• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci: Pendekatan dakwah, Rahmatan Lil „Alamin, Materi PAI PENDAHULUAN - PENDEKATAN DAKWAH RAHMATAN LIL ‘ALAMIN DALAM STUDI MATERI PA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kata kunci: Pendekatan dakwah, Rahmatan Lil „Alamin, Materi PAI PENDAHULUAN - PENDEKATAN DAKWAH RAHMATAN LIL ‘ALAMIN DALAM STUDI MATERI PA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDEKATAN DAKWAH RAHMATAN LIL ‘ALAMIN DALAM STUDI MATERI PAI

Oleh: Rima Umaimah

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami dan mengetahui pendekatan dakwah rahmatan lil „alamin dalam studi materi PAI . Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu kepustakaan, dengan melalui data primer pembacaan buku-buku mutakhir. Kajian ini dengan melibatkan teman sejawat yaitu dosen-dosen Pendidikan Agama Islam dari di kampus STAINU Pacitan, dengan langkah-langkah: pengujian naskah melalui diskusi, kritik, saran, perbaikan, dan finalisasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: pendekatan dakwah

rahmatan lil „alamin dalam studi materi PAI melalu dua cara yaitu, (1) Dakwah Islam

rahmatan lil „alamin dengan cara mengejawantahkan dan menyebarkan Islam dengan cara santun, damai dan anti kekerasan, (2) Memberikan pemahaman kepada segenap umat Islam untuk menyikapi adanya perbedaan agama dan tafsir keagamaan secara arif dan anti kekerasan.

Kata kunci: Pendekatan dakwah, Rahmatan Lil „Alamin, Materi PAI

PENDAHULUAN

Islam adalah agama risalah yang harus diteruskan pengembangannya oleh

seluruh kaum muslimin dan muslimat sejak Rasul Allah wafat. Pada dasarnya

pengembangan agama Islam tidak hanya menjadi tanggung jawab para pendakwah

saja yang terdiri dari Muballigh, da‟I, ulama, kyai, ustadz, guru pengajian. Amanat

penyiaran, pengembangan pada hakikatnya menjadi tanggung jawab para

pemeluknya. Tegasnya semua orang (pemeluk agama Islam) baik laki-laki maupun

perempuan mempunyai kewajiban yang sama menyiarkan agama Islam di mana pun

(2)

2

Akan tetapi orang-orang sekarang sulit diajak menghabiskan waktu

berjam-jam di sawah atau lapangan terbuka untuk mendengar dakwah. Di zaman ini

orang-orang telah dilingkari oleh bermacam-macam hiburan, baik melalui pementasan

panggung, layar perak atau melalui alat-alat elektronik. Hiburan-hiburan tersebut

telah banyak menyita waktu masyarakat sekarang ini. Untuk lebih jelasnya akan

dibahas dalam penelitian ini.

METODE

Pendekatan atau metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kepustakaan. Kajian ini dilakukan mulai tanggal 3 September 2017 sampai

dengan 5 Januari 2018 dengan melibatkan teman sejawat dosen di STAINU Pacitan

dari berbagai Program Studi. Pertama penulis menelaah materi-materi tentang

Pendekatan dakwah Rahmatan lil „alamin dari berbagai literatur, kemudian ditulis

dalam sebuah naskah teks yang telah siap untuk dikaji. Berdasarkan hasil diskusi

interaktif dan berbagai masukan, kemudian konten teks direvisi untuk dikaji pada

diskusi ke dua. Final dari diskusi ke dua naskah teks siap untuk dipublikasikan ke

ruang terbuka yang lebih luas.

PEMBAHASAN

Pengertian Dakwah Dan Tujuannya

(3)

3

manusia ke jalan Allah SWT untuk mengerjakan kebaikan dan mencegah mereka dari

perbuatan buruk agar mereka memperoleh kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

Aktifitas ini tidak akan pernah berhenti selama manusia masih hidup mendiami planet

bumi. Berkaitan dengan ini, Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 104 yang

kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf, melarang dari kejahatan dan

mereka itulah orang-orang yang beruntung”.

Sesuai dengan terjemahan ayat yang disebutkan di atas, dalam hal ini

dilahirkan beberapa analaisis berkaitan dengan istilah “al-khairu”, kata ini berarti juga “Al-Islamu”. Disamping itu kita percaya bahwa segala upaya dakwah bertujuan untuk mencapai yang lebih baik. Maka kata “ilal khairi” dari ayat tersebut di atas juga

bermakna kepada yang lebih baik. Meskipun sesuatu keadaan hasil dari sesuatu

ajakan sudah mencapai perbaikan-perbaikan, namun dakwah perlu diteruskan,

sehingga kondisi yang telah baik meningkat kepada situasi yang lebih baik lagi.

Demikian seterusnya hingga aktivitas dakwah benar-benar mencapai target

sebagaiamana diharapkan yaitu memasuki seluruh dimensi kehidupan umat manusia.1

Secara terminologi, dakwah diartikan sebagai “usaha untuk mengajak umat manusia dengan hikmah kebijakan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya”.

1

M. Ja‟far Puteh, Dakwah Di Era Globalisasi: Strategi Menghadapi Perubahan Sosial

(4)

4

Dakwah juga merupakan perintah mengadakan seruan kepada semua manusia untuk

kembali dan hidup di jalan Allah, dilakukan dengan penuh kebajikan dan nasehat

yang baik. Karena dakwah Islamiyah ini berupa kegiatan “mengajak orang untuk meyakini dan mengamalkan aqidah dan syari‟at Islamiyah, maka terlebih dahulu harus diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri”.

Dengan demikian dakwah dapat dikatakan sebagai “aktualisasi dan realisasi salah satu fungsi kodrati seorang muslim, yaitu fungsi kerisalahan berupa proses

pengkordinasian agar seorang masyarakat mengetahui, memahami, mengimani, dan

mengamalkan Islam sebagai ajaran dan pandangan hidup”. Dengan ungkapan lain,

hakekat dakwah adalah suatu upaya untuk merubah suatu keadaan menuju keadaan

lain yang lebih baik menurut tolak ukur ajaran Islam, sehingga seorang atau

masyarakat dapat mengamalkan Islam sebagai ajaran dan pandangan hidupnya.2

Dakwah sebagai usaha mengajak manusia untuk berpegang teguh pada ajaran

Allah ini merupakan kewajiban umat Islam. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam

surat An-Nahl ayat 125:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

2

(5)

5

Tujuan umum dakwah ialah mengantarkan manusia mencapai kebahagiaan

dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai Allah. Kebahagiaan

hidup di dunia dan di akhirat merupakan titik kulminasi tujuan hidup manusia,

sedangkan dakwah pun juga mengarah ke sana. Beberapa tujuan khusus secara lebih

rinci adalah sebagai berikut:

1. Mengajak umat manusia yang sudah memeluk Islam untuk selalu meningkatkan

taqwanya kepada Allah. Artinya mereka diharapkan agar senantiasa mengerjakan

segala perintah dan menjauhi larangan-Nya.

2. Membina mental agama Islam bagi kaum yang masih muallaf, ini karena Allah

tidak akan membebani suatu kaum melainkan sesuai kemampuannya.

3. Mengajak umat manusia yang belum beriman agar mau beriman kepada Allah

atau memeluk agama Islam.

4. Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.3

Metode Dakwah

Metode dakwah artinya cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da‟i untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan untuk

mencapai tujuan tertentu. Di antara metode-metode dakwah yaitu:

1. Dakwah lisan

Dakwah dengan lisan berupa ceramah, seminar, diskusi, khutbah, sarasehan.

3

(6)

6 2. Dakwah tulisan

Dakwah dengan tulisan berupa buku, majalah, surat kabar, spanduk.

3. Dakwah bil hal

Dakwah bil hal berupa perilaku yang sopan sesuai dengan ajaran al-Islam,

memelihara lingkungan, mencari nafkah dengan tekun, ulet, sabar, semangat, kerja

keras, menolong sesama manusia. Misalnya mendirikan rumah sakit, mendirikan dan

memelihara anak yatim piatu, mendirikan lembaga pendidikan, mendirikan

pusat-pusat pencaharian nafkah seperti pabrik, pusat-pusat perbelanjaan.

4. Dakwah seni

Dakwah seni meliputi seni lukis, seni suara atau musik.4

Pendekatan Dakwah Rahmatan Lil Alamin

Setiap pelaksanaan dakwah harus menggunakan pendekatan yang tepat. Yang

dimaksud pendekatan ialah penentuan langkah dakwah yang didalamnya terdapat

metode untuk mencapai tujuan dakwah. Penentuan pendekatan dakwah didasarkan

atas kondisi sasaran dakwah dan suasana yang melingkupinya. Terdapat tiga macam

pendekatan dakwah yaitu:

1. Pendekatan Kebudayaan

Pendekatan ini berangkat dari kenyataan perkembangan pertumbuhan bangsa

Indonesia sejak proses kehidupannya di tanah air ini. Pertumbuhan bangsa Indonesia

dimulai sejak ratusan ribu tahun yang silam. Dengan bercampurnya bangsa pendatang

4

(7)

7

dengan bangsa asli ini akhirnya terjadi akulturasi etnis, tradisi budayanya bercampur

sebagai perpaduan kultural dan daerah menurut sistem akulturasi. Yakni perpaduan

berbagai unsur budaya rohaniah menjadi satu bentuk budaya baru yang isi, karakter,

dan ciri-cirinya berkembang mengikuti watak pengaruh etnis dan lingkungan

geografisnya. Berbagai budaya bangsa yang merupakan aset bangsa ini dapat

dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam penentuan pendekatan dakwah.

2. Pendekatan Pendidikan

Sejak manusia memulai kehidupannya dalam masyarakat sejak itu pula terjadilah

proses pematangan dan pendewasaan melalui pendidikan. Penghayatan dan

pengamalan ajaran agama merupakan salah satu aspek dari sikap batin yang

berkembang dalam pribadi manusia secara bertahap sejalan dengan tingkat dan

kematangan dan kedewasaan manusia.

Manusia memiliki kemampuan dasar untuk mengembangkan diri pribadinya sampai

titik optimal melalui usaha pendidikan (proses belajar mengajar). Dan sebagai

makhluq yang bernaluri sosial, individual, dan moral, manusia memiliki

kelengkapan-kelengkapan potensi jasmaniah dan kejiwaan yang tumbuh dan

berkembang dalam lingkungan hidup keluarga dan berlanjut dalam lingkungan

masyarakat.

Dalam lingkungan hidup keluarga dan di luar keluarga terjadilah proses

interaksi edukatif antara sesama masyarakat. Dan proses edukatif ini akan memiliki

(8)

8

Sehubungan dengan pendekatan ini penghayatan dan pengalaman ajaran agama yang

hendak kita tanamkan dalam jiwa manusia hendaklah dilakukan secara bertahap yang

dimulai dari pemberian pengetahuan, kemudian dengan memberikan pengertian yang

diikuti pemahaman dan kesadaran sampai timbulnya kemauan untuk

mengamalkannya.

3. Pendekatan Psikologis

Dalam mengupayakan penghayatan dan pengamalan ajaran Islam kita tidak

boleh melupakan tingkat-tingkat perkembangan kejiwaan sasaran. Secara psikologis

manusia sejak kejadiannya di dalam rahim sang ibu telah dikaruniai oleh Allah suatu

kemampuan dasar potensi hidupnya. Potensi kejiwaan yang berkembang dalam

pribadi manusia senantiasa berlangsung secara interaktif dengan faktor-faktor

lingkungan dan pengalaman. Antara faktor ajaran dan dasar terdapat kemungkinan

perkembangan yang mengarah pada titik optimal, yang dapat dicapai melalui proses

pendidikan dan dakwah.

Atas dasar pandangan ini maka proses penghayatan ajaran Islam ditentukan

oleh faktor kemampuan dasar dan ajaran tersebut. Berkaitan dengan ini maka proses

realisasi dan aktualisasinya dari ajaran Islam tidak lepas dari kemampuan dan

pengetahuan yang ada pada manusia itu sendiri. Oleh karena itu, maka proses batin

manusia dalam melaksanakan ajaran Islam baru akan mendapatkan bentuk yang

aktual dan fungsional apabila proses tersebut berjalan menurut hukum perkembangan

(9)

9

Pendekatan dakwah adalah cara-cara yang dilakukan oleh seorang komunikator

dakwah untuk mencapai tujuan tertentu atas dasar hikmah dan kasih sayang. Dengan

kata lain pendekatan dakwah harus mampu bertumpu pada suatu pandangan human

oriented menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia. Dengan demikian

pendekatan dakwah itu, berdiri di atas landasan yang sangat demokratis dan persuasif.

Demokratis yang dimaksudkan bahwa seorang da‟I pada akhirnya menghargai

keputusan final yang akan dipilih atau dilakukan oleh pihak mitra. Muballigh sebagai

komunikator dalam proses dakwah tidak ada satu niat sedikit pun untuk

melaksanakan kehendaknya, kendati hal itu mungkin saja dapat dilakukannya. Dalam

kedudukannya sebagai juru penerang, maka seorang da‟I harus benar-benar hanya

menyampaikan fakta terhadap audiennya dan tidak ada kewajiban atas dirinya untuk

memaksa.5

Kehadiran dakwah Islam rahmatan lil „alamin menemukan momentumnya untuk mengejawantahkan dan menyebarkan Islam dengan cara santun, damai dan anti

kekerasan. Dakwah Islam rahmatan lil „alamin diyakini mampu mengangkat kembali citra Islam yang akhir-akhir ini mengalami kemrosotan disebabkan oleh dakwah yang

kurang tepat. Membangun Islam yang ramah, santun, dan anti kekerasan perlu

menjadi skala prioritas di masa-masa yang akan datang. Diantaranya adalah

memberikan pemahaman kepada segenap umat Islam untuk menyikapi adanya

perbedaan agama dan tafsir keagamaan secara arif dan anti kekerasan. Dalam konteks

inilah diharapkan kita mampu meminimalisasi kekerasan dan mengembangkan Islam

5

(10)

10

rahmatan lil „alamin. Dengan demikian eksistensi dan citra Islam sebagai agama yang

santun dan ramah akan pulih kembali serta tidak akan merugikan umat Islam.

Selain itu, ia juga dapat dijadikan sebagai landasan „agen perubahan sosial‟ melalui dakwah bil hal (dakwah dengan perbuatan nyata). Dakwah memang

mempunyai potensi untuk dilakukan dengan cara kekerasan, khususnya dalam kaitan

dengan dakwah untuk mencegah perbuatan buruk atau kemungkaran. Dakwah

mencegah kemunkaran yang ditempuh dengan cara kekerasan juga sering didasarkan

pada sebuah hadits :

“Barang siapa melihat kemunkaran, maka cegahlah dengan tangan, apabila tidak

mampu cegahlah dengan lisan, dan apabila tidak mampu cegahlah dengan hati, dan

ini (dengan hati) adalah selemah-lemahnya iman”.

Dalam kaitan mencegah kemunkaran, mereka yang sering berdakwah dengan

kekerasan dan pengrusakan merasa mampu melakukannya dengan menggunakan

tangan atau kekuatan, dan mereka juga tidak ingin dianggap sebagai orang yang

lemah imannya, sehingga jalan merubah kemungkaran dengan kekuatan tangan tidak

dapat mereka redam. Dan seakan-akan, dakwah dengan cara kekerasan mendapatkan

legitimasi dari hadist tersebut. Telah dijelaskan dalam al-Quran Surat an-Nahl ayat

125 :

“Hendaklah engkau ajak orang ke jalan Tuhanmu dengan Hikmah (kebijaksanaan)

dan dengan petunjuk-petunjuk yang baik serta ajaklah mereka berdialog (bertukar

(11)

11

lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Dengan berdasarkan ayat di atas, dakwah tidak harus dengan kekerasan,

melainkan melakukan pendekatan dengan penuh hikmah dan menunjukkan keindahan

serta ketinggian akhlaq Islami. Ketinggian akhlaq Islami yang mereka tonjolkan di

antaranya adalah kesamaan derajat manusia dihadapan Allah SWT. Karena di

hadapan Allah itu derajat manusia semuanya sama, yang membedakan hanyalah

ketaqwaannya.

Jadi, dakwah Islam rahmatan lil „alamin sesuai dengan arti etimologisnya, Islam berarti “damai” dan rahmatan lil „alamin berarti “kasih sayang bagi semesta alam”, maka dakwah Islam rahmatan lil „alamin yang berarti dakwah dengan

menghadirkan Islam yang mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi

semua umat manusia di muka bumi, yakni berdakwah dengan kedamaiaan, bukan

dengan kekerasan dan pengrusakan.

Oleh karena itu, membumikan dakwah Islam rahmatan lil „alamin menjadi sebuah keharusan, sehingga Islam yang identik dengan kekerasan dan pengrusakan

dapat segera dihapuskan, dan sembari memulihkan kembali wajah Islam yang ramah

dan penuh kedamaian. Dakwah Islam rahmatan lil „alamin selain berarti menyebarkan Islam dengan penuh kedamaian secara lisan (dakwah bil qaul), ia juga berarti dakwah

yang mencakup segala bentuk usaha membantu manusia melaksanakan

(12)

12

dengan amal perbuatan nyata. Oleh sebab itu, sudah saatnya para juru dakwah

dituntut untuk tidak hanya pandai beretorika, bepidato, atau memberikan tausiyah

(wejangan) saja, tetapi mereka diharapkan juga dapat memberikan tauladan dalam

bertindak, bertingkah laku, dan berbuat. Tindakan nyata untuk melakukan perubahan

sosial juga harus mulai digerakkan demi terciptanya masyarakat Islam yang damai

dan sejahtera. Inilah wujud dari dakwah Islam rahmatan lil „alamin.6

Dakwah merupakan kegiatan mengajak manusia ke jalan Allah untuk

mengerjakan kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan buruk agar mereka

memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dakwah bukan sekedar

menjelaskan ajaran Islam secara lisan, tetapi ia mencakup segala bentuk usaha

membantu manusia melaksanakan kewajiban hidup sebaik-baiknya. Dakwah Islam

ialah undangan dan seruan kepada Islam dengan menempuh cara dan strategi yang

lentur, kreatif, dan bijak. Intisari dakwah ialah amar makruf nahi munkar. Dakwah

merupakan tugas setiap muslim. Berdakwah berati melanjutkan tugas risalah.7

Tidak ada paksaan memasuki agama Islam, karena iman merupakan

pernyataan “kesadaran” dan “kepatuhan”. Keduanya tidak dapat dilakukan dengan

perintah dan paksaan, tetapi dengan hujjah dan bukti-bukti kebenaran. Islam tidak

membenarkan pemaksaan beragama kepada siapapun, seperti halnya ia tidak pula

membenarkan seseorang atau suatu pihak memaksa orang Islam keluar dari

agamanya. Berdakwah membuka dialog keyakinan di tengah manusia, membuka

6

http://sarmidihusna.blogspot.com/2007/12/membumikan-dakwah-rahmatan-lil-alamin.html

7

Muhammad Chirzin, Kontroversi Jihad Di Indonesia Modernis Vs Fundamentalis

(13)

13

kemungkinan bagi kemanusiaan untuk menetapkan pilihannya sendiri. Sepanjang

keimanan itu ditunjukkan di bawah faktor-faktor yang dapat memuaskan pemikiran

dan kesadaran, yang tidak mungkin dapat ditundukkan oleh kekuatan, maka tak

seorang pun dapat menembus masuk ke dalam kalbu manusia untuk memaksakan

keimanan. Metode yang alami untuk itu adalah ucapan yang baik yang mencakup

hikmah, nasehat yang baik serta dialog dengan kepala dingin. Allah menghendaki

agar manusia memiliki keimanan yang diperoleh melalui kebebasan memilih, sesudah

Dia menyediakan sarannya.

Kegiatan dakwah dapat dikategorikan dalam tiga macam bentuk, yakni

dakwah secara lisan, dakwah secara tertulis dan dakwah secara praktik dalam bentuk

perbuatan. Ketiga macam cara dakwah tersebut digunakan Rasulullah, dipraktikkan

dan dicontohkan untuk umatnya. Pada saat ini dakwah secara lisan dilakukan melalui

mimbar, siaran radio, televisi, dan lain-lain. Dakwah Islam secara tertulis dilakukan

kaum muslimin melalui media cetak, semisal buletin, majalah, buku maupun melalui

website di internet.8

PENUTUP

Kehadiran dakwah Islam rahmatan lil „alamin menemukan momentumnya

untuk mengejawantahkan dan menyebarkan Islam dengan cara santun, damai dan anti

kekerasan. Dakwah Islam rahmatan lil „alamin diyakini mampu mengangkat kembali citra Islam yang akhir-akhir ini mengalami kemrosotan disebabkan oleh dakwah yang

8

(14)

14

kurang tepat. Membangun Islam yang ramah, santun, dan anti kekerasan perlu

menjadi skala prioritas di masa-masa yang akan datang. Diantaranya adalah

memberikan pemahaman kepada segenap umat Islam untuk menyikapi adanya

perbedaan agama dan tafsir keagamaan secara arif dan anti kekerasan. Dalam konteks

inilah diharapkan kita mampu meminimalisasi kekerasan dan mengembangkan Islam

rahmatan lil „alamin. Dengan demikian eksistensi dan citra Islam sebagai agama yang

santun dan ramah akan pulih kembali serta tidak akan merugikan umat Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Aziz, Muhammad. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana, 2004.

Amir Aziz, Ahmad. Pola Dakwah. Mataram: Larispa, 2011.

Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos, 1997.

Chirzin, Muhammad. Kontroversi Jihad Di Indonesia Modernis Vs Fundamentalis. Yogyakarta: Pilar Media, 2006.

Ja‟far Puteh, Muhamad. Dakwah Di Era Globalisasi: Strategi Menghadapi Perubahan Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.

Referensi

Dokumen terkait

Pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilakukan dengan menentukan nilai penggantian wajar meliputi nilai fisik dan nilai non-fisik agar nilai yang dihasilkan

serangga “garen gpu ng”, variabel terikat yaitu pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman dan diameter batang), produktivitas (berat basah dan berat umbi), Patogen "Phytophthora

gelombang suara dengan intensitas bunyi yang berbeda tidak berpengaruh nyata pada parameter pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai yang diukur dari jumlah daun dan

Dalam proses pembuatan aplikasi informasi berbasis Android untuk Persebaran Sekolah Dasar di Kota Kupang data yang digunakan adalah data spasial seperti koordinat

Hal ini ternyata efektif dilakukan sebab dampak dari adanya restocking kepiting rajungan dapat dirasakan secara langsung oleh nelayan bubu anggota KUB Berkah Samudra

Goleman (2016) juga mengemukakan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan emosional individu yang meliputi kemampuan mengendalikan diri, mengendalikan impuls, mengatur suasana

Bahan acuan yang dipergunakan dapat dalam bentuk : kayu, papan terentang, untuk steger menggunakan dolken, kaso atau scaffoldingLain-lain bahan yang