1
JURNAL RISET FISIKA EDUKASI DAN SAINS
Education and Science Physics JournalMENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LKS BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN LAJU REAKSI
Helma Nismar, S.Pd., M.Si. SMA NEGERI 13 PADANG email: h.nismar@yahoo.com
https://doi.org/10.22202/jrfes.2018.v5i1.2762
Abstract
Modern education focused more on real activity where the students studying while working. The
students’ activeness is depended upon the motivation or push that comes from within or without—the higher the push the higher the activeness to study. Guided Inquiry Method is a form of learning activities that involve the students’ capabilities to find and investigate
problems systematically, logically, and analytically, so that, with teacher’s guidance, they could
formulated their own findings independently. Student worksheet could improve the students’ learning activity through thinking process in conceptual inculcation during the course of the process. In this research, student worksheet based on guided inquiry is used to study the
students’ reaction rate. The result of this research shows that the students’ activeness is increased from 46,67% at cycle I into 62,67% at cycle II.
Keywords: learning activity, guided inquiry, reaction rate
Abstrak
Pendidikan modern lebih menitik beratkan pada aktivitas sejati, siswa belajar sambil bekerja. Keaktifan siswa sangat tergantung kepada dorongan atau motivasi yang timbul baik dari dalam diri maupun dari luar dirinya, semakin tinggi dorongan yang timbul dalam diri seseorang akan semakin tinggi keaktifannya dalam belajar. Metode Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) merupakan suatu kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki suatu permasalahan secara sistematis, logis, analitis, sehingga dengan bimbingan dari guru mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya. Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui proses berfikir dalam penanaman konsep selama proses pembelajaran berlangsung. Pada penelitian ini digunakan LKS berbasis inquiry terbimbing dalam mempelajari laju reaksi. Hasil penelitian menunjukan terdapat peningkatan persentase keaktifan siswa dari 46,67% pada siklus I menjadi 62,67% pada siklus II.
Kata Kunci: aktivitas belajar, inquiry terbimbing, laju reaksi
2 I. PENDAHULUAN
Ilmu kimia adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang mempelajari komposisi dan struktur zat serta hubungan keduanya dengan sifat zat dan energi yang menyertainya (Syukri, 1999). Mata pelajaran kimia menjadi sangat penting kedudukannya karena dalam kehidupan sehari-hari tidak bias lepas dari kimia.
Laju reaksi merupakan pokok bahasan yang mempelajari laju berkurangnya jumlah pereaksi untuk setiap satuan waktu atau laju bertambahnya jumlah hasil reaksi untuk setiap satuan waktu. Laju reaksi sulit diamati secara langsung sehingga sulit bagi siswa untuk memahaminya.
Berdasarkan pengamatan peneliti selama mengajar di SMA Negeri 13 Padang, ditemui beberapa permasalahan dalam pembelajaran kimia, diantaranya rendahnya motivasi siswa untuk membaca, kurangnya keberanian mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan guru, tidak mengerjakan latihan yang diberikan, kurang mempersiapkan diri untuk mempelajari kimia di kelas. Guru sebagai pembimbing siswa harus mampu memotivasi siswa untuk meningkatkan aktivitasnya belajar. Berdasarkan analisa penulis, masalah-masalah tersebut timbul karena faktor berikut:
1. Fasilitas yang tersedia belum lengkap sehingga motivasi siswa dalam belajar menjadi kurang.
2. Bahan ajar belum menuntun proses berfikir siswa untuk menemukan konsep materi pembelajaran .
Untuk mengatasi permasalahan, diperlukan kreatifitas guru dalam memilih dan menerapkan metode, strategi mengajar, ataupun penggunaan media dan bahan ajar yang tepat. Menurut Susanti (2008), salah satu esensi pembelajaran adalah menemukan cara pembelajaran yang memungkinkan peserta mampu memahami materi yang diajarkan secara efisien dan efektif. Menurut Firman (2010), sebagai tenaga pendidik yang profesional guru harus tetap dapat menumbuhkan minat
belajar anak didik diantaranya melalui model cooperative learning (pembelajaran dengan kerja sama) dengan membagi siswa-siswi ke dalam kelompok-kelompok diskusi kecil di kelas.
Model pembelajaran kooperatif ini akan lebih efektif jika disertai dengan menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) berbasis inquiri terbimbing yang dapat menuntun siswa untuk membangun konsep setiap materi yang dipelajarinya dengan berdiskusi berdasarkan kelompoknya masing-masing sehingga aktivitas belajar dapat terus meningkat dan siswa mampu memahami setiap konsep dalam materi pembelajaran yang mereka pelajari di kelas
Metode Inquiry (inkuiri) merupakan salah satu metode yang tepat diterapkan
karena menekankan pada keberanian
bertanya siswa dan sekaligus kita dapat menilai sikap, pengetahuan dan ketrampilan siswa. Metode pembelajaran Inquiry (inkuiri) bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan intelektual yang terkait dengan proses berpikir reflektif.
Mengingat pentingnya penggunaan model, metode dan media dalam pembelajaran, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Dengan Menggunakan LKS Berbasis Inquiri Terbimbing Pada Pembelajaran Laju Reaksi di kelas XI IPA 1 SMAN 13 Padang”
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Pemahaman siswa terhadap pembelajaran kimia masih rendah 2. Motivasi siswa dalam belajar kimia
masih rendah
3. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat masih kurang
3 Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui penggunaan LKS bebasis inkuiri terbimbing pada pembelajaran Laju Reaksi.
Menurut Sardiman (1996) aktivitas belajar adalah suatu perilaku yang selalu berusaha, bekerja atau belajar dengan sungguh-sungguh untuk mendapat kemajuan atau prestasi yang gemilang dari perubahan tingkah laku yang diperoleh dari pengalaman dan latihan. Faktor keberhasilan siswa dalam belajar sangat tergantung kepada keaktifan siswa itu sendiri sebagai subjek belajar.
Selama proses belajar mengajar siswa diharapkan mempunyai aktivitas belajar positif. Menurut Sriyono (1992) dalam dunia pendidikan keaktifan belajar merupakan tuntutan logis dari pengajaran yang seharusnya, tidak ada suatu kegiatan belajar mengajar tanpa melibatkan keaktifan siswa. Keaktifan siswa sangat tergantung kepada dorongan atau motivasi yang timbul baik dari dalam diri seseorang maupun dari luar dirinya, semakin tinggi dorongan yang timbul dalam diri seseorang akan semakin tinggi aktivitasnya dalam belajar.
Menurut Trianto (2010), Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah panduan bagi siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. LKS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui proses berfikir dalam penanaman konsep selama proses pembelajaran berlangsung.
Metode pembelajaran yang dapat melibatkan keaktifan siswa adalah metode penemuan (discovery) atau penyelidikan (inquiry). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode inkuiri terbimbing (Guided Inquiry).
Metode inkuiri terbimbing merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya dari hasil mengingat fakta-fakta, melainkan juga dari menemukan sendiri. Dalam prosesnya, siswa tidak hanya berperan sebagai
penerima materi pelajaran dari guru, melainkan mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran tersebut. Proses pembelajaran inkuiri meliputi lima langkah yaitu: merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan.
Berdasarkan kajian teori tersebut di atas diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: Penggunaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) berbasis inkuiri terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar bagi siswa pada pembelajaran laju reaksi.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian tindakan kelas. Menurut Arikunto (2010:3) penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 13 Padang tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian dilakukan tanggal 17 Oktober 2014 sampai 3 November 2014. Berdasarkan sumbernya, data penelitian ini termasuk data primer yang diperoleh dari catatan hasil pengamatan observer saat proses belajar mengajar berlangsung. Alat atau instrumen yang digunakan adalah lembaran observasi. Pola pelaksanaan pemberian tindakan ini menggunakan “model siklus”. Siklus ini terdiri dari empat komponen, yaitu :
(1) Perencanaan (2) Tindakan (3) Observasi (4) Refleksi.
4
Gambar 1. Model Siklus pemberian tindakan. Arikunto (2010:16) Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dibagi dua siklus kegiatan dalam satu pokok bahasan, sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Perencanaan
Rencana kegiatan yang diprogramkan adalah:
1) Menentukan jadwal penelitian
2) Menentukan materi yang akan diajarkan
3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama dilakukan sebanyak dua kali pertemuan
4) Membuat lembaran observasi yaitu data tentang aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Alat yang digunakan untuk data ini adalah ceklis
5) Membuat Lembar Kegiatan Siswa (LKS) berbasis inquiri terbimbing
yang akan digunakan dalam penelitian.
b. Tindakan
Aktivitas yang diamati oleh observer meliputi :
1) Visual activities, yaitu membaca bahan ajar
2) Oral activities, yaitu menyampaikan pendapat, bertanya, dan menjawab pertanyaan
3) Writing activities, yaitu mengerjakan LKS
Prosedur yang dilakukan pada proses pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut :
Tahap 1
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai serta model pembelajaran yang digunakan, memotivasi siswa, dan melakukan apersepsi
Tahap 2
2. Menyampaikan informasi secara ringkas dengan memberikan pertanyaan awal melalui media yang ditampilkan guru
Tahap 3
3. Pembentukan kelompok, setiap kelompok terdiri atas 4-5 orang anggota. Masing-masing siswa diberikan Lembar Kegiatan Siswa(LKS).
4. Membimbing dan mengarahkan siswa dalam mengerjakan LKS
5. Membimbing dan mengarahkan siswa dalam membagi pemahaman konsepnya dalam kelompok dan
diskusi kelas dengan
mempresentasikan hasil diskusinya Tahap 4
6. Menutup diskusi Tahap 5
7. Membantu siswa membuat ringkasan diskusi dengan Tanya jawab singkat 8. Memberikan penguatan terhadap
konsep materi hasil diskusi dengan Tanya jawab singkat
9. Memberikan latihan terstruktur pada masing-masing siswa dalam LKS nya Perencanaan
Tindakan I Permasalahan
SIKLUS I
Refleksi I Pelaksanaan
Tindakan I
Observasi/ Pengumpulan
data I
Perencanaan Tindakan II
SIKLUS II
Refleksi II Pelaksanaan Tindakan II
Observasi/ Pengumpulan data II
Apabila permasalahan belum terselsesaikan dilanjutkan ke
5 c. Observasi
Observasi diartikan sebagai kegiatan mengenali dan mengamati semua indikator, perubahan-perubahan yang terjadi dan hasil akhir yang dicapai sebagai dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data berupa kegiatan siswa menggunakan lembar observasi aktivitassiswa dalam belajar Observer mengisi lembaran observasi sesuai dengan aktivitas siswa yang diamati. Data aktivitas siswa setiap pertemuan diinterpretasikan dalam bentuk persentase. Persentase aktivitas siswa ditentukan berdasarkan rumus:
% 100 =
N F P
Keterangan:
P = persentase aktivitas siswa
F = jumlah siswa yang terlibat
N= jumlah siswa yang hadir d. Refleksi
Tahapan ini bertujuan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan guna menemukan kekuatan dan kelemahan pelaksanaan tindakan pada siklus pertama, sebagai dasar untuk perencanaan tindakan pada siklus ke dua. 2. Siklus II
Siklus dua ini merupakan perbaikan dari siklus pertama, yang disusun dengan memperhatikan hasil refleksi dari siklus I. Prosedur penelitian pada siklus II adalah: a. Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah dan menentukan solusi pemecahan masalah yang terjadi pada siklus I dan selanjutnya dilakukan penelitian pengembangan program untuk siklus II. b. Tindakan
Pelaksanaan program pada siklus II lebih ditekankan untuk perbaikan terhadap pelaksanaan tindakan pada siklus I. Perbedaan tindakan terdapat pada: Tahap 5 yaitu memberi tes di akhir pembelajaran
berupa kuis untuk menguji kepahaman siswa tentang materi sebelum menutup diskusi.
c. Observasi
Tahapan observasi II ini sama dengan pelaksanaan observasi pada siklus I.
d. Refleksi
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui apakah tujuan penelitian sudah tercapai atau masih ada kelemahan dan kekurangan, yang dapat dijadikan sebagai dasar perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.
III. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Penelitian Siklus I
Pengamatan aktivitas siswa yang berjumlah 30 orang pada siklus I pertemuan I dan II dilakukan oleh pengamat dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi yang terdiri dari lima indikator sebagaimana dalam tabel 1
.
Tabel 1: Indikator Aktivitas Belajar Siswa
No. Indikator Aktivitas 1 Membaca bahan ajar 2 Menyampaikan pendapat 3 Bertanya
4 Menjawab pertanyaan 5 Mengerjakan LKS
6
5 Mengerjakan
LKS 14 46,67%
Dari tabel 2 diektahui bahwa secara umum aktivitas siswa sangat rendah.
Tabel 3. Hasil Analisis Aktivitas Siswa
5 Mengerjakan
LKS 23 76,67%
Berdasarkan data pada tabel 2 dan tabel 3, ketahui bahwa aktivitas siswa menunjukkan kecenderungan meningkat dalam kegiatan pembelajaran namun masih perlu ditingkatkan.
2. Penelitian Siklus II
Penelitian siklus kedua dilakukan sebanyak dua kali pertemuan yaitu pertemuan ketiga dan keempat. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 2014 dengan materi Faktor Laju Reaksi dan pertemuan keempat dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober 2014 dengan materi Persamaan Laju Reaksi dan Orde Reaksi, tanggal 3 November 2014 evaluasi untuk siklus kedua.
Analisis nilai aktivitas dari 30 siswa pada pertemuan 3 dan pertemuan 4 5 Mengerjakan
LKS 28 93,33% 5 Mengerjakan
LKS 30 100,00%
Berdasarkan data pada tabel 3 dan tabel 4, dapat diketahui bahwa aktivitas siswa secara umum mengalami peningkatan yang signifikan dalam kegiatan pembelajaran. 3. Pembahasan
7 konsep tentang materi pelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Penerapan model ini dapat membantu siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga berdampak pada perubahan yang positif terhadap aspek kognitif. Persentase rata-rata aktivitas 30 siswa pada siklus I dan siklus II diperoleh seperti tabel 6 berikut.
Tabel 6. Persentase rata-rata aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II
No. Aktivitas Yang Diamati 2 Menyampaikan
pendapat 5 Mengerjakan
LKS
61,67% 96,67% Rata-rata 46,67% 62,67%
Berdasarkan tabel 6, secara umum keterlaksanaan pembelajaran kimia dengan menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing pada siklus I dan siklus II sudah menunjukkan perubahan aktivitas secara positif.
Pada siklus I, rata-rata persentase aktivitas siswa 46,76%, ini perlu ditingkatkan dengan memperbaiki tindakan pada siklus ke II. Perbaikan yang dilakukan mencakup beberapa hal yaitu membuat bahan ajar sesuai LKS, memberi waktu yang cukup dalam menyelesaikan LKS, memberi kesempatan siswa untuk menjawab atau membacakan hasil kerjanya aecara bergantian agar semua siswa mendapat kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya serta memberi waktu yang cukup untuk mencatat kesimpulan dengan bimbingan guru. Setelah dilakukan refleksi siklus I, aktivitas siswa meningkat menjadi 62,67% pada siklus II. Hal ini menunjukan bahwa
keaktifan siswa dengan menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing yang dilengkapi dengan bahan ajar sesuai dapat meningkat secara signifikan. Hal ini sesuai dengan Trianto (2010), yang menyatakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah panduan bagi siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. LKS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui proses berfikir dalam penanaman konsep selama proses pembelajaran berlangsung.
IV. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan:.
1. Terdapat peningkatan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing pada materi laju reaksi. 2. Pembelajaran dengan menggunakan
LKS inkuiri terbimbing sangat efektif digunakan dalam proses pembelajaran.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur yang tak pernah berhenti diucapkan kepada Allah Subhanahuwataala, dengan izinNya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Salawat dan salam untuk sang Habibullah, Muhammad saw.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memotivasi dalam penelitian ini. Semoga segala amal kebaikan diterima dan dibalasNya dengan pahala yang setimpal. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1990. Teknik Belajar yang Efektif. Jakarta: Rineka Cipta
AM, Sardiman. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
8 Brady, James E., Neil D. Jespersen, and Alisonhyslop. 2012. Chemistry. New York: John Wiley & Son.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti ( M.Abdul Kadir Martoprawito,dkk. Terjemahan). Jakarta : Erlangga.
Davies, K. I. 1991. Pengelolaan Belajar. Jakarta: CV. Rajawali
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Bumi Aksara Justiana, Sandri, dan Muchtaridi. 2009.
Chemistry for Senior High School
Bilingual. Jakarta : Yudistira.
Prayitno, Elida. 1989. Motivasi dalam Belajar. Padang: IKIP Padang.
Prayitno, Elida. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud Dikti P2LPTK.
Sriyono, dkk. 1992. Teknik Belajar dan Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Rineka Cipta
S, Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung : ITB.