• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEDUDUKAN AKTA OTENTIK YANG DIBUAT OLEH NOTARIS PADA PEMBUATAN AKTA JAMINAN FIDUSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEDUDUKAN AKTA OTENTIK YANG DIBUAT OLEH NOTARIS PADA PEMBUATAN AKTA JAMINAN FIDUSIA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Vol 1 No. 1 ,2017 Pactum Law Journal

©2017 Hukum Perdata all right reserve

1

KEDUDUKAN AKTA OTENTIK YANG DIBUAT OLEH NOTARIS PADA PEMBUATAN AKTA JAMINAN FIDUSIA

Faranissa Yona Ramadhani1, Muhammad Fakih2, Dita Febrianto3.

ABSTRAK

Perjanjian jaminan fidusia adalah perjanjian hutang piutang kreditur kepada debitur yang melibatkan penjaminan, jaminan tersebut kedudukannya masih dalam penguasaan pemilik jaminan. Untuk menjamin kepastian hukum dalam perjanjian jaminan fidusia haruslah dibuat dengan akta otentik yang dibuat oleh notaris. Penelitian ini mengkaji mengenai mekanisme pembuatan akta jaminan fidusia oleh notaris, akibat hukum yang timbul apabila notaris tidak melakukan kewajiban hukum terhadap pembuatan akta otentik pada pembuatan akta jaminan fidusia, serta bentuk pengawasan terhadap kedudukan pembuatan akta jaminan fidusia oleh notaris berdasarkan ketentuan undang-undang yang berlaku.

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian yuridis-empiris, dengan tipe penelitian deskriptif. Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yuridis teoritis. Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan wawancara langsung sebagai data pendukung. Pengolahan data dilakukan dengan cara pemeriksaan data dan sistematika data. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme pembuatan akta jaminan fidusia dilakukan melalui dua tahapan sesuai dengan Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan fidusia yaitu melalui tahapan pembebanan dan pendaftaran. Akibat hukum yang akan diterima oleh notaris jika tidak melaksanakan kewajibannya dalam membuat akta otentik pada pembuatan akta jaminan fidusia akan diberlakukan sanksi sesuai pelangaran yang dilakukan oleh notaris, berupa sanksi secara perdata, administratif, dan kode etik. Ada beberapa lembaga yang bertugas untuk mengawasi notaris, pertama adalah Majelis Kehormatan Notaris, Kedua yang melakukan pengawasan terhadap notaris adalah Majelis Pengawas Notaris (MPN), dan ketiga yang melakukan pengawasan terhadap notaris adalah organisasi notaris yaitu Ikatan Notaris Indonesia (INI) yang secara langsung mengontrol anggotanya yang melakukan kesalahan terhadap kode etik oleh dewan kehormatan dan untuk menerapkan sanksi yang akan diberikan jika notaris lalai dalam menjalankan tugasnya.

Kata Kunci : Akta Otentik, Notaris, Jaminan Fidusia

(2)

Vol 1 No. 1 ,2017 Pactum Law Journal

©2017 Hukum Perdata all right reserve

2

I. PENDAHULUAN

Tulisan yang dibuat secara khusus yang dibuat sedemikian rupa agar menjadi suatu alat bukti yang sah dan akurat disebut sebagai akta (acte). Akta adalah tulisan khusus yang dibuat agar menjadi suatu alat bukti tertulis.4 Akta sebagai alat bukti tertulis dalam hal-hal tertentu dapat digunakan menjadi suatu alat bukti yang kuat bagi pihak-pihak yang terikat di dalamnya. Salah satu akta yang dibuat sebagai alat bukti yang sah adalah Akta Otentik. Akta yang dibuat dihadapan notaris disebut akta notaril, authentik, atau akta otentik. Pasal 1869 kemudian menyatakan bahwa akta tidak dapat diberlakukan sebagai akta otentik apabila pejabat umum yang berwenang atau tidk cakap sebagai pejabat umum atau akta tersebut tidak memenuhi persyaratan yang dinyatakan oleh Undang-undang.Akta otentik mengandung konsep kebenaran dimana akta otentik tersebut tidak hanya membuktikan bahwa para pihak sudah menerangkan apa yang dituliskan didalam akta tersebut, tetapi juga bahwa apa yang diterangkan dalam akta tersebut adalah benar. Kemudian, akta otentik dapat dikatakan memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna karena memiliki tiga kekuatan pembuktian, yaitu kekuatan pembuktian lahiriah, kekuatan pembuktian formil, dan kekuatan pembuktian material.5

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notarsi menjelaskan bahwa yang berwenang dalam hal membuat akta otentik adalah Notaris. Sebagai seorang pejabat umum, notaris harus dan wajib memahami dan mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini merupakan suatu hal yang mutlak mengingat jabatan notaris merupakan jabatan kepercayaan dalam proses penegakan hukum. Notaris sebagai profesi tidak mutlak tunduk pada ketentuan Undang-undang tetapi juga tunduk pada kode etik profesi yang berlaku Notaris memiliki peran penting dalam pembuatan akta otentik yang merupakan perbuatan hukum yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (UUJN) memberikan kewenangan terhadap notaris dalam membuat akta otentik untuk menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum. Notaris sebagai pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik dapat dibebani tanggung jawab atas perbuatannya sehubungannya dengan pekerjaannya dalam membuat akta tersebut.

Akta Jaminan Fidusia sebagai Akta Notaris harus memenuhi unsur-unsur yang sudah ditentukan oleh Undang-undang didalam proses pembuatannya sehingga memenuhi kriteria untuk disebut sebagai Akta Otentik, diantaranya adanya unsur pembacaan akta, penandatanganan akta pada saat itu dan hal tersebut dinyatakan secara tegas dalam akta tersebut.6 Perjanjian Jaminan Fidusia adalah perjanjian hutang piutang kreditur kepada debitur yang melibatkan penjaminan. Jaminan tersebut kedudukannya masih dalam penguasaan pemilik jaminan. Praktek fidusia telah lama dikenal sebagai salah satu instrument jaminan

4 Komar Andasasmita, 1981. Notaris I, Bandung: Sumur Bandung, hlm. 47. 5 https://bh4kt1.wordpress.com/2010/12/30/otentisitas-suatu-akta-otentik/

6 Hikmah D. Hayatdian, 2013. Kajian Hukum Surat Kuasa Dibawah Tangan Sebagai Dasar

(3)

Vol 1 No. 1 ,2017 Pactum Law Journal

©2017 Hukum Perdata all right reserve

3 kebendaan bergerak yang bersifat non-possessory.7 Berbeda dengan jaminan kebendaan bergerak yang bersifat possessory,8 seperti gadai, jaminan fidusia memungkinkan debitur sebagai pemberi jaminan untuk tetap menguasai dan mengambil manfaat atas benda bergerak yang telah dijaminkan tersebut.9

Perjanjian fidusia merupakan perjanjian pengalihan hak penguasaan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan barang yang dijaminkan tetap dalam pengelolaan si pemilik (debitur), akan tetapi hak kepemilikannya diberikan kepada kreditur.10 Jaminan Fidusia bersifat accessoir, dimana bahwasannya Jaminan Fidusia ini sendiri merupakan perjanjian ikutan dari Perjanjian pokoknya. Hal tersebut tercantum dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, yaitu “Jaminan Fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok bukan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi”, maka untuk menjaga kepastian hukumnya jaminan fidusia dituangkan dalam sebuah akta otentik. Tanpa dibuat oleh Notaris maka perjanjian fidusia tidak memiliki kepastian hukum karena akta yang dibuat tidak otentik. Pembebanan kebendaan dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta Notaris dalam bahasa Indonesia yang merupakan akta Jaminan Fidusia. Pengaturan mengenai pembebanan jaminan fidusia yang dituangkan dalam akta otentik tersebut tercantum dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia yaitu,”Pembebanan benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta Notaris dalam Bahasa Indonesia dan merupakan akta jaminan fidusia”. Selain mencantumkan hari dan tanggal, dalam akta jaminan fidusia juga dicantumkan mengenai waktu pembuatan akta tersebut.

Undang-Undang No 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia Pasal 11 ayat (1) menyatakan “Benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib didaftarkan”. Pendaftaran tersebut adalah pendaftaran ikatan jaminan fidusia, di dalamnya meliputi rincian benda yang dibebani dengan jaminan fidusia. Pendaftaran benda yang dibebani jaminan fidusia dilakukan di Kantor Pendaftaran Fidusia yang menjadi bagian dari Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia, yang berada di tempat kedudukan pemberi fidusia. Pembuatan Akta Jaminan Fidusia oleh Notaris harus dibuat sesuai dengan aturan Perundang-undangan yang ada. Dalam praktiknya notaris seringkali melakukan kesalahan dengan membuat akta jaminan fidusia melebihi jumlah yang dibatasi pada pembuatan akta sebagaimana mestinya dan kemudian notaris juga seringkali membuat akta Jaminan Fidusia diluar wilayah hukum notaris, sedangkan apabila Notaris bertindak diluar kewenangan wilayahnya, maka akta tersebut dapat diajukan pembatalan oleh pihak yang berkepentingan kepada pengadilan umum (negri) dan telah ada putusan pengadilan umum yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap atau akta notaris tersebut mempunyai kedudukan pembuktian sebagai akta dibawah tangan atau akta Notaris batal demi hukum.11

7Non-Prossessory , dilakukan dengan notarial deed dan kemudian diregistrasi.

8Prossessory, dilakukan dengan penyerahan barang atau surat berharga pada kekuasaan pledge. 9 Gladys Octavinadya Melati, 2015. Pertanggungjawaban Notaris Dalam Pendaftaran Fidusia

Online Terhadap Penerima Fidusia, Surakarta : Pascasarjana Prodi. Magister Kenotariatan, Jurnal Repertorium 3 Januari-Juni 2015, hlm. 63.

10 Supianto, 2015. Hukum Jaminan Fidusia, Jember: Garudhawacana, hlm. 35.

11https://www.academia.edu/28755997/Kekuatan_Hukum_Akta_Yang_Dibuat_Oleh_Notaris_Dil

(4)

Vol 1 No. 1 ,2017 Pactum Law Journal

©2017 Hukum Perdata all right reserve

4 Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan serta dari judul yang diambil, maka dapat ditarik beberapa permasalahan pokok yaitu sebagai berikut :

a. Bagaimana mekanisme pembuatan Akta Jaminan Fidusia oleh Notaris ? b. Apa akibat hukum yang timbul apabila Notaris tidak melakukan kewajiban

Hukum terhadap pembuatan akta otentik pada pembuatan Akta Jaminan Fidusia ?

c. Bagaimana bentuk pengawasan terhadap pembuatan Akta Jaminan Fidusia oleh Notaris berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 dan Kode Etik Notaris ?

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian yuridis-empiris, dengan tipe penelitian deskriptif. Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yuridis teoritis. Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan wawancara langsung sebagai data pendukung. Pengolahan data dilakukan dengan cara pemeriksaan data dan sistematika data. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif.

II. PEMBAHASAN

1. Mekanisme Pembuatan Akta Jaminan Fidusia oleh Notaris

Jaminan Fidusia adalah jaminan kebendaan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud sehubungan dengan hutang-piutang antara debitur dan kreditur. Jaminan fidusia diberikan oleh debitur kepada kreditur untuk menjamin pelunasan hutangnya. Jaminan Fidusia diatur dalam Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Jaminan fidusia memberikan kedudukan yang diutamakan privilege kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya. Jadi, Jaminan Fidusia adalah jaminan yang diberikan dalam bentuk fidusia.

Jaminan Fidusia merupakan hubungan hukum antara debitur (pemberi fidusia) dan kreditur (penerima fidusia) yang berdasarkan kepercayaan. Dimana pemberi fidusia percaya bahwa penerima fidusia mau mengembalikan hak milik barang yang telah diserahkan, setelah lunas hutangnya. Sebaliknya juga penerima fidusia percaya bahwa pemberi fidusia tidak akan menyalahgunakan barang jaminan yang berada dalam kekuasaannya.

Jaminan fidusia bersifat accessoir artinya jaminan fidusia tidak berdiri sendiri tetapi keberadaannya atau hapusnya tergantung dari perjanjian pokoknya. Maksud dari perjanjian pokok itu adalah dimana perjanjian tersebut menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi.12

Perjanjian jaminan fidusia berdasarkan Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia dilaksanakan melalui dua tahapan proses, yaitu tahap pembebanan dan tahap pendaftaran jaminan fidusia.

12 Hasil Wawancara dengan Bapak Gunawan S.H, M.H Selaku Sekretaris Bagian Pelayan Hukum

(5)

Vol 1 No. 1 ,2017 Pactum Law Journal

©2017 Hukum Perdata all right reserve

5 a. Pembebanan dan Biaya Pembebanan Jaminan Fidusia

Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) UUF dinyatakan: Pembebanan benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan Akta Notaris dalam Bahasa Indonesia dan merupakan akta jaminan fidusia. Akta Notaris merupakan salah satu wujud akta otentik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1868 KUHPerdata bahwa suatu akta otentik ialah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana akta dibuatnya.

Proses dan tahapan pembebanan fidusia dilakukan melalui beberapa hal sebagai berikut :

1) Proses pertama, yaitu dengan membuat beberapa perjanjian pokok berupa perjanjian kredit yang dibuat oleh notaris;

2) Proses kedua, yaitu pembebanan benda dengan jaminan fidusia yang ditandai dengan pembuatan Akta Jaminan Fidusia (AJF), yang didalamnya memuat hari, tanggal, waktu pembuatan, identitas para pihak, data perjanjian pokok fidusia, uraian objek fidusia, nilai penjaminan serta nilai objek jaminan fidusia;

3) Proses ketiga, yaitu pendaftaran Akta Jaminan Fidusia (AJF) di kantor pendaftaran fidusia, yang kemudian akan diterbitkan Sertifikat Jaminan Fidusia kepada kreditur sebagai penerima fidusia;

Setelah pembebanan jaminan fidusia sudah diselesaikan notaris dalam bentuk akta jaminan fidusia, akta jaminan fidusia tersebut dibawa oleh penerima fidusia (kuasa atau wakilnya) ke Kantor Pendafatran Fidusia di Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) untuk dimohonkan pendaftaran dengan melampirkan semua ketentuan-ketentuan tentang bagaimana tata cara pendaftaran fidusia. Namun sekarang pendaftaran untuk jaminan fidusia sudah dilakukan secara online untuk meningkatkan PNBP dan penghematan pengeluaran anggaran biaya negara dan juga mempermudah pelaku bisnis yang membutuhkan keamanan dalam menjalankan usahanya.13

b. Pendaftaran Jaminan Fidusia

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia mengatur bahwa untuk meningkatkan pelayanan pendaftaran jaminan fidusia dengan mudah, cepat, dan biaya rendah, perlu dilakukan pelayanan pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik. Diberlakukannya pendaftaran fidusia secara elektronik yaitu agar terciptanya pelayanan one day service dan meminimalisir lonjakan pendaftaran yang melampaui batas setiap harinya.14

13 Hasil Wawancara dengan Bapak Gunawan S.H, M.H Selaku Sekretaris Bagian Pelayan Hukum

di Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Bandar Lampung, Hari Rabu, 5 April 2017.

14

(6)

Vol 1 No. 1 ,2017 Pactum Law Journal

©2017 Hukum Perdata all right reserve

6 Pendaftaran jaminan fidusia harus dibuat akta notariil, jika pendaftaran jaminan fidusia tidak dibuat dengan akta notariil maka jaminan fidusia tersebut tidak dapat didaftarkan. Fungsi dari suatu akta adalah untuk mendapatkan pembuktian sempurna di mata hukum. Karna jika sebuah akta dibuat melalui akta bawah tangan maka akta tersebut tidak mempunyai kekuatan pembuktian yang kuat, karna tanda tangan pada akta dibawah tangan masih bisa untuk dihindari. Pendaftaran jaminan fidusia dapat dilakukan setelah akta jaminan fidusia telah ditandatangani oleh para pihak pada Kantor Pendaftaran Fidusia di Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM ditempat kedudukan pemberi fidusia.15

Setelah akta pembebanan jaminan fidusia sudah ditandatangani oleh para pihak yang berkepentingan, setalah itu barulah dilakukan pendaftaran akta pembebanan jaminan fidusia pada kantor Pendaftaran fidusia. Hal ini sesuai dengan Pasal 11 ayat (1) Undang-undang Jaminan Fidusia yang mengatur bahwa; benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib untuk didaftarkan.

Maksud pendaftaran jaminan fidusia, yaitu dengan memperhitungkan asas publisitas yang biasanya dianut dalam pelaksanaan pendaftaran, adalah agar pihak ketiga mempunyai kesempatan untuk tahu mengenai pendaftaran benda, ciri benda yang didaftar dan benda-benda tententu terikat sebagai jaminan untuk keuntungan kreditor tertentu, untuk suatu jumlah tertentu, dengan janji-janji tertentu. Sudah bisa diduga, bahwa pendaftaran dimaksudkan agar mempunyai akibat terhadap pihak ketiga. Dengan pendaftaran, maka pihak ketiga dianggap tahu ciri-ciri yang melekat pada benda yang bersangkutan dan adanya ikatan jaminan dengan ciri-ciri yang disebutkan di sana, dan dalam hal pihak ketiga lalai untuk memperhatikan/mengontrol register/daftar, maka pihak ketiga tidak bisa mengharapkan adanya perlindungan berdasarkan itikad baik dengan harus memikul risiko kerugian, tetapi sehubungan dengan adanya Kantor Pendaftaran Fidusia yang terbatas yang hanya ada di kota-kota besar saja, hal itu membawa konsekuensi pada biaya yang harus dikeluarkan untuk pendaftaran akta jaminan fidusia.

Berdasarkan pemaparan uraian tersebut jaminan fidusia merupakan jaminan yang harus mendapatkan kepastian hukum, untuk mendapatkan kepastian hukum dalam jaminan fidusia haruslah dibuat akta otentik dalam pembuatan akta jaminan fidusia. akta otentik dalam pembuatan akta jaminan fidusia dibuat oleh notaris, notaris adalah pejabat umum yang berwenang dalam membuat akta otentik termasuk dalam pembuatan akta jaminan fidusia karna akta yang dibuat oleh notaris memiliki pembuktian kuat di hadapan hukum. Notaris diwajibkan untuk membuat akta otentik sesuai dengan aturan Undang-undang yang berlaku termasuk dalam membuat akta jaminan fidusia notaris harus memperhatikan tata cara pembuatan akta jaminan fidusia yang baik dan benar sesuai prosedur yang sudah ditentukan yaitu melakukan tahapan-tahapan mekanisme pembuatan yang baik sperti harus membuat perjanjian

15 Hasil Wawancara dengan Bapak Gunawan, Selaku Sekretaris Bagian Pelayan Hukum di Kantor

(7)

Vol 1 No. 1 ,2017 Pactum Law Journal

©2017 Hukum Perdata all right reserve

7 kredit yg dibuat oleh notaris, yaitu membebankan benda dengan jaminan fidusia ditandai dengan pembuatan akta jaminan fidusia, yang memuat hari, tanggal, waktu pembuatan, identitas para pihak, perjanjian pokok fidusia,uraian objek fidusia, nilai penjaminan serta nilai objek jaminan fidusia. kemudian harus mendaftarkan jaminan fidusia tersebut di Kementrian Hukum dan HAM dengan akta notariil, jika tidak dibuat dengan akta notariil makan jaminan fidusia tidak dapat didaftarkan. Maka dari itu jika notaris tidak memperhatikan prosedur jaminan fidusia secara cermat maka akan merugikan pihak yang sudah memberikan kepercayaan membuat akta jaminan fidusia kepada notaris.

2. Akibat Hukum Yang Timbul Apabila Notaris Tidak Melakukan Kewajiban Hukum Terhadap Pembuatan Akta Otentik Pada Pembuatan Akta Jaminan Fidusia

Kode Etik Notaris yang berlaku saat ini adalah Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia Banten tanggal 29 Mei-30 Mei 2015, Dalam Pasal 1 angka 2 Kode Etik Notaris disebutkan bahwa : kode etik notaris dan untuk selanjutnya akan disebut kode etik adalah kaidah moral yang ditentukan oleh perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia yang selanjutnya akan disebut “perkumpulan” berdasarkan keputusan kongres perkumpulan dan/atau yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu dan yang berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota perkumpulan dan semua orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai notaris, termasuk didalamnya para pejabat sementara notaris, notaris pengganti pada saat menjalankan jabatan.

Pelanggaran terkait dengan kode etik Notaris dalah perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh anggota perkumpulan organisasi Ikatan Notaris Indonesia maupun orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris yang melanggar ketentuan kode etik dan/atau disiplin organisasi. Terkait dengan sanksi sebagai bentuk upaya penegakan kode etik Notaris atas pelanggaran kode etik didefinisikan sebagai suatu hukuman yang dimaksudkan sebagai sarana, upaya dan alat pemaksa ketaatan dan disiplin Notaris.16

Pelanggaran terhadap Undang-Undang Jabatan Notaris seperti yang dicontohkan di atas, sudah mengakibatkan kerugian terhadap masyarakat atau pengguna jasa Notaris, masyarakat dapat mengajukan kepada Majelis Pengawas Daerah. Yang kemudian mekanismenya disesuaikan dengan Undang-Undang Jabatan Notaris. 17

Dalam Undang-Undang Jabatan Notaris ditentukan sanksi-sanksi dalam Pasal 84 dan 85 bagi pelanggaran jabatan Notaris. Kode etik Notaris yang diatur oleh organisasi Notaris yaitu Ikatan Notaris Indonesia (I.N.I) merupakan salah satu organisasi profesi jabatan Notaris yang sudah diakui dan telah mempunyai cabang di seluruh Indonesia. Pelanggaran menurut Kode etik Notaris diatur dalam Pasal1 angka (9) bahwa : Pelanggaran adalah perbuatan atau tindakan yang

16 Hasil Wawancara dengan Bapak Meinazir Zein Selaku Sekretaris Ikatan Notaris Indonesia

(I.N.I) di Bandar Lampung, 11 April 2016.

17 Hasil Wawancara dengan Bapak Meinazir Zein Selaku Sekretaris Ikatan Notaris Indonesia

(8)

Vol 1 No. 1 ,2017 Pactum Law Journal

©2017 Hukum Perdata all right reserve

8 dilakukan oleh Perkumpulan maupun orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan notaris yang melanggar ketentuan Kode Etik dan/atau disiplin organisasi.

Menurut Meinazir Zein, penjatuhan sanksi-sanksi sebagaimana terurai di atas terhadap anggota yang melanggar kode etik disesuaikan dengan kualitas pelanggaran yang dilakukan oleh anggota. Yang dimaksud sebagai sanksi adalah suatu hukuman yang dimaksudkan sebagai sarana, upaya dan alat pemaksa ketaatan dan disiplin anggota perkumpulan maupun orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris dalam menegakkan kode etik dan disiplin organisasi. Penjatuhan sanksi terhadap anggota yang melakukan pelanggaran terhadap kode etik Notaris dilakukan oleh Dewan Kehormatan yang merupakan alat perlengkapan perkumpulan yang berwenang melakukan pemeriksaan atas pelanggaran kode etik termasuk didalamnya juga menjatuhkan sanksi kepada pelanggarnya sesuai dengan kewenangan masing-masing.18

Dari penjabaran di atas akibat hukum jika notaris tidak melaksanakan kewajibannya dalam membuat akta otentik pada pembuatan akta jaminan fidusia maka akan diberlakukan sanksi tegas yang akan diberlakukan terhadap notaris dengan apa yang telah diperbuatnya yang menimbulkan kerugian bagi orang lain sesuai dengan peraturan Undang-Undang yang berlaku tentang Jabatan Notaris maupun kode etik profesi.

Berdasarkan pemaparan uraian tersebut notaris adalah pejabat yang berwenang dalam membuat akta otentik sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014. Jika Notaris dalam membuat akta jaminan fidusia tidak mengikuti ketentuan undang-undang yang berlaku maka perlu diberlakukannya sanksi yang tegas sesuai dengan apa kesalahan yang dibuat oleh notaris dalam membuat akta jaminan fidusia, baik berupa sanksi perdata, sanksi administratif maupun sanksi kode etik. terkadang beberapa notaris dianggap lalai dalam menjalankan tugasnya seperti membuat akta jaminan fidusia diluar wilayahnya, membuat akta jaminan fidusia melebihi yang diwajibkan setiap bulannya, akta yang dibuat termasuk akta jaminan fidusa yang tidak di tandatangani dihadapan notaris, akta yang tidak dibacakan dan hal-hal lain yang dapat menurukan kinerja notaris. perlu diperhatikannya kinerja notaris oleh aparat penegak hukum maupun pihak-pihak yang menaungi notaris seperti Ikatan Notaris Indonesia atau INI agar tercapainya tanggung jawab notaris terhadap tugas yang sudah diberikan kepada notaris agar kesalahan yang dibuat oleh notaris dalam membuat akta otentik pada pembuatan akta jaminan fidusia tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain.

3. Bentuk Pengawasan Terhadap Pembuatan Akta Jaminan Fidusia Oleh Notaris Berdasarkan Ketentuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris

Notaris adalalah pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik termasuk akta jaminan fidusia. Notaris untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka perlu adanya pengawasan dan pembinaan terhadap notaris dalam menjalankan tugasnya agar tidak merugikan masyarakat. Ada beberapa bentuk pengawasan dan pembinaan terhadap pekerjaan notaris, yaitu sebagai berikut :

18 Hasil Wawancara dengan Bapak Meinazir Zein Selaku Sekretaris Ikatan Notaris Indonesia

(9)

Vol 1 No. 1 ,2017 Pactum Law Journal

©2017 Hukum Perdata all right reserve

9 a. Majelis Kehormatan Notaris

Majelis Kehormatan Notaris terdiri dari 7 orang yang terdiri dari 1 Ketua, 1 Wakil Ketua, dan 5 anggota. Majelis Kehormatan Notaris dipilih untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun, dan dapat diangkat kembali. Unsur Majelis Kehormatan Notaris terdiri dari pemerintah, Notaris, dan ahli atau akademisi.

Majelis Kehormatan Notaris memiliki kewenangan pembinaan apabila telah terdapat pengaduan dari masyarakat yang menerima pelayanan hukum dari Notaris. Majelis Kehormatan Notaris Wilayah berwenang bertindak apabila telah terjadi masalah hukum dan/atau sengketa yang melibatkan para pihak, sehingga diperlukan adanya alat bukti atas perbuatan hukum yang telah dilakukan para pihak dan/atau adanya dugaan kesalahan/tindak pidana yang dilakukan oleh Notaris. Pembinaan dalam hal ini bisa dipahami sebagai pengayoman dan perlindungan hukum terhadap Notaris yang telah melaksanakan tugas jabatannya berdasarkan asas, prinsip, dan ilmu kenotariatan yang benar.

Majelis Kehormatan Notaris melaksanakan kewenangan yang bersifat reaktif dan kuratif. Reaktif, karena Majelis Kehormatan Notaris baru bertindak apabila terdapat permohonan dari penyidik, penuntut umum dan hakim, sebagai akibat timbulnya permasalahan hukum terkait Notaris dan/atau produk hukum yang dihasilkan Notaris. Kuratif, karena Majelis Kehormatan Notaris Wilayah (berdasarkan hasil eksaminasi Majelis Pemeriksa) memiliki kewenangan untuk memeriksa dan mendudukan permasalahan hukum yang sebenarnya terjadi, apabila timbul sengketa dan/atau tindak pidana yang melibatkan Notaris atau produk hukum yang dibuat oleh Notaris. Majelis Kehormatan Notaris Wilayah memiliki diskresi untuk menolak atau menyetujui permohonan yang diajukan oleh penyidik, penuntut umum dan hakim berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Majelis Pemeriksa.

b. Majelis Pengawas Notaris

Menurut Gunawan, wewenang pengawasan atas notaris ada di tangan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Tetapi, dalam praktek Menteri melimpahkan wewenang itu kepada Majelis Pengawas Notaris (MPN) yang dia bentuk. Undang-Undang Jabatan Notaris menegaskan bahwa Menteri melakukan pengawasan terhadap notaris dan kewenangan Menteri untuk melakukan pengawasan ini oleh Undang-Undang Jabatan Notaris diberikan dalam bentuk pendelegasian delegatif kepada Menteri untuk membentuk wewenang itu kepada Majelis Pengawas Notaris (MPN), bukan untuk menjalankan fungsi-fungsi wewenang itu kepada Majelis Pengawas Notaris (MPN) yang telah ditetapkan secara eksplisit menjadi kewenangan Majelis Pengawas Notaris (MPN).19

Majelis Pengawas Notaris melakukan fungsi pengawasan secara komprehensif terhadap kegiatan kenotariatan yang dilakukan oleh seorang Notaris. Pengawasan seharusnya bersifat berkala, regular dan teratur, seperti

19 Hasil Wawancara dengan Bapak Gunawan, Selaku Sekretaris Bagian Pelayan Hukum di Kantor

(10)

Vol 1 No. 1 ,2017 Pactum Law Journal

©2017 Hukum Perdata all right reserve

10 pemeriksaan repertorium yang dilakukan secara rutin setiap tahunnya. Hal ini bertujuan untuk mencegah timbulnya kesalahan dan kealpaan dalam praktek yang dilakukan oleh Notaris. Pengawasan dilakukan meskipun tidak ada pengaduan dari masyarakat yang menerima pelayanan hukum dari Notaris. Kalaupun terdapat kesalahan atau ketidakmengertian dalam praktek kenotariatan, maka Majelis Pengawas berwenang untuk memberitahu dan mengingatkan sesuai asas, prinsip dan ilmu kenotariatan yang benar. Fungsi pengawasan dilakukan untuk mencegah timbulnya permasalahan hukum. Kemudian Majelis Pengawas Notaris melaksanakan kewenangan yang sifatnya preventif, yaitu menjaga dan mencegah agar Notaris tidak terlibat dalam suatu permasalahan hukum.

c. Organisasi Notaris

Pengawasan terhadap notaris dilakukan berdasarkan kode etik dan Undang-Undang Jabatan Notaris. Pengawasan dalam kode etik dilakukan oleh Dewan Kehormatan, dan pengawasan dalam Undang-Undang Jabatan Notaris dilakukan oleh Majelis Pengawas Notaris. Kode etik profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan berdasar penerapan pemikiran etis atas suatu profesi. Kode etik merupakan bagian dari hukum positif tertulis tetapi tidak mempunyai sanksi yang keras, berlakunya kode etik semata-mata berdasarkan kesadaran moral anggota profesi.

(11)

Vol 1 No. 1 ,2017 Pactum Law Journal

©2017 Hukum Perdata all right reserve

11

III. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Mekanisme pembuatan akta jaminan fidusia dilakukan melalui dua tahapan sesuai dengan Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan fidusia yaitu melalui tahapan pembebanan dan pendaftaran. Pembebanan dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris, notaris diwajibkan untuk membuat akta jaminan fidusia dengan memperhatikan tata cara pembebanan, biaya pembebanan dan jangka waktu pembebanan. Setelah akta pembebanan jaminan fidusia sudah ditandatangani oleh para pihak yang berkepentingan, setalah itu barulah dilakukan pendaftaran akta pembebanan jaminan fidusia pada kantor Pendaftaran fidusia.

2. Tanggung jawab notaris sebagai profesi lahir dari adanya kewajiban dan kewenangan yang diberikan kepadanya, kewajiban dan kewenangan tersebut secara sah dan terikat mulai berlaku sejak notaris mengucapkan sumpah jabatannya sebagai notaris. Sumpah yang telah diucapkan tersebutlah yang seharusnya mengontrol segala tindakan notaris dalam menjalankan jabatannya. Akibat hukum yang akan diterima apabila notaris dalam melaksanakan tugasnya menimbulkan kelalaian bagi kliennya maka akan mendapatkan sanksi sesuai dengan kelalaian apa yang dilakukan oleh notaris baik itu lalai tanggung jawab secara perdata, administrasi maupun kode etik yang berlaku.

3. Notaris dalam melaksanakan tugasnya diawasi oleh beberapa lembaga, yakni pertama adalah Majelis Kehormatan Notaris yang mempunyai kewenangan untuk melakukan pembinaan Notaris dan kewajiban memberikan persetujuan atau penolakan untuk kepentingan penyidikan dan proses peradilan, atas pengambilan fotokopi minuta akta dan pemanggilan Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta atau protokol notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris. Kedua adalah Majelis Pengawas Notaris yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris. Ketiga yang melakukan pengawasan terhadap notaris adalah Ikatan Notaris Indonesia (INI) yang secara langsung mengontrol anggotanya yang melakukan kesalahan terhadap kode etik oleh dewan kehormatan dan untuk menerapkan sanksi yang akan diberikan jika notaris lalai dalam menjalankan tugasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Andasasmita Komar, 1981, Notaris I, Bandung: Sumur Bandung.

Harahap M. Yahya, 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni.

(12)

Vol 1 No. 1 ,2017 Pactum Law Journal

©2017 Hukum Perdata all right reserve

12 M.Situmorang Victor & Sitanggang Cormentyna, 1993, Gross Akta dalam

pembuktian dan Eksekusi, Jakarta: Rinika Cipta.

Mertokusumo Sudikno, 2006, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Liberty.

Soegondo R, 1991, Hukum Pembuktian, Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Subekti, 2005. Hukum Pembuktian, Jakarta: PT. Pradnya Paramitha. Supianto, 2015, Hukum Jaminan Fidusia, Jember: Garudhawacana.

Tobing G.H.S Lumban, 1999, Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta: Erlangga.

Jurnal

Hikmah D. Hayatdian, Kajian Hukum Surat Kuasa Dibawah Tangan Sebagai Dasar Pembuatan Akta Jaminan Fidusia,Jurnal Repertorium Universitas Sam Ratulangi, Vol.I Nomor I April-Juni 2013.

Gladys Octavinadya Melati, Pertanggungjawaban Notaris Dalam Pendaftaran Fidusia Online Terhadap Penerima Fidusia, Surakarta : Pascasarjana Prodi. Magister Kenotariatan, Jurnal Repertorium 3 Januari-Juni 2015.

Sumber lain

http://irmadevita.com/2016/pembahasan-pp-no-21-tahun-2015-tentang-tata-cara-pendaftaran-jaminan-fidusia-dan-biaya-ajf-serta-dampaknya-bagi-notaris/

https://bh4kt1.wordpress.com/2010/12/30/otentisitas-suatu-akta-otentik/

Referensi

Dokumen terkait

Namun pelaksanaan pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik tersebut juga membawa pengaruh negatif yaitu tentang jumlah akta fidusia yang dibuat oleh para notaris meningkat

Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.. Kewenangan Notaris dalam membuat

Dan sebagai hasil dari pengamatan dan penelitian mengenai kedudukan Jaminan Fidusia dan kaitannya dengan peran notaris dalam suatu perjanjian kredit atau perjanjian hutang

Penyelesaian hukum terhadap pelanggaran notaris dalam pembuatan akta otentik, yakni tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris dalam pembuatan akta otentik akan

Yang menjadi persoalan adalah apakah pembuatan akta fidusia tersebut harus dibuat dengan akta notaris, karena secara normatif yang diatur dalam Undang-undang Nomor 42 Tahun

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pertanggung jawaban notaris terhadap akta otentik yang mengandung keterangan palsu adalah bahwa notaris pada dasarnya hanya mencatat

30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris menjelaskan bahwa: (a) Notaris berwewenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan

2.4 Alasan Penolakan Notaris dalam Pembuatan Akta Otentik Pasal 16 ayat 1 huruf e UUJN menyatakan bahwa dalam melaksanakan jabatannya Notaris wajib memberi layanan berdasarkan aturan