• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Limbah B3 (1) doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengelolaan Limbah B3 (1) doc"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

I. JUDUL Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 Pada Area Penambangan dan Pengolahan Tambang Terbuka PT. Dizamatra Powerindo Lahat, Sumatera Selatan.

II. PENDAHULUAN 2.1. Latar Belakang

Seiring dengan semakin meningkat pembangunan di bidang pertambangan,semakin meningkat pula jumlah limbah yang di hasilkan termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun yang dapat membahayakan ligkungan dan kesehatan manusia. Keanekaragaman jenis limbah akan tergantung pada aktivitas industri dan pertambangan serta penghasil limbah lainnya. Mulai dari penggunaan bahan baku, pemilihan proses produksi, pemilihan jenis mesin dan sebagainya, akan mempengaruhi karakter limbah. Hal ini tidak terlepas dari proses industri dan pertambangan itu sendiri. Sebagian dari limbah industri dan pertambangan tersebut berkatagori hazardous waste. Sesuai dengan PP 18/99 juncto 85/99, padanan kata untuk hazardous waste yang di gunakan di Indonesia adalah Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan di singkat menjadi Limbah B3.

(2)

pemasaran. Dalam rangkaian kegiatan yang terintegrasi tersebut, PT. Dizamtra Powerindo berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja serta menjaga kondisi lingkungan.

Sejak awal PT. Dizamatra Powerindo sudah melakukan pemulihan fisik lahan pasca tambang dengan melakukan revegetasi untuk pengolahan lingkungan hidupnya. Sedangkan untuk pengolahan limbah PT. Dizamatra Powerindo memfokuskan pada limbah cair, emisi, dan limbah B3. Prosedur pengolahan limbah B3 wajib mengacu pada peraturan dan perundang-undangan yang telah di tetapkan pemerintah Indonesia. Rangkaian pengolahan limbah B3 mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, dan pengolahan limbah B3. Atas dasar ini maka pengelolaan LB3 terkait dengan Identifikasi limbah B3, Pelabelan limbah B3, Penyimpanan limbah B3, Pengangkutan limbah B3, dan Pengolahan limbah B3 yang di lakukan oleh PT. Dizamatra Powerindo perlu di evaluasi.

2.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui berbagai macam limbah berbahaya dan beracun yang di hasilkan PT. Dizamatra Powerindo.

2. Untuk mengetahui mekanisme pelaksanaan sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3) di PT. Dizamatra Powerindo.

(3)

2.3. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan terhadap masalah yang ada sesuai dengan tujuan penulisan proposal ini, maka masalah pokok yang akan di bahas adalah penyebab terjadinya limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3) dan solusinya pada area pengolahan atau area penambangan.

2.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui jenis limbah B3 yang dihasilkan dan proses yang menghasilkan limbah B3 tersebut di PT. Dizamatra Powerindo. 2. Untuk mengetahui jumlah limbah B3 yang dihasilkan dan prosedur

pengelolaan di sumber hingga diserahkan kepada pihak lain.

3. Untuk mengetahui pengemasan limbah B3 sebelum pengangkutan di tempat penyimpanan sementara.

III. TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Pengertian limbah B3

Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.

(4)

Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability,reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.

3.2. Tujuan Pengelolaan limbah B3

Tujuan pengelolaan limbah B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali.

Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3, baik penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula. Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali kepada fungsi semula.

(5)

Pengidentifikasian limbah B3 digolongkan ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu:

1. Berdasarkan sumber

2. Berdasarkan karakteristik

Golongan limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi:

 Limbah B3 dari sumber spesifik

 Limbah B3 dari sumber tidak spesifik

(6)

 mudah meledak

 pengoksidasi

 sangat mudah sekali menyala

 sangat mudah menyala

 mudah menyala

 amat sangat beracun

 sangat beracun

 beracun

 berbahaya

 korosif

 bersifat iritasi

 berbahayabagi lingkungan

 karsinogenik

(7)

 mutagenik.

Peningkatan karakteristik materi yang disebut B3 ini menunjukan bahwa pemerintah sebenarnya memberikan perhatian khusus untuk pengelolaan lingkungan Indonesia. Hanya memang perlu menjadi perhatian bahwa implementasi dari Peraturan masih sangat kurang di negara ini.

3.2.2. Pengelolaan dan pengolahan limbah B3

Pengelolaan limbah B3 meliputi kegiatan pengumpulan, pengangkutan, pemanfatan, pengolahan dan penimbunan.

Setiap kegiatan pengelolaan limbah B3 harus mendapatkan perizinan dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan setiap aktivitas tahapan pengelolaan limbah B3 harus dilaporkan ke KLH. Untuk aktivitas pengelolaan limbah B3 di daerah, aktivitas kegiatan pengelolaan selain dilaporkan ke KLH juga ditembuskan ke Bapedalda setempat.

Pengolahan limbah B3 mengacu kepada Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Nomor Kep-03/BAPEDAL/09/1995 tertanggal 5 September 1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

(8)

1. Lokasi pengolahan

Pengolahan B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil limbah atau di luar lokasi penghasil limbah. Syarat lokasi pengolahan di dalam area penghasil harus:

1.Daerah bebas banjir;

2.Jarak dengan fasilitas umum minimum 50 meter;

Syarat lokasi pengolahan di luar area penghasil harus: 1.Daerah bebas banjir.

2.Jarak dengan jalan utama/tol minimum 150 meter atau 50 meter untuk jalan lainnya.

3.Jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan aktivitas umum minimum 300 meter.

4.Jarak dengan wilayah perairan dan sumur penduduk minimum 300 meter.

5.Jarak dengan wilayah terlindungi (seperti: cagar alam,hutan lindung) minimum 300 meter.

2. Fasilitas pengolahan

Fasilitas pengolahan harus menerapkan sistem operasi, meliputi: 1. sistem keamanan fasilitas

(9)

6. dan pelatihan karyawan.

Keseluruhan sistem tersebut harus terintegrasi dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pengolahan limbah B3 mengingat jenis limbah yang ditangani adalah limbah yang dalam volume kecil pun berdampak besar terhadap lingkungan.

3.2.3. Teknologi Pengolahan

Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling populer di antaranya ialah chemical, conditioning, solidification/Stabilization, dan incineration.

1. Chemical Conditioning

Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. Tujuan utama dari chemical conditioning ialah:

 menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur

 mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur

(10)

 memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioningyang masih memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses digestion

 mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman dan dapat diterima lingkungan.

Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Concentration thickening

Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya digunakan pada tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya merupakan tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada tahapan de-watering selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler gravity thickener dan centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah menggunakan proses flotation pada tahapan awal ini.

2. Treatment,stabilization,and conditioning

(11)

bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan destruksi. Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya proses destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada tahapan ini ialah lagooning , anaerobic digestion, aerobic digestion, heat treatment,polyelectrolite flocculation, chemical conditioning, dan elutriation.

3. De-watering and drying

De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat pada tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa digunakan adalah drying bed, filter press, centrifuge, vacuum filter, dan belt press.

4. Disposal

(12)

didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif.

2.4 Incineration

Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil.

(13)

mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan. IV.Metode Penelitian

Di dalam melaksanakan penelitian ini, digabungkan antara teori dengan data-data lapangan, sehingga dari keduanya didapat pendekatan penyelesaian masalah.

Adapun urutan pekerjaan penelitian yaitu: 1. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang, baik yang bersifat sebagai dasar penelitian maupun yang bersifat sebagai pendukung dan referensi yang berkaitan dengan kualitas dan pencampuran batubara.

1. Observasi Lapangan

Maksud dari observasi lapangan adalah dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap proses yang terjadi dan mencari informasi pendukung yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. Orientasi lapangan dilakukan untuk mengetahui sekilas kondisi lapangan.

2. Pengambilan Data

Pengambilan data terdiri dari dua cara yaitu: a. Pengambilan data primer

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari

sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa

(14)

terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil

pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer

yaitu :

1. Metode Survei 2. Metode Observasi

Data yang diambil adalah tingkat penncegahan dan menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali. Melihat faktor terjadinya limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3) dan mencari solusinya pada area pengolahan atau area penambangan.

b. Pengambilan data sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan

dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti,

catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data

(15)

Merupakan proses pengambilan data dari berbagai sumber yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Pengolahan Data

Dari hasil pengumpulan data yang telah didapatkan dan data dari hasil survey di lokasi penambangan akan didapat data-data yang akan disusun secara sistematis dan bisa digunakan sebagai bahan analisis. 5. Analisis Data

Analisis terhadap berbagai data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif guna memperoleh kesimpulan sementara yang selanjutnya dapat dipergunakan untuk analisis lebih lanjut dalam membuat saran.

V. ALOKASI WAKTU KEGIATAN PENELITIAN

Rencana pelaksanaan penelitian ini adalah selama 2 (dua) bulan,

yaitu mulai 30 agustus 2014 sampai dengan 30 oktober 2014.

Rencana pelaksanaan penelitian yang akan saya lakukan dapat lihat

pada tabel rencana penelitian.

Tabel 2

JADWAL RENCANA KEGIATAN PENELITIAN

No Kegiatan Jadwal pelaksanaan

(16)

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Administrasi dan orientasi lapangan

2

Pengumpulan referensi dan

data

3 Pengolahan data

4 Konsultasi dan bimbingan

5 Penyusunan dan

pengumpulan draft laporan

VI. Daftar Pustaka

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=pengelolaan%20limbah

%olahlimbah.blogspot.com

http://ans-olahlimbah.blogspot.com/2013/02/penanganan-limbah-b3.html

http://limbahb3-limbahb3.blogspot.com//

1. Lampiran

Bagan Alir Penelitian

(17)

MELIPUTI

Bagan Alir Penelitian

Data Primer Data Sekunder

Penyusunan Data

Analisis Data

Referensi

Dokumen terkait

Limbah B3 adalah limbah yang mengandung bahan berbahaya atau beracun yang dapat membahayakan lingkungan serta makhluk hidup.. Pengertian Limbah B3 Pengertian

18 tahun 1999,, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan

Menurut PP 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3, pengertian limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau

Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3)

Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) tidak dapat begitu saja ditimbun, dibakar atau dibuang ke lingkungan, karena mengandung bahan yang dapat membahayakan

Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau yang karena sifat dan/atau konsentrasinya

Umumnya limbah elektronik dikategorikan sebagai limbah B3 karena mengandung komponen atau bagian yang memiliki sifat berbahaya dan beracun seperti misalnya

18 Tahun 1999 yang dimaksud dengan limbah B-3 adalah suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat dan konsentrasinya dalam jumlahnya baik