• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Pengelolaan Limbah Tajam Puskesmas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pedoman Pengelolaan Limbah Tajam Puskesmas"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1.

1. LATAR LATAR BELAKANGBELAKANG

Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) merupakan fasilitas pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan medis hingga rawat jalan, kesehatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan medis hingga rawat jalan, termasuk kegiatan imunisasi yang saat ini dilakukan dalam skala besar. Dari termasuk kegiatan imunisasi yang saat ini dilakukan dalam skala besar. Dari kegiatannya, PUSKESMAS juga menghasilkan limbah yang bersifat spesifik, yakni kegiatannya, PUSKESMAS juga menghasilkan limbah yang bersifat spesifik, yakni infeksius dan tajam. Limbah dari sarana pelayanan kesehatan (PUSKESMAS, rumah infeksius dan tajam. Limbah dari sarana pelayanan kesehatan (PUSKESMAS, rumah sakit, dll) termasuk ke dalam kategori limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). sakit, dll) termasuk ke dalam kategori limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Survei yang dilakukan terhadap limbah padat medis PUSKESMAS, rata-rata timbulan Survei yang dilakukan terhadap limbah padat medis PUSKESMAS, rata-rata timbulan limbah medis adalah sebanyak 7,5 gram/pasien/hari. Komposisi timbulan limbah limbah medis adalah sebanyak 7,5 gram/pasien/hari. Komposisi timbulan limbah medis PUSKESMAS meliputi 65% dari imunisasi, 25% dari kontrasepsi dan sisanya medis PUSKESMAS meliputi 65% dari imunisasi, 25% dari kontrasepsi dan sisanya dari perawatan medis. Banyaknya pemakaian jarum suntik setiap tahun terus dari perawatan medis. Banyaknya pemakaian jarum suntik setiap tahun terus bertambah, pada tahun 2003 untuk kegiatan kuratif mencapai 300 juta alat suntik, bertambah, pada tahun 2003 untuk kegiatan kuratif mencapai 300 juta alat suntik, sedangkan untuk imunisasi sebanyak 50 juta alat suntik.

sedangkan untuk imunisasi sebanyak 50 juta alat suntik.

Benda tajam khususnya jarum suntik meskipun hanya dalam jumlah sedikit, tetapi Benda tajam khususnya jarum suntik meskipun hanya dalam jumlah sedikit, tetapi dapat menghasilkan dampak yang sangat besar terhadap kesehatan. Pada tahun dapat menghasilkan dampak yang sangat besar terhadap kesehatan. Pada tahun 2000, WHO mencatat kasus infeksi akibat tusukan jarum yang terkontaminasi 2000, WHO mencatat kasus infeksi akibat tusukan jarum yang terkontaminasi diperkirakan mengakibatkan:

diperkirakan mengakibatkan: a.

a. terinfeksi virus Hepatitis terinfeksi virus Hepatitis B sebanyak B sebanyak 21 juta 21 juta (32% dari (32% dari semua infeksi baru),semua infeksi baru), b.

b. terinfeksi virus Hepatitis terinfeksi virus Hepatitis C sebanyak C sebanyak 2 juta 2 juta (40% dari (40% dari semua infeksi semua infeksi baru),baru), c.

c. infeksi HIV infeksi HIV sebanyak 260 sebanyak 260 ribu (5% ribu (5% dari seluruh dari seluruh infeksi baru).infeksi baru). 2. TUJUAN

2. TUJUAN a. Umum a. Umum

Terwujudnya pengelolaan limbah medis tajam di PUSKESMAS secara benar dan Terwujudnya pengelolaan limbah medis tajam di PUSKESMAS secara benar dan aman bagi masyarakat, baik di dalam maupun sekitarnya sesuai persyaratan aman bagi masyarakat, baik di dalam maupun sekitarnya sesuai persyaratan kesehatan.

kesehatan. b. Khusus b. Khusus

1)

1) Terselenggaranya pengelolaan limbah Terselenggaranya pengelolaan limbah medis tajam medis tajam di PUSKESdi PUSKESMAS MAS secarasecara benar dan aman.

benar dan aman. 2)

2) Terselenggaranya tatacara Terselenggaranya tatacara pencatatan dan pencatatan dan pelaporan limbah pelaporan limbah medis tajam medis tajam didi PUSKESMAS secara benar dan berkesinambungan.

PUSKESMAS secara benar dan berkesinambungan. 3)

3) Terselenggaranya Terselenggaranya pengorganisasian dan pengorganisasian dan pembiayaan pembiayaan pengelolaan limbahpengelolaan limbah medis tajam secara benar dan berkesinambungan.

(2)

3.

3. RUANG RUANG LINGKUPLINGKUP

Dalam buku pedoman ini yang dibahas berbagai hal yang mencakup pengelolaan Dalam buku pedoman ini yang dibahas berbagai hal yang mencakup pengelolaan limbah medis tajam yang dihasilkan dari berbagai kegiatan di PUSKESMAS.

limbah medis tajam yang dihasilkan dari berbagai kegiatan di PUSKESMAS. 4. SASARAN

4. SASARAN a. Institusional a. Institusional

Secara institusional, sasaran buku pedoman pengelolaan limbah medis tajam di Secara institusional, sasaran buku pedoman pengelolaan limbah medis tajam di PUSKESMAS ini meliputi:

PUSKESMAS ini meliputi: 1)

1) PUSKESMAS PUSKESMAS Rawat Rawat InapInap 2)

2) PUSKESMAS PUSKESMAS Tanpa Tanpa Rawat Rawat InapInap 3)

3) PUSKESMAS PUSKESMAS PembantuPembantu b. Petugas

b. Petugas

Dari si si petugas pengelola, sasaran buku pengelolan limbah medis di Dari si si petugas pengelola, sasaran buku pengelolan limbah medis di PUSKESMAS ini meliputi:

PUSKESMAS ini meliputi: 1) Dokter

1) Dokter

2) Perawat/Bidan 2) Perawat/Bidan 3)

3) Tenaga Tenaga LaboratoriumLaboratorium 4)

4) Tenaga Tenaga SanitarianSanitarian 5)

5) Tenaga Tenaga KebersihanKebersihan 5.

5. DASAR DASAR HUKUMHUKUM

Dasar hukum yang digunakan dalam pedoman pengelolaan limbah medis tajam di Dasar hukum yang digunakan dalam pedoman pengelolaan limbah medis tajam di PUSKESMAS adalah sebagai berikut:

PUSKESMAS adalah sebagai berikut:

a. Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal a. Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal

22 menjelaskan: 22 menjelaskan: (ayat 3) bahwa

(ayat 3) bahwa ” ” Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air, udara,Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air, udara, pengamanan lim

pengamanan lim bah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebising an,an,

 pengendalia

 pengendalian vekton vektor penyakitr penyakit, dan peny, dan penyehatan atau ehatan atau pengamanapengamanan lainnyn lainnya.” a.” 

(ayat 4) bahwa

(ayat 4) bahwa ”Setiap tempat atau sarana pelayanan umum w ”Setiap tempat atau sarana pelayanan umum w ajib ajib mm emeliharaemelihara dan meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar dan dan meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar dan

 persyarata  persyaratan.” n.” 

b.

b. Undang Undang Undang Undang Nomor Nomor 23 tahun 23 tahun 1997 tentang 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Pengelolaan Lingkungan HidupHidup Pasal 1 menjelaskan:

Pasal 1 menjelaskan: (ayat 1) bahwa

(ayat 1) bahwa ”Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.” ”Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.” 

(ayat 2) bahwa

(ayat 2) bahwa ”Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu”Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu

usaha dan/ata

usaha dan/atau kegiatan yang u kegiatan yang mengandumengandu ng bng b ahan berbahaya dan/ahan berbahaya dan/ataatau yangu yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung m

(3)

lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup,

kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.” 

c. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 jo Nomor 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

Pasal 3 menjelaskan

(ayat 1) bahwa ”Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang

mengh asilkan limbah B3 dilarang membu ang limbah yang dihasilkannya itu secara langsung ke dalam media lingkungan hidup tanpa pengelolaan terleb ih dahulu”.

’’Lampiran I Tabel 2 Daftar limbah B3 dari sumber yang spesifik, bahwa rumah sakit (sarana layanan kesehatan) termasuk penghasil limbah B3 dari yang spesifik dengan Kode limbah D 227 dengan asal/uraian limbah sebagai berikut: limbah klinis, produk farmasi kadaluarsa, peralatan laboratorium terkontaminasi, kemasan produk farmasi, limbah laboratorium, residu dari proses insenerasi.” Pasal 8 menjelaskan

(ayat 1) bahwa “Limbah yang tidak termasuk dalam daftar sebagaimana

dim aksud d alam Pasal 7 ayat (3) diid entifikasi seb agai limbah B 3 apabila setelah m elalui pengu jian memiliki salah satu atau lebih k arakteristik s ebagai berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun,

(4)

BAB II

PENGERTIAN, JENIS LIMBAH DAN

DAMPAKNYA TERHADAP KESEHATAN

1. PENGERTIAN DAN JENIS LIMBAH

Pengertian limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan, sedangkan limbah medis atau limbah klinis mencakup semua hasil buangan yang berasal dari instalasi kesehatan, fasilitas penelitian, dan laboratorium.

Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

Pada Sarana layanan kesehatan termasuk PUSKESMAS, limbah medis dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis, meliputi:

a. Limbah Benda Tajam adalah materi padat yang memiliki sudut kurang dari 90 derajat, dapat menyebabkan luka iris atau tusuk, misalnya:

■ Jarum suntik

■ Kaca sediaan (Preparat Glass)

■ Infus set

■ Ampul/vial obat, dll

b. Limbah Infeksius adalah limbah yang diduga mengandung patogen (bakteri, virus, parasit, dan jamur) dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit pada penjamu yang rentan, misalnya:

■ Kultur dan stok agen infeksius dari aktifitas laboratorium.

■ Limbah hasil operasi atau otopsi dari pasien yang menderita penyakit menular. ■ Limbah pasien yang menderita penyakit menular dari bagian isolasi.

■ Alat atau materi lain yang tersentuh orang yang sakit.

c. Limbah Patologis adalah limbah yang berasal dari jaringan tubuh manusia, misalnya:

■ Organ tubuh ■  Janin

■ Darah, muntahan, urin dan cairan tubuh yang lain

(5)

■ Mencakup produk farmasi, obat, vaksin, serum yang sudah kadaluarsa, tumpahan obat, dll

■ Termasuk sarung tangan, masker, dll

e. Limbah Kimia adalah limbah yang mengandung zat kimia yang berasal dari aktifitas diagnostik, pemeliharaan kebersihan, dan pemberian desinfektan, misalnya:

■  Formaldehid

■ Zat kimia fotografis ■ Solven, dll

f. Limbah Kemasan Bertekanan adalah limbah medis yang berasal dari kegiatan di instalasi kesehatan yang memerlukan gas, misalnya:

■ Gas dalam tabung ■  Cartridge

■ Kaleng aerosol

g. Limbah Logam Berat adalah limbah medis yang mengandung logam berat dalam konsentrasi tinggi termasuk dalam sub kategori limbah berbahaya dan biasanya sangat toksik, misalnya:

■ Limbah logam Merkuri yang berasal dari bocoran peralatan kedokteran (termometer, alat pengukur tekanan darah)

2. DAMPAK LIMBAH TERHADAP KESEHATAN

Limbah medis dapat mengandung berbagai macam mikroorganisme patogen, yang dapat memasuki tubuh manusia melalui beberapa jalur:

• Melalui tusukan, lecet, atau luka di kulit • Melalui membran mukosa

• Melalui pernapasan • Melalui ingesti

Di PUSKESMAS, keberadaan bakteri yang resisten terhadap antibiotika dan desinfektan kimia juga dapat memperbesar bahaya yang muncul akibat limbah layanan kesehatan yang tidak dikelola dengan benar dan aman.

Limbah medis tajam tidak hanya dapat menyebabkan luka gores maupun luka tusuk, tetapi juga dapat menginfeksi luka jika terkontaminasi patogen. Karena risiko ganda ini (cedera dan penularan penyakit), limbah medis tajam termasuk dalam kelompok limbah yang sangat berbahaya.

Untuk infeksi virus yang serius seperti HIV/AIDS serta Hepatitis B dan C, tenaga PUSKESMAS, terutama perawat, merupakan kelompok yang berisiko paling besar terkena infeksi melalui cedera akibat limbah medis tajam. Risiko serupa dihadapi oleh

(6)

tenaga layanan kesehatan lain dan pelaksana pengelolaan limbah di luar PUSKESMAS, juga pemulung di lokasi pembuangan akhir limbah.

Perawat merupakan kelompok yang berisiko mengalami cedera, angka cedera tahunan mencapai 10-20 orang per 1000 petugas, sedangkan tenaga kebersihan mencapai 180 orang per 1000 pekerja (WHO).  Angka tertinggi cedera okupasional di kalangan petugas yang mungkin terpajan limbah layanan kesehatan ternyata pada kelompok tenaga kebersihan dan pengelola limbah. Sebagian besar cedera okupasional adalah terkilir dan ketegangan otot/pegal akibat kelelahan bekerja, jumlah yang bermakna justru berasal dari luka teriris dan tertusuk limbah medis tajam.

Beberapa infeksi yang menyebar melalui media lain atau disebabkan oleh agens yang lebih resisten dapat menimbulkan risiko yang bermakna pada pasien dan masyarakat. Contoh: pembuangan limbah medis cair yang tidak terkendali pada perawatan pasien kolera memberikan dampak yang cukup besar terhadap terjadinya wabah kolera.

Tabel1

Contoh infeksi akibat terpajan limbah layanan kesehatan, organisme penyebab, dan media penularan

Jenis Infeksi Organisme penyebab Media Penularan Infeksi gastroenteritis Enterobakteria

Misal: salmo nella, shi gella spp ., Vibrio c holerae, cacing 

Tinja dan/atau muntahan

Infeksi saluran Pernapasan

Mycob acterium tuberculosis, Streptococcu s pneumoniae, virus campak

Sekret yang terhirup, air liur

Infeksi Mata Herpes virus Sekret mata

Infeksi Genital Neisseria gonor rhoeae, herpes virus

Sekret genital Infeksi Kulit S t r ep t o c o c c u s s p p . Nanah

Antraks Bacillus anthracis  Sekret kulit

Meningitis Neisseria meningitis  Cairan serebrospinal AIDS H u m a n im m u n o d e f i c ie n c y v i r u s

(HIV) 

Darah, sekret alat kelamin

(7)

Mikroorganisme patogen memiliki kemampuan yang terbatas untuk bertahan hidup di alam bebas. Kemampuan ini bergantung pada jenis mikroorganisme dan merupakan cara kerja dari pertahanan dirinya terhadap kondisi lingkungan, seperti: suhu, kelembaban, iradiasi ultraviolet, ketersediaan zat organik, keberadaan predator, dan sebagainya.

Contoh mikroorganisme tersebut sebagai berikut : Virus Hepatitis (B)

■ Persisten di udara kering

■ Hidup beberapa minggu di tanah ■ Tahan terhadap pajanan antiseptic ■ Tahan sampai 10 jam pada suhu 60OC

■ Tahan 1 minggu pada tetesan darah dalam jarum suntik (termasuk virus hepatitis C)

Virus HIV

■ Tahan 3 - 7 hari pada suhu ambien ■ Tahan 15 menit pada cairan etanol 70% ■ Inaktif pada suhu 56OC

Jenis Infeksi Organisme penyebab Media Penularan Demam Berdarah Virus junin, Lassa, Ebola, dan

Marburg

Seluruh cairan tubuh dan sekret

Septikimia S t ap h y l o c o c c u s s p p . Darah Bakteriemia Staphylococc us spp., koagulase

negatif, Staphylococcu s aureus, enterobacter, enterococcus, klebsiella, dan Streptococcus sp.

Darah

Kandidemia Candida albicans  Darah

Hepatitis Virus A Virus hepatitis A Tinja

Hepatitis Virus B dan C Virus hepatitis B dan C Darah dan cairan tubuh Sumber:

(8)

BAB III

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS TAJAM

1. PRINSIP PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS

Pada dasarnya dalam melaksanakan pengelolaan limbah medis perlu menganut prinsip dasar berdasarkan kesepakatan internasional, yakni:

a. The ”polluter pays” principle atau prinsip “pencemar yang membayar” bahwa semua penghasil limbah secara hukum dan finansial bertanggung jawab untuk menggunakan metode yang aman dan ramah lingkungan dalam pengelolaan limbah.

b. The ’’  precautionary” priciple atau prinsip "pencegahan” merupakan prinsip kunci yang mengatur perlindungan kesehatan dan keselamatan melalui upaya penanganan yang secepat mungkin dengan asumsi risikonya dapat terjadi cukup signifikan.

c. The ”duty of care” princ i p l e  atau prinsip “kewajiban untuk waspada” bagi yang menangani atau mengelola limbah berbahaya karena secara etik bertanggung  jawab untuk menerapkan kewaspadaaan tinggi.

d. The ’’proximity” principle atau prinsip "kedekatan” dalam penanganan limbah berbahaya untuk meminimalkan risiko dalam pemindahan.

Berkaitan dengan kegiatan PUSKESMAS, sebagaimana tertuang pada Global Immunization 2009,  disampaikan bahwa dalam penyelenggaraan imunisasi harus memiliki sistem pengelolaan limbah tajam.

2. TEKNIK PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS TAJAM a. DenganSafety B ox

Alternatif 1

1) Jarum dan s y r i n g e    langsung dimasukkan ke dalam

safety box  pada setiap selesai satu penyuntikan. 2) Setelah penuh, safety box   dan isinya dikirim ke

sarana kesehatan lain yang memiliki incinerator

dengan suhu pembakaran minimal 10000C atau yang memiliki alat pemusnahCarbonizer.

Alternatif 2

1) Jarum dan s y r i n g e    langsung dimasukkan ke dalam

safety box  pada setiap selesai satu penyuntikan. 2) Setelah penuh, safety bo x   dan isinya ditanam di

dalam sumur galian yang kedap air (silo) atau needle p it  yang lokasinya di dalam PUSKESMAS.

(9)

Gambar 4

.. Needle Pit dengan PVC

Gambar 4 Needle Pit dengan Buis Beton

Gambar nidle pit dari bus beton Permukaan anah 40 cm ertanam dalam tanah 60 cm

b. DenganNeedle Cutter

Alternatif 1

1) Jarum dipatahkan dengan needle cutter  pada setiap selesai satu penyuntikan.

2) Potongan jarum yang terkumpul di dalam needle collection container dimasukkan ke dalam safety b o x ,  kemudian dilanjutkan dengan proses penanganan seperti yang dijelaskan dalam penanganan menggunakan safety box.

Alternatif 2

1) Jarum dipatahkan dengan needle cutter  pada setiap selesai satu penyuntikan.

2) Potongan jarum yang terkumpul di dalam needle collection container dimasukkan ke dalam needle pit.

3) S y r i n g e    bekas pakai didisinfeksi dengan menggunakan larutan sodium hipoklorit 5% dan direndam selama 30 menit, sehingga syringe telah steril dan dapat didaur ulang.

Pada setiap PUSKESMAS diharapkan menyediakan needle pit, dapat dibuat dengan bahan buis beton diameter 60 cm panjang 1 meter ataupun pipa PVC dengan diameter minimal 4 inchi panjang 3 meter. Untuk needle pit dengan buis beton sepanjang 60 cm ditanam dan ditutup dengan bahan beton tetapi menyediakan lubang untuk memasukkan needle. Sedangkan untuk needle pit dengan pipa PVC ditanam sepanjang 2,5 meter dan ditutup dengan dop

ulir PVC yang sewaktu-waktu dapat dibuka bila akan memasukkan needle.

GAMBAR HIDLE PIT DARI PARA10H Pegangan I Dop 4" MuJah -lihuka1=1

(10)

c.

Gambar 5 memperlihatkan cara memasukkan needle 

dari penampungan needle cutter  ke dalam needle pit 

DenganNeedle B urner

1) Jarum dimusnahkan dengan needle burner

langsung pada setiap selesai satu penyuntikan.

2) S y r i n g e    selanjutnya diproses seperti dijelaskan dalam penanganan denganneedle cutter.

3) Hasil proses pemusnahan dengan needle burner

dimasukkan ke dalam kantong plastik warna hitam, karena sudah tidak infeksius.

4) Sisa proses bersama kantong plastiknya langsung dibawa ke tempat penampungan sementara limbah domestik.

(11)

BAB IV

PENGORGANISASIAN

Pengelolaan yang tepat untuk pengelolaan limbah medis PUSKESMAS selain tergantung pada administrasi dan organisasi yang baik, juga memerlukan kebijakan dan pendanaan yang memadai sekaligus partisipasi aktif dari staf yang terlatih dan terdidik. Oleh sebab itu, Kepala PUSKESMAS harus membentuk Tim Pengelolaan Limbah untuk menyusun rencana pengelolaan limbah. Uraian tugas dari masing-masing penanggung jawab di PUSKESMAS terhadap sistem pengelolaan limbah medis, khususnya limbah tajam adalah sebaga berikut:

1. KEPALA PUSKESMAS Bertanggung jawab atas:

a. Membentuk tim pengelolaan limbah medis PUSKESMAS untuk menyusun rencana tertulis pengelolaan limbah PUSKESMAS. Rencana harus dapat menjabarkan dengan jelas tugas dan kewajiban semua anggota staf baik bagian medis dan non medis yang berkaitan dengan penanganan limbah medis dan menetapkan garis-garis pertanggunggugatan.

b. Menugaskan petugas pengelola limbah untuk menyelia dan mengkoordinasikan rencana pengelolaan limbah. Kepala PUSKESMAS tetap berkewajiban memastikan bahwa limbah medis dan limbah lainnya dikelola sesuai persyaratan.

c. Menjaga agar rencana pengelolaan sejalan dengan perkembangan.

d. Mengalokasikan cukup dana dan sumber daya manusia untuk menjamin efisiensi pelaksanaan kegiatan.

e. Memastikan bahwa prosedur pemantauan terintegrasi di dalam rencana. Efisiensi dan efektifitas sistem pembuangan harus dipantau agar sistem tersebut dapat diperbaharui dan diperbaiki jika diperlukan.

f. Segera tunjuk seorang pengganti jika ada petugas yang meninggalkan posisi kunci dalam tim pengelolaan limbah.

g. Memastikan pelatihan yang memadai bagi anggota staf kunci dan menunjuk staf yang bertanggung jawab untuk mengkoordinasi dan menerapkan materi yang diberikan dalam pelatihan.

h. Kepala PUSKESMAS juga bertanggung jawab untuk proses pemilahan, penampungan, dan pembuangan limbah medis yang dihasilkan.

i. Memastikan bahwa semua Petugas yang berhubungan langsung dengan pasien memahami prosedur pemilahan dan penampungan limbah dan mematuhi kebijakan yang berlaku.

 j. Tetap bekerjasama dengan petugas sanitarian untuk memantau praktek kerja guna menemukan ada tidaknya kegagalan atau kesalahan.

(12)

k. Memastikan bahwa semua petugas diberikan pelatihan mengenai prosedur pemilahan dan pembuangan limbah

2. PETUGAS YANG BERHUBUNGAN LANGSUNG DENGAN PASIEN

a. Yang dimaksud dengan petugas yang berhubungan langsung adalah dokter, perawat, bidan

b. Bertanggung jawab untuk proses pemilahan, penampungan, dan pembuangan limbah yang dihasilkan oleh bagiannya.

c. Menyadari tanggung jawab mereka dalam pemilahan dan penampungan dan bahwa tugas sanitarian dan staf pendukung terbatas hanya penanganan dan pengangkutan kantong limbah yang sudah ditutup/diikat. d. Bekerjasama dengan petugas sanitarian untuk memantau praktek kerja guna

menemukan ada tidaknya kegagalan atau kesalahan.

e. Bertanggung jawab untuk selalu mengikuti prosedur pengelolaan limbah yang benar.

3. PETUGAS SANITARIAN

a. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan dan pemantauan harian terhadap sistem pengelolaan limbah. Dengan demikian sanitarin harus memiliki akses langsung pada seluruh petugas PUSKESMAS.

b. Sanitarian bertanggung jawab langsung kepada kepala PUSKESMAS.

c. Mengontrol proses internal pengumpulan limbah dan pengangkutannya ke fasilitas penampungan limbah PUSKESMAS setiap hari.

d. Memastikan kecukupan jumlah dan jenis kantong termasuk safety box harus tersedia setiap saat.

e. Memastikan bahwa seluruh petugas PUSKESMAS selalu dengan segera mengganti kantong termasuk safety box dengan yang baru dan tepat.

f. Mengkoordinasikan dan memantau setiap kegiatan pembuangan limbah. g. Memastikan bahwa limbah tidak ditampung terlalu lama sesuai persyaratan

(13)

BAB V

PENCATATAN DAN PELAPORAN

1. PENCATATAN

Pengelolaan limbah medis harus diselenggarakan secara baik dan tertib untuk mengendalikan risiko yang mungkin ditimbulkan, baik terkait aspek kesehatan maupun legal serta berfungsi pula untuk pengukuran kinerja pengelolaan limbah medis. Oleh sebab itu perlu dilakukan penertiban melalui pencatatan yang baik dari sumber hingga proses penanganan akhir di dalam PUSKESMAS. Beberapa yang perlu dicatat meliputi jumlah yang dihasilkan dan jumlah yang dikirim untuk dibuang.

Sistem pencatatan yang perlu dilakukan meliputi: a. Buku Pencatatan Harian

Pencatatan limbah yang dihasilkan, meliputi jenis dan volume timbulan limbah (Contoh Formulir terlampir)

b. Buku Pencatatan Insiden

Pencatatan mengenai petugas yang mendapatkan kecelakaan, jenis kecelakaan, penyebab, waktu dan pertolongan yang dilakukan (Contoh Formulir terlampir). c. Buku Pencatatan Perjalanan

Pencatatan mengenai jenis dan volume limbah medis yang akan diangkut ke lokasi pengolahan di luar PUSKESMAS (Contoh Formulir terlampir).

2. PELAPORAN

Pelaporan kegiatan pengelolaan limbah medis perlu dilakukan dan disampaikan kepada berbagai pihak terkait dalam rangka menginformasikan potensi risiko dan potensi pelanggaran hukum. Informasi ini perlu dilaporkan kepada instansi-instansi berikut ini:

1. Pimpinan PUSKESMAS

2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 3. Bapedalda Kabupaten/Kota

(14)

BAB VI

PEMBIAYAAN

Berdasarkan prinsip ’’pencemar yang membayar”, setiap instansi layanan kesehatan bertanggung gugat secara finansial terhadap keamanan pengelolaan limbah apapun yang dihasilkannya. Biaya untuk pengumpulan yang terpisah, pengemasan yang tepat, dan penanganan di tempat merupakan biaya internal,  biaya untuk transportasi, penanganan di luar dan pembuangan akhir merupakan biaya eksternal.

Biaya konstruksi, kegiatan operasional, dan perawatan sistem untuk mengelola limbah medis mewakili satu bagian yang signifikan dari keseluruhan anggaran PUSKESMAS. Biaya itu harus tertutup oleh alokasi khusus yang disediakan dalam anggaran PUSKESMAS. Biaya total umumnya harus diperhitungkan dengan seksama dalam saat menetapkan pilihan yang paling cost-effective.

Prinsip dasar yang harus diperhitungkan untuk meminimalkan biaya tersebut, yaitu:

Minimisasi, pemilahan, dan daur ulang lim bah, dapat memberikan penurunan yang sangat besar pada biaya pengelolaan. Manfaat yang didapat akibat penurunan timbulan limbah sudah jelas, dan proses pemilahan menyebabkan kita tidak perlu melakukan pengolahan yang tidak penting pada limbah umumnya dengan menggunakan metode mahal seperti yang digunakan untuk limbah berbahaya.

Pengurangan biaya dapat diwujudkan dengan cara melakukan tindakan khusus pada tahapan yang berbeda di dalam sistem pengelolaan limbah.

1. PENGELOLAAN DI TEMPAT

a. Pengelolaan terpadu pada tempat penampungan bahan kimia dan farmasi. b. Penggantian perlengkapan medis sekali pakai dengan perlengkapan yang dapat

didaur ulang.

c. Pemilahan limbah yang tepat untuk menghindari pengolahan yang menghabiskan dana atau adekuat yang sebenarnya tidak dibutuhkan.

d. Perbaikan cara mengenali limbah untuk mempermudah pemilahan, pengolahan, dan daur pengolahan.

2. PERENCANAAN TERPADU

a. Penyusunan dan penerapan strategi pengelolaan limbah PUSKESMAS dalam kerangka kerja rencana pengelolaan limbah.

b. Perencanaan pengumpulan dan transportasi sedemikian rupa sehingga semua kegiatan operasional menjadi aman dan cost effecient.

(15)

sektor swasta jika perlu.

d. Pembentukan rencana pembuangan limbah medis. 3. DOKUMENTASI

Dokumentasi pengelolaan limbah dan biaya: pengkajian terhadap biaya yang sebenarnya akan mempermudah dalam menetapkan prioritas untuk

mengurangi biaya dan untuk memantau kemajuan dalam mencapai tujuan. 4. PEMILIHAN METODE PENGOLAHAN ATAU PEMBUANGAN YANG TEPAT a. Seleksi pilihan metode pengolahan dan pembuangan yang tepat sesuai jenis

limbah dan kondisi setempat.

b. Penggunaan peralatan pengolahan yang jenis dan kapasitasnya sesuai. 5. TINDAKAN PADA TINGKAT TENAGA KERJA

a. Pembentukan program pelatihan untuk tenaga kerja guna meningkatkan mutu dan kuantitas kerja.

(16)

BAB VII

PENUTUP

Setiap PUSKESMAS diharapkan dapat menerapkan sistem penanganan ini dengan berbagai pilihannya sesuai dengan kondisi setempat. Sedangkan penanganan berikutnya dapat bekerja sama dengan instansi yang memiliki alat pengolah limbah medis non insinerasi. Bila terpaksa harus menggunakan incinerator, PUSKESMAS harus memilih instansi pengelola incinerator   yang memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku.

Untuk tahap awal dapat mengembangkan sistem jaringan kerja antar PUSKESMAS yang saling berdekatan dengan menetapkan satu PUSKESMAS yang memiliki fasilitas lengkap sebagai induk, yang lain mengirimkan limbah medisnya untuk secara sama diolah. Bila tidak ada, dapat memafaatkan secara bersama-sama rumah sakit yang telah memiliki alat pengolah limbah medis.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization; 2005; Management of Solid Waste Health-Care Waste at Primary Health-Care Centres, A Decision Making Guide; Immunization, Vaccines and Biologicals (IVB), Departement of Protection of the Human Env'ronment, Water, Sanitation and Health (WSH), World Health Organization, Geneva.

2. World Health Organization, Policy Paper,Safe Health-care, Waste Management, Departement of Protection of the Human Environment Water, Sanitation and Health (WSH), World Health Organization, Geneva.

(18)

Lampiran 1

BUKU PENCATATAN HARIAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS

DI PUSKESMAS Bulan

Tahun

Mengetahui

Ka PUSKESMAS Petugas Pencatatan

HARI/ TANGGAL

JENIS LIMBAH LOKASI SUMBER VOLUME/ BERAT PETUGAS PENANGANAN KETERANGAN

(19)

Lampiran 2

BUKU PENCATATAN INSIDENS PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS

DI PUSKESMAS Bulan

Tahun

Mengetahui

Ka PUSKESMAS Petugas Pencatatan

HARI/ TANGGAL NAMA PETUGAS TERKENA INSIDENS JENIS KEJADIAN

PENYEBAB LOKASI KETERANG AN

(20)

Pedoman Pengelolaan Limbah Tajam PUSKESMAS Tanggal

Penanggung Jawab : Nama Tanda tangan

Petugas Penanganan Limbah : Nama Tanda tangan

Petugas Pengangkutan : Nama Tanda tangan

Limbah

Lampiran 3

Petugas Penerima

Gambar

Gambar  nidle  pit  dari  bus beton Permukaan anah 40 cm ertanam dalam tanah 60 cm

Referensi

Dokumen terkait

disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya,

Limbah ini adalah sisa dari usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang sifatnya, konsentrasinya, dan jumlahnya dapat mencemarkan lingkungan hidup serta

Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak

Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau

18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau

Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya,

18 Tahun 1999 yang dimaksud dengan limbah B-3 adalah suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat dan konsentrasinya dalam jumlahnya baik

Limbah adalah sisa dari suatu usaha maupun kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik yang secara langsung maupun tidak