• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVITALISASI SISTEM PENDIDIKAN DAN PEMBE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REVITALISASI SISTEM PENDIDIKAN DAN PEMBE"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

REVITALISASI SISTEM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SENDRATASIK BERDASARKAN KKNI UNTUK MEMBANTU GURU MENCIPTAKAN OUTPUT

PEMBELAJARAN DENGAN BAHAN AJA DAN STANDAR PROSES PEMBELAJARAN YANG PROFESIONAL DAN BERKUALITAS1

Oleh: Prof. Dr. Festiyed, MS,

Email: festiyed@ymail.com Hp:08126742403 Universitas Negeri Padang

PENDAHULUAN

Era globalisasi ditandai degan segala sesuatu cepat berubah, maka dunia pendidikan juga harus berubah, sehingga dunia pendidikan menjadi relevan dengan tantangan dan peluang yang terjadi di kehidupan nyata. Dalam dunia kerja saat ini kemampuan yang diminta adalah kemampuan untuk bekerja sama dalam team, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan untuk mengarahkan diri, berpikir kritis, menguasai teknologi serta mampu berkomunikasi dengan efektif. Kemampuan-kemampuan tersebut diatas dicita-citakan terlaksana seutuhnya oleh generasi emas 2045 (100 tahun Indonesia merdeka).

Mewujudkan generasi emas dihadapkan dengan sejumlah tantangan dan peluang, yang tentunya berbeda dengan zaman sebelumnya. Guna mengantisipasi dan menyesuaikan dinamika perubahan yang sedang dan akan terus berlangsung, Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP), pada tahun 2010 telah berupaya mengkonsepsikan pendidikan Indonesia untuk abad ke-21. Konsepsi pendidikan tersebut dimulai dari proses pembelajaran bercirikan : 1) Dari berpusat pada pendidik menuju berpusat pada peserta didik, 2) Dari satu arah menuju interaktif, 3) Dari isolasi menuju lingkungan jejaring, 4) Dari pasif menuju aktif-menyelidiki, 5) Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata, 6) Dari pribadi menuju pembelajaran berbasis tim, 7) Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan, 8) Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru, 9) Dari alat tunggal menuju alat multimedia, 10) Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif, 11) Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan, 12) Dari usaha sadar tunggal menuju jamak, 13) Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan, 14) Dari pemikiran faktual menuju kritis, 15) Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.

(2)

Begitu juga Kementerian Pendidikan Nasional (2010) mengembangkan grand design

pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand

design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan,

dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual

development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan

Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand

design tersebut.

Diperlukan Paradigma baru dalam pendidikan agar mampu menciptakan generasi emas yang mempunyai kemampuan belajar, beradaptasi dan berinovasi, dimana sekarang masih tersembunyi. Kurikulum 2013 untuk pendidikana dasar, dan kurikulum berdasarkan deskripsi kerangka kualifikasi nasional indonesia (KKNI) (Peraturan Pemerintah No.8 tahun 2012) dan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) (Permendikbud NO.49 Tahun 2014) untuk perguruan tinggi. Kerjasama yang harmonis dan terus menerus antara seluruh insan pendidikan, pemerintah, pemerintah daerah, organisasi yang bergerak di dunia pendidikan diperlukan untuk mewujudkan generasi emas yang berkarakter, cerdas, dan kompetitif. Salah satu usaha lansung yang dapat dilakukan oleh organisasi yang bergerak di dunia pendidikan khususnya pendidik melahirkan generasi emas adalah melalui model pembelajaran autentik dengan penilaiaan (asesmen) autentik pula.

(3)

melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.

Penguatan pendekatan saintifik diterapkan melalui pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning). Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif peserta didik (Alfred De Vito, 1989). Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar (Joice & Weil: 1996), bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta didik (Zamroni, 2000; &Semiawan, 1998).

(4)

menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan (Semiawan: 1992).

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik tidakakan bermakna kalau tidak menggunakan penilaian autentuk. Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,

dan keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian autentik menilai kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar secara utuh.

PEMBELAJARAN AUTENTIK DAN ASESMEN AUTENTIK

Pembelajaran autentik dengan penilaian autentik adalah suatu cara untuk memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran yang kolaboratif, kooperatif, kompetitif dan karakter. Asesmen autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula. Menurut Ormiston belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di luar sekolah. Asesmen Autentik terdiri dari berbagai teknik:

1. Pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja.

2. Penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks.

3. Analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keteampilan, dan pengetahuan yang ada.

Dengan demikian, asesmen autentik akan bermakna bagi pendidik untuk menentukan cara-cara terbaik agar semua peserta didik dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.

(5)

mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas. Asesmen autentik pun mendorong peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.

Sejalan dengan deskripsi di atas, pada pembelajaran autentik, pendidik harus menjadi “pendidik autentik.” Peran pendidik bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, pendidik harus memenuhi kriteria tertentu seperti disajikan berikut ini.

1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain pembelajaran.

2. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumberdaya memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.

3. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan pemahaman peserta didik.

4. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah. Asesmen autentik adalah komponen penting dari reformasi pendidikan sejak tahun 1990an. Wiggins (1993) menegaskan bahwa metode penilaian tradisional untuk mengukur prestasi, seperti tes pilihan ganda, benar/salah, menjodohkan, dan lain-lain telah gagal mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya. Tes semacam ini telah gagal memperoleh gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau masyarakat.

(6)

gerakan memadukan potensi peserta didik, sekolah, dan lingkungannya melalui asesmen proses dan hasil belajar yang autentik.

Data asesmen autentik digunakan untuk berbagai tujuan seperti menentukan kelayakan akuntabilitas implementasi kurikulum dan pembelajaran di kelas tertentu. Data asesmen autentik dapat dianalisis dengan metode kualitatif, kuanitatif, maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dari asesmen otentif berupa narasi atau deskripsi atas capaian hasil belajar peserta didik, misalnya, mengenai keunggulan dan kelemahan, motivasi, keberanian berpendapat, dan sebagainya. Analisis kuantitatif dari data asesmen autentik menerapkan rubrik skor atau daftar cek (checklist) untuk menilai tanggapan relatif peserta didik relatif terhadap kriteria dalam kisaran terbatas dari empat atau lebih tingkat kemahiran (misalnya: sangat mahir, mahir, sebagian mahir, dan tidak mahir). Rubrik penilaian dapat berupa analitik atau holistik.

Dengan diberlakukannya Kurikulum 2013 untuk pendidikan dasar dan KBK berbasis KKNI-SNPT untuk perguruan tinggi, memudahkan terlaksananya pembelajaran autentik dengan asesmen autentik.

APAKAH ASESMEN AUTENTIK ITU?

Pada awalnya istilah asesmen autentik diperkenalkan oleh Wiggins tahun 1990 untuk menyesuaikan dengan yang biasa dilakukan oleh orang dewasa sebagai reaksi (menentang) penilaian berbasis sekolah seperti mengisi titik-titik, tes tertulis, pilihan ganda, kuis jawaban singkat. Jadi dikatakan otentik dalam arti sesungguhnya dan realistis. Apabila kita melihat di tempat kerja, orang-orang tidak diberikan tes pilihan ganda untuk menguji bisa tidaknya mereka melakukan pekerjaan tersebut. Mereka mempunyai performansi, kinerja atau unjuk kerja.

Dalam bisnis dikatakan performance assessment. Menurut Jon Mueller (2006) penilaian otentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para peserta didiknya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna. Pendapat serupa dikemukakan oleh Richard J. Stiggins (1987), bahkan Stiggins menekankan keterampilan dan kompetensi spesifik, untuk menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dikuasai. Hal itu terungkap dalam cuplikan kalimat berikut ini: “performance assessments call upon the examinee to demonstrate specific skills and competencies, that is, to apply the skills and knowledge they have mastered” (Stiggins, 1987:34)

(7)

perlunya kinerja ditampilkan secara efektif dan kreatif. Selain itu tugas yang diberikan dapat berupa pengulangan tugas atau masalah yang analog dengan masalah yang dihadapi orang dewasa (warganegara, konsumen, professional) di bidangnya.

Asesmen otentik lebih sering dinyatakan sebagai asesmen berbasis kinerja

(performance based assessment). Sementara itu dalam buku-buku lain (kecuali

Wiggins) penilaian otentik disamakan saja dengan nama penilaian alternatif

(alternative assessment) atau penilaian kinerja (performance assessment). Selain itu

Mueller (2006) memperkenalkan istilah lain sebagai padanan nama penilaian otentik, yaitu penilaian langsung (directassessment). Nama performance assessment atau

performance based assessment digunakan karena peserta didik diminta untuk

menampilkan tugas-tugas (tasks) yang bermakna. Terdapat sejumlah pakar pendidikan yang membedakan penggunaan istilah penilaian otentik dengan penilaian kinerja, seperti misalnya Meyer (1992) dan Marzano (1993). Sementara itu Stiggins (1994) dan Mueller (2006) menggunakan kedua istilah itu secara sinomim.

Nama alternative assessment digunakan karena merupakan alternatif dari penilaian

yang biasa digunakan (traditional assessment). Adapun nama direct assessment

digunakan karena penilaian otentik menyediakan lebih banyak bukti langsung dari penerapan keterampilan dan pengetahuan. Apabila seorang peserta didik dapat mengerjakan dengan baik tes pilihan ganda, maka kita inferensikan secara tidak langsung (indirectly) bahwa peserta didik tersebut dapat menerapkan pengetahuan yang telah dipelajarinya dalam konteks dunia yang sesungguhnya. Namun kita akan lebih suka membuat inferensi dari suatu demonstrasi langsung tentang penerapan pengetahuan dan keterampilannya.

Berdasarkan fokusnya asesmen dapat dikelompokkan sebagai asesmen diagnostik, formatif, dan sumatif. Asesmen diagnostik berfokus untuk memperbaiki proses pembelajaran atau untuk menentukan hasil-hasil pembelajaran. Asesmen formatif berfokus pada proses pembelajaran dan hasil-hasil pembelajaran. Sedang Asesmen sumatif, terutama difokuskan pada hasil-hasil pembelajaran. Beberapa istilah untuk asesmen diantaranya: asesmen tradisional, asesmen autentik, asesmen alternatif, dan asesmen informal.

(8)

dikreasi oleh pendidik. Mereka dapat mengatur setingkat lokal, nasional atau secara internasional ( Mueller,2008). Esensi assesmen tradisional didasarkan pada filosofi bidang pendidikan yang mengadopsi pemikiran yang berikut:( 1). Suatu misi sekolah adalah untuk mengembangkan warganegara produktif, (2) Untuk menjadi warganegara produktif setiap orang harus memiliki suatu kopetensi tertentu dari pengetahuan dan ketrampilan (3) Oleh karena itu sekolah harus mengajarkan kopetensi ketrampilan dan pengetahuan ini: (4) Untuk menentukan kopetensi itu sukses, kemudian sekolah menguji para peserta didik, untuk melihat apakah mereka memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. Di dalam assesmen tradisional, kurikulum memandu penilaian. Kopetensi pengetahuan ditentukan lebih dulu. Pengetahuan itu menjadi kurikulum yang ditransferkan. Sesudah itu penilaian dikembangkan dan diatur untuk menentukan jika suatu saat kurikulum tersebut diterapkan.

Asesmen Alternatif (Alternative Assessment) Asesmen yang tidak melibatkan suatu tes baku dengan butir-butir asesmen tradisional. Asesmen alternatif memfokus pada pengukuran pengetahuan prosedural. Asesmen ini mencakup sejumlah prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang apa yang peserta didik ketahui, ia yakini, dan dapat ia lakukan. Asesmen ini memfokus pada pertumbuhan perorangan peserta didik dari waktu ke waktu dan menekankan pada kekuatan bukan kelemahan peserta didik. Pertimbangan diberikan pada gaya belajar perorangan peserta didik dan tingkat keterampilannya. Menurut Mertler, dalam Classroom Assessment: A Practical Guide for Educators, bentuk penilaian berdasarkan alat penilaian dalam asesmen alternative berupa asesmen kinerja

(Performance Assessment), asesmen informal (informal assessment), observasi

(Observation), penggunaan pertanyaan (Questioning), Presentasi (Presentation),

diskusi (Discusions), Projek (Project) , investigasi atau penyelidikan (Investigation), Portofolio (Portofolio), Jurnal (Journal), Wawancara (Interview), Konferensi, dan Evaluasi diri oleh peserta didik (Self Evaluation).

(9)

pembelajaran peserta didik pada saat peserta didik sedang bekerja dengan seorang partner atau suatu kelompok peserta didik dalam penyelidikan atau tugas-tugas kinerja yang memerlukan kerja-tim dan kooperatif. Pengamatan merupakan suatu proses berkelanjutan yang menda-tangkan pemahaman yang mendalam terhadap sikap, gaya belajar, kekuatan dan kelemahan, teknik-teknik pemecahan masalah peserta didik. Pengamatan tersebut me-nyumbang kepada gambaran peserta didik yang lebih lengkap tentang kemajuan peserta didik. Panduan berikut ini direkomendasikan pada saat menggunakan pengamatan kelas untuk asesmen peserta didik:

 Gunakan ceklis atau perangkat criteria yang sama untuk seluruh peserta didik.

 Amati setiap peserta didik beberapa kali dan pada waktu-waktu yang berbeda dari hari-ke-hari.

 Amati tiap peserta didik dalam berbagtai ragam situasi.

 Evaluasi berbagai ragam keterampilan dan perilaku untuk tiap peserta didik.

 Catat pengamatan dan evaluasi sesegera mungkin.

Asesmen autentik digunakan untuk mendeskripsikan berbagai macam format asesmen yang mencerminkan pembelajaran, hasil belajar, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik terhadap kegiatan-kegiatan kelas yang relevan dengan pengajaran. Asesmen autentik melibatkan peserta didik dalam situasi dunia-nyata. Asesmen ini menyajikan tugas-tugas pemecahan-masalah yang mungkin dihadapi peserta didik di dalam atau di luar sekolah. Lebih dari itu, asesmen ini melibatkan peserta didik dalam inquiri dan proyek. Contoh-contoh asesmen autentik dapat meliputi pengamatan sehari-hari di kelas, proyek-proyek, atau tugas-tugas seperti mengisi lamaran kerja, menulis surat kepada sebuah perusahaan atau seorang politisi, atau menganalisis sebuah siaran televisi.

Contoh-contoh asesmen autentik meliputi: 1) asesmen kinerja, 2) porto-folio, dan 3) asesmen-diri peserta didik.

(10)

melakukan kegiatan hands-on dalam mencapai pemecahan masalah-masalah. Contohnya adalah laporan-laporan lisan, contoh-contoh tulisan, proyek individual atau kelompok, pameran, atau demonstrasi. Beberapa karakteristik dari asesmen kinerja adalah sebagai berikut:

1. Menyusun Response: peserta didik menyusun suatu response, memberikan

suatu response yang diperluas, terlibat dalam suatu pertunjukan, atau menciptakan suatu karya.

2. Pemikiran Tingkat-Tinggi: secara khas peserta didik menggunakan berfikir tingkat

tinggi dalam menyusun response terhadap pertanyaan-pertanyaan open-ended.

3. Keautentikan: tugas-tugas bermakna, menantang, dan melibatkan kegiatan yang

mencerminkan pengajaran yang baik atau konteks dunia-nyata lain dimana peserta didik diharapkan untuk menggelutinya.

4. Keterpaduan: tugas-tugas tersebut menghendaki keterpaduan dari keteram-pilan

bahasa, dan dalam beberapa hal, menghendaki keterpaduan penge-tahuan dan keterampilan-keterampilan lintas mata pelajaran.

5. Proses dan Produk: prosedur dan strategi untuk mendapatkan jawaban benar

atau untuk mengeksplorasi alternatif pemecahan untuk tugas-tugas kom-pleks sering kali diases di samping produk atau jawaban “benar” tersebut.

6. Kedalaman vs Luas namun Dangkal: asesmen kinerja memberikan informasi

mendalam tentang keterampilan atau ketuntasan seorang peserta didik bukan luasnya cakupan seperti yang diberikan oleh tes pilihan-ganda.

Asesmen portofolio merupakan suatu kumpulan sistematik karya peserta didik yang dianalisis untuk menunjukkan kemajuan peserta didik dari waktu ke waktu ditinjau dari pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran. Contoh karya yang dimasukkan ke dalam portofolio meliputi contoh-contoh tulisan, catatan harian bacaan, gambar-gambar, rekaman audio atau video, dan/atau komentar pendidik dan peserta didik atas kemajuan yang dibuat peserta didik. Salah satu fitur penting dari asesmen por-tofolio adalah keterlibatan peserta didik dalam pemilihan contoh-contoh karya mereka sendiri untuk menunjukkan perkembangan atau pembelajaran dari waktu ke waktu.

Asesmen-diri peserta didik merupakan suatu elemen kunci dalam asesmen autentik dan dalam pembelajaran yang dikendalikan sendiri oleh peserta didik (

(11)

pembelajaran dan pengintegrasian kemampuan-kemanpuan kognitif dengan motivasi dan sikap menuju pembelajaran. Dalam menjadi peserta didik yang mengatur pembelajaran mereka secara mandiri, mereka membuat pilihan-pilihan, memilih kegiatan-kegiatan pembelajaran, dan merencanakan bagaimana menggunakan waktu dan sumber belajar mereka. Mereka memiliki kebebasan untuk memilih kegiatan-kegiatan menantang, berani mengambil resiko, membuat kemajuan pembelajaran mereka sendiri, dan menyelesaikan tujuan-tujuan yang diinginkan. Karena mereka memegang kendali atas pembelajaran mereka sendiri, mereka dapat memutuskan bagaimana menggunakan sumber belajar yang tersedia bagi mereka di dalam atau di luar kelas. Peserta didik yang mengatur diri sendiri pembe-lajaran mereka tersebut (self-regulated learners) bekerja sama dengan peserta didik lain dalam bertukar ide, mencari bantuan bila diperlukan, dan memberikan dukung-an kepada teman sebaya mereka. Akhirnya, self-regulated learners atau pebelajar

mandiri memonitor kinerja mereka sendiri dan mengevaluasi kemajuan dan hasil

belajar mereka sendiri. Asesmen-diri dan pengelolaan-diri merupakan inti jenis pembelajaran ini dan seharusnya merupakan suatu bagian keseharian dari pengajaran. (O’Malley & Pierce 1996, h. 4 & 5)

Tabel berikut memperjelas perbedaan antara asesmen yang biasa digunakan dengan asesmen autentik:

Tabel 1. Perbandingan Asesmen Tradisional dan Autentik

Asesmen Tradisional Asesmen Autentik peserta didik lakukan pada kehidupan nyata dalam waktu pendek.

Pendidik: Peserta didik perlu berhati-hati untuk mengembangkan struktur yang pendidik harapkan,

(12)

memenuhi target seperti yang pendidik inginkan.

dengan keinginannya

Bukti Tidak Langsung: Dalam penilaian tradisional melalui tes pilihan ganda, misalnya,

memperoleh bukti kompetensi peserta didik tidak langsung

Bukti Langsung: Dalam penilaian autentik pendidik memperoleh bukti pengamatan pendidik terhadap pengetahuan dan keterampilan peserta didik di kelas.

Tabel 2. Jenis-jenis Asesmen Autentik

Asesmen Deskripsi Keuntungan

Interviu Lisan Pendidik mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik tentang kegiatan, bacaan, dan minat

 Konteks informal dan santai

 Dilakukan dari hari ke hari dengan tiap peserta didik

 Mencatat pengamatan pada suatu panduan interviu

Menceritakan kembali Cerita atau Bacaan

Peserta didik menceritakan kembali ide-ide pokok atau rincian tertentu dari bacaan yang dialami melalui mendengar atau membaca

 Peserta didik memproduksi laporan lisan

 Dapat diskor pada komponen isi atau bahasa

 Diskor dengan rubrik atau sejenis skala sikap (rating scale)

 Dapat menentukan pemahaman membaca, strategi membaca, dan pengembangan bahasa

Contoh-contoh

tulisan Peserta didik menghasilkan makalah naratif, ekspositori, persuasif, atau referensi

 Peserta didik menghasilkan dokumen tertulis

 Dapat diskor pada komponen isi atau bahasa

 Dapat diskor dengan rubrik atau

rating scale

 Dapat menentukan proses-proses menulis

Proyek/Pameran Peserta didik menyelesaikan proyek, bekerja secara individual atau berpasangan

 Peserta didik membuat presentasi formal, laporan tertulis, atau dua-duanya

 Dapat mengamati produk-produk lisan atau tertulis dan keterampilan-keterampilan berfikir

 Dapat diskor dengan rubrik atau

rating scale

Eksperimen/

Demonstrasi Peserta didik eksperimen atau menyelesaikan mendemonstrasikan penggunaan bahan

 Peserta didik membuat presentasi formal, laporan tertulis, atau dua-duanya

 Dapat mengamati produk-produk lisan atau tertulis dan keterampilan-keterampilan berfikir

(13)

rating scale

 Biasanya diskor pada informasi substantif atau keterampilan-keterampilan berfikir

 Dapat diskor dengan rubrik atau

rating scale

 Dapat diskor dengan rubrik atau

rating scale

 Keterlibatan dan komitmen peserta didik yang kuat

 Menghimbau evaluasi-diri peserta didik

(O’Malley & Pierce 1996, h. 11 & 12)

Penilaian otentik memerlukan tugas (task) untuk menampilkan kinerja peserta didik, dan sebuah kriteria penilaian atau rubrik (rubrics) yang akan digunakan untuk menilai penampilan kinerja berdasarkan tugas tersebut.

a. Tugas Otentik

Tugas otentik adalah suatu tugas yang meminta peserta didik melakukan atau menampilkannya dianggap otentik apabila:

1) peserta didik diminta untuk mengkonstruk respons mereka sendiri, bukan sekedar memilih dari yang tersedia;

2) tugas merupakan tantangan yang mirip (serupa) yang dihadapkan dalam (dunia) kenyataan sesungguhnya. Mungkin saja ada definisi yang lain.

Baron’s (Marzano, 1993) mengemukakan lima kriteria task untuk penilaian otentik, yaitu:

1) tugas tersebut bermakna baik bagi peserta didik maupun bagipendidik; 2) tugas disusun bersama atau melibatkan peserta didik;

3) tugas tersebut menuntut peserta didik menemukan dan menganalisis informasi sama baiknya dengan menarik kesimpulan tentang hal tersebut; 4) tugas tersebut meminta peserta didik untuk mengkomunikasikan hasil dengan

jelas;

5) tugas tersebut mengharuskan peserta didik untuk bekerja atau melakukan.

(14)

1) Pertama, length atau lama waktu pengerjaan tugas.

2) Kedua, jumlah tugas terstruktur yang perlu dilalui peserta didik. 3) Ketiga, partisipasi individu, kelompok atau kombinasi keduanya. 4) Keempat, fokus penilaian: pada produk atau pada proses.

5) Kelima, keragaman cara-cara komunikatif yang dapat digunakan peserta didik untuk menunjukkan kinerjanya.

b. Tipe Tugas Otentik

Tugas-tugas penilaian autentik dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk.

1) computer adaptive testing (tidak berbentuk tes obyektif), yang menuntut

2) peserta tes dapat mengekspresikan diri untuk dapat menunjukkan tingkat 3) kemampuan yang nyata;

4) tes pilihan ganda diperluas, dengam memberikan alasan terhadap jawaban 5) yang dipilih;

6) extended response atau open ended question juga dapat digunakan;

7) group performance assessment (tugas-tugas kelompok) atau individual

8) performance assessment (tugas perorangan);

9) interviu berupa pertanyaan lisan dari asesor; 10) (vi).observasi partisipatif;

11) portofolio sebagai kumpulan hasil karya peserta didik; 12) projek, expo atau demonstrasi;

13)constructed response, yang peserta didik perlu mengkonstruk sendiri

jawabannya.

c. Kriteria Penilaian (Rubrics)

Sebagaimana telah diungkapkan bahwa penilaian otentik atau penilaian berbasis kinerja terdiri dari tasks dan rubrics. Rubrik merupakan alat pemberi skor yang berisi daftar kriteria untuk sebuah pekerjaan atau tugas (Andrade dalam Zainul, 2001:19). Rubrik dapat berupa rubrik deskriptif, holistik dan skala persepsi . Secara singkat

scoring rubrics terdiri dari beberapa 4 komponen,

1) dimensi

Dimensi akan dijadikan dasar menilai kinerja peserta didik

2) definisi dan contoh

Definisi dan contoh merupakan penjelasan mengenai setiap dimensi. 3) skala

Skala ditetapkan karena akan digunakan untuk menilai dimensi 4) standar

standar ditentukan untuk setiap kategori kinerja

(15)

harus disadari bahwa tidak mungkin rubrik yang sudah disusun itu sempurna atau satu-satunya kriteria untuk menilai kinerja peserta didik dalam bidang tertentu. Dari satu tugas bisa saja disusun lebih dari satu rubrik. Oleh karena itu perlu pula dikembangkan alat untuk menilai suatu rubrik. Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat digunakan sebagai patokan untuk menilai suatu rubrik (Zainul, 2001:29-30).

1) Seberapa jauh rubrik tersebut (jelas) berhubungan langsung dengan kriteria yang dinilai?

2) Seberapa jauh rubrik tersebut mencakup keseluruhan dimiensi kinerja yang dinilai?

3) Apakah kriteria yang dipilih sudah menggunakan standar yang secaraumum berlaku dalam bidang kinerja yang dinilai?

4) Sejauh mana dimensi & skala yang digunakan terdefinisi dengan baik?

5) Jika menggunakan skala numeric sejauh mana angka-angka yang digunakan itu memang secara adil telah menggambarkan perbedaan dari setiap kategori kinerja?

6) Seberapa jauh selisih skor yang dihasilkan oleh rater yang berbeda? 7) Apakah rubrik yang digunakan dipahami oleh peserta didik?

8) Apakah rubrik cukup adil dan bebas dari bias?

9) Apakah rubrik mudah digunakan, cukup praktis dan mudah diadministrasikannya?

d. Deskriptor dan Level Kinerja

Rubrik di atas melibatkan komponen lain yang umum digunakan dalam penilaian otentik atau penilaian berbasis kinerja, yaitu deskriptor. Deskriptor mengeksplisitkan tingkat kinerja peserta didik pada masing-masing level dari suatu penampilan. Contohnya seperti rumusan standar minimal dalam perumusan tujuan pembelajaran khusus. Deskriptor digunakan untuk memperjelas harapan atau aspek yang dinilai. Selain itu descriptor juga membantu penilai (rater) lebih konsisten dan lebih obyektif. Bagi pendidik yang melaksanakan penilaian otentik, deskriptor membantu memperoleh umpan balik yang lebih baik.

Langkah-langkah Menciptakan Penilaian Otentik

Peserta didik diminta menampilkan sejumlah tugas dalam dunia sesungguhnya yang memperlihatkan aplikasi keterampilan dan pengetahuan yang esensial dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah 1 Mengidentifikasi capaian kemampuan akhir peserta didik

(16)

dilakukan peserta didik, tetapi ruang lingkupnya lebih sempit dan lebih mudah dicapai daripada tujuan umum. Ditulis dalam pernyataan singkat yang harus

diketahui atau mampu dilakukan peserta didik pada poin tertentu. Agar operasional, rumusan standar hendaknya dapat diobservasi dan dapat diukur. Contoh: peserta didik mampu menjumlah dua digit angka dengan benar; Peserta didik mampu membuat grafik dengan benar; menjelaskan proses perubahan wujud zat;

Menjelaskan hukum kekekalan energi ; mengidentifikasi sebab dan akibat pemuaian benda; Mengidentifikasi sarat-sarat hukum tiga newton, Jadi, standar harus ditulis dengan jelas, operasional, tidak ambigu dan tidak rancu, tidak terlalu luas atau terlalu sempit, mengarahkan pembelajaran dan melakukan penilaian.

Langkah 2 Memilih suatu tugas otentik

Dalam memilih tugas otentik, pertama-tama kita perlu mengkaji standar yang kita buat, dan mengkaji kenyataan (dunia) sesungguhnya. Misalnya daripada meminta peserta didik menyelesaikan soal pecahan, lebih baik kita siapkan tugas

memecahkan masalah yang terjadi dikehidupan sehari-hari.

Langkah 3 Mengidentifikasi Kriteria untuk tugas (tasks)

Kriteria tidak lain adalah indikator-indikator dari kinerja yang baik pada sebuah tugas. Apabila terdapat sejumlah indikator, sebaiknya diperhatikan apakah indikator-indikator tersebut sekuensial (memerlukan urutan) atau tidak.

a. Contoh-contoh kriteria

Contoh sejumlah indikator dalam urutan (mengamat dengan mikroskop): 1. Mengatur pencahayaan melalui penggunaan cermin;

2. Menempatkan obyek di atas lubang pada meja mikroskop;

3. Mengatur posisi lensa obyektif (perbesaran rendah) tepat di atas lubang 4. dengan obyek tersebut dengan jarak kira-kira setengah sentimeter di atasnya; 5. Menempatkan salah satu mata (dengan kedua mata terbuka) pada lensa 6. okuler sambil memutar pengatur kasar ke belakang;

7. Mengatur penempatan obyek sambil tetap melihat di bawah mikroskop; 8. Memutar revolver yang merupakan tempat melekatnya lensa obyektif

9. sehingga lensa obyek berukuran lebih tinggi tepat di atas obyek yang sedang diamati;

10. Memutar pengatur halus perlahan-lahan dengan mata tetap mengamati melalui lensa okuler;

11. Memperlihatkan obyek yang sudah ditemukan (atau menggambar obyek yang ditemukan).

(17)

1. Mengeluarkan thermometer dari tempat dengan memegang bagian ujung termometer yang tak berisi air raksa

2. Menurunkan posisi air raksa dalam pipa kapiler termometer serendah-rendahnya 3. Memasang termometer pada psien ( dimulut atau diketiak ) sehingga bagian

yang berisi air raksa terkontak dengan tubuh pasien

4. Menunggu beberapa menit ( membiarkan termometer menempel ditubuh pasien selama beberapa menit ).

5. Mengambil termometer dari tubuh pasien, dengan memegang bagian ujung termometer yang tidak berisi air raksa.

6. Membaca tinggi air raksa dalam pipa kapiler dengan posisi mata tegak lurus Contoh sejumlah indikator tidak dalam ururtan (dalam matematika):

1. ketepatan kalkulasi;

2. ketepatan pengukuran pada model skala; 3. label-label pada model skala;

4. organisasi kalkulus; 5. kerapihan menggambar;

6. kejelasan keterangan/eksplanasi.

b. Karakteristik suatu kriteria yang baik

Kriteria yang baik antara lain adalah sebagai berikut. 1. dinyatakan dengan jelas, singkat;

2. pernyataan tingkah laku, dapat diamati;

3. ditulis dalam bahasa yang dipahami peserta didik.

c. Jumlah Kriteria untuk sebuah task

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.

1. batasi jumlah kriteria, hanya pada unsur-unsur yang esensial dari suatu tugas (antara 3-4, di bawah 10);

2. tidak perlu mengukur setiap detil tugas;

3. Kriteria yang lebih sedikit untuk tugas-tugas yang lebih kecil atau sederhana. Contoh tes singkat atau kuis diberikan berikut ini sebagai latihan

Tugas 1: Tuliskan tiga kriteria bagi seorang petugas laboratorium yang baik Tugas 2: Tuliskan empat kriteria berlakunya hukum Newton

Tugas 3: Tuliskan tiga kriteria presentasi lisan yang baik.

Langkah 4 Menciptakan standar kriteria atau rubrik (rubrics)

a. Menyiapkan suatu rubrik analitis

(18)

b. Menyiapkan suatu rubrik yang holistic

Dalam rubrik holistic, dilakukan pertimbangan seberapa baik seseorang telah menampilkan tugasnya dengan mempertimbangkan kriteria secara kese-luruhan. Sebagai contoh, dalam praktikum dapat disiapkan rubrik keseluruhan sebagai berikut.

c. Mencek rubrik yang telah dibuat

Untuk keperluan pengecekan rubrik yang telah dibuat sebaiknya kita meminta kepada rekan kerja sesama pendidik untuk mereviunya, atau meminta peserta didik mengenai kejelasannya. Masukan dari mereka dapat digunakan untuk memperbaiki standar yang telah kita siapkan. Ada baiknya kita juga memeriksa atau mencek apakah rubrik tersebut dapat dikelola dengan mudah. Bayangkan penampilan atau kinerja peserta didik ketika sedang melakukannya.

2. Contoh Iplementasi Penilaian Otentik untuk Pembelajaran SENDRATASIK

PROFIL PENDIDIKAN SENDRATASIK

1. Calon Pendidik dalam bidang sendratasik

2. Pencipta/ Praktisi sendratasik 3. Pengkaji/ peneliti sendratasik 4. Wirausaha(enterpreneurship)

bidang sendratasik

SMA: KOMPETENSI MATA PELAJ ARAN SENI BUDAYA

TUJ UAN: Menumbuhkan kemampuan menghargai karya seni dan budaya nasional,

KOMPETENSI LULUSAN:

1. mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya,

2. mengapresiasi karya seni dan budaya,

3. menghasilkan karya kreatif baik individual maupun kelompok Kompetensi utama lulusan

Program Studi Pendidikan Seni, Drama, Tari, dan Musik

(Sendratasik) adalah

1. (a) kompeten dan profesional sebagai tenaga kependidikan dalam bidang Sendratasik dan 2. (b) kompeten dan profesional

dalam bidang Sendratasik.

(19)

SENI DRAMA

Apresiasi seni teater, Estetika seni teater, Pengetahuan bahan dan alat seni teater, Teknik penciptaan seni teater, Pertunjukkan seni teater, Evaluasi seni teater, Portofolio seni teater. Aspek seni teater menampilkan pementasan karya teater.

SENI TARI

Apresiasi seni tari, Estetika seni tari, Pengetahuan bahan dan alat seni tari, Teknik penciptaan seni tari,

Pertunjukkan seni tari, Evaluasi seni tari, Portofolio seni tari. Aspek seni tari melakukan dan mengkreasikan karya tari.

SENI MUSIK

Apresiasi seni musik, Estetika seni musik, Pengetahuan bahan dan alat seni musik, Teknik penciptaan seni musik,

Pertunjukan seni musik, Evaluasi seni musik, Portofolio seni musik. Aspek seni musik menampilkan pergelaran

karya musik.

Mata Pelajaran Seni Budaya mencakup:

SENI RUPA

Apresiasi seni rupa, Estetika seni rupa, Pengetahuan bahan dan alat seni rupa, Teknik penciptaan seni rupa, Pameran seni rupa, Evaluasi seni rupa, Portofolio seni rupa. Aspek seni rupa berisi kegiatan mengkreasi karya seni rupa dua dan tiga dimensi.

Langkah Keterangan

Langkah1 Menentukan capaian

kemampuan akhir

Ditulis dalam pernyataan singkat yang harus diketahui atau mampu dilakukan siswa pada poin tertentu.

Agar operasional, rumusan standar hendaknya dapat diobservasi dan dapat diukur

Langkah 2 Memilih suatu tugas otentik

Mengkaji standar yang kita buat, dan mengkaji kenyataan (dunia) sesungguhnya.

Menyiapkan tugas memecahkan masalah yang terjadi dikehidupan sehari-hari.

Langkah 3 Mengidentifikasi Kriteria untuk tugas (tasks)

Kriteria adalah indikator-indikator dari kinerja yang baik pada sebuah tugas. Apabila terdapat sejumlah indikator, sebaiknya diperhatikan apakah indikator-indikator tersebut sekuensial (memerlukan urutan) atau tidak.

Kriteria yang baik antara lain adalah:.

 dinyatakan dengan jelas, singkat

 pernyataan tingkah laku, dapat diamati;

 ditulis dalam bahasa yang dipahami peserta didik Jumlah kriteria untuk setiap tugas

 batasi jumlah kriteria, hanya pada unsur-unsur yang esensial dari suatu tugas (antara 3-4, di bawah 10);

 tidak perlu mengukur setiap detil tugas;

(20)

Format Penilaian: Asesmen-diri PertunjukanDrama

R i n c i a n T u g a s A s e s m e n M e m b u a t G r a f k

S k o r A s e s m e n S k o r y a n g m u n g k i n

d i b e r i k a n S k o r y a n g d i b e r i k a n S e n d i r i G u r u

1 . M e m b a c a k a r y a u n t u k p e m i l i h a n t o p i k 1 5 1 . P e n e n t u a n t o k o h , l a t a r d a n s u d u t p a n d a n g 1 5

2 . M e n e n t u k a n P l o t c e r i t a

1 5

3 . M e m b u a t r a n c a n g a n t u l i s a n a w a l 1 5

4 . M e n u l i s n a s k a h a k h i r 1 0

5 . M e r e v i s i N a s k a h 1 5

6 . P e n g e l o l a a n L a t i h a n 1 5

7 . P e r e n c a n a a n P a n g g u n g 1 0

J u m l a h 1 0 0

!

PENUTUP

Diperlukan Paradigma baru dalam pendidikan agar mampu menciptakan generasi emas yang mempunyai kemampuan belajar, beradaptasi dan berinovasi, dimana sekarang masih tersembunyi. Kurikulum 2013 untuk pendidikana dasar, dan kurikulum berdasarkan deskripsi kerangka kualifikasi nasional indonesia (KKNI) (Peraturan Pemerintah No.8 tahun 2012) dan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) (Permendikbud NO.49 Tahun 2014) untuk perguruan tinggi.

Pembelajaran kurikulum 2013 adalah pembelajaran kompetensi dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penguatan proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong peserta didik lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba/ mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasikan

(21)

kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning). Pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif peserta didik.

Pembelajaran autentik dengan penilaian autentik adalah suatu cara untuk memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran yang kolaboratif, kooperatif, kompetitif dan karakter. Asesmen autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula. Penilaian otentik memerlukan tugas (task) untuk menampilkan kinerja peserta didik, dan sebuah kriteria penilaian atau rubrik (rubrics) yang akan digunakan untuk menilai penampilan kinerja berdasarkan tugas tersebut

DAFTAR PUSTAKA

---Assessment in The Science Classroom. New York:

Glencoe/McGraw-Hill.

ISBN 0-07-825453-1

____________Peraturan Pemerintah No.8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia

___________Permendikbud NO.49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT)

Anonymous (2005). Performance Assessment for Science Teachers: Performance Test and Task. Available:

http://www.usoe.k12.ut.us/curr/science/perform/past5.htm

O’Malley, J.M., Pierce, L.V. 1996. Authentic Assessment for English Language Learners Practical Approaches for Teachers. Printed in the United States of America: Addison-Wesley Publishing Company, Inc.

Nur. Muhanad (2005) Makalah presentasi di Universitas Negeri Padang, UNESA

Nur. Mohamad. 2003. Asesmen Komprehensip dan Berkelanjutan. Makalah yang

disampaikan pada Seminar Metodologi Pembelajaran dan Asesmen dalam

rangka pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang diselenggarakn

oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Unesa pada tanggal 5

Agustus 2003

Marzano, R.J., et al. (1994). Assessing Student Outcomes: Performance Assessment Using the Five dimensions of Learning Model. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development.

Mueller, J. (2006). Authentic Assessment. North Central College. Tersedia: http://jonatan.muller.faculty.noctrl.edu/toolbox/whatisist.htm

Popham, W. J. (2005). Classroom Assessment: What Teachers Need to Know. Fourth edition. Boston: Allyn and Bacon.

Stiggins, R.J. (1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York: Macmillan College Publishing Company.

Wiggins, G. (2005). Grant Wiggins on Assessment. Edutopia. The George Lucas Educational Foundation (online). Available: http://www.glef.org.

Zainul, A. (2001). Alternative Assessment. Applied Approach Mengajar di

Perguruan Tinggi. Jakarta: Pusat Antar Universitas untuk peningkatan dan pengembangan aktivitas instruksional. Ditjen Dikti Depdiknas.

(22)

Gambar

Tabel 1.  Perbandingan Asesmen  Tradisional dan Autentik
Tabel 2.  Jenis-jenis Asesmen Autentik

Referensi

Dokumen terkait

Adapun dalam penelitian ini peneliti akan mengasumsikan bahwa penelitian tentang penerapan metode SQ3R ini hasilnya nanti akan membawa pada hasil yang positif,

Kata Kunci : PurwaCaraka Music Studio (PCMS), Sistem Manajemen, Jasa Pengiriman, Metode Analisa, Survey, Pengamatan, Metode Perancangan, Sistem Baru, Mengirimkan Data Secara Online,

Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan aturan mampu meningkatkan legitimasi yang selanjutnya mampu meningkatkan kepatuhan karena mereka lebih tahu, berkomitmen, dan

Tujuan pelatihan : Melalui paparan, tanya jawab, diskusi, penugasan dan presentasi dengan kemandirian dan tanggung jawab peserta dapat memilih dan menggunakan metode pembelajaran

Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan teknik pemisahan komponen campuran senyawa kimia terlarut dengan sistem adsorpsi pada fase diam padat atau sistem partisi diantara

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulisan tugas akhir yang berjudul

Berdasarkan pengujian dan analisis data tentang integrasi dan implikasi portofolio diversifikasi terdapat hubungan intergrasi dalam keseimbangan jangka panjang (kointegrasi)

Makna luas dapat menyempit, atau suatu kata yang asalnya memiliki makna luas (generik) dapat menjadi memiliki makna sempit (spesifik) karena dibatasi, antara lain