• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PELAYANAN PUBLIK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 A. Pengertian Pelayanan Publik - Kajian Hukum Administrasi Negara Terhadap Pelaksanaan Pelayanan Publik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 (Studi di Kecamatan Sibolga Kota)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II PELAYANAN PUBLIK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 A. Pengertian Pelayanan Publik - Kajian Hukum Administrasi Negara Terhadap Pelaksanaan Pelayanan Publik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 (Studi di Kecamatan Sibolga Kota)"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PELAYANAN PUBLIK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009

A. Pengertian Pelayanan Publik

Secara teori terdapat beberapa konsep yang berbeda tentang pelayanan publik

dan pilihan terhadap konsep pelayanan publik memiliki implikasi yang luas terhadap

penyelenggaraan pelayanan publik. Dalam arti yang sempit, pelayanan publik adalah

suatu tindakan pemberian barang dan jasa kepada masyarakat oleh pemerintah dalam

rangka tanggung jawabnya kepada publik, baik diberikan secara langsung maupun

melalui kemitraan dengan swasta dan masyarakat, berdasarkan jenis dan intensitas

kebutuhan masyarakat, kemampuan masyarakat dan pasar. Konsep ini lebih

menekankan bagaimana pelayanan publik berhasil diberikan melalui suatu delivery

system yang sehat. Pelayanan publik ini dapat dilihat sehari-hari di bidang

administrasi, keamanan, kesehatan, pendidikan, perumahan, air bersih,

telekomunikasi, transportasi, bank, dan sebagainya.22

Pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan

atau kesatuan dan menawarkan keputusan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu

produk secara fisik. Sementara itu kata publik berasal dari Bahasa Inggris public yang

berarti umum, masyarakat, negara. Kata publik sebenarnya sudah diterima menjadi

bahasa Indonesia baku, pengertiannya adalah orang banyak. Maka dimaksudnya

dengan pelayanan publik adalah pelayanan yang diberikan oleh pemerintah sebagai

penyelenggara negara terhadap masyarakatnya guna memenuhi kebutuhan dari

22

(2)

masyarakat itu sendiri dan memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.23

Pelayanan publik merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh Negara

guna melayani warganya (citizen), begitupula halnya dengan pemerintah daerah yang

melalui preoses reformasi kemudian diberikan otonomi yang luas melalui kebijakan

desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan (midebewind), dengan

diberikannya otonomi, harapannya adalah bahwa pelayanan publik yang diberikan

kepada masyarakat akan lebih baik dan berkualitas dari masa-masa sebelumnya.

Desentralisasi menyebabkan pemerintah pusat membagi kewenangannya dengan

pemerintah daerah, pembagian kewenangan tentu saja berimplikasi kepada sebaran

kekuasaan pemerintahan dengan melibatkan banyak aktor di daerah.24

Tujuan pelayanan publik adalah menyediakan barang dan jasa yang terbaik

bagi masyarakat. Barang dan jasa yang terbaik adalah yang memenuhi apa yang

dijanjikan atau apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan demikian pelayanan

publik yang terbaik adalah yang memberikan kepuasan terhadap publik, kalau perlu

melebihi harapan publik.25

Menurut Kamarudin pelayanan publik adalah pelayanan untuk masyarakat

dengan melakukan aktifitasaktifitas yang dilakukan untuk memberikan jasa-jasa dan

kemudahan kemudahan kepada masyarakat.26 Pelayanan publik oleh Moenir

diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang

dengan langsung. Landasan faktor material melalui sistem, metode tertentu dan

23

Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik, Hukum Administrasi Negara dan KebijakanLayanan Publik, (Bandung: Penerbit Nuansa Cendekia, 2014), hal 18-19

24 Fikry Priadi, “Reformasi Kelembagaan Pelayanan Publik,” http://fikryapriadi.blogspot.com/2011/05/reformasi-kelembagaan-pelayanan-publik.html, diakses tanggal 6 Mei 2015

25

Aswawi Rewansyah, Op.Cit, hal 29 26

(3)

prosedur dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan

haknya.27 Adapun pengertian pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang

dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan

kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan Peraturan

perundang-undangan.28

Telah dijelaskan dalam Undang-undang No. 25 tahun 2009 tentang pelayanan

publik bahwa untuk mendapatkan pelayanan publik berkualitas, sudah sepatutnya

pemerintah mereformasi paradigma pelayanan publik tersebut. Reformasi paradigma

pelayanan publik ini adalah penggeseran pola penyelenggaraan pelayanan publik dari

yang semula berorientasi pemerintah sebagai penyedia, menjadi pelayan yang

berorientasi kepada kebutuhan masyarakat sebagai pengguna. Dengan begitu, tak ada

pintu masuk alternatif untuk memulai perbaikan pelayanan publik selain sesegera

mungkin mendengarkan suara publik itu sendiri. Inilah yang akan menjadi jalan bagi

peningkatan partisipasi masyarakat di bidang pelayanan publik.

Saat ini kualitas pelayanan publik masih diwarnai oleh pelayanan yang sulit

untuk diakses, prosedur yang berbelit-belit ketika harus mengurus suatu perijinan

tertentu, biaya yang tidak jelas serta terjadinya praktek pungutan liar (pungli),

merupakan indikator rendahnya kualitas pelayanan publik di Indonesia. Di mana hal

ini juga sebagai akibat dari berbagai permasalahan pelayanan publik yang belum

dirasakan oleh rakyat. Di samping itu, ada kecenderungan adanya k etidakadilan dalam

pelayanan publik di mana masyarakat yang tergolong miskin akan sulit mendapatkan

pelayanan. Sebaliknya, bagi mereka yang memiliki “uang“, dengan sangat mudah

mendapatkan segala yang diinginkan. Untuk itu, apabila ketidakmerataan dan

27

Moenir. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, (Jakarta :PT. Bumi Aksara, 2006), hal 26

28

(4)

ketidakadilan ini terus-menerus terjadi, maka pelayanan yang berpihak ini akan

memunculkan potensi yang bersifat berbahaya dalam kehidupan berbangsa. Potensi

ini antara lain terjadinya disintegrasi bangsa, perbedaan yang lebar antar yang kaya

dan miskin dalam konteks pelayanan, peningkatan ekonomi yang lambandan pada

tahapan tertentu dapat meledak dan merugikan bangsa Indonesia secara keseluruhan.29

Undang-Undang Pelayanan Publik (secara resmi bernama Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik) adalah undang-undang yang

mengatur tentang prinsip-prinsip pemerintahan yang baik yang merupakan efektifitas

fungsi-fungsi pemerintahan itu sendiri. perlayanan publik yang dilakukan oleh

pemerintahan atau koporasi yang efektif dapat memperkuat demokrasi dan hak asasi

manusia, mempromosikan kemakmuran ekonomi, kohesi sosial, mengurangi

kemiskinan, meningkatkan perlindungan lingkungan, bijak dalam pemanfaatan

sumber daya alam, memperdalam kepercayaan pada pemerintahan dan administrasi

publik.

Negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk untuk

memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik yang

merupakan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan

penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan yang harus dilakukan seiring

dengan harapan dan tuntutan seluruh warga negara dan penduduk tentang peningkatan

pelayanan publik, sebagai upaya untuk mempertegas hak dan kewajiban setiap warga

negara dan penduduk serta terwujudnya tanggung jawab negara dan korporasi dalam

penyelenggaraan pelayanan publik, diperlukan norma hukum yang memberi

(5)

pengaturan secara jelas, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin

penyediaan pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan

korporasi yang baik serta untuk memberi perlindungan bagi setiap warga negara dan

penduduk dari penyalahgunaan wewenang di dalam penyelenggaraan pelayanan

publik.30

Berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik,

sebenarnya dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum bagi pihak

penyelenggaraan pelayanan publik maupun masyarakat, aparatur penyelenggara

merasa memiliki kewajiban hukum untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat,

sedangkan masyarakat merasa apa yang harus dilakukan oleh aparatur negara tersebut

merupakan hak dari masyarakat.31

Dalam Undang-Undang Pelayanan Publik terdapat pengertian32 Pelayanan

publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga

negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang

disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik, penyelenggara pelayanan publik

atau penyelenggara merupakan setiap institusi penyelenggara negara, korporasi,

lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan

pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan

pelayanan publik.

Sistem informasi pelayanan publik yang selanjutnya disebut sistem informasi

adalah rangkaian kegiatan yang meliputi penyimpanan dan pengelolaan informasi

serta mekanisme penyampaian informasi dari penyelenggara kepada masyarakat dan

30

Pertimbangan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik 31

Husni Thamrin, Hukum Pelayanan Publik di Indonesia, (Yogakarta: Penerbit Aswaja Pressindo, 2013), hal 6

32

(6)

sebaliknya dalam bentuk lisan, tulisan latin, tulisan dalam huruf Braile, bahasa

gambar dan/atau bahasa lokal serta disajikan secara manual ataupun elektronik.33

Undang-undang tentang pelayanan publik dimaksudkan untuk memberikan kepastian

hukum dalam hubungan antara masyarakat dan penyelenggara dalam pelayanan

publik.34

Tujuan Undang-Undang tentang Pelayanan Publik adalah:35

1. terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab,

kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan

pelayanan publik

2. terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai dengan

asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik;

3. terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan

perundang-undangan; dan

4. terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam

penyelenggaraan pelayanan publik.

Penyelenggaraan pelayanan publik berasaskan ; kepentingan umum, kepastian

hukum, kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan,

partisipatif, persamaan perlakuan/tidak diskriminatif, keterbukaan, akuntabilitas,

fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, ketepatan waktu; dan kecepatan,

kemudahan, dan keterjangkauan.36Ruang lingkup pelayanan publik meliputi

pelayanan barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif yang diatur

dalam peraturan perundang-undangan.37 Ruang lingkup meliputi pendidikan,

33

Pasal 1 angka 19 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik 34

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik 35

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik 36

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik 37

(7)

pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi,

lingkungan hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber

daya alam, pariwisata, dan sektor lain yang terkait.38 Pelayanan barang publik

meliputi;39

1. pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh instansi

pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran

pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.

2. pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh suatu badan usaha

yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan

negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan; dan

3. pengadaan dan penyaluran barang publik yang pembiayaannya tidak bersumber

dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan

belanja daerah atau badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau

seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang

dipisahkan, tetapi ketersediaannya menjadi misi negara yang ditetapkan dalam

peraturan perundang-undangan.

Pelayanan atas jasa publik meliputi: penyediaan jasa publik oleh instansi

pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan

dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, penyediaan

jasa publik oleh suatu badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau

seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang

dipisahkan; dan penyediaan jasa publik yang pembiayaannya tidak bersumber dari

anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja

38

Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik 39

(8)

daerah atau badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya

bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi

ketersediaannya menjadi misi negara yang ditetapkan dalam peraturan

perundang-undangan.40

Pelayanan publik harus memenuhi skala kegiatan yang didasarkan pada

ukuran besaran biaya tertentu yang digunakan dan jaringan yang dimiliki dalam

kegiatan pelayanan publik untuk dikategorikan sebagai penyelenggara pelayanan

publik.41 Pelayanan administratif meliputi: tindakan administratif pemerintah yang

diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam

rangka mewujudkan perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, harta

benda dan tindakan administratif oleh instansi nonpemerintah yang diwajibkan oleh

negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan serta diterapkan berdasarkan

perjanjian dengan penerima pelayanan.42 Guna menjamin kelancaran

penyelenggaraan pelayanan publik diperlukan pembina dan penanggung jawab.43

Biaya/tarif pelayanan publik pada dasarnya merupakan tanggung jawab negara

dan/atau masyarakat.44Biaya/tarif pelayanan publik selain yang diwajibkan oleh

peraturan perundang-undangan dibebankan kepada penerima pelayanan publik.45

Atasan satuan kerja Penyelenggara merupakan pimpinan satuan kerja yang

membawahi secara langsung satu atau lebih satuan kerja yang melaksanakan

pelayanan publik, Organisasi penyelenggara pelayanan publik atau Organisasi

Penyelenggara merupakan satuan kerja penyelenggara pelayanan publik yang berada

di lingkungan institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang

40

Pasal 5 ayat (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik 41

Pasal 5 ayat (5) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik 42

Pasal 5 ayat (6) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik 43

Pasal 5 ayat (7) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik 44

Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik 45

(9)

dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan

hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.

Pelaksana pelayanan publik atau pelaksana merupakan pejabat, pegawai,

petugas, dan setiap orang yang bekerja di dalam organisasi penyelenggara yang

bertugas melaksanakan tindakan atau serangkaian tindakan pelayanan publik,

masyarakat merupakan seluruh pihak, baik warga negara maupun penduduk sebagai

orang-perseorangan, kelompok, maupun badan hukum yang berkedudukan sebagai

penerima manfaat pelayanan publik, baik secara langsung maupun tidak langsung,

standar pelayanan merupakan tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban

dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas,

cepat, mudah, terjangkau, dan terukur, maklumat pelayanan merupakan pernyataan

tertulis yang berisi keseluruhan rincian kewajiban dan janji yang terdapat dalam

standar pelayanan.

Sistem informasi pelayanan publik atau sistem informasi merupakan rangkaian

kegiatan yang meliputi penyimpanan dan pengelolaan informasi serta mekanisme

penyampaian informasi dari penyelenggara kepada masyarakat dan sebaliknya dalam

bentuk lisan, tulisan Latin, tulisan dalam huruf Braile, bahasa gambar, dan/atau

bahasa lokal, serta disajikan secara manual ataupun elektronik, mediasi merupakan

penyelesaian sengketa pelayanan publik antarpara pihak melalui bantuan, baik oleh

ombudsman sendiri maupun melalui mediator yang dibentuk oleh ombudsman,

ajudikasi merupakan proses penyelesaian sengketa pelayanan publik antarpara pihak

yang diputus oleh ombudsman, menteri merupakan menteri dimana kementerian

berada yang bertanggung jawab pada bidang pendayagunaan aparatur Negara.

(10)

mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik, baik yang diselenggarakan oleh

penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh badan

usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan badan hukum milik negara serta

badan swasta, maupun perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan

publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran

pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.46

Undang Undang pelayanan publik diterbitkan untuk membangun kepercayaan

masyarakat atas pela yanan publik yang dilakukan oleh para penyelenggara negara

agar supaya seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga negara, selain itu juga

sebagai upaya untuk mempertegas hak dan kewajiban setiap warga negara serta

terwujud nya tanggung jawab penyelenggara negara dalam menyelenggarakan

pelayanan publik.

Undang Undang pelayanan publik ini juga merupakan upaya untuk

meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan

asas umum pemerintahan yang baik, serta mem berikan jaminan dan perlindungan

bagi setiap warga negara dari penyalahgunaan wewenang didalam penyelenggaraan

pemerintahan terutama yang menyangkut bidang pelayanan publik. Di dalam undang

undang ini diatur dengan tegas tentang hak dan kewajiban para penyelenggara

pelayanan publik dan para pengguna pelayanan publik.

Hak para penyelenggara pelayanan publik, antara lain : memberikan pelayanan

tanpa dihambat pihak lain yang bukan tugasnya, melakukan kerja sama, mempunyai

anggaran pembiayaan penyelenggaraan pelayananan publik melakukan pembelaan

terhadap pengaduan dan tuntutan yang tidak sesuai dengan kenyaan dalam

46

(11)

penyelenggaraan pelayanan publik dan menolak permintaan yang berten-tangan

dengan peraturan perundangan. Penyelenggara berkewajiban menyusun dan

menetapkan standar pelayanan, menyusun,menetapkan dan memublikasikan

maklumat pelayanan, menempatkan pelak sana yang kompeten, menyediakan sarana,

prasarana, dan / atau fasilitas pelayanan publik yang mendukung terciptanya iklim

pelayanan yang memadai,mem berikan pelayanan yang berkuali tas sesuai dengan

asas penyelenggaraan pelayanan publik, melaksanakan pelayanan sesuai dengan

standar pelayanan, berpar tisipasi aktif, dan mematuhi pera turanperundang-undangan

yang terkait dengan penyelenggaraan pe layanan publik, memberikan

per-tanggungjawaban terhadap pelayan an yang diselenggarakan, memban tu masyarakat

dalam memahami hak dan tanggung jawabnya, mem-berikan pertanggung sesuai

dengan hukum yang berlaku apabila meng undurkan diri atau melepaskan tanggung

jawabnya atas posisi atau jabatan, memenuhi panggilan atau mewakili/organisasi

untuk hadir atau melaksanakan perintah suatu tindakan hukum atas permintaan

pejabat yang berwenang dari lembaga negara atau instansi peme rintah yang berhak,

berwenang dan sah sesuai dengan peraturan perun dang-undangan.47

B. Standar pelayanan Publik

Standar pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban

dan janji Penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas,

cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.48

Standar pelayanan merupakan suatu komitmen penyelenggara pelayanan

untuk menyediakan pelayanan dengan suatu kualitas tertentu yang ditentukan atas

47

http://www.mediapendidikan.info/2010/09/undang-undang-nomor-25-tahun-2009.html, diakses tanggal 6 Mei 2015

48

(12)

dasar perpaduan harapan-harapan masyarakat dan kemampuan penyelenggara

pelayanan. Penetapan standar pelayanan yang dilakukan melalui proses identifikasi

jenis pelayanan, identifikasi pelanggan, identifikasi harapan pelanggan, perumusan

visi dan misi pelayanan, analisis proses dan prosedur, sarana dan prasarana, waktu

dan biaya pelayanan. Proses ini tidak hanya akan memberikan informasi mengenai

standar pelayanan yang harus ditetapkan, tetapi juga informasi mengenai

kelembagaan yang mampu mendukung terselenggaranya proses manajemen yang

menghasilkan pelayanan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Informasi lain

yang juga.dihasilkan adalah informasi mengenai kuantitas dan

kompetensi-kompetensi sumber daya manusia yang dibutuhkan serta distribusinya beban tugas

pelayanan yang akan ditanganinya.49

Penyusunan Standar pelayanan publik, tidak saja membuat dokumen yang

berisi janji dan rangkaian kegiatan pelayanan beserta syarat syaratnya. Namun pada

dasarnya, penyusunan standar pelayanan publik adalah mengkonstruksi dan

rekonstruksi suatu rangka kewenangan, organisasi dan kegiatan pelayanan sedemikian

rupa sehingga terjadi sistematisasi yang menuju ke suatu tujuan yang diharapkan.

Dengan kata lain penyusunan standar pelayanan publik adalah melakukan penataan

kelembagaan. Oleh karena itu, penyusunan standar akan sulit dimulai dan di

laksanakan apabila dalam organisasi tersebut belum ada sistematisasi dalam

kewenangan, organisasi dan kegiatan. Penyusunan standar pelayanan terpadu

misalnya, akan sulit dilakukan bila masing-masing dinas masih berusaha

mempertahankan kekuasaannya.

49 Rajadarius Putra, Kebijakan Pemerintah terhadap Pelayanan Publik”,

(13)

Berdasarkan pandangan tersebut diatas, maka dalam penyusunan standar

pelayanan publik, dipersyaratkan terjadinya penataan kelembagaan yang sudah jelas

dan tepat. Keadaan ini dapat diketahui melalui studi kebijakan yang mengkaji tentang

rangkaian kebijakan, distribusi kekuasaan dan tata organisasi. Apabila dalam suatu

organisasi belum memiliki penataan kelembagaan yang tepat, maka penyusunan

standar pelayanan akan dilakukan secara bersamaan antara menata kelembagaan dan

menyusun standar pelayanan. Dalam posisi ini pasti diperlukan perubahan

kelembagaan yang hanya dapat dilakukan bila didukung oleh kepemimpinan yang

berpihak pada standar yang disusun.

Penyusunan standar pelayanan, tentu saja dengan mudah dapat menuliskan

harapan masyarakat diatas di dalam buku standard pelayanan namun masalahnya

apakah harapan seperti itu bisa dicapai atau tidak. Bila sekedar janji tentu saja

pernyataan harapan masyarakat tersebut bisa di tulis, tapi janji yang tidak terpenuhi

akan menyebabkan ketidakpuasan masyarakat yang mendalam karena merasa

dibohongi. Untuk memberikan bukti bahwa penyataan yang ditulis dalam standar

pelayanan memang benar, maka harus dirumuskan bagaimana tata pelayanan yang

benar benar dapat memberikan mudah (tidak berbelit dalam satu loket). Untuk

mencapai tujuan tersebut maka diperlukan penataan kedalam agar unit-unit kerja yang

terkait dengan penyediaan pelayanan perijinan tersebut harus mau menyerahkan

kewenangan pengesahannnya kepada satu orang ketua kantor pelayanan terpadu.

Dengan penyerahan kewenangan tersebut maka masyarakat yang dapat ke kantor

pelayanan terpadu akan dilayani langsung oleh satu kewenangan dan satu organisasi.

Namun masalahnya bila di kantor tersebut ternyata belum ada kesepakatan

antara Dinas atau unit kerja terkait dengan kantor perijinan terpadu, maka akan terjadi

(14)

terpadu dengan dinas atau unit perijinan terkait. Dalam keadaan penataan kewenangan

yang belum selesai ini, maka walaupun di kantor pelayanan terpadu hanya ada satu

loket yang didatangi oleh masyarakat namun secara kelembagaan hal ini belum dapat

dikatakan baik karena tata kelembagaannya masih belum terpadu. Oleh karena itu,

menyusun standar pelayanan pada dasarnya tidak sekedar menulis harapan dan

keinginan tetapi lebih dari itu standar pelayanan publik merupakan penulisan realitas

kelembagaan (tata kewenangan dan organisasi serta perilaku yang diharapkan) dalam

suatu organisasi secara keseluruhan.50

Dalam penyelenggaraan pelayanan publik setidaknya harus memiliki standar

pelayanan, hal ini bertujuan agar adanya kepastian bagi pemberi pelayanan didalam

pelaksanaan tugas dan fungsinya, sementara bagi penerima pelayanan dalam proses

pengajuan permohonannya. Standar Pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan

dalam penyelenggaraan pelayanan publik sebagai pedoman yang wajib ditaati dan

dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan, dan menjadi pedoman bagi penerima

pelayanan dalam proses pengajuan permohonan, serta sebagai alat kontrol masyarakat

dan/atau penerima layanan atas kinerja penyelenggaraan pelayanan.51

Standar Pelayanan Publik merupakan suatu bentuk komitmen atau janji dari

penyelenggara pelayanan untuk memberikan pelayanan yang prima/berkualitas

kepada masyarakat dan disamping itu sebagai tolok ukur dan pedoman baik bagi

pemberi pelayanan maupun bagi penerima pelayanan. Berkaitan dengan hal tersebut,

guna menjamin penyelenggaraan pelayanan publik yang berkualitas, maka Badan

Pengelola Keuangan dan Aset Daerah memiliki Standar Pelayanan Publik sebagai

pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan di

50

Aswawi Rewansyah, Op.Cit, , hal 50 51

(15)

bidang pengelolaan keuangan dan aset. Dalam hal ini standarisasi pelayanan menjadi

aspek penting agar pelayanan disuatu tempat dengan tempat lainnya tidak terlalu

berbeda. Pemerintah telah menerbitkan peraturan perundangundangan yang telah

memberikan landasan untuk penyelenggaraan pelayanan publik yang didasarkan atas

azas-azas umum pemerintahan yang baik.52

Standar pelayanan memuat norma-norma pelayanan yang akan diterima oleh

pengguna layanan. Dalam hal ini standar pelayanan harus memuat standar perlakuan

terhadap pengguna, standar kualitas produk (out-put) yang diperoleh masyarakat dan

standar informasi yang dapat diakses oleh pengguna layanan.53 Pemerintah pada

tanggal 18 Juli 2009 yang baru lalu telah mengesahkan keberadaan Undang Undang

Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Pelaksana berkewajiban: melakukan kegiatan pelayanan sesuai dengan

penugasan yang diberikan kepadanya, memberikan pertanggung jawaban atas

pelaksnaan pe-layanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, memenuhi

panggilan untuk hadir atau melaksa nakan perintah atau suatu tindakan hukum atas

permintaan pejabat yang berwenang dari lembaga negara atau instansi pemerintah

yang berhak, berwenang dan sah sesuai dengan peraturan perundang-unda ngan,

memberikan pertanggung jawaban apabila mengundurkan diri atau melepaskan

tanggungjawab sesuai dengan peraturan perun dangundangan; dan melakukan

evaluasi dan membuat laporan keuangan dan kinerja kepada penyelenggara secara

berkala. Larangan bagi pelaksana pelayanan publik antara lain, merangkap sebagai

komisaris atau pengurus organisasi usaha bagi pelaksana yang berasal dari lingkungan

52 Cici Capin, “Pelayanan Pub;ik Pemerintah Indonesia”, http://www.cilacapin.com/2015/01/pelayanan-publik-pemerintahan-indonesia.html, diakses tanggal 7 Mei 2015

53

(16)

instansi pemerintah, badan usaha milik negara, dan badan usaha milik daerah;

meninggalkan tugas dan kewajiban, kecuali mempunyai alasan yang jelas, rasional,

dan sah sesuai dengan peraturan perun- dang-undangan; menambah pelak sana tanpa

persetujuan Penyelenggara; membuat perjanjian kerja sama dengan pihak lain tanpa

persetujuan penyelenggara; dan melanggar asas penyelenggaraan pelayanan publik. 54

Adapun hak dan kewajiban masyarakat adalah sebagai berikut : mengetahui

kebenaran isi standar pelayanan; mengawasi pelaksanaan standar pelayanan;

mendapat tanggapan terhadap pengaduan yang diajukan; mendapat advokasi,

perlindungan, dan/atau pemenuhan pelayanan; memberitahukan kepada pimpinan

penyelenggara untuk memperbaiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak

sesuai dengan standar Pelayanan; memberita hukan kepada pelaksana untuk

memperbaiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar

pelayanan; mengadukan pelaksana yang melakukan Penyimpangan standar pelayanan

dan/atau tidak mem perbaiki pelayanan kepada penye lenggara dan Ombudsman; men

dapat pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas dan tujuan pelayanan.55

Adanya standar pelayanan, memungkinkan adanya perbaikan kualitas atau

mutu pelayanannya secara berkelanjutan (continous improvement). Karena dengan

adanya standar pelayanan organisasi dapat terus menerus memperbaiki pelayanannya

dari aspek persyaratan pelayanan, prosedur pelayanan, waktu pelayanan, dan biaya.

Standar pelayanan juga mensyaratkan adanya pengelolaan pengaduan yang

merupakan wadah bagi mekanisme umpan balik dari masyarakat, sehingga birokrasi

54

http://www.mediapendidikan.info/2010/09/undang-undang-nomor-25-tahun-2009.html, diakses tanggal 7 Mei 2015

55

(17)

dapat lebih memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh masyarakat dan

bagaimana dan apa yang seharusnya mereka lakukan dalam memberikan pelayanan.56

Penyelenggara berkewajiban menyusun dan menetapkan standar pelayanan

dengan memperhatikan kemampuan Penyelenggara, kebutuhan masyarakat, dan

kondisi lingkungan.57 Dalam menyusun dan menetapkan standar pelayanan,

Penyelenggara wajib mengikutsertakan masyarakat dan pihak terkait.58 Penyelenggara

berkewajiban menerapkan standar pelayanan. Pengikutsertaan masyarakat dan pihak

terkait dilakukan dengan prinsip tidak diskriminatif, terkait langsung dengan jenis

pelayanan, memiliki kompetensi dan mengutamakan musyawarah, serta

memperhatikan keberagaman.59 Penyusunan standar pelayanan dilakukan dengan

pedoman tertentu yang diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.60

Komponen standar pelayanan sekurang-kurangnya meliput: dasar hukum;

persyaratan; sistem, mekanisme, dan prosedur; jangka waktu penyelesaian;

biaya/tarif; produk pelayanan; sarana, prasarana, dan/atau fasilitas; kompetensi

Pelaksana; pengawasan internal; penanganan pengaduan, saran, dan masukan; jumlah

Pelaksana; jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan

sesuai dengan standar pelayanan;jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan

dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan risiko

keragu-raguan; dan evaluasi kinerja Pelaksana.61

Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan,

sebagai jaminan adanya kepastian bagi pemberi didalam pelaksanaan tugas dan

fungsinya dan bagi penerima pelayanan dalam proses pengajuan permohonannya.

56Op.Cit

, Standar Pelayanan Publik, hal 116 57

Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik 58

Pasal 20 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik 59

Pasal 20 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik 60

Pasal 20 ayat (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik 61

(18)

Standar pelayanan merupakan ukuran yang di bakukan dalam penyelenggaraan

pelayanan publik sebagai pedoman yang awajib ditaati dan dilaksanakan oleh

penyelenggara pelayanan, dan menjadi pedoman bagi penerima layanan dalam proses

pengajuan permohonan, serta sebagai control masyarakat dan/atau penerima layanan

atas kinerja penyelenggara pelayanan. Oleh karena itu perlu disusun dan ditetapkan

standar pelayanan sesuai dengan sifat, jenis dan karakteristik layanan yang

diselenggarakan serta memperhatikan lingkungan.

Untuk melengkapi standar pelayanan tersebut diatas, ditambahkan materi muatan

yang dikutip dari rancangan undang-undang tentang pelayanan publik yang cukup

realistis untuk menjadi materi muatan Standar Pelayanan Publik, sehingga susunannya

menjadi sebagai berikut;

1. Dasar Hukum Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar

penyelenggaraan pelayanan.

2. Persyaratan

Syarat yang harus dipenuhi dalam pengurusan suatu jenis pelayanan, baik

persyaratan teknis maupun administratif.

3. Sistem, mekanisme dan prosedur

yaitu tata cara pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan.

4. Waktu Penyelesaian

Jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses pelayanan

dari setiap jenis pelayanan.

5. Biaya Pelayanan Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan

(19)

6. Produk Pelayanan Ialah hasil pelayanan yang diberikan dan diterima sesuai

dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

7. Sarana dan Prasarana, dan/atau fasilitas Peralatan dan fasilitas yang diperlikan

dalam penyelenggaraan pelayanan bagi kelompok rentan.

8. Kompetensi Pelaksanaan Kemampuan yang harus dimiliki oleh pelaksana

meliputi pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan pengalaman.

9. Pengawasan Intern Pengendalian yang dilakukan oleh pimpinan satuan kerja atau

atasan langsung pelaksana.

10.Penanganan pengaduan, saran, dan masukan Tata cara pelaksanaan penanganan

pengaduan dan tindak lanjut

11.Jumlah pelaksana Tersedianya pelaksana sesuai dengan beban kerja.

12.Jaminan Pelayanan

Memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan.

13.Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen untuk

memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, risiko keragu-raguan. Kepastian

member kan rasa aman dan bebas dari bahaya, risiko, dan keragu-raguan.

14.Evaluasi kinerja pelaksana Penilaian untuk mengetahui seberapa jauh

pelaksanaan kegiatan sesuai dengan standar pelayanaan.62

Dalam Pembahasan, perumusan dan penyusunan standar pelayanan

seharusnya melibatkan aparat yang terkait dengan pelayanan untuk membangun

komitmen mencapai tujuan bersama yang ditetapkan dalam, visi, misi suatu instansi.

Tidak kalah pentingnya melibatkan masyarakat/ stakeholder, dan pelaksanaannya

tidak bersifat formalitas.63

62

Pasal 21 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 63

(20)

C. Instansi Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Kegiatan pelayanan publik diselenggarakan oleh instansi pemerintah. Instansi

pemerintah merupakan sebutan kolektif meliputi satuan kerja atau satuan orang

kementrian, departemen, lembaga, pemerintahan non departemen, kesekertariatan

lembaga tertinggi dan tinggi negara, dan instansi pemerintah lainnya, baik pusat

maupun daerah termasuk Badan Usaha Milik Daerah. Sebagai penerima pelayanan

publik adalah orang, masyarakat, instansi pemerintah dan badan hokum Kegiatan

pelayanan publik atau disebut juga dengan pelayanan umum, yang biasanya

menempel di tubuh lembaga pemerintahan dinilai kurang dapat memenuhi tugasnya

sesuai dengan harapan masyarakat, sebgai konsumen mereka. Salah satu yang

dianggap sebagai biang keladinya adalah bentuk orang birokrasi, sehingga birokrasi

seperti dikemukakan oleh Achmat Batinggi adalah : “Merupakan tipe dari orang yang

dimaksudkan untuk mencapai tugas-tugas administratif yang besar dengan cara

mengkoordinir secara sistematis (teratur) pekerjaan dari banyak orang.”64

Dewasa ini penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia masih dihadapkan

pada kondisi dan fakta yang belum sesuai dengan kebutuhan serta perubahan di

berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Jika dicermati

secara seksama ini bisa disebabkan oleh ketidaksiapan aparatur pemerintah didalam

menanggapi terjadinya transformasi nilai yang berdimensi luas serta rendahnya

kesadaran hukum pejabat hukum, juga disebabkan dampak dari berbagai masalah

pembangunan yang kompleks. Sementara itu tatanan baru masyarakat Indonesia

dihadapkan pada suatu harapan bahkan desakan serta tantangan global yang dipicu

oleh kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, komunikasi, transportasi,

64

(21)

investasi, mobilitas masyarakat dan perdagangan. Kondisi dan perubahan cepat yang

diikuti pergeseran nilai yang tidak cepat ditanggapi atau disigapi secara bijak oleh

para pelaku pelayan publik mengakibatkan masyarakat kecewa didalam berbagai

aspek kebutuhan pelayanan di bidang pembangunan, padahal kita perlu membangun

kepercayaan masyarakat guna mewujudkan cita-cita dan pembangunan nasional

berbasis hukum dan keadilan.65

Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah (instansi) dan

dijalankan oleh aparat birokrasi cenderung mempunyai prosedur yang panjang dan

kompleks, banyak keluhan dari warga terhadap berbelit-belitnya prosedur pelayanan,

ketidakpastian waktu dan biaya serta perlakuan petugas pelayanan yang tidak

simpatik, namun mereka cenderung tidak berdaya karena tidak ada mekanisme dan

tempat menyampaikan keluhan.66

Instansi sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan

dasar dan hak sipil setiap warga negara atas barang publik, jasa publik, dan pelayanan

administratif, telah gagal menempatkan dirinya menjadi institusi yang bisa

melindungi dan memperjuangkan kebutuhan dan kepentingan publik.67 Untuk

merespon hal tersebut, pemerintah menerbitkan Undang-undang Nomor 25 Tahun

2009 tentang Pelayanan Publik, meski undang-undang ini nampaknya agak terlambat

dikeluarkan namun paling tidak diharapkan mampu menjadi alat terapi guna

memperbaiki kinerja pelayanan publik.

Pada dasarnya pelayanan publik merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

untuk membantu atau memberi kemudahan kepada publik melalui penyediaan barang

65

Nomensen Sinamo, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Penerbit Jala Permata Aksara, 2015), hal 70

66Fikrya Priadi, “Reformasi Kelembagaan Pelayanan Publik”,

http://fikryapriadi.blogspot.com/2011/05/reformasi-kelembagaan-pelayanan-publik.html, diakses tanggal 7 Mei 2015

67

(22)

dan jasa yang diperlukan. Masyarakat sebagai pihak yang ingin memperoleh

pelayanan tentunya mendambakan pelayanan yang baik dan memuaskan dari

pemberi/penyelenggara pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik adalah

instansi pemerintah. Instansi pemerintah adalah sebutan kolektif yang meliputi satuan

kerja maupun satuan organisasi kementerian, serta Departemen Kesekretariatan

Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara dan Instansi Pemerintah lainnya, baik itu pusat

maupun daerah serta didalamnya termasuk Badan Usaha Milik Negara, Badan Hukum

Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah.

Penyelenggara pelayanan publik yang selanjutnya disebut Penyelenggara

adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang

dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan

hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.68 Atasan

satuan kerja Penyelenggara adalah pimpinan satuan kerja yang membawahi secara

langsung satu atau lebih satuan kerja yang melaksanakan pelayanan publik.69 Dalam

rangka mempermudah penyelenggaraan berbagai bentuk pelayanan publik, dapat

dilakukan penyelenggaraan sistem pelayanan terpadu.70 Pengaturan mengenai sistem

pelayanan terpadu lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.71

Penyelenggara berkewajiban melaksanakan evaluasi terhadap kinerja

Pelaksana di lingkungan organisasi secara berkala dan berkelanjutan.72 Berdasarkan

hasil evaluasi, Penyelenggara berkewajiban melakukan upaya peningkatan kapasitas

Pelaksana.73 Penyelenggara berkewajiban melakukan penyeleksian dan promosi

Pelaksana secara transparan, tidak diskriminatif, dan adil sesuai dengan peraturan

68

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 69

Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 70

Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 71

Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 72

Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 73

(23)

perundang-undangan.74 Penyelenggara wajib memberikan penghargaan kepada

Pelaksana yang memiliki prestasi kerja.75 Penyelenggara wajib memberikan hukuman

kepada Pelaksana yang melakukan pelanggaran ketentuan internal penyelenggara.76

Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme pemberian penghargaan dan hukuman

ditentukan oleh Penyelenggara.77

Dalam pelayanan publik pemerintahan Indonesia terdapat beberapa faktor

pendukung yang penting diantaranya: Faktor kesadaran pejabat serta petugas yang

berkecimpung didalam pelayanan publik;78

1. Faktor aturan yang menjadi landasan kerja pelayanan;

2. Faktor organisasi yang merupakan alat serta sistem yang memungkinkan

berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan;

3. Faktor pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum;

4. Faktor ketrampilan petugas

5. Faktor sarana dalam pelaksanaan tugas pelayanan.

Penyelenggara pelayanan publik itu sendiri adalah setiap institusi

penyelenggara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan

undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk

semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Penyelenggaraan pelayanan publik

juga dibagi atas dua bentuk yaitu :

1. Penyelenggaraan Pelayanan Publik Primer, yaitu pemerintah memegang

kekuasaan penuh dalam menyelenggarakan pelayanan publik di bidang-bidang

74

Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 75

Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 76

Pasal 11 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 77

Pasal 11 ayat (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 78

(24)

tertentu yang tidak bisa diserahkan kepada pihak lain seperti KTP,KK,SIM dan

lain sebagainya.

2. Penyelenggaraan pelayanan Publik Sekunder, yaitu penyelenggaraan pelayanan

publik tersebut dapat diserahkan kepada pihak lain sesuai dengan peraturan yang

berlaku seperti transportasi, komunikasi, dan lain sebagainya.

Penyelenggara pelayanan publik harus benar-benar dapat mengakomodasi semua

kebutuhan masyarakat dan memberikan palayaan yang baik serta bertanggung

jawab. Pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik yang utama

seharusnya dapat memberikan pelayaan publik yang tidak berbelit-belit,

transparan, serta akuntabel. Namun pemerintah yang memegang hak untuk

menguasai seluruh penyelenggaraan pelayanan publik primer tersebut malah

memberikan pelayanan yang buruk kepada masyarakat yang membutuhkan

pelayanan primer tersebut. Hal ini terbukti dari laporan masyarakat yang merasa

selalu dipersulit dan mendapatkan pelayanan yang buruk dari para pelayan publik

di instansi terkait. Padahal kualitas pelayanan publik yang diberikan merupakan

suatu hal yang wajib diperhatikan oleh setiap penyelenggara pelayanan agar

tujuan dari pelaksanaan pelayanan publik yaitu mensejahterakan masyarakat

dapat tercapai. Dan kualitas pelayanan publik tersebut dapat diukur dari

kepuasaan pelanggan yang dalam hal ini adalah masyarakat pengguna pelayanan.

Dari itu dibutuhkan suatu sistem yang menjadikan masyarakat sebagai pusat

sentral pelayanan yaitu dengan menerapkan sistem Citizen Charter. Dengan

diberlakukannya Citizen Charter maka kepentingan pelanggan/masyarakat

menjadi perhatian utama dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik.79

79

(25)

Paradigma penyelenggaraan pemerintahan telah terjadi pergeseran dari

paradigma rule government menjadi good governance pemerintah dalam

menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik. Adanya

pergeseran paradigma instansi pemerintah yang mendasar di berbagai bidang

kehidupan manusia menjadikan tantangan bagi administrasi publik, sejalan dengan

meningkatnya kebutuhan terhadap pelayanan masyarakat yang efisien dan responsif.

Pelayanan terhadap masyarakat diharapkan dapat memainkan peranan penting dalam

upaya peningkatan daya saing dan pembangunan nasional, bukan sebagai sumber

inefisien dan ketidakpastian yang memungkinkan terjadinya praktik-praktik

maladministrasi.

Kerja sama antar penyelenggara meliputi kegiatan yang berkaitan dengan

teknis operasional pelayanan dan/atau pendukung pelayanan.80 Dalam hal

Penyelenggara yang memiliki lingkup kewenangan dan tugas pelayanan publik tidak

dapat dilakukan sendiri karena keterbatasan sumber daya dan/atau dalam keadaan

darurat, Penyelenggara dapat meminta bantuan kepada Penyelenggara lain yang

mempunyai kapasitas memadai.81 Dalam keadaan darurat, permintaan penyelenggara

lain wajib dipenuhi oleh penyelenggara pemberi bantuan sesuai dengan tugas dan

fungsi organisasi penyelenggara yang bersangkutan berdasarkan peraturan

perundang-undangan.82

Penyelenggara memiliki hak yaitu memberikan pelayanan tanpa dihambat

pihak lain yang bukan tugasnya; melakukan kerja sama; mempunyai anggaran

pembiayaan penyelenggaraan pelayanan publik; melakukan pembelaan terhadap

pengaduan dan tuntutan yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam penyelenggaraan

80

Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 81

Pasal 12 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 82

(26)

pelayanan publik; dan menolak permintaan pelayanan yang bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan.83

Penyelenggara berkewajiban yakni menyusun dan menetapkan standar

pelayanan; menyusun, menetapkan, dan memublikasikan maklumat pelayanan;

menempatkan pelaksana yang kompeten; menyediakan sarana, prasarana, dan/atau

fasilitas pelayanan publik yang mendukung terciptanya iklim pelayanan yang

memadai; memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas

penyelenggaraan pelayanan publik; melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar

pelayanan; berpartisipasi aktif dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang

terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik; memberikan pertanggung jawaban

terhadap pelayanan yang diselenggarakan; membantu masyarakat dalam memahami

hak dan tanggung jawabnya; bertanggung jawab dalam pengelolaan organisasi

penyelenggara pelayanan publik; memberikan pertanggungjawaban sesuai dengan

hukum yang berlaku apabila mengundurkan diri atau melepaskan tanggung jawab atas

posisi atau jabatan; dan memenuhi panggilan atau mewakili organisasi untuk hadir

atau melaksanakan perintah suatu tindakan hukum atas permintaan pejabat yang

berwenang dari lembaga negara atau instansi pemerintah yang berhak, berwenang,

dan sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.84

Penyelenggara dan Pelaksana berkewajiban mengelola sarana, prasarana,

dan/atau fasilitas pelayanan publik secara efektif, efisien, transparan, akuntabel, dan

berkesinambungan serta bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dan/atau

penggantian sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik.85Penyelenggara

dilarang memberikan izin dan/atau membiarkan pihak lain menggunakan sarana,

83

Pasal 14 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 84

Pasal 15 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 85

(27)

prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik yang mengakibatkan sarana, prasarana,

dan/atau fasilitas pelayanan publik tidak berfungsi atau tidak sesuai dengan

peruntukannya.86Penyelenggara yang bermaksud melakukan perbaikan sarana,

prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik wajib mengumumkan dan

mencantumkan batas waktu penyelesaian pekerjaan secara jelas dan terbuka.87

Perbaikan sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik dilarang

mengakibatkan terhentinya kegiatan pelayanan publik.88 Pengumuman oleh

Penyelenggara harus dilakukan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender

sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai dengan memasang tanda yang memuat nama

kegiatan, nama dan alamat penanggung jawab, waktu kegiatan, alamat pengaduan

berupa nomor telepon, nomor tujuan pesan layanan singkat (short message service

(sms)), laman (website), pos-el (email), dan kotak pengaduan.89 Penyelenggara dan

Pelaksana yang tidak melakukan kewajiban dinyatakan telah melakukan kelalaian.90

Penyelenggara berkewajiban memberikan pelayanan dengan perlakuan khusus

kepada anggota masyarakat tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.91

Sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik dengan perlakuan khusus

dilarang digunakan oleh orang yang tidak berhak.92Penyelenggara dapat menyediakan

pelayanan berjenjang secara transparan, akuntabel, dan sesuai dengan standar

pelayanan serta peraturan perundang-undangan.93 Pelayanan berjenjang harus

mematuhi ketentuan tentang proporsi akses dan pelayanan kepada kelompok

86

Pasal 26 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 87

Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 88

Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 89

Pasal 28 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 90

Pasal 28 ayat (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 91

Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 92

Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 93

(28)

masyarakat berdasarkan asas persamaan perlakuan, keterbukaan, serta keterjangkauan

masyarakat.94

Peran pemerintah dalam sektor publik lebih dominan daripada sektor swasta.

Oleh karena itu fungsi-fungsi yang dijalankan oleh pemerintah itu sebagai besar di

antaranya secara langsung atau tidak menyangkut pelayanan publik, maka dengan

sendirinya distribusi atas paket-paket pelayanan yang disediakan oleh pemerintah itu

pada umumnya akan dilakukan melalui struktur dan mesin birokrasi pemerintah.95

Dalam keadaan demikian maka penyediaan biaya alokasi pelayanan publik itu mau

tidak mau sepenuhnya akan dikontrol oleh instansi pemerintah. Atas dasar itu maka

secara tak terelakkan birokrasi pemerintah biasanya akan merupakan a single agency

yang memainkan peran kunci dalam memberikan pelayanan sekaligus mengevaluasi

efektivitas kinerja sendiri.96

Penyelenggara berhak mendapatkan alokasi anggaran sesuai dengan tingkat

kebutuhan pelayanan.97 Selain alokasi anggaran penyelenggara dapat memperoleh

anggaran dari pendapatan hasil pelayanan publik.98 Dalam hal penyelenggaraan

pelayanan publik dilakukan oleh institusi penyelenggara negara dan lembaga

independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang, negara wajib mengalokasikan

anggaran yang memadai melalui anggaran pendapatan dan belanja negara atau

anggaran pendapatan dan belanja daerah.99 Korporasi dan/atau badan hukum yang

menyelenggarakan pelayanan publik wajib mengalokasikan anggaran yang memadai

secara proporsional untuk peningkatan kualitas pelayanan publik. Penyelenggara

94

Pasal 30 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 95

Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 98

Pasal 32 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 99

(29)

dilarang membiayai kegiatan lain dengan menggunakan alokasi anggaran yang

diperuntukkan pelayanan publik.100

Penyelenggara berkewajiban menyediakan sarana pengaduan dan menugaskan

Pelaksana yang kompeten dalam pengelolaan pengaduan.101 Penyelenggara

berkewajiban menyusun mekanisme pengelolaan pengaduan dari penerima pelayanan

dengan mengedepankan asas penyelesaian yang cepat dan tuntas.102Penyelenggara

berkewajiban melakukan penilaian kinerja penyelenggaraan pelayanan publik secara

berkala.103Penyelenggara wajib memeriksa pengaduan dari masyarakat mengenai

pelayanan publik yang diselenggarakannya.104 Penyelenggara wajib memutuskan

hasil pemeriksaan pengaduan paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak berkas

pengaduan dinyatakan lengkap.105

100

Pasal 32 ayat (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 101

Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 102

Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 103

Pasal 38 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 104

Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 105

Referensi

Dokumen terkait

Rendahnya populasi dan intensitas serangan kutu kebul pada tanaman kedelai, mengakibatkan kombinasi sistem pengairan dan teknik budidaya tidak memberikan pengaruh yang

Hasil penelitian ditemukan bahwa reputasi underwriter dan profitabilitas perusahaan masing-masing secara signifikan berpengaruh positif terhadap initial return,

Variabelbauran promosi berpengaruh signifikan terhadap terhadap Kinerja Pemasaran Usaha Mikro Kecil dan Menengah Di Kabupaten Kampar, dengan indikator rata-rata

Diharapkan produk yang dihasilkan dari peneliti pengembangan modul berkarakter ini dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran, khususnya di SMA N 6

Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, bahwa setiap penyelenggara pelayanan publik, baik yang memberikan pelayanan

Berdasarkan ketentuan yang telah diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, bahwa setiap penyelenggara pelayanan publik, baik yang

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Peraturan Pemerintah

Guna meningkatkan kualitas pelayanan publik, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, maka penyelenggara