• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian IPA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Metode Outdoor Study untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3 SD Negeri 1 Sumbung Kecamatan Cepogo Kabupaten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian IPA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Metode Outdoor Study untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3 SD Negeri 1 Sumbung Kecamatan Cepogo Kabupaten "

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

6 2.1.1. Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian ilmu pengetahuan atau sains yang berasal dari bahasa inggris “science”. Kata “science” berasal dari kata dalam bahasa latin “scientia” yang berarti saya tahu. “science” terdiri dari social science (IPS) dan natural sciences (IPA). Namun, dalam perkembangan science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir, dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan exsperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya dalam Trianto (2010:136).

Menurut Samatowo (2010:3) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.

Menurut Permendiknas (2006:147) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, dengan demikian IPA bukan sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses suatu penemuan.

Dari urain di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA adalah ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan menekankan pada pengalaman

(2)

2.1.2. Hakikat IPA

Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam (IPA), dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu: ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses, dan sikap. Dengan demikian IPA pada hakikatnya adalah ilmu untuk mencari tahu, memahami alam semesta secara sistematis dan mengembangkan pemahaman ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang berupa fakta, konsep, prinsip, dan hukum yang teruji kebenarannya. Namun IPA juga suatu proses penemuan dan

pengembangan. Sehingga untuk memperoleh pengetahuan harus melalui rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah dan menuntut sikap ilmiah.

Dalam pelajaran IPA diarahkan bahwa siswa harus dapat belajar berfikir kritis dan ketrampilam memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran. Siswa terlibat dalam penyelidikan untuk pemecahan masalah dengan cara mengintegrasikan ketrampilan dan konsep. Pembelajaran yang mencakup kegiatan pengumpulan informasi dari berbagai sumber yang berkaitan pertanyaan dan mempresentasikan penemuanya kepada orang lain.

Abrucasto dalam Winarni (2012:8) menyebutkan tujuan utama pendidikan IPA di SD adalah membentuk orang yang memiliki kreatifitas, berfikir kritis, menjadi warga Negara yang baik, dan menyadari adanya karir yang lebih luas (expabded career awareness). IPA diajarkan dengan harapan untuk menciptakan dalam diri

siswa suatu minat dan penghargaan terhadap dunia di mana mereka hidup.

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa, Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar nantinya dapat di terapkan dalam kehidupan sehari – hari. Pendidikan IPA diarahkan untuk penemuan dan berbuat sehingga dapat membantu siswa memperoleh pengalaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar dan menciptakan suatu karya

(3)

2.1.3. Metode Outdoor Study

Metode Outdoor Study adalah metode di mana guru mengajak siswa belajar di luar kelas untuk melihat peristiwa langsung di lapangan dengan tujuan untuk mengakrabkan siswa dengan lingkungannya. Melalui metode Outdoor Study lingkungan di luar sekolah dapat digunakan sebagai sumber belajar. Peran guru di sini adalah sebagai motivator, artinya guru sebagai pemandu agar siswa belajar secara aktif, kreatif dan akrab dengan lingkungan. Karjawati dalam Husamah (2013:23).

Menurut Vera (2012:17) metode mengajar di luar kelas (Outdoor Study)

merupakan kegiatan menyampaikan suatu pelajaran di luar kelas, sehingga kegiatan atau aktivitas belajar mengajar berlangsung di luar kelas atau alam bebas. Pada dasarnya Outdoor Study itu merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang telah di rancang dan di kembangkan pendidik di dalam maupun di luar kelas yang bertujuan untuk mengarahkan siswa ketika belajar di luar kelas dengan memanfaatkan lingkungan sekitar atau alam terbuka.

Berdasarkan pemaparan para ahli di atas, terkait dengan penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa metode mengajar Outdoor Study merupakan salah satu kegiatan pemnbelajaran yang mempunyai sifat menyenangkan yang dilakukan di luar kelas dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. kegiatan ini dapat membantu siswa lebih berperan aktif dalam pembelajaran dan guru tidak mendominasi proses belajar mengajar.

2.1.4. Tujuan Metode Outdoor Study

Menurut Vera (2012:21-25) tujuan pendidikan yang ingin dicapai melalui metode Outdoor Study adalah sebagai berikut:

a. Mengarahkan peserta untuk mengembangkan bakat dan kreativitas mereka dengan seluas–luasnya di alam terbuka.

(4)

c. Meningkatkan kesadaran, apresiasi, dan pemahaman peserta didik terhadap lingkungan sekitarnya, serta cara mereka bisa membangun hubungan baik dengan alam.

d. Membantu mengembangkan segala potensi setiap peserta didik agar menjadi manusia sempurna.

e. Memberikan konteks dalam proses pengenalan berkehidupan sosial dalam tataran praktik (kenyataan di lapangan).

f. Menunjang ketrampilan dan ketertarikan peserta didik.

g. Menciptakan kesadaran dan pemahaman peserta didik cara menghargai alam dan lingkungan.

h. Mengenal berbagai kegiatan di luar kelas yang dapat membuat pembelajaran lebih kreatif.

i. Memberikan kesempatan yang unik bagi peserta didik untuk perubahan perliaku melalui penataan latar pada kegiatan luar kelas.

j. Memberikan kontribusi penting dalam rangka membantu mengembangkan hubungan guru dan murid.

k. Menyediakan waktu seluas–luasnya bagi peserta didik untuk belajar dari pengalaman langsung.

l. Memanfaatkan sumber–sumber yang berasal dari lingkungan dan komunitas sekitar untuk pendidikan.

m. Agar peserta didik dapat memahami secara optimal seluruh mata pelajaran. Untuk mencapai tujuan–tujuan pokok kegiatan belajar di luar kelas, seorang guru tetap memegang peranan yang sangat penting dalam mengontrol reaksi atau respons anak didik, sebagaimana ia mengajar anak didiknya di dalam kelas. Dalam hal ini, tugas guru yang pertama dan terpenting adalah membangkitkan atau membangun motivasi terhadap hal yang akan dipelajari oleh siswanya di luar kelas,

(5)

2.1.5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Outdoor Study

Menurut Sudjana dan Rivai dalam Husamah (2013:25-26) menjelaskan banyak keuntungan yang diperoleh dari kegiatan mempelajari lingkungan dalam proses belajar antara lain, sebagai berikut:

a. Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa duduk berjam– jam, sehingga motivasi belajar siswa akan lebih tinggi.

b. Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan keadaan yang sebernarnya atau bersifat alami.

c. Bahan–bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta faktual sehingga kebenarannya akurat.

d. Kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengamati, bertanya atau wawancara membuktikan atau mendemonstrasikan, menguji fakta, dan lain–lain.

e. Sumber belajar lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa beraneka ragam seperti lingkungan sosial, lingkungan alam, lingkungan buatan, dan lain-lain.

f. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada dilingkungannya, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan kehidupan membentuk sekitarnya, serta dapat memupuk cinta lingkungan.

Selain memiliki kelebihan, metode Outdoor Study juga memiliki beberapa kelemahan. Menurut Sudjana dan Rivai (dalam Husamah. 2013:31-32), beberapa kelemahan dan kekurangan yang sering terjadi dalam dalam pelaksanaan metode Outdoor Study berkisar pada teknis pengaturan waktu dan kegiatan belajar, misalnya:

a. Kegiatan belajar kurang dipersiapkan sebelumnya yang menyebabkan pada waktu siswa dibawa ke tujuan tidak melakukan kegiatan belajar yang diharapkan sehingga ada kesan main–main.

(6)

Menurut Vera (2012:25), salah satu kelemahan belajar – mengajar di luar kelas adalah para siswa bisa saja tidak terkontrol karena tidak dibatasi oleh ruangan. Berbeda halnya dengan belajar di dalam kelas, para siswa dapat dikondisikan dengan sempurna di dalam ruangan, dan pandangan siswa mengarah ke depan (ke papan tulis dan guru). Namun, tidak demikian dengan belajar di luar kelas, para siswa bisa melihat ke semua arah, sehingga sikapnya cenderung tidak terkontrol. Maka disinilah guru harus mampu mengkondisikan suasana belajar di luar kelas.

2.1.6. Langkah – langkah Penerapan Metode Outdoor Study

Menurut Sudjana dan Rivai (dalam Husamah, 2013:12), menggunakan lingkungan sebagai media dan sumber belajar, yakni langkah persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.

2.1.6.1.Tahap Persiapan, meliputi langkah - langkah sebagai berikut:

a. Merumuskan tujuan pembelajaran.

b. Guru menentukan objek yang harus dipelajari. c. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.

2.1.6.2.Tahap pelaksanaan, meliputi langkah langkah sebagai berikut:

a. Guru menginstruksikan kepada siswa untuk berjalan dengan rapi dan tertib untuk belajar di luar kelas.

b. Guru memberikan pengarahan tentang tata tertib selama belajar di luar kelas. c. Guru menjelaskan materi.

d. Guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas sesuai perintah guru. 2.1.6.3.Tahap Tindak Lanjut, meliputi langkah sebagai berikut:

a. Guru dan siswa membahas dan mendiskusikan hasil belajar di dalam kelas. b. Guru dan siswa menyimpulkan materi yang diperoleh.

c. Guru meminta kesan dan pesan yang diperoleh siswa dari kegiatan belajar.

(7)

2.1.7. Hasil Belajar

Menurut Suprijono (2012:6) Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap, apresiasim dan ketrampilan. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang telah dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu apabila pembelajar mempelajari tentang konsep. Maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah penguasaan konsep. Perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pembelajaran setelah

melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran (Anni,2007:5 ).

Menurut Sudjana (2009:3) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah melalui proses belajar mengajar. Perubahan tingkah laku mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar peranan tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian.

Menurut Arikunto (2001:132) dalam Samino dan Marsudi (2013:48), hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegitan belajar dan merupakan penilaian yang dicapai seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau materi yang diajarkan sudah diterima siswa.

Menurut Gunarso (1996:57) dalam Samino dan Marsudi (2013:48) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang dicapai oleh murid sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka, huruf serta tindakan.

Benyamin Bloom dalam Sudjana (2005:22-31) mengemukakan secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

(8)

Berdasarkan beberapa teori di atas penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh setelah mengalami proses belajar mengajar yang berupa penguasaan konsep yang dideskripsikan dalam tujuan pembelajaran yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar merupakan output dari suatu proses pembelajaran baik berupa angka, huruf serta tindakan.

2.1.7.1.Ranah Kognitif

Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevalusi dalam Suprihatiningrum (2014:38). Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:26) mengemukakan adanya enam kelas/tingkatan yaitu :

a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.

b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.

c. Aplikasi, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.

d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian- bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

Hasil belajar kognitif siswa dapat di ukur melalui instrumen dalam bentik tes. Tes yang peneliti gunakan yaitu tes objektif dalam bentuk tes pilihan ganda (multiple choice test). Menurut Arikunto (2007:168), Multiple choice test terdiri atas suatu

(9)

bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (options). Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor). Tes bentuk pilihan ganda (PG) ini merupakan bentuk tes objektif yang paling banyak digunakan karena banyak sekali materi yang dapat dicakup.

2.1.7.2.Ranah Afektif

Menurut sudjana (2005:29) “ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, motivasi, aktivitas, sikap, emosi, dan nilai”. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri belajar afektif akan tamapak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiaannya terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran disekolah, motivasinya yang tinggi untuk lebih tahu banyak mengenai pelajaran yang diterimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru dan sebagainya. Kratwohl & Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono (2009 : 27) mengemukakan ranah afektif sebagai berikut:

a. Reciving/ attending (penerimaan), yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memeperhatikan hal tersebut.

b. Responding (jawaban), yang mencakuo kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

c. Valuing (penilaian), yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui dan menentukan sikap.

d. Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup.

e. Pembentukan pola hidup, yang mencakuo kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.

(10)

menilai hasil belajarnya. Apabila motivasi belajar siswa baik, maka hasil belajar dan psikomotor siswa juga lebih baik.

Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi memiliki komponen dalam dan komponen luar. Ada kaitan yang erat antara motivasi dan kebutuhan, serta drive dengan tujuan dan insentif (Zainal Aqib, 2010:50)

Pengertian motivasi diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu proses perubahan energi yang memberikan semangat, arah dan kegigihan

perilaku untuk mencapai tujuan. Mc Clleland dalam Arifandi (2011:13) mengemukakan enam aspek motivasi belajar pada individu ;

a. Tanggung jawab pribadi terhadap tugas, yaitu individu yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi akan selalu bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dan selalu menerima tugas dengan senang hati.

b. Umpan balik atau perbuatan (tugas) yang dilakukannya, yaitu individu akan selalu mengharapkan hasil dari setiap pekerjaan yang dilakukannya.

c. Tugas yang bersifat moderat yang tingkat kesulitannya tidak terlalu sulit tetapi juga terlalu mudah.

d. Tekun dan ulet dalam bekerja, yaitu individu yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan selalu berusaha melakukan tugas pekerjaannya sebaik mungkin dan pantang menyerah.

e. Dalam melakukan tugas penuh pertimbangan dan perhitungan, yaitu individu yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan menghindari pekerjaan yang asal – asalan atau berspekulasi karena setiap tugas yang dikerjakan penuh dengan pertimbangan.

f. Keberhasilan tugas merupakan faktor yang penting bagi dirinya yang akan meningkatkan aspirasi dan tetap bersifat realistis, yaitu individu yang

(11)

2.1.7.3.Ranah Psikomotor

Ranah Psikomotor menurut Putra (2013:287) adalah ranah yang berkaitan dengan ketrampilan skill atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

Ranah psikomotor (Simpson) terdiri dari tujuh jenis perilaku dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:29), sebagai berikut:

a. Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendiskriminasikan) hal-hal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.

b. Kesiapan, yang mencakup kemampuan menempatkan diri Dallam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

c. Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan.

d. Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan- gerakan tanpa contoh.

e. Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau ketrampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien, dan tepat. f. Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan

dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan pernyataan khusus yang berlaku. g. Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru atas

dasar prakarsa sendiri.

Dari tujuh jenis perilaku teori ranah psikomotor di atas, peneliti mengambil satu jenis perilaku, yakni gerakan komplek.

2.1.8.Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar setiap individu dipengaruhi oleh belajar siswa. Samino dan Marsudi (2013:56-64) menyebutkan dua faktor yang mempengaruhi belajar siswa

(12)

2.1.8.1.Faktor Intern

Pada dasarnya faktor intern dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi fisiologis dan psikologis. Faktor psikologis diuraikan menjadi enam macam, yaitu:

a. Motivasi

Peserta didik akan berhasil belajarnya manakala dalam dirinya terdapat keinginan untuk belajar.

b. Konsentrasi

Konsentrasi dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu

situasi belajar. Unsur motivasi dalam hal ini sangat membantu tumbuhnya proses pemusatan perhatian.

c. Reaksi

Dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun mental, sebagai suatu wujud reaksi.

d. Organisasi

Belajar juga dapat dikatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan, menata atau menempatkan bagian – bagian bahan pelajaran ke dalam suatu kesatuan pengertian.

e. Pemahaman

Pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. f. Ulangan

Mengulang – ulang suatu pekerjaan atau fakta yang sudah dipelajari membuat kemampuan peserta didik untuk mengingat akan semakin bertambah atau semakin kuat.

2.1.8.2.Faktor Ekstern

Menurut Syah (2004:137-139) dalam Samino dan Marsudi (2013:62-64), faktor

eksternal siswa terdiri dari dua macam yaitu lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.

(13)

Lingkungan sosial meliputi: lingkungan sosial sekolah seperti guru, para staf administrasi, dan teman–teman; lingkungan sosial siswa adalah masyarakat, tetangga, teman–teman sepermainan disekitar rumah; dan lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.

b. Lingkungan non sosial

Faktor–faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat–alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. faktor–faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

Dengan demikian guru harus memperhatikan perbedaan individu dalam memberikan pelajaran kepada mereka, agar dapat menangani siswa sesuai dengan kondisinya untuk menunjang keberhasilan belajar. Hal tersebut dikarenakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik, satu dengan yang lainnya berbeda.

2.2. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian skripsi yang pertama menurut Emmelia Erwina tahun 2012 yang berjudul “Penerapan Metode Outdoor Study Untuk Meningkatkan Ketrampilan Menulis Kalimat Sederhana Pada Siswa Kelas II SDN Kalingondo 01 Genteng Banyuwangi Tahun Pelajaran 2011/2012”. Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SDN Kalingondo 01 Genteng Banyuwangi sebanyak 21 siswa. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi, wawancara, dan tes. Dalam menganalisis data, teknik yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif yang diperoleh dari deskripsi hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajaran dan analisis hasil tes menulis kalimat sederhana. Hasil tes menulis kalimat sederhana pada siklus II mengalami peningkatan yang tinggi. Peningkatan

(14)

dinyatakan belum tuntas sedangkan pada siklus II, terdapat 19 siswa (90,48%) dinyatakan tuntas dan 2 siswa (9,52%) dinyatakan belum tuntas. Berdasarkan hasil tes tersebut dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan perbaikan terhadap siklus II, metode outdoor study dapat meningkatkan keterampilan menulis kalimat sederhana pada siswa kelas II SDN Kaligondo 01.

Penelitian skripsi yang kedua menurut Mei Rindang Budiarti yang berjudul “Peningkatan Pemahaman Konsep Sumber Energi Melalui Metode Pembelajaran Outdoor Study”. Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek dan sumber data pada penelitian ini adalah guru dan siswa kelas II. Teknik pengumpulan data pada penelitian iniadalah dokumentasi, wawancara, observasi, dan tes. Pada penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik sebagai validitas data. Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif komparatif dan analisis interaktif. Simpulan penelitian ini adalah penggunaan metode Outdoor Study dapat meningkatkan pemahaman konsep sumber energi.

Penelitian skripsi yang ketiga menurut Ari Fendianto (2013) yang berjudul “Penerapan Metode Outdoor Study dengan Memanfaatkan Lingkungan Sekolah sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar IPA Biologi Siswa Kelas VII B SMP Negeri 3 Tempel”. Kesimpulan dari penelitiannya adalah metode Outdoor Study dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas VII B semester II SMP negeri 3 Tempel. Peningkatan minat belajar siswa dapat dilihat dari masing–masing aspek minat yang meliputi aspek ketertarikan meningkat sebesar 1,68%, aspek rasa senang meningkat 1,55%, aspek kebutuhan meningkat 1,42%, aspek keingintahuan meningkat 1,16%. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai post-test dari siklus I ke siklus II sebesar 10,65 dengan nilai effect size 0,59.

(15)

Gamol Sleman Tahun Ajaran 2011/2012) ”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Outdoor Mathematics dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III B SD Gamol pada mata pelajaran Matematika. Peningkatan hasil belajar ditunjukan dengan adanya peningkatan pada aspek kognitif yaitu dari nilai rata - rata kelas pada pra tindakan 62,19 dengan ketuntasan klasikal 31,25% (5 siswa). Pada siklus I nilai rata-rata kelas menjadi 69,09 dengan ketuntasan klasikal 56,25% (9 siswa) dan pada siklus II mencapai 85,31 dengan ketuntasan klasikal 87,50%(14 siswa); Peningkatan persentase aspek afektif sebesar 14,69% dari siklus I

ke siklus II (71,40% meningkat menjadi 86,09%) dan; Peningkatan persentase aspek psikomotor sebesar 13,6 % dari siklus I ke siklus II (72,96% meningkat menjadi 86,56 %).

2.3. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan oleh peneliti maka diperoleh alur kerangka berpikir bahwa kondisi awal SD Negeri 1 Sumbung kelas 3 lebih banyak berpusat pada guru dan ketergantungan terhadap buku pelajaran. Dalam proses penbelajaran guru hanya menggunakan metode konvensional sehingga siswa kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.

(16)

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Berpikir Penelitian

2.4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan paparan seluruh di atas, maka hipotesis penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut :

a. Penerapan metode Outdoor Study dapat meningkatkan hasil belajar IPA SD Negeri 1 Sumbung Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

b. Penerapan metode Outdoor Study dapat dilakukan dengan langkah :

(17)

Tahap Pelaksanaan ini para guru dan siswa melakukan kegiatan belajar di tempat tujuan dengan berjalan rapi dan tertib, guru menjelaskan materi, guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas sesuai perintah guru.

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka melaksanakan Misi Kementerian Perdagangan yaitu Menguatkan Pasar Dalam Negeri untuk mencapai tujuan Kementerian Perdagangan melalui Peningkatan

Pada suhu yang lebih tinggi (di atas 1210°C) keduanya dapat bereaksi membentuk nitrik okside dalam jumlah tinggi sehingga mengakibatkan polusi udara.. dalam proses

Kesimpulan dari penelitian ini adalah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMK yang memperoleh pembelajaran menggunakan model Discovery Learning

Pengerjaan pengecoran yang berlangsung dengan baik adalah jika beton dapat muncul dari kedalaman lobang. Pemasangan tremie mensyaratkan bahwa selama pengecoran dan penarikan

Gambar 24 menunjukkan grafik hasil simulasi pengujian pengaruh kecepatan putar pahat terhadap suhu pemotongan (suhu geram) selama proses pemesinan bubut untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi manfaat, persepsi kemudahan penggunaan dan persepsi risiko terhadap minat masyarakat menggunakan

Pada larutan yang netral, ampas daun andong merah yang tenggelam dapat menyisakan air bening di atasnya, sedangkan jika diteteskan asam, akan menghasilkan air berwarna kuning

Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik atau sesuai untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian