• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENEMUKAN LARUTAN INDIKATOR ALAMI ASAM BASA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENEMUKAN LARUTAN INDIKATOR ALAMI ASAM BASA"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

“MENEMUKAN LARUTAN INDIKATOR ALAMI ASAM

BASA”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

MELYSA

SEPTIANA

MUHAMAD

FARHAN

NAUFAL

MUBARAK

RAJA FALIH

GHUFRAN

SILVIANA

WIDYA

NURHIDAYATI

(13529)

(13538)

(13565)

(13596)

▸ Baca selengkapnya: laporan praktikum kimia cangkang telur dan asam cuka

(2)

(13627)

(13664)

KELAS XI MIPA 3

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan “LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMBUATAN LARUTAN INDIKATOR ALAMI ASAM BASA” ini dengan baik.

Tidak lupa kami berterima kasih kepada guru Kimia kami, Bapak M. Tohir Karjono S.Pd, M.Pd yang telah memberi kami tugas ini dan membimbing kami dalam menyelesaikan tugas ini dengan baik. Dan juga kepada teman-teman kami yang telah melaksanakan praktikum ini bersama kami.

Kami menyadari bahwa penulisan laporan praktikum ini masih belum sempurna, oleh karena itu untuk memperbaiki dan menyempurnakan laporan praktikum ini, kami mengharapkan kritik-kritik dan saran-saran yang membangun khususnya dari guru mata pelajaran guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kamu untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari “LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMBUATAN LARUTAN INDIKATOR ALAMI ASAM BASA” ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi kepada pembaca. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Tanjungpinang, 18 Januari 2017

(4)

DAFTAR ISI

Cover...i Kata Pengantar...ii Daftar Isi...iii BAB 1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...1 1.3 Tujuan Praktikum...1 1.4 Manfaat...1

BAB 2 LANDASAN TEORI...2

2.1 Asam dan Basa...2

2.2 Indikator Asam Basa...10

2.3 Indikator Alami Asam Basa...13

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN...15

3.1 Waktu dan Tempat...15

3.2 Alat dan Bahan...15

3.3 Prosedur Kerja...16

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN...18

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN...20

DAFTAR PUSTAKA...21

LAMPIRAN...22

(5)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata “asam” berasal dari bahasa Latin “acidus” yang berarti masam. Asam adalah zat (senyawa) yang menyebabkan rasa masam pada berbagai materi. Basa adalah zat(senyawa) yang dapat beraksi dengan asam, menghasilkan senyawa yang disebut garam. Sedangkan basa adalah zat-zat yang dapat menetralkan asam. Secara kimia, asam dan basa saling berlawanan. Sifat basa pada umumnya ditunjukkan dari rasa pahit dan licin.

Asam dan basa sangat erat kaitannya dalam kehidupan kita, didalam tubuh manusia juga terdapat keseimbangan asam basa untuk beradaptasi dan tetap menjaga fungsinya dengan baik. Contohnya saja seperti asam lambung yang dapat membunuh mikroorganisme yang terdapat pada makanan yang kita konsumsi. Begitu juga dengan gaya hidup kita sehari-hari sangat sering dihadapkan dengan asam basa tersebut, seperti asam cuka, minuman bersoda, jeruk, aki bersifat asam. Sedangkan sabun dan bahan pembuatan pupuk yang bersifat basa. Beberapa hewan tertentu juga mempertahankan diri dengan menghasilkan basa, seperti sengatan tawon.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Menemukan Larutan Indikator Alami Asam Basa”.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang akan kami bahas dalam praktikum ini adalah

Larutan apa yang paling efektif untuk dijadikan indikator alami asam basa? 1.3 Tujuan Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan untuk menemukan sekaligus membuktikan larutan alami apa yang dapat digunakan untuk mendeteksi asam dan basa.

1.4 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah siswa dapat mengenali larutan bahan alami yang dapat dijadikan indikator alami asam basa.

(6)

LANDASAN TEORI

Untuk mendukung pembuatan laporan ini, maka perlu dikemukakan hal-hal atau teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan dan ruang lingkup pembahasan sebagai landasan dalam pembuatan laporan ini.

2.1 Asam dan Basa

TEORI ASAM BASA ARRHENIUS JENIS SENYAWA ASAM

Svante Arrhenius (1887) menggemukakan bahwa asam adalah suatu zat yang jika dilarutkan ke dalam air akan menghasilkan ion hidronium (H+). Asam umumnya merupakan senyawa kovalen dan akan menjadi bersifat asam jika sudah larut dalam air. Sebagai contoh gas hidrogen klorida bukan merupakan asam, tetapi jika sudah dilarutkan ke dalam air akan menghasilkan ion H+. Reaksi yang terjadi adalah:

HCl(aq) → H+(aq) + Cl(aq) Beberapa jenis senyawa Asam, diantaranya:

1. Asam Biner ( terdiri dari dua jenis unsur) Contoh:

Asam Fluorida : HF(aq) → H+(aq) + F(aq) Asam klorida : HCl(aq) → H+(aq) + Cl(aq) Asam sulfida : H2S(aq) → H+(aq) + S2-(aq) 2. Asam Oksi

Contoh:

Asam nitrat : HNO3(aq) → H+(aq) + NO3(aq) Asam karbonat : H2CO3(aq) → 2H+(aq) + CO32-(aq) Asam sulfat : H2SO4(aq) → 2H+(aq) + SO42-(aq) Asam Posfat :H3PO4(aq) → 3H+(aq) +PO43-(aq) 3. Asam organik

(7)

Contoh:

Asam format : HCOOH(aq) → H+(aq) + HCOO(aq) Asam asetat : CH3COOH(aq) → H+(aq) + CH3COO(aq) Asam benzoat : C6H5COOH(aq) → H+(aq) + C6H5COO(aq) Asam oksalat : H2C2O4(aq) → 2H+(aq) + C2O42-(aq)

4. Oksida asam Contoh:

Karbon dioksida : CO2(g) + H2O(l) → H2CO3(aq) Belerang trioksida : SO3(g) + H2O(l) → H2SO4(aq) Dinitrogen pentaoksida: N2O5(g) + H2O(l) → 2HNO3(aq)

Dari persamaan reaksi di atas menunjukan bahwa satu molekul asam dapat melepaskan satu, dua, atau tiga ion H+. Asam yang hanya menghasilkan sebuah ion H+ disebut sebagai asam monoprotik, atau asam berbasa satu, asam yang menghasilkan dua ion H+ setiap molekulnya disebut asam diprotik atau asam berbasa dua.

Menurut teori asam basa Arrhenius, asam kuat merupakan asam yang derajat ionisasinya besar atau mudah terurai dan banyak menghasilkan ion H+ dalam larutannya. Asam kuat diantaranya HCl, HBr, HI, H2SO4, HNO3, dan HClO4.

JENIS SENYAWA BASA

Menurut teori asam basa Arrhenius, basa adalah senyawa yang di dalam air (larutan) dapat menghasilkan ion OH–. Umumnya basa terbentuk dari senyawa ion yang mengandung gugus hidroksida (-OH) di dalamnya. Akan tetapi, amonia (NH3) meskipun merupakan senyawa kovalen, tetapi di dalam air termasuk senyawa basa, karena setelah dilarutkan ke dalam air dapat menghasilkan ion OH–.

Beberapa jenis senyawa basa , diantaranya: 1. Senyawa yang mengandung ion hidroksida Contoh:

(8)

Kalsium hidroksida : Ca(OH)2(aq) → Ca2+(aq) + 2OH(aq) Aluminium hidroksida: Al(OH)3(aq) → Al3+(aq) + 3OH(aq) 2. Oksida basa

Contoh:

Natrium oksida: Na2O(s) + H2O(l) → 2NaOH(aq) Kalsium oksida: CaO(s) + H2O(l) → Ca(OH)2(aq) Aluminium oksida: Al2O3(s) + H2O(l) → 2Al(OH)3(aq)

3. Senyawa yang bereaksi dengan air melepaskan ion hidroksida Contoh:

Amonia : NH3(aq) + H2O(l) → NH4+(aq) + OH(aq)

Metil amina: CH3NH2(aq) + H2O(l) → CH3NH3+(aq) + OH(aq) Fenil amina: C6H5NH2(aq) + H2O(l) → C6H5NH3+(aq) + OH(aq)

Tidak semua senyawa yang mengandung gugus –OH merupakan suatu basa. Contohnya CH3COOH dan C6H5COOH justru merupakan asam. Sementara itu, CH3OH tidak menunjukan sifat asam atau basa di dalam air (ini termasuk oksida indiferen).

Menurut teori asam basa Arrhenius, terdapat basa kuat dan basa lemah. Basa kuat merupakan basa yang mudah terionisasi dalam larutannya dan banyak mengahsilkan ion OH–. Contohnya KOH, NaOH, Ba(OH)2, dan Ca(OH)2.

TEORI ASAM BASA BRONSTED LOWRY

Penjelasan tentang asam basa Arrhenius tidak memuaskan untuk menjelaskan tentang sifat asam basa pada larutan yang bebas air atau tidak mengandung air. Sebagai contoh, asam asetat akan bersifat asam jika dilarutkan dalam air, tetapi ternyata sifat asamtersebut tidak tampak pada saat asam asetat dilarutkan dalam benzena.

Demikian juga dengan larutan amonia (NH3) dalam natrium amida (NaNH2) yang menunjukan sifat basa meskipun tidak mengandung ion OH–. Berdasarkan kenyataan tersebut, Johannes Bronsted dan Thomas Lowry secara terpisah mengusulkan bahwa

(9)

yang berperan dalam memberikan sifat asam dan basa suatu larutan adalah ion H+ atau proton (ingat bahwa hidrogen hanya mempunyai sebuah elektron dan sebuah proton, jika elektronnya dilepaskan menjadi ion +1, yang tertinggal hanya proton saja).

Menurut teori asam basa Bronsted Lowry , asam adalah spesi (ion atau molekul) yang berperan sebagai donor proton (pemberi proton atau H+) kepada suatu spesi yang lain. Basa adalah spesi (molekul atau ion) yang bertindak menjadi akseptor proton (penerima proton atau H+).

Atau bisa juga dikatakan bahwa menurut teori asam basa Bronsted Lowry , jika suatu asam memberi proton (H+), maka sisa asam tersebut mempunyai kemampuan

menerima proton atau bertindak sebagai basa. Sisa asam tersebut dinamakan basa konjugasi dari asam semula. Demikian pula, jika suatu basa menerima proton (H+), maka basa yang terbentuk mempunyai kemampuan untuk melepas proton tersebut atau bertindak sebagai asam konjugasi dari basa semula. Secara umum pasangan asam basa konjugasi ini bisa digambarkan sebagai berikut:

Bisa disimpulkan menurut teori asam basa Bronsted Lowry Asam adalah pemberi/ donor proton (H+)

Basa adalah penerima/ akseptor proton (H+) Contoh 1

NH3(aq) + H2O(l) → NH4+(aq) + OH–(aq) Basa Asam Asam Basa Untuk reaksi ke kanan:

(10)

H2O merupakan asam karena memberikan ion H+ (donor proton) kepada molekul NH3 untuk berubah menjadi NH4+. NH3 adalah basa karena menerima H+ (akseptor proton) dari molekul H2O.

Untuk reaksi ke kiri:

Ion NH4+ adalah asam karena memberikan ion H+ (donor proton) kepada ion OH– dan berubah menjadi molekul NH3. Sedangkan ion OH– adalah basa karena

menerima ion H+ (akseptor H+) untuk berubah menjadi molekul H2O. H2O dan ion OH– adalah pasangan asam basa konjugasi, dimana ion OH– merupakan basa dari H2O dan sebaliknya H2O adalah asam konjugasi dari ion OH–.

NH3 dan NH4+ juga merupakan pasangan asam basa konjugasi, dimana NH3 adalah basa konjugasi dari NH4+ dan sebaliknya NH4+ adalah asam konjugasi dari NH3. Contoh 2:

HCl(g) + H2O(l) → H3O+(aq) + Cl–(aq) Asam 1 Basa 2 Asam 2 Basa 1

HCl dan Cl– serta H2O dan OH– merupakan pasangan asam basa konjugasi. HCl adalah asam konjugasi dari ion Cl– dan sebaliknya Cl– merupakan basa konjugasi dari HCl.

Sifat basa dari larutan Na3PO4 dalam air juga dapat dijelaskan dengan teori asam basa Bronsted Lowry. Dalam larutan tersebut, yang menyebabkan sifat basa adalah ion PO43-.

H2O(l) + PO43-(aq) → HPO42-(aq) + OH–(aq) Asam 1 Basa 2 Asam 2 Basa 1 TEORI ASAM BASA LEWIS

Konsep asam – basa menurut Bronsted Lowry mempunyai keterbatasan, terutama di dalam menjelaskan reaksi – reaksi yang melibatkan senyawa tanpa proton (H+), misalnya reaksi antara senyawa NH3 dan BF3, serta beberapa reaksi yang melibatkan senyawa kompleks.

Pada tahun 1932, ahli kimia G.N. Lewis mengajukan konsep baru mengenai asam – basa, sehingga dikenal adanya asam Lewis dan basa Lewis. Menurut teori asam basa Lewis tersebut, yang dimaksud dengan asam Lewis adalah suatu senyawa yang

(11)

mampu menerima pasangan elektron dari senyawa lain, atau akseptor pasangan elektron, sedangkan basa Lewis adalah senyawa yang dapat memberikan pasangan elektron kepada senyawa lain atau donor pasangan elektron. Teori asam basa Lewis ini lebih memperluas konsep asam – basa yang teladikembangkan oleh Brosted Lowry.

Contoh teori asam basa Lewis H+ + NH3 NH4+

BF3 + NH3 NH3BF3

Pada gambar di atas, ditunjukan bahwa ion H+ merupakan asam Lewis karena mampu menerima pasangan elektron, sedangkan NH3 merupakan basa Lewis. Pada reaksi antara BF3 dengan NH3, yang merupakan asam Lewis adalah BF3 karena mampu menerima sepasang elektron, sedangkan NH3 merupakan basa Lewis.

Konsep asam – basa yang dikembangkan oleh Lewis didasarkan pada ikatan kovalen koordinasi. Masih ingat kan ya? Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kimia yang terbentuk dari pemakaian elektron bersama yang digunakan elektron tersebut berasal dari salah satu atom atau molekul yang berikatan. Atom atau spesi yang yang

memberikan pasangan elektron di dalam membentuk ikatan kovalen koordinasi akan bertindak sebagai basa, sedangkan atom, molekul atau spesi yang menerima

pasangan elektron disebut sebagai asam. Dengan konsep ini dapat dijelaskan terjadinya reaksi asam basa yang terjadi pada ion logam dengan suatu molekul atau ion.

Ag+(aq) + 2NH3(aq) → Ag(NH3)+(aq) Asam Basa

(12)

Cd2+(aq) + 4I(aq) → CdI4(aq) Asam Basa

Ni(s) + 4CO(g) → Ni(CO¬)4(g) Asam Basa

Dalam dunia kedokteran dan farmasi dikenal adanya senyawa basa Lewis yang digunakan sebagai obat keracunan logam berat, misalnya merkuri, timbal, kadmium, dan sejenisnya. Obat tersebut dikelompokan sebagai British Anti Lewis Acid (BAL). Kandungan obat tersebut antara lain oksalat dan etilendiamintetraasetat (EDTA). Peranan BAL dalam obat tersebut adalah mengikat logam berat agar mengganggu kerja enzim.

Hg2+(aq) + 2C2O42-(aq) → [Hg(C2O4)2]2-(aq) Asam Basa

Cd2+(aq) + 2(EDTA4-)(aq) → [Cd(EDTA)2]6-(aq) Asam Basa

SIFAT ASAM BASA

Asam dan basa merupakan dua senyawa kimia yang sangat penting dalam kehidupan sehari- hari. Secara umum, zat – zat yang berasa masam mengandung asam, misalnya asam sitrat pada jeruk, asam cuka pada cuka makanann, serta asam benzoat yang digunakan sebagai pengawet makanan. Basa merupakan senyawa yang mempunyai sifat licin, rasanya pahit, dan jenis basa tertentu bersifat caustic atau membakar, misalnya natrium hidroksida atau soda api.

Meskipun asam dan basa dapat dibedakan dari rasanya, tetapi tidak disarankan (dilarang) untuk mencicipi asam atau basa yang ada di laboratorium. Asam dan Basa dapat dibedakan dengan menggunakan zat tertentu yang disebut indikator asam basa atau menggunakan alat khusus.

Larutan asam dan basa dapat diperoleh dengan melarutkan asam atau basa secara langsung ke dalam air. Selain itu, larutan ini juga dapat diperoleh melalui reaksi antara senyawa oksida dengan air.

(13)

Reaksi antara oksida asam dengan air akan menghasilkan larutan asam, sedangkan reaksi antara oksida basa dengan air menghasilkan larutan basa. Larutan basa juga dapat dihasilkan dari reaksi antara logam reaktif dengan air.

Oksida adalah senyawa antara unsur tertentu dengan oksigen. Oksida asam adalah oksida yang berasal dari unsur nonlogam dengan oksigen misalnya CO2, SO2, P2O5, Cl2O7 dan sebagainya. Oksida asam jika bereaksi dengan air akan menghasilkan larutan asam.

Contoh

CO2(g) + H2O(l) → H2CO3(aq) SO3(g) + H2O(l) → H2SO4(aq) P2O5(s) + H2O(l) → 2H3PO4(aq) Cl2O7(g) + H2O(l) → 2HClO4(aq)

Oksida basa adalah oksida yang berasal dari unsur logam dengan oksigen, misalnya Na2O, CaO, Fe2O3, dan sebagainya. Oksida basa jika bereaksi dengan air akan menghasilkan larutan basa.

Contoh:

Na2O(s) + H2O(l) → 2NaOH(aq) CaO(s) + H2O(l) → Ca(OH)2(aq) Fe2O3(s) + 3H2O(l) → 2Fe(OH)3(aq)

Diantara senyawa oksida, ada yang disebut oksida indiferen, yaitu oksida yang tidak dapat membentuk asam maupun basa, misalnya CO dan NO. Selain itu, ada juga oksida amfoter, yaitu oksida yang dapat membentuk asam ataupun basa tergantung lingkungannya. Pada saat lingkungan asam akan menjadi basa, tetapi saat lingkungannya basa akan bersifat sebagai basa, misalnya Al2O3 dan ZnO.

(14)

2.2 Indikator Asam Basa

Untuk mengetahui nilai pH suatu larutan dapat dilakukan dengan menggunakan pH meter atau Indikator asam basa. pH meter merupakan suatu rangkaian elektronik yang dilengkapi dengan elektrode kaca. Jika elektrode kaca ini di masukkan ke dalam larutan, akan timbul beda potensial yang diakibatkan oleh adanya ion H+ dalam larutan. Besarnya beda potensial ini ditunjukkan dengan angka yang menyatakan pH larutan tersebut.

Alat ini mengukur berdasarkan perbedaan relatif konsentrasi ion H+. Oleh karena itu, setiap kali melakukan pengukuran pH meter harus dikalibrasi menggunakan larutan yang sudah diketahui pH-nya dengan pasti. Untuk menggunakan alat ini cukup dengan mencelupkan elektrodenya ke dalam larutan yang diukur dan secara otomatis jarum penunjuk atau angka digital akan menunjuk pada nilai pH larutan yang diukur. Indikator asam basa adalah suatu zat yang mempunyai warna tertentu pada pH tertentu. Sebagai contoh, bromtimol biru (BTB) akan berwarna kuning dalam lingkungan asam, berwarna biru dalam basa, dan berwarna hijau pada suasana netral. Ditinjau dari senyawanya, indikator asam basa merupakan zat warna yang dianggap sebagai asam lemah (HIn) dalam larutan dan terionisasi menghasilkan ion H+.

HIn(aq) H+(aq) + In(aq)

Warna Hin berbeda dengan warna In–. Pada pH = pKa atau [H+] = Ka indikator, maka [In–] sama dengan [HIn] sehingga yang tampak adalah warna campuran antara warna HIn dan warna In–. Pada pH lebih rendah dari nilai Ka, warna yang tampak adalah warna HIn, dan jika pH lebih besar dari Ka, warna yang tampak adalah warna In–. Perubahan warna akan berkisar antara pH = pKa ±1. Kisaran angka ini disebut dengan trayek range pH indikator.

Contoh

Indikator metil jingga mempunyai traayek pH: 3,1 – 4,4 dengan perubahan warna dari merah ke kuning. Oleh karena itu, indikator metil jingga tersebut akan berwarna merah jika diteteskan pada larutan yang mempunyai pH < 3,1 dan akan memberikan

(15)

warna kuning jika diteteskan pada larutan yang mempunyai pH > 4,4. Pada pH antara 3,1 – 4,4 warna metil jingga adalah campuran antara merah dan kuning, yaitu jingga. Tabel jangkauan warna beberapa indikator asam basa

Indikator Asam Basa Perubahan warna Trayek pH

Metil Jingga (MO) Merah ke Kuning 3,1 – 4,4

Metil merah (MM) Merah ke kuning 4,4 – 6,2

Lakmus Merah ke biru 4,5 – 8,3

Bromtimol biru (BTB) Kuning ke biru 6,0 – 7,6

Fenolftalein (PP) Tak berwarna ke merah ungu 8,3 – 10,0

Indikator tunggal hanya akan menunjuk hasil secara umum, misalnya suatu larutan ditetesi indikator PP berwarna merah, berarti larutan tersebut mempunyai pH > 8,3. Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti dapat digunakan beberapa indikator terhadap satu larutan.

Contoh soal

Suatu larutan akan memberikan warna kuning dengan indikator metil jingga dan metil merah, serta memberikan warna biru dengan indikator BTB. Sementara itu, dengan indikator PP tidak berwarna. Perkirakan nilai pH larutan tersebut.

Jawab:

Dengan metil jingga berwarna kuning= pH > 4,4 Dengan metil jingga berwarna kuning= pH > 6,2 Dengan BTB berwarna biru = pH > 7,6

Dengan PP tak berwarna = pH < 8,3 Jadi, pH larutan kira – kira = 7,6- 8,0

(16)

Perkirakan nilai pH ini juga tidak pasti tepat, namun nilai ini merupakan nilai yang lebih teliti dibandingkan jika hanya indikator tunggal. Akan tetapi, jika mengharapkan pengukuran nilai pH secara pasti dapat digunakan indikator Universal. Indikator universal merupakan campuran beberapa indikator yang dapat berubah pada setiap satuan nilai pH. Terdapat indikator universal ada yang berbentuk larutan atau kertas (stik) yaang dilengkapi dengan peta warna dan pH-nya.

(17)

2.3 Indikator Alami Asam Basa

Indikator alam merupakan bahan-bahan alam yang dapat berubah warnanya dalam larutan asam, basa, dan netral. Indikator alam yang biasanya dilakukan dalam pengujian asam basa adalah tumbuhan yang berwarna mencolok, berupa bunga-bungaan, umbi-umbian, kulit buah, dan dedaunan.

Perubahan warna indikator bergantung pada warna jenis tanamannya, misalnya kembang sepatu merah di dalam larutan asam akan berwarna merah dan di dalam larutan basa akan berwarna hijau, kol ungu di dalam larutan asam akan berwarna merah keunguan dan di dalam larutan basa akan berwarna hijau.

Di bawah ini merupakan pigmen-pigmen warna alami yang dapat mendeteksi asam atau basa :

Alizarin adalah warna oranye yang dapat ditemukan di akar tanaman madder plant; Ianya digunakan untuk mewarnai wol di Mesir Kuno, Persia, dan India. Di larutan alkohol 0,5% alizarin berwarna kuning pada pH 5.5 dan berwarna merah pada pH 6.8. Alizarin yang telah dimodifikasi secara sintetis juga dapat digunakan sebagai indikator asam basa.

Cochineal adalah indikator asam basa yang dibuat dari tubuh serangga cochineal yang dikeringkan, serangga ini dapat ditemukan di Mexico dan Amerika Tengah. Kita hari menggiling sekitar 70.000 serangga untuk membuat 1 pon indikator kering. Bubuknya mengandung sekitar 10% Asam carminic yang berwarna kuning di larutan asam, dan ungu tua di larutan basa. Larutan Cochineal tidak digunakan sebagai indikator asam basa lagi.

Curcumin, yaitu kuning kunyit adalah pewarna alami yang ditemukan di bubuk kari. Warna ekstrak kunyit berwarna kuning di pH 7.4 dan berubah menjadi merah di pH 8.6.

Esculin adalah pewarna fluorescent yang bisa diekstrak dari daun dan kulit batang pohon berangan kuda. Kita perlu memancarkan sebuah cahaya hitam (ultraviolet) pada indikator ini untuk mendapat efek terbaiknya. Esculin berubah dari tidak berwarna di pH 1.5 menjadi biru fluorescent di pH 2.

Anthocyanin adalah indikator asam basa yang paling mudah untuk didapatkan; ini adalah pigmen warna tanaman yang membuat kol ungu berwarna ungu, bunga cornflower berwarna biru, dan bunga poppy berwarna merah. Antocyanin berwarna merah di larutan asam, berubah menjadi keunguan dan hijau di larutan basa lemah dan kuning di larutan basa kuat.

Perhatikan gambar di sebelah ini.

Litmus adalah pewarna biru yang diekstrak dari

berbagai spesies lumut kerah. Walaupun lumut keran ini tumbuh di berbagai daerah di dunia ini, hamper semua litmus diekstrak dan dikemas di Belanda. Litmus berwarna merah di pH 4.5 dan biru di sekitar pH 8.3.

(18)

Sebagian besar Litmus digunakan untuk membuat kertas Lakmus, dan dapat juga dipakai sebagai pewarna pada minuman.

Logwood adalah pewarna yang didapatkan dari bagian inti pohon dari sejenis pohon yang tumbuh di Amerika Tengah dan daerah Hindia Barat. Ekstrak ini berisi

hematoxylin dan hematein, yang berubah menjadi merah cerah di larutan basa. Betalains adalah kelas “indole-derived pigments” berwarna merah dan kuning yang ditemukan di tanaman berordo Caryophyllales, dimana pigmen ini menggantikan pigmen antocyanin. Betalain juga ditemukan pada spesies jamur tingkat tinggi.

(19)

BAB 3

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada Kamis, tanggal 11 Januari 2016 di kelas XI MIPA 3 SMA NEGERI 1 TANJUNGPINANG.

3.2 Alat dan Bahan  Alat : - Lumpang -Alu - Pelat Tetes - Pipet - Gelas Plastik  Bahan : - Cuka - Air Kapur

- Daun Andong Merah

- Bunga Bougainvillea Merah Muda - Kunyit

3.3 Prosedur Kerja

1. Kumpulkan alat dan bahan yang diperlukan untuk melaksanakan praktikum.

(20)

2. Tumbuk salah satu bahan yang akan dijadikan larutan indikator alami asam basa dengan sedikit air di awal menggunakan lumpang dan alu.

(21)

4. Saring dan pindahkan larutan ke sebuah gelas plastik.

5. Lakukan langkah kedua sampai keempat pada bahan-bahan lain.

(22)

7. Setelah pelat tetes terisi penuh, teteskan cuka pada baris paling kiri dan air kapur pada baris paling kanan setiap larutan indikator.

8. Amati perubahan warna yang terjadi.

BAB 4

(23)

Hasil Praktikum :

 Daun andong merah dapat dijadikan indikator asam sekaligus basa. Pada larutan yang netral, ampas daun andong merah yang tenggelam dapat menyisakan air bening di atasnya, sedangkan jika diteteskan asam, akan menghasilkan air berwarna kuning dan jika diteteskan basa, akan menghasilkan air berwarna merah kecoklatan.

 Bunga kertas dan kunyit dapat dijadikan indikator basa karena hanya dapat berubah warna kettika diteteskan basa, dan perubahan warnanya lebih mencolok.

 Daun Andong merah mengandung pigmen warna Anthocyanin yang dapat mendeteksi larutan asam dan basa, maka daun andong merah dapat digunakan sebagai larutan indikator asam basa alami yang sederhana dan juga mudah didapatkan.

 Bunga Bougainvillea atau bunga kertas mengandung pigmen warna Betalain yang menggantikan pigmen warna Anthocyanin pada tanaman berordo Caryophyllales.

(24)

 Kunyit mengandung pigmen warna Curcumin yang dapat mendeteksi asam dan basa dengan baik.

(25)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari Praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa

 Larutan alami yang memiliki warna yang kontras perubahan warnanya akan lebih baik untuk digunakan sebagai indikator alami asam basa.  Daun-daun berwarna ungu atau merah dapat digunakan sebagai larutan

alami indikator asam basa, tetapi daun berwarna hijau umumnya tidak dapat dijadikan indikator asam basa.

 Bunga-bunga berwarna cerah dapat digunakan untuk membuat larutan alami indikator asam basa.

Untuk pengembangan lebih lanjut maka kami memberikan saran yang akan bermafaat dan dapat membantu dalam pelaksanaan praktikum kimia di SMA Negeri 1 Tanjungpinang di masa yang akan datang, yaitu :

Perlunya penambahan peralatan seperti pipet tetes agar dapat memudahkan dalam pelaksanaan praktikum ini.

(26)

Pelaksanaan Praktikum dilaksanakan di laboratorium agar tidak terjadi kehilangan alat yang digunakan untuk melaksanakan praktikum ini.

DAFTAR PUSTAKA

Kimiadasar.com

Gunawanfly.blogspot.co.id

Softilmu.com

Asamdanbassa.blogspot.co.id

antoine.frostburg.edu

www.jbsoweb.com

(27)

LAMPIRAN

Daun Tanaman Puring(+) Daun Sirih (-) Kelopak bunga Heliconia (-)

Daun Ungu 1 (+) Bunga Asoka (+) Daun Cemara (-)

(28)

Daun Pucuk Merah Bawang Merah (+) Kulit Jeruk (-)

(29)

Daun Ungu 2 (+) Daun nanas kerang ungu (+) Daun Sambang Darah(+)

(30)

Kata Penutup

Demikianlah laporan praktikum yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas.Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Referensi

Dokumen terkait

Dan yang terakhir pada menit kesepuluh logam Zn semakin berwarna hitam pekat, warna larutan semakin biru muda bening, dan logam Zn semakin

Berdasarkan percobaan, ketiga sampel yang direaksikan dengan reagen etanol dan larutan fenilhidrazin berubah menjadi larutan yang berwarna kuning dan terbentuk dua

Logam Mg padat larut dalam air, yang menunjukkan perubahan entropi dari sistem teratur (padat) menjadi kurang teratur (cair).. Pada awal bereaksi, larutan berwarna

Reaksi selanjutnya yaitu reaksi antara K2Cr2O7 +HCl+air menghasilkan larutan yang berwarna kuning oil dan menimbulkan gas yang berbau tidak sedap!. Warna kuning oil

Jika ekstrak Pacar Air dicampur dengan larutan detergen (Basa) akan mengalami perubahan warna dari ungu menjadi hijau muda.. Jika ekstrak Pacar air dicampur dengan

Metoda pengenceran adalah penambahan air 100x lebih banyak ke dalam larutan buffer dilanjutkan dengan penambahan larutan asam/basa sampai pHnya melewati batas kapasitas

Dalam pengamatan warna kedua sampel air , pada air keran warna airnya berwarna bening tetapi air keran belum tentu dapat kita konsumsi karena air keran mengandung ion-ion logam

Asam adalah senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7 atau suatu zat yang dapat memberi proton (ion H + ) kepada zat..