1
PENDEKATAN DAKWAH RAHMATAN LIL ‘ALAMIN DALAM STUDI MATERI PAI
Oleh: Rima Umaimah
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami dan mengetahui pendekatan dakwah rahmatan lil „alamin dalam studi materi PAI . Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu kepustakaan, dengan melalui data primer pembacaan buku-buku mutakhir. Kajian ini dengan melibatkan teman sejawat yaitu dosen-dosen Pendidikan Agama Islam dari di kampus STAINU Pacitan, dengan langkah-langkah: pengujian naskah melalui diskusi, kritik, saran, perbaikan, dan finalisasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: pendekatan dakwah
rahmatan lil „alamin dalam studi materi PAI melalu dua cara yaitu, (1) Dakwah Islam
rahmatan lil „alamin dengan cara mengejawantahkan dan menyebarkan Islam dengan cara santun, damai dan anti kekerasan, (2) Memberikan pemahaman kepada segenap umat Islam untuk menyikapi adanya perbedaan agama dan tafsir keagamaan secara arif dan anti kekerasan.
Kata kunci: Pendekatan dakwah, Rahmatan Lil „Alamin, Materi PAI
PENDAHULUAN
Islam adalah agama risalah yang harus diteruskan pengembangannya oleh
seluruh kaum muslimin dan muslimat sejak Rasul Allah wafat. Pada dasarnya
pengembangan agama Islam tidak hanya menjadi tanggung jawab para pendakwah
saja yang terdiri dari Muballigh, da‟I, ulama, kyai, ustadz, guru pengajian. Amanat
penyiaran, pengembangan pada hakikatnya menjadi tanggung jawab para
pemeluknya. Tegasnya semua orang (pemeluk agama Islam) baik laki-laki maupun
perempuan mempunyai kewajiban yang sama menyiarkan agama Islam di mana pun
2
Akan tetapi orang-orang sekarang sulit diajak menghabiskan waktu
berjam-jam di sawah atau lapangan terbuka untuk mendengar dakwah. Di zaman ini
orang-orang telah dilingkari oleh bermacam-macam hiburan, baik melalui pementasan
panggung, layar perak atau melalui alat-alat elektronik. Hiburan-hiburan tersebut
telah banyak menyita waktu masyarakat sekarang ini. Untuk lebih jelasnya akan
dibahas dalam penelitian ini.
METODE
Pendekatan atau metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kepustakaan. Kajian ini dilakukan mulai tanggal 3 September 2017 sampai
dengan 5 Januari 2018 dengan melibatkan teman sejawat dosen di STAINU Pacitan
dari berbagai Program Studi. Pertama penulis menelaah materi-materi tentang
Pendekatan dakwah Rahmatan lil „alamin dari berbagai literatur, kemudian ditulis
dalam sebuah naskah teks yang telah siap untuk dikaji. Berdasarkan hasil diskusi
interaktif dan berbagai masukan, kemudian konten teks direvisi untuk dikaji pada
diskusi ke dua. Final dari diskusi ke dua naskah teks siap untuk dipublikasikan ke
ruang terbuka yang lebih luas.
PEMBAHASAN
Pengertian Dakwah Dan Tujuannya
3
manusia ke jalan Allah SWT untuk mengerjakan kebaikan dan mencegah mereka dari
perbuatan buruk agar mereka memperoleh kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Aktifitas ini tidak akan pernah berhenti selama manusia masih hidup mendiami planet
bumi. Berkaitan dengan ini, Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 104 yang
kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf, melarang dari kejahatan dan
mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
Sesuai dengan terjemahan ayat yang disebutkan di atas, dalam hal ini
dilahirkan beberapa analaisis berkaitan dengan istilah “al-khairu”, kata ini berarti juga “Al-Islamu”. Disamping itu kita percaya bahwa segala upaya dakwah bertujuan untuk mencapai yang lebih baik. Maka kata “ilal khairi” dari ayat tersebut di atas juga
bermakna kepada yang lebih baik. Meskipun sesuatu keadaan hasil dari sesuatu
ajakan sudah mencapai perbaikan-perbaikan, namun dakwah perlu diteruskan,
sehingga kondisi yang telah baik meningkat kepada situasi yang lebih baik lagi.
Demikian seterusnya hingga aktivitas dakwah benar-benar mencapai target
sebagaiamana diharapkan yaitu memasuki seluruh dimensi kehidupan umat manusia.1
Secara terminologi, dakwah diartikan sebagai “usaha untuk mengajak umat manusia dengan hikmah kebijakan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya”.
1
M. Ja‟far Puteh, Dakwah Di Era Globalisasi: Strategi Menghadapi Perubahan Sosial
4
Dakwah juga merupakan perintah mengadakan seruan kepada semua manusia untuk
kembali dan hidup di jalan Allah, dilakukan dengan penuh kebajikan dan nasehat
yang baik. Karena dakwah Islamiyah ini berupa kegiatan “mengajak orang untuk meyakini dan mengamalkan aqidah dan syari‟at Islamiyah, maka terlebih dahulu harus diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri”.
Dengan demikian dakwah dapat dikatakan sebagai “aktualisasi dan realisasi salah satu fungsi kodrati seorang muslim, yaitu fungsi kerisalahan berupa proses
pengkordinasian agar seorang masyarakat mengetahui, memahami, mengimani, dan
mengamalkan Islam sebagai ajaran dan pandangan hidup”. Dengan ungkapan lain,
hakekat dakwah adalah suatu upaya untuk merubah suatu keadaan menuju keadaan
lain yang lebih baik menurut tolak ukur ajaran Islam, sehingga seorang atau
masyarakat dapat mengamalkan Islam sebagai ajaran dan pandangan hidupnya.2
Dakwah sebagai usaha mengajak manusia untuk berpegang teguh pada ajaran
Allah ini merupakan kewajiban umat Islam. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam
surat An-Nahl ayat 125:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
2
5
Tujuan umum dakwah ialah mengantarkan manusia mencapai kebahagiaan
dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai Allah. Kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat merupakan titik kulminasi tujuan hidup manusia,
sedangkan dakwah pun juga mengarah ke sana. Beberapa tujuan khusus secara lebih
rinci adalah sebagai berikut:
1. Mengajak umat manusia yang sudah memeluk Islam untuk selalu meningkatkan
taqwanya kepada Allah. Artinya mereka diharapkan agar senantiasa mengerjakan
segala perintah dan menjauhi larangan-Nya.
2. Membina mental agama Islam bagi kaum yang masih muallaf, ini karena Allah
tidak akan membebani suatu kaum melainkan sesuai kemampuannya.
3. Mengajak umat manusia yang belum beriman agar mau beriman kepada Allah
atau memeluk agama Islam.
4. Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.3
Metode Dakwah
Metode dakwah artinya cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da‟i untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan untuk
mencapai tujuan tertentu. Di antara metode-metode dakwah yaitu:
1. Dakwah lisan
Dakwah dengan lisan berupa ceramah, seminar, diskusi, khutbah, sarasehan.
3
6 2. Dakwah tulisan
Dakwah dengan tulisan berupa buku, majalah, surat kabar, spanduk.
3. Dakwah bil hal
Dakwah bil hal berupa perilaku yang sopan sesuai dengan ajaran al-Islam,
memelihara lingkungan, mencari nafkah dengan tekun, ulet, sabar, semangat, kerja
keras, menolong sesama manusia. Misalnya mendirikan rumah sakit, mendirikan dan
memelihara anak yatim piatu, mendirikan lembaga pendidikan, mendirikan
pusat-pusat pencaharian nafkah seperti pabrik, pusat-pusat perbelanjaan.
4. Dakwah seni
Dakwah seni meliputi seni lukis, seni suara atau musik.4
Pendekatan Dakwah Rahmatan Lil Alamin
Setiap pelaksanaan dakwah harus menggunakan pendekatan yang tepat. Yang
dimaksud pendekatan ialah penentuan langkah dakwah yang didalamnya terdapat
metode untuk mencapai tujuan dakwah. Penentuan pendekatan dakwah didasarkan
atas kondisi sasaran dakwah dan suasana yang melingkupinya. Terdapat tiga macam
pendekatan dakwah yaitu:
1. Pendekatan Kebudayaan
Pendekatan ini berangkat dari kenyataan perkembangan pertumbuhan bangsa
Indonesia sejak proses kehidupannya di tanah air ini. Pertumbuhan bangsa Indonesia
dimulai sejak ratusan ribu tahun yang silam. Dengan bercampurnya bangsa pendatang
4
7
dengan bangsa asli ini akhirnya terjadi akulturasi etnis, tradisi budayanya bercampur
sebagai perpaduan kultural dan daerah menurut sistem akulturasi. Yakni perpaduan
berbagai unsur budaya rohaniah menjadi satu bentuk budaya baru yang isi, karakter,
dan ciri-cirinya berkembang mengikuti watak pengaruh etnis dan lingkungan
geografisnya. Berbagai budaya bangsa yang merupakan aset bangsa ini dapat
dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam penentuan pendekatan dakwah.
2. Pendekatan Pendidikan
Sejak manusia memulai kehidupannya dalam masyarakat sejak itu pula terjadilah
proses pematangan dan pendewasaan melalui pendidikan. Penghayatan dan
pengamalan ajaran agama merupakan salah satu aspek dari sikap batin yang
berkembang dalam pribadi manusia secara bertahap sejalan dengan tingkat dan
kematangan dan kedewasaan manusia.
Manusia memiliki kemampuan dasar untuk mengembangkan diri pribadinya sampai
titik optimal melalui usaha pendidikan (proses belajar mengajar). Dan sebagai
makhluq yang bernaluri sosial, individual, dan moral, manusia memiliki
kelengkapan-kelengkapan potensi jasmaniah dan kejiwaan yang tumbuh dan
berkembang dalam lingkungan hidup keluarga dan berlanjut dalam lingkungan
masyarakat.
Dalam lingkungan hidup keluarga dan di luar keluarga terjadilah proses
interaksi edukatif antara sesama masyarakat. Dan proses edukatif ini akan memiliki
8
Sehubungan dengan pendekatan ini penghayatan dan pengalaman ajaran agama yang
hendak kita tanamkan dalam jiwa manusia hendaklah dilakukan secara bertahap yang
dimulai dari pemberian pengetahuan, kemudian dengan memberikan pengertian yang
diikuti pemahaman dan kesadaran sampai timbulnya kemauan untuk
mengamalkannya.
3. Pendekatan Psikologis
Dalam mengupayakan penghayatan dan pengamalan ajaran Islam kita tidak
boleh melupakan tingkat-tingkat perkembangan kejiwaan sasaran. Secara psikologis
manusia sejak kejadiannya di dalam rahim sang ibu telah dikaruniai oleh Allah suatu
kemampuan dasar potensi hidupnya. Potensi kejiwaan yang berkembang dalam
pribadi manusia senantiasa berlangsung secara interaktif dengan faktor-faktor
lingkungan dan pengalaman. Antara faktor ajaran dan dasar terdapat kemungkinan
perkembangan yang mengarah pada titik optimal, yang dapat dicapai melalui proses
pendidikan dan dakwah.
Atas dasar pandangan ini maka proses penghayatan ajaran Islam ditentukan
oleh faktor kemampuan dasar dan ajaran tersebut. Berkaitan dengan ini maka proses
realisasi dan aktualisasinya dari ajaran Islam tidak lepas dari kemampuan dan
pengetahuan yang ada pada manusia itu sendiri. Oleh karena itu, maka proses batin
manusia dalam melaksanakan ajaran Islam baru akan mendapatkan bentuk yang
aktual dan fungsional apabila proses tersebut berjalan menurut hukum perkembangan
9
Pendekatan dakwah adalah cara-cara yang dilakukan oleh seorang komunikator
dakwah untuk mencapai tujuan tertentu atas dasar hikmah dan kasih sayang. Dengan
kata lain pendekatan dakwah harus mampu bertumpu pada suatu pandangan human
oriented menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia. Dengan demikian
pendekatan dakwah itu, berdiri di atas landasan yang sangat demokratis dan persuasif.
Demokratis yang dimaksudkan bahwa seorang da‟I pada akhirnya menghargai
keputusan final yang akan dipilih atau dilakukan oleh pihak mitra. Muballigh sebagai
komunikator dalam proses dakwah tidak ada satu niat sedikit pun untuk
melaksanakan kehendaknya, kendati hal itu mungkin saja dapat dilakukannya. Dalam
kedudukannya sebagai juru penerang, maka seorang da‟I harus benar-benar hanya
menyampaikan fakta terhadap audiennya dan tidak ada kewajiban atas dirinya untuk
memaksa.5
Kehadiran dakwah Islam rahmatan lil „alamin menemukan momentumnya untuk mengejawantahkan dan menyebarkan Islam dengan cara santun, damai dan anti
kekerasan. Dakwah Islam rahmatan lil „alamin diyakini mampu mengangkat kembali citra Islam yang akhir-akhir ini mengalami kemrosotan disebabkan oleh dakwah yang
kurang tepat. Membangun Islam yang ramah, santun, dan anti kekerasan perlu
menjadi skala prioritas di masa-masa yang akan datang. Diantaranya adalah
memberikan pemahaman kepada segenap umat Islam untuk menyikapi adanya
perbedaan agama dan tafsir keagamaan secara arif dan anti kekerasan. Dalam konteks
inilah diharapkan kita mampu meminimalisasi kekerasan dan mengembangkan Islam
5
10
rahmatan lil „alamin. Dengan demikian eksistensi dan citra Islam sebagai agama yang
santun dan ramah akan pulih kembali serta tidak akan merugikan umat Islam.
Selain itu, ia juga dapat dijadikan sebagai landasan „agen perubahan sosial‟ melalui dakwah bil hal (dakwah dengan perbuatan nyata). Dakwah memang
mempunyai potensi untuk dilakukan dengan cara kekerasan, khususnya dalam kaitan
dengan dakwah untuk mencegah perbuatan buruk atau kemungkaran. Dakwah
mencegah kemunkaran yang ditempuh dengan cara kekerasan juga sering didasarkan
pada sebuah hadits :
“Barang siapa melihat kemunkaran, maka cegahlah dengan tangan, apabila tidak
mampu cegahlah dengan lisan, dan apabila tidak mampu cegahlah dengan hati, dan
ini (dengan hati) adalah selemah-lemahnya iman”.
Dalam kaitan mencegah kemunkaran, mereka yang sering berdakwah dengan
kekerasan dan pengrusakan merasa mampu melakukannya dengan menggunakan
tangan atau kekuatan, dan mereka juga tidak ingin dianggap sebagai orang yang
lemah imannya, sehingga jalan merubah kemungkaran dengan kekuatan tangan tidak
dapat mereka redam. Dan seakan-akan, dakwah dengan cara kekerasan mendapatkan
legitimasi dari hadist tersebut. Telah dijelaskan dalam al-Quran Surat an-Nahl ayat
125 :
“Hendaklah engkau ajak orang ke jalan Tuhanmu dengan Hikmah (kebijaksanaan)
dan dengan petunjuk-petunjuk yang baik serta ajaklah mereka berdialog (bertukar
11
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Dengan berdasarkan ayat di atas, dakwah tidak harus dengan kekerasan,
melainkan melakukan pendekatan dengan penuh hikmah dan menunjukkan keindahan
serta ketinggian akhlaq Islami. Ketinggian akhlaq Islami yang mereka tonjolkan di
antaranya adalah kesamaan derajat manusia dihadapan Allah SWT. Karena di
hadapan Allah itu derajat manusia semuanya sama, yang membedakan hanyalah
ketaqwaannya.
Jadi, dakwah Islam rahmatan lil „alamin sesuai dengan arti etimologisnya, Islam berarti “damai” dan rahmatan lil „alamin berarti “kasih sayang bagi semesta alam”, maka dakwah Islam rahmatan lil „alamin yang berarti dakwah dengan
menghadirkan Islam yang mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi
semua umat manusia di muka bumi, yakni berdakwah dengan kedamaiaan, bukan
dengan kekerasan dan pengrusakan.
Oleh karena itu, membumikan dakwah Islam rahmatan lil „alamin menjadi sebuah keharusan, sehingga Islam yang identik dengan kekerasan dan pengrusakan
dapat segera dihapuskan, dan sembari memulihkan kembali wajah Islam yang ramah
dan penuh kedamaian. Dakwah Islam rahmatan lil „alamin selain berarti menyebarkan Islam dengan penuh kedamaian secara lisan (dakwah bil qaul), ia juga berarti dakwah
yang mencakup segala bentuk usaha membantu manusia melaksanakan
12
dengan amal perbuatan nyata. Oleh sebab itu, sudah saatnya para juru dakwah
dituntut untuk tidak hanya pandai beretorika, bepidato, atau memberikan tausiyah
(wejangan) saja, tetapi mereka diharapkan juga dapat memberikan tauladan dalam
bertindak, bertingkah laku, dan berbuat. Tindakan nyata untuk melakukan perubahan
sosial juga harus mulai digerakkan demi terciptanya masyarakat Islam yang damai
dan sejahtera. Inilah wujud dari dakwah Islam rahmatan lil „alamin.6
Dakwah merupakan kegiatan mengajak manusia ke jalan Allah untuk
mengerjakan kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan buruk agar mereka
memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dakwah bukan sekedar
menjelaskan ajaran Islam secara lisan, tetapi ia mencakup segala bentuk usaha
membantu manusia melaksanakan kewajiban hidup sebaik-baiknya. Dakwah Islam
ialah undangan dan seruan kepada Islam dengan menempuh cara dan strategi yang
lentur, kreatif, dan bijak. Intisari dakwah ialah amar makruf nahi munkar. Dakwah
merupakan tugas setiap muslim. Berdakwah berati melanjutkan tugas risalah.7
Tidak ada paksaan memasuki agama Islam, karena iman merupakan
pernyataan “kesadaran” dan “kepatuhan”. Keduanya tidak dapat dilakukan dengan
perintah dan paksaan, tetapi dengan hujjah dan bukti-bukti kebenaran. Islam tidak
membenarkan pemaksaan beragama kepada siapapun, seperti halnya ia tidak pula
membenarkan seseorang atau suatu pihak memaksa orang Islam keluar dari
agamanya. Berdakwah membuka dialog keyakinan di tengah manusia, membuka
6
http://sarmidihusna.blogspot.com/2007/12/membumikan-dakwah-rahmatan-lil-alamin.html
7
Muhammad Chirzin, Kontroversi Jihad Di Indonesia Modernis Vs Fundamentalis
13
kemungkinan bagi kemanusiaan untuk menetapkan pilihannya sendiri. Sepanjang
keimanan itu ditunjukkan di bawah faktor-faktor yang dapat memuaskan pemikiran
dan kesadaran, yang tidak mungkin dapat ditundukkan oleh kekuatan, maka tak
seorang pun dapat menembus masuk ke dalam kalbu manusia untuk memaksakan
keimanan. Metode yang alami untuk itu adalah ucapan yang baik yang mencakup
hikmah, nasehat yang baik serta dialog dengan kepala dingin. Allah menghendaki
agar manusia memiliki keimanan yang diperoleh melalui kebebasan memilih, sesudah
Dia menyediakan sarannya.
Kegiatan dakwah dapat dikategorikan dalam tiga macam bentuk, yakni
dakwah secara lisan, dakwah secara tertulis dan dakwah secara praktik dalam bentuk
perbuatan. Ketiga macam cara dakwah tersebut digunakan Rasulullah, dipraktikkan
dan dicontohkan untuk umatnya. Pada saat ini dakwah secara lisan dilakukan melalui
mimbar, siaran radio, televisi, dan lain-lain. Dakwah Islam secara tertulis dilakukan
kaum muslimin melalui media cetak, semisal buletin, majalah, buku maupun melalui
website di internet.8
PENUTUP
Kehadiran dakwah Islam rahmatan lil „alamin menemukan momentumnya
untuk mengejawantahkan dan menyebarkan Islam dengan cara santun, damai dan anti
kekerasan. Dakwah Islam rahmatan lil „alamin diyakini mampu mengangkat kembali citra Islam yang akhir-akhir ini mengalami kemrosotan disebabkan oleh dakwah yang
8
14
kurang tepat. Membangun Islam yang ramah, santun, dan anti kekerasan perlu
menjadi skala prioritas di masa-masa yang akan datang. Diantaranya adalah
memberikan pemahaman kepada segenap umat Islam untuk menyikapi adanya
perbedaan agama dan tafsir keagamaan secara arif dan anti kekerasan. Dalam konteks
inilah diharapkan kita mampu meminimalisasi kekerasan dan mengembangkan Islam
rahmatan lil „alamin. Dengan demikian eksistensi dan citra Islam sebagai agama yang
santun dan ramah akan pulih kembali serta tidak akan merugikan umat Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Aziz, Muhammad. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana, 2004.
Amir Aziz, Ahmad. Pola Dakwah. Mataram: Larispa, 2011.
Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos, 1997.
Chirzin, Muhammad. Kontroversi Jihad Di Indonesia Modernis Vs Fundamentalis. Yogyakarta: Pilar Media, 2006.
Ja‟far Puteh, Muhamad. Dakwah Di Era Globalisasi: Strategi Menghadapi Perubahan Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.