipulihkan, mau pun diciutkan ukurannya secara teknikal mau pun ekonomik. Limbah B3 yang akan ditimbus harus sudah dalam keadaan aman bagi, operator, sarana dan operasi penimbusan.

Sebagaimana halnya sarana penimbusan sehat, sarana penimbusan aman harus ditempatkan pada tapak yang layak dan dilengkapi dengan sarana pendukung yang memadai. Persyaratan teknikal tapak, rancangan, bangunan dan operasi suatu sarana penimbusan limbah B3 lebih ketat daripada persyaratan teknikal untuk sarana limbah padat biasa.

Gambar

Gambar 1.Gambar konseptual suatu
Gambar 2.  Sarana Penimbusan Limbah B3 di Cileungsi

Referensi

Dokumen terkait

Limbah B3 adalah limbah yang mengandung bahan berbahaya atau beracun yang dapat membahayakan lingkungan serta makhluk hidup.. Pengertian Limbah B3 Pengertian

Limbah ini adalah sisa dari usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang sifatnya, konsentrasinya, dan jumlahnya dapat mencemarkan lingkungan hidup serta

18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau

Menurut PP 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3, pengertian limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau

Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3)

Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) tidak dapat begitu saja ditimbun, dibakar atau dibuang ke lingkungan, karena mengandung bahan yang dapat membahayakan

Limbah bahan berbahaya dan beracu atau B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifatnya dan atau konsetrasinya

Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau yang karena sifat dan/atau konsentrasinya