1 STUDI OPTIMALISASI PENGELOLAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR BERBASIS DANA DESA
Elvi Afriani1), Nasfryzal Carlo2), Rini Mulyani2)
Jurusan Teknik Sipil Program Pasca Sarjana Universitas Bung Hatta 1)
Mahasiswa Magister Teknik Universitas Bung Hatta. email: bungaelvia75@yahoo.com
2)
Dosen Program Studi Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Bung Hatta. email: carlo@bunghatta.ac.id
email: rinimulyani@bunghatta.ac.id Abstract
Based on the findings of the Inspectorate and the results of monitoring by SKPD related in 2016. Realization of fund management activities in the field of village infrastructure has not been in accordance with the existing rules on the regulation of the ACT. To that end, the need for the identification of the root of the problem and repair solution. The methods used for the identification of the root of the problem with fishbone diagrams and repair solution uses the concept of kaizen methods approach with PDCA. The results of this research can be inferred is the lack of
knowledge about the management of the village Fund, commitment
2 TPK accountability to society and required all existing villages in Pariaman, and poured in the Mayor's rules.
Keywords: Management, solutions, approaches the concept of Methods Improvement Kaizen with the PDCA.
Abstrak
Berdasarkan temuan inspektorat dan hasil monitoring oleh SKPD terkait tahun 2016. Realisasi pengelolaan dana desa dibidang kegiatan infrastruktur belum sesuai dengan aturan yang ada di regulasi UU desa. Untuk itu, perlu adanya identifikasi akar masalah dan solusi perbaikan. Metode yang digunakan untuk identifikasi akar masalah dengan diagram fishbone dan solusi perbaikan menggunakan pendekatan konsep metode kaizen dengan PDCA. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan adalah minimnya pengetahuan tentang pengelolaan dana desa, komitmen manajemen/pengelolaan, belum adanya keterbukaan informasi penggunaan dana desa secara transparansi dan akuntabilitas dari pemerintah desa kepada masyarakat desanya sendiri sesuai dengan regulasi UU desa. Untuk itu perlu adanya pelatihan peningkatan kapasitas dibidang infrastruktur untuk semua pelaku yang terkait dengan kegiatan dana desa dibidang infrastruktur secara berkelanjutan, adanya aturan yang jelas dikeluarkan oleh SKPD terkait yang tertuang dalam peraturan walikota tentang pengelolaan kegiatan dibidang infrastruktur sesuai dengan regulasi UU desa yang ada, setiap pelaku yang terlibat dalam kegiatan dibidang infrastruktur harus berkomitmen untuk mengutamakan proses yang benar sesuai peraturan walikota dan UU regulasi desa, lebih meningkatkan kegiatan monitoring dan evaluasi untuk kegiatan infrasruktur, penerapan sangsi yang tegas untuk semua pelaku yang terlibat dengan pengelolaan dana desa dibidang infrastruktur jika tidak mematuhi aturan yang ada. Sebaiknya sebelum kegiatan infrastruktur dimulai selalu adakan pelatihan TPK terlebih dahulu. Kepada SKPD terkait untuk membuat ketentuan yang jelas mulai dari proses lelang, standar yang dipakai untuk membuat detail engineering design (DED), serta bentuk laporan yang harus dibuat TPK dan bentuk penyelenggaraan pertanggungjawaban ke pada masyarakat dan wajib dilakukan semua desa yang ada
di Kota Pariaman, dan dituangkan dalam peraturan walikota. Kata kunci : Pengelolaan , Solusi Perbaikan, Pendekatan konsep Metede Kaizen
dengan PDCA.
1.PENDAHULUAN
Realisasi pelaksanaan pengelolaan dana desa di bidang infrastruktur banyak yang tidak sesuai dengan aturan yang ada di regulasi UU desa. Berdasarkan hasil
monitoring BPM dan Inspektorat. Jika ini
dibiarkan akan membuka peluang
terjadinya kecurangan dan memicu
3 Untuk itu penelitian ini dilakukan
dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui akar masalah belum
optimalnya pengelolaan kegiatan
pembangunan infrastruktur berbasis dana desa.
2. Menentukan solusi perbaikan akar masalah yang paling dominan / sering muncul .
Pengelolaan kegiatan pembangunan infrastruktur berbasis dana desa perlu peningkatan optimalisasi yang dikelola dengan manajemen yang baik sehingga secara mutu lebih berkualitas, secara administrasi bisa lebih terkontrol dengan baik, tepat sasaran, dapat menghindari terjadinya kesalahan dalam penerapan regulasi tentang desa. Sesuai dengan
undang – undang regulasi desa
pengelolaan dana desa harus lebih melibatkan peran aktif masyarakat desa dalam pengawasan kegiatan penggunaan dana desa sehingga menutup peluang terjadinya kecurangan serta memperkecil kemungkinan disalah gunakan .
Optimalisasi pengelolaan kegiatan pembangunan insfrastuktur berbasis dana desa harus ditingkatkan dan dikelola
secara sistimatis, salah satunya
menggunakan pendekatan konsep metode kaizen dengan PDCA. Pola PDCA dipilh
karena umum digunakan untuk
memperbaiki atau merubah kinerja,
proses, sistem yang ada untuk dimasa yang akan datang (Sundana & Hartono, 2014)
Objek dalam penelitian ini adalah Desa Bato dan Desa Kampung Baru
Padusunan di Kecamatan Pariaman
Timur, Kota Pariaman, Provinsi Sumatera Barat.
1. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asas penyelenggaraan pemerintah .
UU No.6 tahun 2014 menyatakan asas penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan : kepastian hukum, tertib penyelengggaraan pemerintahan, tertib
kepentingan umum, keterbukaan,
proporsionalisme, profesionalitas,
akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, kearifan lokal, keberagaman, partisipatif.
2.2 Pengertian Kaizen
Menurut Paramita (2014) Kaizen berasal dari bahasa Jepang yang artinya
penyempurnaan atau perbaikan
berkesinambungan (continous
improvement) yang melibatkan semua orang, baik manajemen puncak dan kariawan dengan menggunakan biaya dalam jumlah tidak seberapa. Konsep Kaizen cara berpikir berorientasi pada proses, sedangkan cara berpikir negara – negara barat lebih cenderung tentang pembaharuan yang berorientasi pada hasil. Menurut Paramita (2014) Kaizen tidak bersifat dramatis dan proses Kaizen ditetapkan berdasarkan akal sehat dan
biaya rendah, menjamin kemajuan
beransur yang memberikan imbalan hasil dalam jangka panjang. Jadi Kaizen merupakan pendekatan dengan risiko rendah.
2.3 Pola berpikir pendekatan Metode Kaizen
4 segera perbaiki, jangan mengandalkan
uang untuk kaizen, segera lakukan dengan sumber daya yang ada, mencari akar masalah langsung ke lapangan, tanyakan langsung pada sasarannya, kaizen itu tidak terbatas, melibatkan semua elemen untuk
membuat perbaikan, kaizen sangat
menjaga keselamatan dan kualitas.
2.4 Pendekatan konsep Metode Kaizen dengan PDCA.
Menurut Paramita (2014) konsep PDCA (plan, do, check, action). Dalam kaizen prosedur yang benar untuk mencapai tujuan yang kita harapkan PDCA harus dilakukan secara terus menerus. Hal ini berguna dalam mewujudkan kebijakan untuk memelihara dan memperbaiki atau meningkatkan standar. Siklus PDCA merupakan konsep yang terpenting dari proses Kaizen. Rencana (plan) adalah merencanakan dengan baik sebelum memulai suatu
pekerjaan (mendesain, budgeting,
scheduling, siapa yang bertanggung jawab, dan lain – lain). Mengerjakan (do) adalah mengerjakan sesuai rencana. Periksa (check) adalah memeriksa pekerjaan apakah sudah sesuai dengan
yang direncanakan dan memantau
kemajuan perbaikan yang direncanakan. Tindakan (action) adalah mengambil tindakan koreksi / penyesuaian atas penyimpangan dan menyusun rencana baru yang lebih baik guna menghindari terjadinya kembali masalah yang sama atau menetapkan sasaran baru bagi perbaikan berikutnya.
2.5 Siklus PDCA (plan, do, check, action)
Menurut Sundana & Hartono (2014) siklus PDCA umumya digunakan untuk perubahan memperbaiki kinerja, proses atau sistem di masa yang akan datang. Penjelasan dari tahap – tahap dalam siklus PDCA adalah: mengembangkan rencana ( Plan ), melakukan rencana ( Do ), memeriksa atau meneliti hasil yang dicapai (Check), melakukan tindakan penyesuaian bila diperlukan (Action) 2. METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut Syafri (2015) metode kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dalam setting tertentu yang ada dalam kehidupan riil (alamiah) dengan maksud menginvestigasi dan memahami fenomena apa yang terjadi, mengapa terjadi dan bagaimana terjadinya. Metode kualitatif ini digunakan dalam rangka mendapatkan data diskriptif berupa kata – kata tertulis dari orang atau informan penelitian. Teknik pengambilan informan dengan purposive sampling, sehingga yang jadi informan adalah orang yang terlibat langsung dengan pengelolaan dana desa di Desa Kampung Baru Padusunan dan Desa Bato Kecamatan Pariaman Timur Kota Pariaman. Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini ditampilkan
dalam bentuk dekskriptif yang
menggambarkan apa yang terjadi pada saat melakukan penelitian.
5 Data primer pada penelitian ini
berasal dari wawancara sedangkan data skunder dari foto – foto serta dokumen pendukung lainnya yaitu (RKP, DED, berita acara dll). Informan adalah sekretaris desa sebanyak dua orang, tim pengelola kegiatan sebanyak dua orang, pendamping lokal desa yang berlokasi di desa sebanyak dua orang dan pendamping desa yang berkedudukan di kecamatan sebanyak dua orang. Jadi total jumlah informan pada penelitian ini sebanyak
delapan orang. Data akar masalah
diperoleh dari pernyataan – pernyataan yang dikemukakan oleh informan. Data tersebut dimasukkan ke dalam fishbone diagram. Dari sekian banyak akar masalah yang muncul, yang akan kita bahas solusinya adalah akar masalah yang paling sering muncul dikemukakan oleh informan. Akar masalah ini yang kita utamakan untuk di selesaikan terlebih dahulu dengan siklus PDCA. Hasil PDCA yang sudah dibuat tersebut di validasi oleh para pakar yang ahli dalam bidang pemberdayaaan masyarakat khusus kegiatan pembangunan infratruktur. 3.4 Teknik analisa data
Reduksi data adalah merangkum data yang di peroleh dari data primer (wawancara) dan data skunder ( foto, dokumen yang berhubungan dengan kegiatan dana desa). Data display (penyajian data) adalah berbentuk uraian singkat, bagan dan lain – lain. Yang akan paling banyak digunakan berbentuk teks
yang bersifat naratif. Conclusion
(penarikan kesimpulan) adalah data yang terkumpul dicari hubungan persamaan dan hal – hal yang sering muncul, kemudian di simpulkan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil wawancara ditemukan ada empat faktor penyebab belum optimalnya pengelolaan infrastruktur berbasis dana desa yaitu: faktor manusia, faktor manajemen, faktor proses dan prosedur, dan faktor budaya.
Pendapat yang dikemukakan oleh informan dari faktor manusia dipengaruhi oleh: sumber daya manusia yang rendah dan terbatas merupakan faktor utama penyebab belum optimalnya pengelolaan dana desa dibidang infrastruktur, ini juga dikemukkan oleh Susanto & Hartono (2011), Siahaan (2012), Meliala dkk ( 2014), Prasetya (2014), Junaidi (2015),
Abidin (2015), Rahmawatib (2015),
Muntahana & Murdjaningsih (2015), Nugroho (2015), Astuti & Yulianto (2016), Ismail (2016), Aziz (2016), Adelia (2016).
Kedisiplinan sebanyak 62,5%
informan menyetujui termasuk yang
mempengaruhi belum optimalnya
pengelolaan dana desa. Hasil ini sama yang dikemukakan Susanto & Hartono (2011), Winarni (2011), Prasetya (2014),
Paramita (2014), Meliala dkk (2014). Selain itu juga ditemukan motivasi
kerja yang rendah akan mempengaruhi belum optimalnya pengelolaan dana desa dibidang infrastuktur, ada 37,5% di kemukakan oleh informan, yang sejalan dengan Meliala dkk (2014).
Faktor kedua yang menjadi penyebab
rendahnya pengelolaan dana desa
dibidang infrastuktur adalah faktor
manajemen terdiri dari komitmen
pengelolaan dan perencanaan.
6 dkk (2014), Junaidi (2015), Abidin
(2015), Rahmawati (2015), Nugroho (2015), Novianto (2015), Aziz (2016), Ismail (2016).
Selain itu perencanaan yang baik termasuk juga mempengaruhi dari faktor manajemen ini terbukti ada 62,5% informan menyatakannya. Ini sependapat juga dengan Suwondo (2012), Paramita prosedur yang belum mengikuti prinsib – prinsib sesuai dengan regulasi UU desa dan belum adanya informasi yang
transparan serta akuntabel kepada
masyarakat tentang realisasi laporan pertanggung jawaban penggunaan dana desa dibidang kegiatan infrastuktur.
Pelaksanaan dana desa belum
mengikuti prinsib- prinsib sesuai regulasi UU, sama dengan pendapat Abidin (2015).
Tapi yang menjadi faktor utama belum optimalnya pengelolaan dana desa dibidang infrastruktur adalah belum adanya transparansi & akuntabilitas kepada masyarakat. Ini sejalan yang
ditemukan oleh Rahmawati (2015),
Nafida & Suryaningtyas (2015), Astusi & Yulianto (2016), Aziz (2016).
Faktor ke empat yang dikemukakan oleh informan adalah faktor budaya yang terdiri dari kebiasaan budaya yang terbiasa nerimo (pasrah), tidak adanya pengendalian dari masyarakat karena mereka cendrung percaya saja dengan pemerintah di desa, kemauan untuk berubah.
Kebiasaan budaya yang terbiasa nerimo (pasrah) ternyata juga berpengaruh terhadap belum optimalnya pengelolaan dana desa dibidang infrastuktur. Ini sependapat juga dengan Prasetya (2014).
Tidak adanya pengendalian dari masyarakat karena mereka cendrung percaya saja dengan pemerintah di desa, juga sampaikankan oleh informan. Ini sama dengan pendapat Adelia (2016).
Kemauan untuk berubah juga
disetujui informan menjadi salah satu penyebab belum optimalnya pengelolaan dana desa, sama dengan yang disampaikan Paramita (2014).
Keempat faktor diatas, dimasukkan kedalam fishbone diagram seperti gambar 1 (lampiran1).
Akar masalah yang paling sering muncul menjadi prioritas utama untuk dicarikan solusi, yaitu :
1. Pada faktor manusia adalah minimnya pengetahuan tentang pengelolaan dana desa
2. Pada faktor manajemen adalah
komitmen manajemen/pengelolaan. 3. Pada faktor proses & prosedur adalah
belum adanya informasi penggunaan dana desa secara tranparansi dan akuntabilitas dari pemerintah desa ke masyrakat desanya sendiri.
Dari hasil PDCA diperoleh solusi sebagai berikut (detail lihat tabel 1, lampiran 2 ) :
Minimnya pengetahuan tentang
pengelolaan dana desa. Untuk Plan saran perbaikan:
1. Pemerintah kota / SKPD terkait
mengkaji ulang tentang pola
7
dilapangan agar menambah
pengetahuan pelaku yang terlibat dalam pengelolaan dana desa.
2. Untuk membuat suatu pola pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pelaku pengelolaan dana desa, SKPD terkait harus saling berkoordinasi sehingga pelatihan tersebut berkualitas dan dengan nara sumber yang kompeten. 3. Setelah rancangan pelatihan dibuat di
sosialisasikan kepada pelaku yang terlibat untuk perperan aktif ikut serta dalam pelatihan .
4. Menetapkan berapa biaya, waktu dan tempat lokasi pelatihan, serta berapa orang peserta pelatihan.
Tahap Do saran pemecahan masalah: 1. Pemerintah kota / SKPD terkait
membuat modul pelatihan sesuai
kebutuhan mendesak dilapangan, yaitu modul pelatihan untuk TPK.
2. Melaksanakan pelatihan dengan materi yang menarik, mudah dicerna oleh masyarakat di desa dan instruktur yang berpengalaman.
3. Setelah pelatihan selesai dilakukan, monitoring hasil dari pelatihan apakah sesuai dengan yang di harapkan, apakah perlu pelatihan lanjutan, atau apakah materi yang dibuat ternyata kurang dipahami oleh masyarakat desa. 4. Pastikan apakah pelatihan tersebut sesuai dengan yang diharapkan dan
bisa mengurangi minimnya
pengetahuan tentang pengelolaan dana desa.
Tahap Chek saran perbaikan adalah: 1. Lakukan pemantaun secara berkala
sejauh mana hasil dari pelatihan di terapkan dilapangan.
2. Evaluasi hasil dari pelatihan materi mana yang tidak di pahami oleh peserta
pelatihan dalam pengelola kegiatan dana desa.
3. Ukur sejauh mana dampak pelatihan bagi peserta pelatihan dan apakah dapat memperbaiki masalah yang ada.
Tahap Act saran perbaikan :
1. Setelah pelatihan diadakan tinjau kembali mana yang jadi masalah dilapangan, agar bisa membuat materi pelatihan yang disesuaikan kembali dengan kebutuhan dilapangan.
2. Perlu diadakan pelatihan lanjutan. 3. Kaji ulang modul pelatihan yang sudah
ada.
4. Kembangkan modul pelatihan yang ada agar lebih manarik dan mudah dipahami peserta pelatihan.
Komitmen Manajemen /Pengelolaan
Tahap Plan saran perbaikan :
1. Pemerintah Kota Pariaman / SKPD terkait harus berkomitmen denga waktu dalam merencanakan bentuk peraturan walikota yang sesuai dengan kebutuhan kegiatan Infrsrtuktrur yang ada di desa – desa yang ada di Kota Pariaman.
2. Setiap rancangan peraturan walikota yang di buat melibatkan semua SKPD terkait dan perwakilan semua pelaku yang terlibat dalam pengelolaan dana desa.
3. Setiap ada rancang peraturan walikota atau ada peraturan walikota yang baru dikeluarkan oleh pemerintah Kota
Pariaman harus disosialisasikan
melalui media surat kabar, media sosial, atau melalui brosur – broser dll. Tahap Do saran perbaikan:
8 2. Umpan balikkan rancangan peraturan
walikota tersebut kepada pelaku yang terlibat dalam pengelolaan dana desa. 3. Pastikan peraturan walikota tersebut
sudah sesuai keinginan pelaku yang terlibat dalam pengelolaan dana desa. 4. Lakukan monitoring apakah peraturan
walikota yang dibuat tersebut
terlaksana dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan dan dapat di pahami dengan mudah oleh pelaku yang terlibat dalam pengelolaan dana desa.
Tahap Check saran perbaikan adalah: 1. Selalu adakan pemantauan kelapangan
oleh SKPD terkait sejauh mana peraturan walikota tersebut dijalankan dilapangan.
2. Evaluasi peraturan walikota yang sudah ada jika tidak berjalan sesauai dengan yang diharapkan
3. Pastikan dimana letak kelemahan dari peraturan walikota yang sudah ada, dengan mengukur sejauh mana dampak dari peraturan walikota tersebut dalam pengelolaan dana desa.
Tahap Act saran perbaikan:
1. Jika ditemukan peraturan walikota yang sudah ada tidak efektif , peraturan walikota tersebut perlu di kaji ulang, dimana letak kelemahannya.
2. Tanyakan kembali pada pelaku
pengelolaan dana desa apa yang harus diperbaiki untuk peraturan walikota selanjutnya.
3. Segera perbaiki peraturan walikota tersebut, sehingga dapat mengurangi kesalahan yang sama untuk tahun berikutnya.
Belum adanya informasi penggunaan dana desa secara transparansi dan
akuntabilitas dari pemerintah desa kepada masyarakat desanya sendiri. Tahap Plan saran perbaikan:
1. Pemerintah Kota Pariaman / SKPD terkait harus merancang peraturan walikota tahap – tahap pengelolaan
dana desa yang mewajibkan
pemerintah desa untuk kepada
masayarakat desa tentang laporan kemana dana desa digunakan, bisa
lewat musyawarah desa, papan
informasi dll, sesuai dengan regulasi yang ada.
2. Pemerintah Kota Pariaman di haruskan saling berkoordinasi dengan SKPD dan semua elemen yang terkait dengan dana desa untuk selalu mengawasi pengelolaan dana desa.
3. Pemerintah Kota Pariaman harus aktif
melibatkan semua SKPD dan
pendamping untuk mensosialisasikan setiap realisasi penggunaan dana desa harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat desa dan di informasikan secara transparan dan akuntabilitas Tahap Do saran perbaikan ;
1. Membuat aturan yang jelas tentang bagai mana tahapan pengelolaan dana desa yang sesuai dengan UU regulasi
desa yang mewajibkan laporan
pertanggung jawaban kepada
masyarakat dan di informasikan secara transparan dan akuntabilitas.
2. Monitoring perkembangan sejauh mana
laporan penggunaan dana di
publikasikan kepada masyarakat. 3. Menetapkan sangsi atau penghargan
bagi desa yang melakukan proses tahapan sesuai dengan Perwako atau tidak.
9 1. Selalu adakan pemantauan secara
berkala ke desa sejauh mana penerapan dari transparansi ke pada masyarakat sudah berjalan atau belum.
2. Jika belum berjalan dimana letak kendalanya.
3. Pastikan apa penyebab proses
transparansi dan akuntabilitas tidak terlaksana dilapangan.
Tahap Act saran perbaikan adalah:
1. Beri peringatan atau surat teguran bagi pemerintah desa yang tidak melakukan laporan pertanggung jawaban kepada masyarakat umum secara tranparansi dan akuntabilitas.
2. Kaji ulang apakah pelaku pengelolaan dana desa masih banyak yang kurang pahan dengan tahapan pengelolaan dana desa, apakah perlu diadakan pelatihan lanjutan.
3. Bahas masalah tersebut dengan SKPD terkait .
4. Lebih ditingkatkan proses pengawasan yang ditetapkan secara berkala ke desa. 5. KESIMPULAN & SARAN
5.1Kesimpulan
Masalah yang ditemukan penyebab belum optimalnya pengelolaan dana desa di bidang kegiatan infrastruktur diperoleh ada empat faktor yaitu, sumber daya manusia, manajemen, proses dan prosedur serta budaya.
Dari ke empat faktor tersebut yang sering muncul di kemukakan oleh informan dari hasil wawancara adalah: faktor sumber daya manusia, manajemen, proses dan prosedur.
Untuk itu perlu adanya pelatihan
peningkatan kapasitas dibidang
infrastruktur untuk semua palaku yang terkait dengan kegiatan dana desa
dibidang infrastruktur secara
berkelanjutan, adanya aturan yang jelas di keluarkan oleh SKPD terkait yang tertuang dalam peraturan walikota tentang
pengelolaan kegiatan dibidang
infrastruktur sesuai dengan regulasi UU desa yang ada, setiap pelaku yang terlibat dalam kegiatan di bidang infrastruktur harus berkomitmen untuk mengutamakan proses yang benar sesuai Perwako dan UU
regulasi desa, lebih meningkatkan
kegiatan monitoring dan evaluasi untuk kegiatan infrasruktur, penerapan sangsi yang tegas untuk semua pelaku yang terlibat dengan pengelolaan dana desa dibidang infrasruktur jika tidak mematuhi aturan yang ada.
5.2 Saran
Disarankan sebelum kegiatan
infrastruktur dimulai selalu adakan pelatihan TPK terlebih dahulu, kepada SKPD terkait untuk membuat ketentuan yang jelas mulai dari proses lelang, standar yang dipakai untuk membuat detail engineering design (DED), serta bentuk laporan yang harus di buat TPK
dan bentuk penyelenggaraan
pertanggungjawaban ke pada masyarakat dan wajib dilakukan semua desa yang ada di Kota Pariaman, dan dituangkan dalam peraturan walikota.
6. DAFTAR PUSTAKA
Abidin, MZ, 2015. Tinjauan Atas
Pelaksanaan Keuangan Desa Dalam Mendukung Kebijakan Dana Desa. Jurnal Kementrian Keuangan. Jakarta:
10 Thesis. Purwokerto: Universitas Jenderal
Soedirman.
Anonymius, 2014. Undang – Undang Republik Indonesia No.6 Tahun 2014 Tentang Desa. Jakarta
Astuti, TP & Yulianto,2016. Good Governance Pengelolaan Keuangan Desa Menyongsong Berlakunya Undang – Undang No. 6 Tahun 2014. Jurnal
Akuntasi dan Keuangan Indonesia,
Volume 1, Nomor 1. Surakarta:
Universitas Setia Budi Surakarta. Aziz ,2016. Otonomi desa dan efektifitas dana desa. Jurnal Penelitian Politik, Volume 13, No.2. Jakarta. Indonesia. Pusat
Penelitian Politik, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Hegarsari, N & Hastuti, LY, 2014.
Redesign Sistem Kerja Dengan Metode Kaizen dan Simulasi Hasil Redesign Sistem Kerja ( Studi Kasus di PT.”X” Jababeka Cikarang Bekasi ). Jakarta: Universitas Kristen Maranatha Jakarta Ihsan, MM, 2015. Ketahanan Masyarakat Desa . Cetakan Pertama Maret 2015. Diterbitkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia. Jakarta Pusat.
Ismail, 2016. Sistem Akuntansi
Pengelolaan Dana Desa. Jurnal Ekonomi & Bisnis, Volume XIX, No.2. Universitas Sebelas Maret.
Junaidi, 2015. Perlakuan Akuntansi Sektor Publik Desa di Indonesia. Jurnal NeO-Bis, Volume 9, Nomor 1. Madura: Universitas Trunojoyo Madura
Kurniawan, B, 2015. Desa Mandiri, Desa Membangun . Cetakan Pertama Maret 2015. Diterbitkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia. Jakarta Pusat.
Meliala, AS; Matondang, N; Sari, RM, 2014. Strategi Peningkatan Daya Saing Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Berbasis Kaizen. Jurnal Optimasi Sistem Industri, Volume 13, Nomor 2. Sumatera Utara: Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Muntahanah, S & Murdijaningsih, T 2015. Efektifitas Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa di Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas. Purwokerto: Universitas Wijayakusuma Purwokerto.
Nafidah & Suryaningtyas, 2015. Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Upaya Meningkatkan Pembangunan & Pemperdayaan Masyarakat. Jurnal Bisnis, Volume 3, No.1. STIE PGRI Dewantara Jombang. Nugroho, RL, 2015. Kaizen Sebagai Salah Satu Konsep Penjaminan Mutu Pada Jenjang Pendidikan Tinggi.
Novianto, 2015. Implementasi TQM Pada Perusahaan Jepang & Di Indonesia. Jurnal Teknolagi, Volume 5, No. 3. Yogyakarta: Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
11 Jurusan Manajemen FE Universitas
Pandanaran Bandung.
Prasetya, B, 2014. Peningkatan Kualitas dengan Doktrin Kaizen.
Rahmawati, HI, 2015. Analisis Kesiapan Desa Dalam Implementasi Penerapan UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa ( Studi Pada Delapan Desa di Kabupaten Sleman ). Yogyakarta: Universitas Cokroaminoto Yogyakarta.
Sundana, S & Hartono, 2014. Penerapan Konsop Kaizen Dalam Upaya Menurunkan Cacat Appearance Proses Painting di PT. Astra. Universitas Pancasila
Siahan, EI, 2012. Perencanaan Perbaikan Dan Peningkatan Kualitas Dengan Menerapkan Pendekatan Metode Kaizen Pada Proses Raw Mill Produk Ordinary Portland Cement Di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Jakarta. Jurnal Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok, Jakarta.
Silahudin, M, 2015. Kewenangan Desa Dan Regulasi Desa. Cetakan Pertama
Maret 2015. Diterbitkan oleh
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia. Jakarta Pusat.
Susetyo, J; Winarni; Hartanto, C, 2011. Aplikasi Six Sixma DMAIC dan Kaizen Sebagai Metode Pengendalian dan Perbaikan Kualitas Produk. Jurnal
Teknologi, Volume 4, Nomor 4.
Yogyakarta: Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta. Suwendo, C, 2012. Penerapan Budaya Kerja Unggulan 5S ( Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Dan Shitsuke) di Indonesia. Jurnal Magister Manajemen, Volume 1,
Nomor 1. Yogyakarta: Magister
Manajemen IBM ASMI, Universitas Borobudur .
Syafri, YP (2015). Partisipasi
13 5.KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Hasil dari penelitian ini dapat
disimpulkan penyebab tidak
optimalnya pengelolaan kegiatan infrastuktur yang di danai dana dipengaruhi oleh 8 faktor yaitu : 1. Sumber daya manusia (SDM),
14 2. Kerja sama tim, variabel yang
mempengaruhi yaitu
komunikasi yang efektif secara
berkala & intensif,
membangun kemitraan bagian maupun personil.
3. Manajemen puncak, variabel
yang mempengaruhi yaitu
manajemen puncak, people
management, pembentukan
struktur management yang
efektif, perencanaan yang baik, metoda, proses produksi, selalu
memberikan upaya yang
konsisten.
4. Proses & prosedur, variabel
yang mempengaruhi yaitu
fokus pada pelanggan, kurang keterlibatan semua elemen
masyarakat, belum adanya
publikasi tentang kegiatan dana desa dari segi progress dan penggunaan dana kepada masyarakat.
5. Mutu & kualitas, variabel yang mempengaruhi yaitu material, fasilitas, gugus kendali mutu. 6. Produktifitas, variabel yang
mempengaruhi adalah adanya sistem penghargaan/ reward, pelatihan yang terus menerus keseluruh tingkatan kariawan, waste ( pemborosan ),
kemauan untuk berubah,
pengukuran analisis dan
perbaikan.
7. Budaya, variabel yang
mempengaruhi kebiasan
budaya yang selalu nerimo (pasrah).
8. Pendampingan, variabel yang
memepengaruhi adalah
disiplinditempat kerja, displin
pribadi, kemauan untuk
berubah, penghargaan /
reword.
2. Solusi masalah agar pengelolaan infrastuktur dana desa lebih baik dari yang ada sekarang.
1. Adanya terjalin koordinasi yang baik antar SKDP terkait
yang berhubungan dengan
kegiatan dana desa mulai dari BAPEDA, BPM, insfektorat, Pemda Kota Pariaman dll. 2. Peningkatan pelatihan lanjutan
untuk semua pelaku yang terkait dengan kegiatan dana desa.
3. Pemda Kota Pariaman dan
SKPD terkait lebih
meningkatkan kegiatan
monitoring dan evaluasi
kegaitan dana desa, serta sosialisasi tentang regulasi UU desa yang baru dan Perwako terbaru tentang kegiatan dana desa.
4. Adanya aturan yang jelas di
keluarkan oleh Pemko
Pariaman mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan,
pelaporan dan pemeliharaan. 5. Setiap elemen yang terlibat
dalam kegiatan dana desa
harus berkomitmen untuk
mengutamakan tahapan proses yang benar sesuai UU regulasi desa dan Perwako yang ada. 6. Adanya penghargaan / sangsi
15 5.2 Saran
1. Walaupun penelitian ini dilakukan
dalam lingkup wilayah yang
sangat kecil secara administrative ( desa Bato dan desa Kampung baru padusunan setingkat Kecamatan Pariaman Timur dalam wilayah Kota Pariaman), untuk riset
selanjutnya disarankan
memperluas kawasan yang diteliti dengan tetap mempertahankan ke 29 (dua puluh Sembilan) faktor – faktor tersebut dari awal kajian, jika perlu ditambahkan dengan faktor lain.
2. Sebelum kegiatan dibidang
infrastruktur tahun 2017 dimulai kepada Pemko Pariaman untuk pembuat aturan main yang jelas mulai dari proses lelang, standar yang dipakai untuk membuatan DED, serta bentuk laporan yang harus dibuat TPK, dan bentuk
penyelenggaran pertangung
jawaban ke pada masyarakat dan wajib di lakukan semua desa yang ada di Kota Pariaman, yang tertuang dalam Perwako.
3. Sebelum kegiatan infrastuktur di mulai selalu adakan pelatihan TPK baik secara langsung dilapangan atau dalam ruangan, dengan materi sesuai kebutuhan .
4. Dalam penyusunan Perwako yang berhubungan dengan dana desa Pemko Pariaman dan SKPD terkait harus melibatkan perwakilan dari pemerintahan desa, pemerintahan
kecamatan, pendamping desa,
insfektorat, BAPEDA, untuk
duduk bersama agar Perwako yang
dihasilkan sesuai dengan
kebutuhan dalam penyelenggaraan kegiatan infrastuktur yang didanai dana desa, serta juga membahas tentang reword dan sangsi bagi semua pelaku yang terlibat dalam pengelolaan dana desa.
5. Tesis ini diharapkan bisa di jadikan acuan untuk mengevaluasi kegiatan dana desa di tahun 2015 dan 2016 agar kesalahan dibidang infrastuktur yang didanai oleh dana desa tidak terulang lagi
Paramita(2014). Penerapan Kaizen Dalam Perusahan. Bandung: Dosen Jurusan
Manajemen FE Universitas
Pandanaran Bandung.
Simanjuntak(2014). Penerapan
Manajemen Kaizen di Institusi Publik Non Profit. Magister Manajemen Pendidikan Tinggi UGM.Yogyakarta.
Sundana & Hartono(2014). Penerapan
Konsep Kaizen Dalam Upaya
Menurunkan Cacat di PT Astra Daihatsu Motor.Jurnal ISSN, Volume 10.Universitas Pancasila.
Wisnubroto & Rukmana(2014).
Pengendalian kualitas dengan
16 Kaizen serta New seven tools sebagai
cara mengurangi cacat produksi.
Dosen Program Studi Teknik