KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP
Luly Riananda*
email: Lulyria@yahoo.com
A. Kependudukan
1. Pengertian Penduduk
Penduduk suatu Negara atau daerah bisa didefinisikan
menjadi dua, yaitu orang yang tinggal di daerah tersebut dan
orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut.
Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang
menempati wilayah geografi dan ruang tertentu.1
Dalam UU RI No 52 Tahun 2009 pasal 1 dijelaskan,
penduduk adalah warga Negara Indonesia dan orang asing yang
bertempat tinggal di Indonesia.2 Jadi, orang-orang yang
bertempat tinggal di wilayah Indonesia disebut dengan
penduduk.
2. Transfer Penduduk
Transfer penduduk adalah istilah untuk Negara yang
mewajibkan perpindahan sekelompok penduduk dari kawasan
tertentu, terutama dengan alasan etnisitas atau agama.
Kebijakan transmigrasi oleh pemerintah Indonesia selama orde
baru bisa dikategorikan transfer penduduk. Perpindahan
penduduk lainnya dapat pula karena imigrasi, seperti imigrasi
dari Eropa ke Koloni-Koloni Eropa di Amerika, Afrika, Australia,
dan tempat-tempat lainnya.
Berdasarkan estimasi yang diterbitkan oleh Biro Sensus
Amerika Serikat, penduduk dunia mencapai 6,5 milyar jiwa
Ramdani Wahyu, ISD (Ilmu Sosial Dasar), (Bandung: Pustaka Setia, 2013), 267.
2
penduduk dunia akan mencapai 7 milyar jiwa, sekitar 12 tahun
setelah penduduk dunia mencapai 5 milyar.
Berikut adalah peringkat Negara-negara di dunia
berdasarkan jumlah penduduk tahun 20053:
a. Republik Rakyat Tiongkok (1.306.313.812 jiwa)
b. India (1.103.600.000 jiwa)
c. Amerika Serikat (298.186.698 jiwa)
d. Indonesia (241.973.879 jiwa)
e. Brasil (186.112.794 jiwa)
f. Pakistan (162.419.946 jiwa)
g. Bangladesh (114.319.628 jiwa)
h. Rusia (143.420.309 jiwa)
i. Nigeria (128.771.988 jiwa)
j. Jepang (127.417.244 jiwa)
3. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah
penduduk disuatu wilayah tertentu pada waktu tertentu
dibandingkan waktu sebelumnya. Indikator tingkat
pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi
jumlah penduduk disuatu wilayah pada masa yang akan
datang. Dengan diketahuinya jumlah penduduk yang akan
datang, diketahui pula kebutuhan dasar penduduk ini, tidak
hanya dibidang sosial dan ekonomi, tetapi juga dibidang
politik. Akan tetapi, prediksi jumlah penduduk dengan cara
seperti ini belum dapat menunjukkan karakteristik penduduk
di masa yang akan datang. Untuk itu, diperlukan proyeksi
penduduk menurut umur dan jenis kelamin yang
membutuhkan data yang lebih rinci.
kelahiran dan perpindahan penduduk disuatu wilayah
menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk diwilayah yang
3 Ramdani Wahyu,
bersangkutan, sedangkan kematian menyebabkan
berkurangnya jumlah penduduk diwilayah tersebut.4
Pertumbuhan penduduk mempengaruhi secara langsung
upaya peningkatan mutu pemanfaatan sumberdaya manusia.
Pertumbuhan penduduk merupakan sumber utama peningkatan
jumlah sumber daya manusia yang memerlukan pembinaan,
pengembangan serta pemanfaatan.5 Dalam hubungan ini, adanya
pertumbuhan penduduk relatif masih tinggi memperberat tekanan
terhadap sumberdaya alam dan lingkungan hidup serta
mempersempit usaha-usaha menciptakan keserasian sosial.
4. Kebijaksanaan Kependudukan di Indonesia
a. Pengendalian Pertumbuhan Penduduk
Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara dikemukakan
bahwa kebijaksanaan kependudukan diarahkan pada
pengembangan penduduk sebagai sumber daya manusia
agar menjadi kekuatan pembangunan bangsa yang efektif
dan bermutu dalam rangka mewujudkan mutu kehidupan
masyarakat yang senantiasa meningkat. Sehubungan
dengan itu perlu menyebarkan penduduk, di samping
pendidikan, kesehatan, pertumbuhan ekonomi,
pembangunan daerah, dan penciptaan lapangan kerja.6
Jelaslah bahwa salah satu unsur pokok kebijaksanaan
kependudukan sebagai upaya pengembangan sumber daya
adalah upaya pengendalian pertumbuhan penduduk. Oleh
karena itu pengendalian pertumbuhan penduduk akan
ditingkatkan dan diintensifkan dalam Repelita V.
Pengendalian pertumbuhan penduduk terutama akan
4
Ibid., 270.
5
Tukiran Kasto, Kebijakan dan Perencanaan Kependudukan di Indonesia, (Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Stusi Sosial UGM, 1990), 41.
6
dilaksanakan melalui penurunan tingkat kelahiran dan
penurunan tingkat kematian.7
b. Penurunan Tingkat Kelahiran
Penurunan tingkat kelahiran terutama akan
diusahakan secara langsung melalui pemantapan
pelaksanaan program keluarga berencana yang diarahkan
pada keikutsertaan seluruh lapisan masyarakat dan potensi
yang ada. Kebijaksanaan penurunan tingkat kelahiran perlu
pula dibarengi dengan kebijaksanaan yang diarahkan
kepada usaha meningkatkan umur persalinan pertama dan
dengan upaya meningkatkan kesadaran penduduk akan
kegunaan dan keuntungan mempunyai anak sedikit.
Kebijaksanaan ini selanjutnya akan mendorong
pelembagaan Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS) akan mempercepat penurunan tingkat
kelahiran. Sesuai dengan amanat GBHN usaha langsung
untuk menurunkan tingkat kelahiran adalah melalui
kebijaksanaan pelaksanaan keluarga berencana.8 Dengan
makin banyaknya peserta keluarga berencana, maka akan
dapat diusahakan secara lebih efektif penurunan tingkat
kematian dan peningkatan peranan wanita dalam
pembangunan yang akhirnya akan menurunkan tingkat
kelahiran.
c. Penurunan Tingkat Kematian
Dalam Repelita V secara nasional tingkat kematian
diharapkan dapat diturunkan dari 58 per 1.000 kelahiran
pada akhir Repelita IV menjadi sekitar 50 per 1.000
kelahiran pada akhir Repelita V. Sasaran penurunan tingkat
kematian bayi ini akan dibarengi dengan penurunan tingkat
kematian kasar dari 7,9 per 1.000 penduduk pada tahun
1993. Sementara itu, angka harapan hidup pada waktu lahir
7
Tukiran Kasto, Kebijakan dan Perencanaan Kependudukan di Indonesia, 45.
8 Masri Singarimbun,
diharapkan meningkat dari 63 tahun pada tahun 1988
menjadi sekitar 65 tahun pada tahun 1993.9
Dalam rangka pencapaian sasaran-sasaran di atas,
dalam Repelita V dilaksanakan usaha-usaha peningkatan
pelayanan. Hal tersebut dilakukan dengan mengusahakan
agar pelayanan kesehatan tidak saja dekat, tetapi juga
terjangkau rakyat banyak. Dalam hubungan ini maka
jumlah Puskesmas dan fungsinya terus ditingkatkan dan
dikembangkan sehingga menjadi pusat pembangunan
kesehatan diwilayah kerjanya.
Sementara itu untuk lebih mendekatkan pelayanan
kesehatan kepada rakyat dilakukan juga Pelayanan Terpadu
yang memberikan pelayanan kesejahteraan ibu dan anak
seperti dalam mengatasi masalah-masalah gizi, diare,
imunisasi, dan keluarga berencana. Disamping itu untuk
meningkatkan produktivitas kerja, sekaligus sebagai usaha
untuk mencapai sasaran pembangunan kependudukan,
dilakukan pula upaya peningkatan kesehatan kerja.
d. Peningkatan Mutu Penduduk
Peningkatan status gizi berperan penting dalam
pencapaian sasaran-sasaran kependudukan. Kebijaksanaan
di bidang pangan dan gizi secara umum ditujukan bagi
peningkatan upaya penyediaan pangan dan
penganekaragaman pola konsumsi pangan dalam rangka
terpenuhinya kebutuhan gizi penduduk yang semakin
bermutu secara merata.
Selain di bidang gizi, bidang pendidikan juga berperan
penting dalam usaha mencapai sasaran-sasaran
kependudukan terutama melalui perubahan sikap dan
perilaku terhadap suatu tatanan kehidupan yang baru.
Kesadarn dan kemampuan yang dibutuhkan dalam rangka
melaksanakan cara hidup sehat, pengendalian kelahiran,
9 Tukiran Kasto,
peningkatannya melalui pendidikan. Sejalan dengan ini
maka usaha-usaha di bidang pendidikan terus
ditingkatkan.10
e. Persebaran dan Mobilitas Penduduk
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan akan sangat
membantu di dalam pemecahan masalah persebaran
penduduk dan tenaga kerja yang lebih seimbang.
Ketimpangan persebaran penduduk mengakibatkan bahwa
di daerah padat penduduk sumberdaya alam menderita
tekanan eksploitasi berlebihan, sedang di daerah jarang
penduduk sumber daya alam tidak dikelola secara efektif.
Oleh karena itu kebijaksanaan persebaran penduduk dan
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pembangunan daerah
tertuju pada tercapainya keseimbangan antara jumlah
penduduk dengan sumber daya alam yang tersedia.
Dalam rangka memperbaiki pola persebaran
penduduk dan angkatan kerja, maka perlu diupayakan
pembagian lapangan kerja antar daerah yang seimbang.
kegiatan yang dilakukan adalah melalui program Antar Kerja
Antar Daerah (AKAD) yang dimaksudkan untuk
mempertemukan permintaan dengan penawaran tenaga
kerja. Dengan demikian diharapkan penyebaran tenaga
kerja akan dapat terlaksana dengan lebih lancar. 11
5. Masalah Kependudukan
Pada dasarnya masalah kependudukan merupakan suatu
sumber masalah sosial yang penting, oleh karena pertambahan
penduduk dapat menghambat penduduk dapat menjadi
penghambat dalam pelaksanaan pembangunan, terutama jika
pertambahannya tersebut tidak dapat terkontrol secara efektif.
Masalah sosial sebagai akibat pertambahan penduduk tidak
hanya dirasakan oleh masyarakat-masyarakat pada daerah
10
Tukiran Kasto, Kebijakan dan Perencanaan Kependudukan di Indonesia, 48.
11
tertentu saja, melainkan dirasakan pula oleh masyarakat
secara menyeluruh dalam suatu Negara.
Akibat pertambahan penduduk biasanya ditandai oleh
kondisi yang serba tidak merata, terutama mengenai
sumber-sumber penghidupan masyarakat yang semakin terbatas. Di
Indonesia telah melakukan berbagai usaha dalam rangka
pengaturan pertambahan jumlah penduduk melalui program
Keluarga Berencana. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat secara
menyeluruh. Kecuali itu juga dilakukan program Transmigrasi,
yang dimaksudkan sebagai usaha pemerataan atau keserasian
jumlah penduduk di seluruh wilayah tertentu.12
a. Ledakan penduduk
pertambahan jumlah penduduk disebabkan oleh jumlah
kelahiran (natalitas) yang lebih besar dari pada jumlah
kematian (mortalitas). Di Indonesia sekarang laju
kelahiran 49 dan jumlah ini menunjukkan laju kelahiran
yang tinggi. Laju kelahiran yang sedang antara 20 – 30,
sedangkan laju kelahiran rendah di bawah 20.
Pertambahan penduduk yang pesat juga disebabkan oleh
penurunan angka kematian. Di dunia Barat kematian
bayi telah turun sampai 0,5% dan bagi dokter hal ini
merupakan tantangan. Malthus sendiri sudah
membayangkan bahwa penurunan angka kematian akan
memunculkan gejala kelebihan penduduk yang serius.
Menurut perhitungan, jika dalam waktu yang relatif
singkat di dunia kita nantinya akan terjadi sistem
pembatasan kelahiran yang optimal, maka kesimpulannya:
masih dibutuhkan 40 tahun lebih untuk menghentikan
pertumbuhan penduduk. Ini disebabkan dengan adanya
program KB yang intensif saja penduduk dunia masih akan
mampu melipat dua kali, sehingga dalam tahun 2020
12 Abdulsyani,
jumlah umat manusia di planet kita mencapai 7 milyar
jiwa.13
Penduduk di Indonesia menghadapi masalah dalam 4
aspek yaitu14:
Jumlah penduduk di Indonesia besar, yaitu
merupakan urutan kelima di dunia;
Tingkat pertambahan cepat. Menurut sensus
penduduk tahun 1980, tingkat pertambahan
penduduk Indonesia setahun 2,32%. Ini berarti
sebagian besar penduduk terdiri atas anak-anak yang
masih memerlukan berbagai kebutuhan;
Penyebaran penduduk di Indonesia tidak merata.
Sekitar 65% penduduk Indonesia berada di pulau
Jawa, sedangkan penduduk-penduduk luar Jawa
seluruhnya hanya 35%;
Pertumbuhan penduduk dan hubungannya dengan
pendidikan serta lapangan kerja.
B. Lingkungan Hidup
Hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya
bersifat sirkular, manusia mempengaruhi lingkungan dan begitu
juga hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan hidupnya. Menurut Gunawan suratmo lingkungan
hidup adalah segala sesuatu di sekitar suatu obyek yang saling
mempengaruhi. Yang termasuk dalam lingkungan hidup tersebut
dibagi menjadi dua yaitu sumber daya alam dan sistem hubungan
antara sumber daya alam tersebut. Lingkungan alam dibagi
menjadi lingkungan fisik dan kimia, lingkungan biologi, dan
lingkungan manusia meliputi bentuk sosio ekonomi dan sosial
kebudayaan.
13
Hariwijaya Soewandi, dkk., Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), 146.
14
Munajat Danusaputra, lingkungan hidup adalah semua
benda dan daya serta kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan
tingkah laku yang terdapat dalam ruang tempat manusia berada
dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan
manusia dan jasad-jasad hidup.15
Sedangkan UU RI No 32 Tahun 2009 pasal 1 menjelaskan,
lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lain.
Dari berbagai macam definisi tentang lingkungan hidup
tersebut, bisa dipahami bahwa lingkungan hidup manusia adalah
segala sesuatu yang selain diri kita baik yang berupa lingkungan
abiotik, lingkungan biotik, dan juga lingkungan sosial serta
budaya yang berada di sekitar manusia yang mempengaruhi hidup
manusia.
1. Pengelolaan Lingkungan Hidup
Dalam Undang-Undang tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup pada BAB I pasal 1 di jelaskan
bahwa16:
a. perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah
upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah
terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan
hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan
hukum;
b. Rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
yang selanjutnya disingkat RPPLH adalah perencanaan
15
Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Bandung: Djambatan,1999), 51.
16
tertulis yang memuat potensi, masalah lingkungan hidup,
serta upaya perlindungan dan pengelolaannya dalam waktu
kurun waktu tertentu;
c. Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya
pemantauan lingkungan hidup, yang selanjutnya disebut
UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap
usaha dan atau kegiatan yang tidak berdampak penting
terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
atau kegiatan.
2. Masalah dan Pengendalian Lingkungan Hidup
a. Pencemaran Lingkungan
Umumnya ahli lingkungan membagi kriteria
lingkungan hidup dalam tiga golongan besar, yakni:
1) Lingkungan fisik: segala sesuatu di sekitar kita sebagai
benda mati;
2) Lingkungan biologis: segala sesuatu di sekitar kita sebagi
benda hidup;
3) Lingkungan sosial, adalah manusia yang hidup secara
bermasyarakat.
Keberadaan lingkungan tersebut pada hakekatnya
selalu dijaga dari kerusakan yang parah. Suatu kehidupan
lingkungan akan sangat tergantung pada ekosistemnya.
Oleh karena itu, masyarakat secara terus-menerus harus
didorong untuk mencintai, memelihara, dan bertanggung
jawab terhadap kerusakan lingkungan. Sebab untuk
menjaga semuanya itu tidak ada lagi yang bisa dimintai
pertanggung jawaban kecuali manusia sebagai pemakai atau
pengguna itu sendiri. Kerusakan suatu lingkungan akan
berakibat pada manusia itu sendiri, dan demikian pula
sebaliknya.
Salah satu produk dari kerusakan lingkungan adalah
misalnya, bisa dikategorikan melalui ukuran zat pencemar
yang diizinkan dibuang pada suatu jangka waktu tertentu.
Misalnya suatu berat unsur atau senyawa kimia setiap hari.
Pencemaran itu lebih banyak terjadi karena limbah pabrik
yang masih murni, mereka belum melalui proses waste
water treatment atau pengolahan. Dampaknya pada
lingkungan secara umum, jelas sangat merusak dan
berakibat fatal bagi lingkungan secara keseluruhan.17
Di samping adanya sumber daya alam, alam air dan
tanah, udara adalah sumber daya alam yang mengalami
pencemaran sebagai akibat sampingan dari aktivitas
manusia itu. Selain dari aktivitas manusia, proses alami,
seperti kegiatan gunung berapi, tiupan angin terhadap lahan
gundul berdebu dan lain sebagainya juga merupakan
sumber dari pencemaran udara.
Menurut sifat penyebaran bahan pencemarannya,
sumber pencemar udara dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok besar, yaitu sumber titik, sumber area, dan
sumber bergerak. Sumber titik dan area dapat dijadikan
satu kelompok, sehingga pengelompokannya menjadi dua,
yakni sumber stationer dan sumber bergerak. Termasuk
kedalam sumber stationer adalah kegiatan rumah tangga,
industri, pembakaran sampah, letusan gunung berapi.
Adapun sumber bergerak adalah kendaraan angkutan.
b. Pengendalian Pencemaran
Salah satu akibat yang paling pasti dari adanya
pencemaran adalah perubahan tatanan lingkungan alam
atau ekosistem yang sebelumnya secara alami telah terjadi.
Akibat lainnya adalah tidak atau kurang berfungsi satu atau
beberapa elemen lingkungan dikarenakan kegiatan manusia
yang mengakibatkan pencemaran tersebut. Akibat lain, dan
17 Rusmin Tumanggor,
ini mungkin yang paling fatal adalah menurunnya kualitas
sumber daya dan kemudian tidak bisa dimanfaatkan lagi.
Dengan akibat-akibat seperti itu, maka sudah tidak
bisa ditunda lagi bahwa pencemaran haruslah dilakukan,
tidak sekedar dihindari, akan tetapi diperlukan juga
tindakan-tindakan preventif atau pencegahan. Pencegahan
terhadap pencemaran merupakan upaya yang sangat besar
bagi penyelamatan masa depan bumi, air, dan udara di
dunia ini.
Dengan menyadari bahwa setiap kegiatan pada
dasarnya menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup,
maka perlu dengan perkiraan pada perencanaan awal,
sehingga dengan cara demikian dapat dipersiapkan langkah
pencegahan maupun penanggulangan dampak negatifnya
dan mengupayakan pengembangan dampak positif dari
kegiatan tersebut. Sehubungan dengan itu, maka diperlukan
analisis mengenai dampak lingkungan sebagai proses dalam
pengambilan keputusan tentang pelaksanaan rencana
kegiatan.
Mengenai pencegahan dan penanggulangan
pencemaran, dalam pasal 17 UULH dinyatakan bahwa:
ketentuan tentang pencegahan dan penanggulangan
perusakan dan pencemaran lingkungan hidup beserta
pengawasannya yang dilakukan secara menyeluruh dan
atau secara sektoral ditetapkan dengan peraturan
perundangan.18 Dengan melihat kepedulian pemerintah
dalam hal penyelamatan lingkungan hidup, maka
masyarakat pun harus mendukung sekaligus mengontrol
dari pelaksanaan berbagai kebijakan itu. Sebab yang
demikian inilah disebut sebagai partisipasi dari kesadaran
masyarakat.
18 Rusmin Tumanggor,
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. Sosiologi Skematika Teori dan Terapan. Jakarta:Bumi
Aksara, 2002.
Kasto, Tukiran. Kebijakan dan Perencanaan Kependudukan di
Indonesia. Yogyakarta:Pusat Antar Universitas Stusi Sosial
UGM, 1990.
http://prokum.esdm.go.id/uu/2009/UU%2032%20Tahun%202009%
20(PPLH).pdf
http://www.hsph.harvard.edu/population/policies/indonesia.populat
ion09.pdf
Singarimbun, Masri. Penduduk dan Perubahan. Yogyakarta:Pustaka
Pelajar, 1996.
Soemarwoto, Otto. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan.
Bandung:Djambatan, 1999.
Soerjani, Muh. Lingkungan Sumber Daya Alam dan Kependudukan
Dalam Pembangunan. Jakarta:UI Press, 1987.
Soewandi, Hariwijaya, dkk. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta:Ghalia
Indonesia, 1999.
Tumanggor, Rusmin. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta:Kencana,
2010.
Wahyu, Ramdani. ISD (Ilmu Sosial Dasar). Bandung:Pustaka Setia,