• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS NGAMBUR KECAMATAN NGAMBUR KABUPATEN PESISIR BARAT TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS NGAMBUR KECAMATAN NGAMBUR KABUPATEN PESISIR BARAT TAHUN 2013"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

DI PUSKESMAS NGAMBUR KECAMATAN NGAMBUR KABUPATEN PESISIR BARAT TAHUN 2013

Oleh ROMI GUSMAN

Puskesmas Ngambur Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat merupakan instansi pemerintah daerah yang mempunyai kewenangan dan tugas memberikan pelayanan dibidang kesehatan terkait berbagai hal yang dibutuhkan masyarakat. Dalam hal ini tentu masyarakat menginginkan pelayanan yang maksimal dan baik, namun pada kenyataannya pihak Puskesmas Ngambur Kabupaten Pesisir Barat belum bisa melakukan itu sepenuhnya, ini terlihat dari kenyataannya masih banyak masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat pada saat berurusan dengan aparat pada Puskesmas Ngambur seperti dalam hal pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), penanganan pengobatan pasien terkesan sangat lamban, keterbatasan ketersedian obat, keterbatasan sumber daya manusia dan banyak pasien yang tidak bisa ditangani pengobatannya sehingga harus dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui besarnya Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Kualitas Pelayanan Jaminan Kesehatan Mayarakat di Puskesmas Ngambur dengan menggunakan metode survey. Alat analisis yang digunakan adalah Correlation Product Moment dan Uji t untuk mengetahui hipotesis diterima atau tidak. Hasil perhitungan didapat nilai koefisien korelasi Product Moment sebesar 0,901 dan apabila dikonsultasikan dengan tabel korelasi hubungan maka r = 0,901 terletak antara 0,800 sampai dengan 1,000 berarti hubungan tingkat kepuasan masyarakat terhadap kualitas pelayanan jaminan kesehatan masyarakat /jamkesmas di puskesmas ngambur Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat masuk kedalam kategori sangat kuat. Sedangkan besar pengaruh yang disebabkan oleh kualitas aparatur/organisasi Puskesmas terhadap Kualitas pelayanan Jamkesmas berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi yaitu sebesar 81 %. Dan hasil uji t berdasarkan perhitungan diketahui bahwa t hitung lebih besar dari t tabel dengan persamaan t hitung (15,2138) > t tabel (1,66055) Maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan yang signifikan Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Terhadap Kualitas Pelayanan Jamksmas di Puskesmas Ngambur.

(2)

ABSTRACT

SATISFACTION LEVEL OF SERVICE QUALITY ASSURANCE SOCIETY OF PUBLIC HEALTH IN PUBLIC HEALTH

DISTRICT NGAMBUR NGAMBUR DISTRICT OF WEST COAST 2013

by

ROMI GUSMAN

Ngambur subdistrict health center Ngambur West Coastal Districtis alocalgovernment agencythathas the authorityanddutyto provide servicesin the field ofhealth-related things thatpeople need.In this coursecommunities wantmaximum serviceandgood, but in realitytheWest CoastDistrictHealth CenterNgamburcan not do itcompletely, is evident from thefactthere are still manyproblemsfacedby thesocietyat the timedealingwithofficialsat thehealth centeras inNgamburtermsof serviceHealth Insurance(Assurance), handlingthe treatment of patientsseemveryslow, limiteddrugavailability, limited human resourcesandmanypatientscan not behandledso that thetreatmentshould be referredto theGeneral Hospital.

The purpose ofthis study was todetermine the magnitude of Community Satisfactionon the Quality Care Health Center Health Insurance Ngambur People sinusing survey methods. The analytical toolusedis the Product Moment Correlation and t-test to determine the hypothesisis acceptedornot. Calculation result sobtained product moment correlation coefficient of 0.823 correlation table when consulted by therelation ship r=0.823lies between 0.800 to1.000 means that the correlation between people's satisfaction withservice quality of public health insurance/health cardin thesub-districthealth centers Ngambur Ngambur entry into theWest Coast District category is very strong. While the influence caused by the quality of personnel/organization health center to service quality base don the calculation JAMKESMAS coefficient of determination is equal to 67%. And there sults of the t testbased on the calculation in mindthat tis greater thant table with the equation t(13.8967)>t table(1.66055) It can be concluded Ho is rejected and Hais accepted, it means there is a significant relation ship Satisfaction Societiesagainst Jamkesmas Service Quality in Health Center Ngambur.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Krui Way Redak pada tanggal 22 Agustus 1986, buah cinta

dari pasangan Bapak Darmansyah dengan Ibu Rahma Lena sebagai anak ke satu

dari empat bersaudara.

Jenjang pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Sumber Agung

lulus pada tahun 1999, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Ngambur

lulus pada tahun 2002, Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Pesisir Selatan

lulus pada tahun 2005. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan S1 pada tahun

2006 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Pemerintahan

Universitas Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010 dan mendapatkan

penghargaan mahasiswa lulusan terbaik satu (1) .Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik.

Setelah menyelesaikan pendidikan S1penulis sempat bekerja di PT. Hajr Aswad

Tour and Travel, PT. Garuda Expres Delivery (GED) dan saat ini memutuskan

untuk menjadi wiraswasta.

Pada Tahun 2011 penulis mulai teratat sebagai mahasiswa Program Magister Ilmu

(8)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi Rabbil’alamin

Dengan izin dan pertolongan ALLAH SWT, kupersembahkan karya sederhana ini untuk:

Bak dan Mak ku tercinta, yang telah membesarkanku, mendidik dan

memenuhi segala kebutuhan baik moril maupun materil dan selalu berdo’a

demi kesuksesanku. Terimakasih yang tak terhingga telah memberikan

segala yang terbaik bagiku Sembah Sujud Bakti Ananda Kepada Bakku

Darmansyah Dan Makku Rahma Lena.

Adikku tercinta Dian Oktaria, Trimelda Lena dan Ardi Yasindo (Alm)

yang telah memberikan semangat dan dukungan setiap saat.

Isteriku tercinta Masdalena, S.Pd terimakasih telah mendampingi dan

memberi semangat dalam suka dan duka.

Anakku tersayang Fiyoza Alfariz Gusman permata hati yang selalu

membuatku tersenyum walupun lelah datang menghampiri.

Keluarga besarku di Krui Pesisir Barat dan Kota Agung Tanggamus.

(9)

MOTO

Do whatever you like, be consistent,

and sukses will come naturally

(10)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya berupa

kekuatan dan ketekunan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini ,sebagai

syarat untuk mencapai gelar Magister Ilmu Pemerintahan (MIP) di Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penyusunan tesis ini didasarkan kepada penelitian yang dipadukan dengan teori

dan pengetahuan yang diperoleh penulis semasa kuliah. Sesuai dengan

subtitansinya, Tesis ini diberikan judul: “Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap

Kualitas Pelayanan Jamkesmas di Puskesmas Ngambur kecamatan Ngambur

Kabupaten Pesisir Barat tahun 2013”.

Penulis sangat menyadari dalam penulisan tesis ini sangatlah jauh dari

kesempurnaan tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang

senantiasa memberikan arahan dan bimbingan kepada penulisan dalam proses

penyelesain tesis ini, maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa

terima kasih yang tak terhingga kepada :

1) Drs. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

(11)

Penguji Utama yang telah banyak memberikan masukan dan motivasi.

3) Dr. Feni Rosalia, M.Si, selaku pembimbing Utama yang telah dengan

sabar meluangkan waktu dan pikirannya untuk mengoreksi dan

memberikan masukan, saran, kritikan, dan bimbingan dalam penyusanan

tesis ini, serta memberikan inspirasi penulis untuk bisa menjadi lebih baik.

4) Drs. Aman Toto Dwijono, M.H., selaku pembimbing pembantu yang telah

dengan sabar meluangkan waktu dan pikirannya untuk mengoreksi dan

memberikan masukan.

5) Dr. Pitojo Budiono, M.Si, selaku dosen pembahas yang telah sabar

meluangkan waktu dan pikirannya untuk mengoreksi dan memberikan

masukan.

6) Drs.Yana Ekana PS, M.Si, selaku Sekretaris Program Study Magister Ilmu

Pemerintahan Universitas Lampung.

7) Seluruh dosen MIP yang telah berbagai ilmu dan pengalaman selama

penulis menempuh pendidikan.

8) Ayah Darmansyah dan Ibu Rahma Lena, serta adik dan kakak-kakakku,

terima kasih atas dukungan kalian selama ini;

9) Mertuaku Ayah Masduki Sulaiman (Alm) dan Ibu Rozaina, A.Ma, serta

keluarga besarnya, yang selalu memberikan dukungan dan harapan untuk

(12)

hari penulis hingga nanti;

11)Seluruh Staf Admistrasi MIP FISIP UNILA;

12)Teman-teman MIP angkatan ’11 terima kasih atas kebersamaannya;

13)Kepada Reponden yang telah dengan tulus mengisi kuesioner penulis

sehingga penelitian ini bisa diselesaikan;

14)Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah penulis

kenal dan mereka yang memberikan arahan, motivasi, dan dukungan

sehingga penulis dapat belajar untuk lebih baik dan berarti dalam hidup

ini.

Kiranya segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis dapat

memperoleh balasan dari Allah S.W.T. akhir kata semoga yang telah penulis

tuangkan dalam tulisan ini dapat berguna bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2014 Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

B. Jaminan Kesehatan Masyarakat ... 15

C. Pelayanan Kesehatan ... 15

D. Pengertian dan Pungsi Puskesmas ... 17

E. Tinjauan Tentang Pelayanan Publik ... 18

a. Ciri-ciri Pelayanan Publik ... 20

b. Asas-asas Pelayanan Publik ... 20

c. Standar Pelayanan Publik ... 21

d. Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik ... 22

F. Konsep Tentang Kualitas Pelayanan Publik ... 24

(14)

K. Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Ngambur ... 56

1. Kondisi Geografis Daerah ... 56

2. Administrasi Pemerintahan ... 57

B. Gambaran Lokasi Puskesmas ... 57

1. Keadaan Fasilitas Puskesmas Ngambur ... 58

2. Keadaan Sumber Daya Manusia... 59

3. Wilayah Kerja dan Jarak Tempuh ... 61

4. Demografi ... 62

5. Nama Pegawai Puskesmas Ngambur ... 64

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 66

1. Deskripsi Pariabel Bebas ... 67

a. Pembahasan Tentang Tingkat Kepuasan Masyarakat….. 67

1. Sumber Daya Manusia... 67

2. Program Pelayanan Kesehatan Umum dan Jamkesmas... 71

3. Sarana dan Prasarana... 80

b. Deskripsi Pariabel Terikat……... 89

1. Deskripsi Data tentang keandalan (Reliability)... 89

2. Deskripsi Data tentang Empati (emphaty)... 94

3. Deskripsi Tentang Keyakinan atau Jaminan (assurance)... 100

4. Deskripsi Tentang berwujud (tangible)... 105

5. Deskripsi tentang Responsiviness ... 109

B. Hasil Uji Korelasi ... 113

C. Uji t ... 115

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 120

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Keadaan Tenaga Medis Di Puskesmas Ngambur ... 8

2. Definisi Operasional... 41

3. Jumlah Populasi Dan Sampel ... 45

4. Indikator Tingkat Reliabel ... 50

5. Kategori Skor ... 52

6. Pedoman Interprestasi Koefesien Korelasi ... 53

7. Klasifikasi, Status dan Luas Wilayah Kerja Puskesmas Ngambur ... 56

8. Keadaan Fasilitas Kesehatan Di Puskesmas Ngambur Tahun 2011-2013 ... 58

9. Keadaan SDM Di Puskesmas Ngambur Tahun 2012 ... 59

10.Wilayah Kerja dan Jarak Tempuh Dari Pekon Ke Puskesmas Ngambur ... 61

11.Penduduk Menurut Jenis Kelamindi Wilayah Kerja Puskesmas Ngambur ... 62

12.Nama Pegawai Puskesmas Ngambur Tahun 2013 ... 64

13. Jawaban Responden Tentang Jumlah Paramedis ... 67

14. Jawaban Responden Tentang Keahlian Paramedis Dalam Pengobatan Pasien ... 69

15. Jawaban Responden Tentang Pasien yang Datang Tidak/Kurang diperhatikan Paramedis ... 70

16. Jawaban Responden Tentang Kualitas Pelyanan Umum ... 72

17. Jawaban Responden Tentang Ketersediaan Obat-obatan Untuk Pelayanan Kesehatan Umum... 74

18. Jawaban Responden Tentang Kecepatan Pengobatan Pasien Untuk Pelayanan Kesehatan Umum ... 75

19. Jawaban Responden Tentang Kepuasan Masyarakat Miskin Terhadap Pelayanan Jamkesmas ... 77

20. Jawaban Responden Tentang Ketersediaan Obat-obatan Untuk Pelayanan Jamkesmas ... 78

21. Jawaban Responden Tentang Kecepatan Pengobatan Pasien Untuk Pelayanan Kesehatna amkesmas... 78

22. Jawaban Responden Tentang pelayanan administrasi Yang Sesuai Dengan Standar Pelayanan ... 82

(16)

24. Jawaban Responden Tentang Proses Admnistrasi yang Mudah

Terhadap Masyarkat yang menggunakan Jamkesmas ... 85 25. Jawaban Responden Tentang Adanya Standar Waktu

Pelayanan yang ditetapkan Puskesmas ... 86 26. Jawaban Responden Tentang Kelengkapan Alat Medis ... 87 27. Jawaban Responden Tentang Tindakan yang Cepat

Dalam Pengobatan Pasien ... 89 28. Jawaban Responden Tentang Pemerosesan ... 91 29. Jawaban Responden Tentang Pelayanan Penuh

Senyum dan Siap Menolong ... 92 30. Jawaban Responden Tentang Bagaimana Prosedur

Pelayanan di Puskesmas ... 94 31. Jawaban Responden Tentang Pemberian Perhatian Secara

Khusus Kepada Setiap Masyarakat ... 96 32. Jawaban Responden Tentang Keluhan yang Disampaikan

Kepada Masyarakat ... 98 33. Jawaban Responden Tentang Pemberian Layanan yang Baik

Kepada Semua Masyarakat Tanpa Memandang Status Sosial ... 100 34. Jawaban Responden Tentang Pelayanan ... 102 35. Jawaban Responden Tentang Pelayanan

yang Ramah dan Sopan ... 104 36. Jawaban Responden Tentang Transparasi Pelayanan ... 105 37. Jawaban Responden Tentang Kebersihan dan Kerapihan ... 107 38. Jawaban Responden Tentang Peralatan

dan Kelengkapan Kantor ... 108 39. Jawaban Responden Tentang Kerapihan dan

Penampilan Pegawai ... 109 40. Jawaban Responden Tentang Ketanggapan Petugas

Meresponden Pelangga ... 111 41. Jawaban Responden Tentang Pelayanan Cepat dan Cermat ... 112 42. Jawaban Responden Tentang Keluhan Pelanggan/Konsumen

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

(18)

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan adalah hak dan investasi, setiap warga negara berhak atas

kesehatannya termasuk masyarakat miskin. Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) pada pasal 28H, menetapkan

bahwa kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga negara

berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin,

dalam implementasinya dilaksanakan secara bertahap sesuai kemampuan

keuangan pemerintah dan pemerintah daerah. Untuk itu diperlukan suatu

sistem yang mengatur pelaksanaan bagi upaya pemenuhan hak warga negara

untuk tetap hidup sehat.

Kualitas kesehatan masyarakat Indonesia selama ini tergolong rendah, selama

ini masyarakat terutama masyarakat miskin cenderung kurang memperhatikan

kesehatan mereka. Hal ini dapat disebabkan karena rendahnya tingkat

pemahaman mereka akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan, padahal

kesadaran rakyat tentang pemeliharaan dan perlindungan kesehatan sangatlah

penting untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Disisi

(19)

ketidakmampuan mereka untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena

mahalnya biaya pelayanan yang harus dibayar.

Tingkat kemiskinan menyebabkan masyarakat miskin tidak mampu

memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang tergolong mahal. Jika

tidak segera diatasi, kondisi tersebut akan memperparah kondisi kesehatan

masyarakat Indonesia, karena krisis ekonomi telah meningkatkan jumlah

masyarakat miskin dan mengakibatkan naiknya biaya pelayanan kesehatan,

sehingga semakin menekan akses mereka karena biaya yang semakin tak

terjangkau. Mengingat kesehatan merupakan aspek penting dalam kehidupan

masyarakat, maka pemerintah harus menciptakan suatu pembangunan

kesehatan yang memadai sebagai upaya perbaikan terhadap buruknya tingkat

kesehatan selama ini.

Setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada

masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi

negara, dan setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga

berarti investasi bagi pembangunan negara, dan upaya pembangunan harus

dilandasi dengan wawasan kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus

memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua

pihak baik Pemerintah maupun masyarakat.

Upaya mewujudkan hak tersebut pemerintah harus menyelenggarakan

pelayanan kesehatan yang merata, adil dan terjangkau bagi seluruh lapisan

masyarakat. Untuk itu pemerintah perlu melakukan upaya-upaya untuk

(20)

Kemudian sesuai amanat pada perubahan UUD 1945 Pasal 34 ayat 2 yang

menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia. Dimasukkannya Sistem Jaminan Sosial dalam

perubahan UUD 1945, dan terbitnya UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), menjadi suatu bukti yang kuat

bahwa pemerintah dan pemangku kepentingan terkait harus memiliki

komitmen yang besar untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh

rakyatnya. Karena melalui SJSN sebagai salah satu bentuk perlindungan

sosial pada hakekatnya bertujuan untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat

memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

Berdasarkan konstitusi dan undang-undang tersebut, pemerintah melakukan

upaya-upaya untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan

kesehatan, diantaranya adalah Program Jaringan Pengaman Sosial Kesehatan

(JPS-BK) tahun 1998-2000, Program Dampak Pengurangan Subsidi Energi

(PDSE) tahun 2001, dan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan

Bakar Minyak (PKPS-BBM) tahun 2002-2004. Pada awal tahun 2005,

melalui Keputusan Menteri Kesehatan 1241/Menkes/XI/04 pemerintah

menetapkan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin

(JPKMM) melalui pihak ketiga, yaitu, PT Askes (persero). Program ini lebih

dikenal sebagai program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin).

Program Askeskin merupakan kelanjutan dari PKPS-BBM yang telah

dilaksanakan sebelumnya, dimana pembiayaannya didanai dari subsidi BBM

yang telah dikurangi pemerintah untuk dialihkan menjadi subsidi di bidang

(21)

program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) sejak tahun 2008

sampai dengan sekarang. JPKMM/Askeskin, maupun Jamkesmas

kesemuanya memiliki tujuan yang sama yaitu melaksanakan penjaminan

pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin dan tidak mampu dengan

menggunakan prinsip asuransi kesehatan sosial.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Jamkesmas)

Pelaksanaan program Jamkesmas mengikuti prinsip-prinsip penyelenggaraan

sebagaimana yang diatur dalam UU SJSN, yaitu dikelola secara nasional,

nirlaba, portabilitas, transparan, efisien dan efektif. Pelaksanaan program

Jamkesmas tersebut merupakan upaya untuk menjaga kesinambungan

pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu yang

merupakan masa transisi sampai dengan diserahkannya kepada Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial sesuai UU SJSN.

Pada kenyataannya program jamkesmas ini tidak bisa berjalan sesuai dengan

yang diharapkan oleh pemerintah, karena keterbatasan dana yang di

anggarankan oleh pemerintah untuk program jamkesmas, menyebabkan

banyak obat-obatan yang berkualitas pembiayaannya tidak masuk dalam

tanggungan pemerintah. Sehingga menurut masyarakat pelayanan jamkesmas

lebih buruk dibandingkan dengan pelayanan umum, sehingga bagaimanapun

masyarakat miskin tetap merasa dirugikan karena tidak mendapkan pelayanan

yang baik dibidang kesehatan. Hal ini menjadi suatu pekerjaan rumah oleh

pemerintah karena bagaimanapun setiap warga negara berhak mendapatkan

(22)

Salah satu fungsi atau tugas dari pemerintah yaitu melaksanakan pelayanan

publik terhadap masyarakat indonesia. Menurut Supriyanto (2001:9)

Pelayanan publik adalah upaya untuk membantu menyediakan, menyiapkan,

atau mengurus keperluan masyarakat yang dilakukan oleh pejabat Negara

sesuai dengan prinsip-prinsip dan asas-asas dalam pelayanan publik.

Pelayanan publik dilakukan oleh pejabat Negara melalui badan-badan layanan

yang telah ditentukan oleh pemerintah, salah satunya yaitu pelayanan

puskesmas terhadap masyarakat miskin pengguna jaminan kesehatan

masyarakat (Jamkesmas).

Pelayanan publik menurut Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara No: 63/Kep/M.PAN/7/2003 adalah segala kegiatan pelayanan yang

dilaksanakan oleh penyelenggara layanan publik sebagai upaya pemenuhan

kebutuhan penerima layanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Menteri Pendayagunaan Aparat Negara dalam

Keputusan No. 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan

Pelayanan Publik, menyatakan bahwa “Hakikat layanan publik adalah

pemberian layanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan

dari kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat”. Pernyataan

ini menegaskan bahwa pemerintah melalui instansi-instansi penyedia layanan

publiknya bertanggung jawab memberikan layanan prima kepada masyarakat.

Layanan publik akan berdampak pada kepuasan masyarakat terhadap apa yang

(23)

yang diberikan kepada masyarakat dirasakan kurang baik, maka pada dasarnya

penyedia layanan publik dianggap tidak mempunyai kinerja yang baik.

Menurut Masyarakat Pemantau Pelayanan Publik (MP3:2007:19), terdapat 3

(tiga) pertimbangan mengapa pelayanan publik harus diselenggarakan oleh

Negara.

Pertama, investasinya hanya bisa dilakukan atau diatur oleh Negara, seperti pembangunan infrastruktur transportasi, pemberian layanan administrasi negara, perizinan dan lain-lain. Kedua, sebagai kewajiban Negara karena posisi Negara sebagai penerima mandat. Dan ketiga, biaya pelayanan publik didanai dari uang masyarakat, baik melalui pajak maupun mandat masyarakat kepada negara untuk mengelola sumber kekayaan negara.

Masyarakat selalu mengharapkan penyelenggaraan pelayanan publik yang

baik dan berkeadilan. Hanya saja dalam prakteknya, harapan ini tidak selalu

dapat dipenuhi oleh pemerintah, baik di pusat maupun di daerah, hingga kini

masih banyak ditemukan kasus-kasus pelayanan publik yang jauh dari harapan

masyarakat.

Tuntutan pelayanan publik merupakan suatu keharusan, karena secara implisit

adanya instansi pemerintahan disebabkan oleh implementasi keinginan

masyarakat, untuk itu diperlukan pengembangan sumber daya manusia pada

instansi pemerintah agar dapat melaksanakan pelayanan publik yang baik.

Pengembangan sumber daya manusia Pegawai Negeri Sipil pada dasarnya

tidak terlepas dari upaya perbaikan kinerja pelayanan publik. (Mathis dan

Jackson (2001 : 82) dalam (http://id.wikipedia.org/wiki/Kinerja)

Pelayan publik yang dilakukan pemerintah melalui instansi terkait harus

(24)

Minimal ini akan menjadi tolak ukur dan indikator dalam menentukan

keberhasilan pelayan publik yang dilakukan pemerintah. Standar Pelayanan

Minimal ini akan menentukan dimensi kualitas layanan yang diberikan kepada

masyarakat. Pelaksanaan pelayanan yang baik akan melahirkan persepsi

kepuasan masyarakat sebagai konsumen dari layanan yang diberikan (Santoso

P, 2008:59).

Kepuasan masyarakat sangat erat kaitannya dengan aspek-aspek yang paling

spesifik dalam layanan. Aspek-aspek tersebut Menurut Fitzsimmons (2000:45)

yaitu :

Reliability (kemampuan dan keandalan dalam menyediakan layanan publik), responsiveness (kesanggupan untuk membantu dan menyediakan layanan yang cepat, tepat serta tanggap terhadap keinginan masyarakat sebagai konsumen atau pelanggan), assurance (kemampuan, keramahan, dan sopan santun dalam meyakinkan kepercayaan masyarakat/ konsumen/pelanggan), empathy (sikap tegas tetapi ramah dalam memberikan pelayanan), dan tangible (kualitas pelayanan yang terukur secara fisik berupa sarana perkantoran, komputerisasi administrasi, ruang tunggu, tempat informasi), dan lain-lain.

Berdasarkan uraian di atas, banyak sekali permasalahan terhadap pelaksanaan

pelayanan jaminan kesehatan masyarakat di daerah khususnya Kecamatan

Ngambur, seperti banyaknya anggapan masyarakat Ngambur tentang

buruknya kualiatas Puskesmas terhadap penanganan pasien pengguna

Jamkesmas. Ini terlihat dengan banyaknya pasien yang tidak bisa ditangani

pengobatannya oleh Puskesmas setempat karena keterbatasan sumber daya

manusia, ketersedian obat dan kurangnya alat medis untuk penangan

pengobatan pasien. Dapat dikatakan bahwa sumberdaya manusianya sangat

(25)

sangat terbatas jumlahnya juga tidak ada satupun dokter pada Puskesmas ini

sehingga untuk penyakit yang tergolong berat tidak bisa ditangani oleh

Puskesmas Ngambur pengobatannya. Berikut ini tabel 1 keadaan sumber daya

manusia aparatur Puskesmas Ngambur Kecamatan Ngambur Kabupaten

Pesisir Barat.

Tabel 1. Keadaan Tenaga Medis yang ada di Puskesmas Ngambur Tahun 2012

(26)

i. Akademi

Kesehatan

Lingkungan

- -

4 Bidan D 1 3 3 3

5 SPK 3 2 1 3

6 Bidan C - -

7 SPRG 1 1 1

8 SPPH - -

9 SPAG - -

10 Pekarya

Kesehatan

- -

11 Sopir 1 1 -

12 SLTA - -

13 PK C - -

14 Tenaga Lain 2 2 -

JUMLAH

Sumber: Data Puskesmas Ngambur Tahun 2012

Apabila kita perhatikan keadaan sumber daya manusia yang ada di Puskesmas

Ngambur memang sewajarnya pelayanan yang diberikan tidak dapat optimal.

Hal tersebut menyebabkan banyak pasien yang harus di rujuk ke Rumah Sakit

Umum Daerah Liwa, dengan dirujuknya pasien oleh Puskesmas tentunya akan

menambah biaya hidup yang harus dikeluarkan oleh keluarga pasien selama

pengobatan di Rumah Sakit Umum karena keberadaannya jauh dari tempat

(27)

masyarakat yang tidak mampu untuk membiayayi pengobatan selama di

Rumah Sakit Umum Daerah Liwa, sehingga harus mempertahankan

pengobatan pasien di Puskesmas Ngambur dengan sealakadarnya.

Berangkat dari uraian latar belakang di atas, maka penulis akan mencoba

mengungkap masalah Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Kualiatas

Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Ngambur Kecamatan

Ngambur Kabupaten Pesisir Barat. Adapun perbedaan dari peneletian sejenis

yang telah dilakukan sebelumnya oleh saudara Irsan yaitu mengenai “Kualitas

Pelayanan Kesehatan Pada Puskesmas Simpur Kecamatan Tanjung Karang

Pusat Kota Bandar Lampung”. Perbedaannya yaitu penelitian ini lebih melihat

Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Kualiatas Pelayanan Jaminan

Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Ngambur Kecamatan Ngambur

Kabupaten Pesisir Barat

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar Tingkat Kepuasan

Masyarakat Terhadap Kualiatas Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat di

Puskesmas Ngambur Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

(28)

Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Ngambur Kecamatan

Ngambur Kabupaten Pesisir Barat

D. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

positif bagi studi Ilmu Pemerintahan terutama yang berkaitan dengan

pelayanan publik dalam rangka menciptakan tata pemerintahan yang baik

serta sebagai bahan masukan dan referensi bagi yang berminat melakukan

penelitian yang sejenis di masa yang akan datang.

2. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi

pemikiran terhadap Puskesmas Ngambur di dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat. Oleh karena itu dapat dijadikan acuan untuk

meningkatkan kinerja aparatur terhadap pelayanan baik secara

(29)

II TINJAUAN PUSTAKA

A. Masyarakat Miskin

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan

memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini,

kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk

memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi

pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata

pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Garis Kemiskinan

(GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan

Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata

pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan dikategorikan

sebagai penduduk miskin.

Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan

minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari.

Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi

(padi-padian, umbiumbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran,

kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). Garis Kemiskinan Non

Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang,

(30)

diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di

pedesaan.

Friedman dalam Murtiningsih (2008:21) mengemukakan kemiskinan adalah

ketidaksamaan kesempatan untuk memformulasikan basis kekuasaan sosial,

yang meliptui : asset (tanah, perumahan, peralatan, kesehatan),

sumberkeuangan (pendapatan dan kredit yang memadai), organisiasi sosial

politik yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kepentingan bersama,

jaringansosial untuk memperoleh pekerjaan, barang atau jasa, pengetahuan

dan keterampilan yang memadai, dan informasi yang berguna.

Dalam penanggulangan masalah kemiskinan BPS pun telah menetapkan 14

(empat belas) kriteria keluarga miskin, seperti yang telah disosialisasikan oleh

Departemen Komunikasi dan Informatika (2005), rumah tangga yang

memiliki ciri rumah tangga miskin, yaitu:

a) Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. b) Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu

murahan.

c) Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.

d) Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama dengan rumah tangga lain.

e) Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

f) Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.

g) Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.

h) Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu. i) Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

j) Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

k) Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik. l) Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas

(31)

m) Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.

n) Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp. 500.000, seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Apabila kita melihat beberapa kriteria tentang keluarga miskin di atas, maka

keadaan masyarakat di Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat masuk

kedalam beberapa kriteria di atas. Masyarakat miskin baik yang berada di

pinggir pantai maupun yang berada di pegunungan keadaannya sama-sama

memperihatinkan baik keadaan tempat tinggal, pakaian, makanan maupun

pendapatan yang didapat setiap hari untuk memenuhi kebutuhan hidup

keluarganya sangat-sangat kekurangan.

Dalam rangka memenuhi hak masyarakat miskin sebagaimana diamanatkan

konstitusi dan undang-undang, pemerintah dalam hal ini Departemen

Kesehatan mengeluarkan kebijakan yang lebih memfokuskan pada pelayanan

kesehatan masyarakat miskin. Masyarakat miskin disini adalah masyarakat

yang berdasarkan kriteria pemerintah ditetapkan dalam kategori miskin. Dasar

pemikirannya adalah selain memenuhi kewajiban pemerintah juga berdasarkan

kajian bahwa indikator-indikator kesehatan akan lebih baik apabila lebih

memperhatikan pelayanan kesehatan yang terkait dengan kemiskinan dan

kesehatan. Melalui Jamkesmas diharapkan segenap lapisan masyarakat miskin

dapat merasakan dan menikmati fasilitas kesehatan sehingga kedepannya dapat

menurunkan angka kematian ibu melahirkan, menurunkan angka kematian

bayi, dan balita serta penurunan angka kelahiran dengan tetap mengedepankan

(32)

B. Jaminan Kesehatan Masyarakat

Jamkesmas adalah bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat

miskin dan tidak mampu yang iurannya dibayar oleh Pemerintah,

diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan sejak tahun 2008 dan

merupakan perubahan dari Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi

Masyarakat Miskin/JPKMM atau lebih dikenal dengan program Askeskin

yang diselenggarakan pada tahun 2005 sampai dengan 2007. Program

Jamkesmas diselenggarakan untuk memberikan kemudahan dan akses

pelayanan kesehatan kepada peserta di seluruh jaringan fasilitas kesehatan

yang melaksanakan program Jamkesmas, mendorong peningkatan pelayanan

kesehatan yang terstandar dan terkendali mutu dan biayanya, dan

terselenggaranya pengelolaan keuangan negara yang transparan dan akuntabel.

C. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau

bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan,

mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan,

kelompok dan ataupun masyarakat.

Azrul Azwar menyatakan bahwa kualitas pelayanan kesehatan adalah

menunjuk pada tingkat kesempurnaan penampilan pelayanan kesehatan yang

dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan. (Azrul Azwar,

(33)

Sementara itu, pengertian mutu atau kualitas layanan kesehatan (pasien dan

keluarganya), menurut penyelenggara pelayanan kesehatan (pihak institusi dan

petugas pemberi layanan kesehatan) serta menurut penyandang dana

penyelenggara layanan kesehatan tersebut (Azrul Azwar, 1996:82).

Pengertian mutu dari ketiga pihak tersebut adalah :

1. Dari segi pemakaian jasa layanan, mutu terutama berhubungan dengan

ketanggapan dalam memenuhi kebutuhan pasien, komunikasi petugas

dengan pasien, termasuk didalamnya sikap ramah, rendah hati dan

kesungguhan.

2. Bagi pihak institusi penyelenggaraan layanan kesehatan termasuk

didalamnya petugas pemberi petugas, mutu pelayanan terkait pemakaian

yang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi, juga berhubungan

dengan otonomi profesi dokter dan perawat serta profesi lain yang terlibat

dalam layanan di Puskesmas tersebut.

3. Dari segi pembiayaan, mutu layanan terkait dengan efisiensi pemakaian

sumber daya serta kewajaran pembiayaan kesehatan.

Batasan tentang mutu banyak macamnya beberapa diantaranya yang

dipandang cukup penting adalah :

1. Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang

(34)

2. Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program (Donabedian,

1998:48).

3. Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang atau jasa yang

dihasilkan, yang didalamnya tekandung sekaligus pengertian atau adanya

rasa aman dan/atau terpenuhinya kebutuhan para pengguna barang atau

jasa yang dihasilkan (Din ISO 402, 1986:63).

D. Pengertian dan Fungsi Puskesmas a. Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu

wilayah kerja (Kebijakan Dasar Puskesmas, Depkes RI, 2004). Keberadaan

puskesmas ditengah masyarakat sangatlah penting karena puskesmaslah yang

menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah

daerah. Pelayanan kesehatan yang baik yang mampu diberikan oleh

penyelenggara pemerintah secara tidak langsung akan meringankan beban

pemerintah. Kesehatan yang menjadi kun utama yang semua kegiatan yang

mampu dilakukan oleh manusia harus mendapatkan jaminan dari pemerintah.

Sejalan dengan era desentralisasi puskesmas di harapkan mampu memberikan

pelayanan kesehatan dasar serta menjadi pelopor penggerak penggerak

(35)

b. Fungsi Puskesmas

Puskesmas mempunyai pungsi sebagai berikut :

1. Pusat penggerak pembangunan berwawas kesehatan

2. Pusat pemberdaya masyarakat

3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama, yaitu pelayanan kesehtan

perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. (Kebijakan Dasar

Puskesmas Depkes RI, 2004).

E. Tinjauan Tentang Pelayanan Publik

Manusia merupakan mahluk sosial yang satu sama lain saling membutuhkan.

Dalam berinteraksi dengan kehidupan sehari-hari, setiap orang membutuhkan

pelayanan. Pelayanan baik dari diri sendiri maupun orang lain. Pelayanan ini

dimaksudkan untuk pemenuhan kebutuhan dan kepentingan hidup sehari-hari.

Menurut Moenir dalam Tangkilisan (2005:208) Interaksi yang dilakukan

manusia melalui aktivitas sehari-hari secara umum tidak terlepas dari

kebutuhan pelayanan baik pelayanan yang bersifat fisik secara langsung oleh

pribadi orang lain atau pelayanan oleh Negara yang bersifat administrative.

Menurut Supriyanto (2001:9) Pelayanan publik adalah upaya untuk membantu

menyediakan, menyiapkan, atau mengurus keperluan masyarakat yang

(36)

dalam pelayanan publik. Pelayanan publik dilakukan oleh pejabat Negara

melalui badan-badan layanan yang telah ditentukan oleh pemerintah.

Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 Tahun

1993 yang telah disempurnakan melalui SK Men.PAN No 63 Tahun 2003

mendefinisikan pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang

dilakukan oleh pejabat penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya

pemenuhan kebutuhan penerima layanan maupun pelaksanaan ketentuan

Peraturan Perundang-Undangan.

Gonroos dalam Ratminto dan Winarsih (2005:2) Pelayanan merupakan suatu

aktivitas atau serangkaian aktivitas yang tidak kasat mata yang terjadi sebagai

akibat adanya interaksi antara penyelenggara pelayan publik dengan

masyarakat atau hal-hal lain yang disediakan oleh penyelenggara pelayan

publik.

Pelayanan publik bagi negara melaui badan-badan penyelenggara layanan

secara prinsip hanya memberikan pelayanan-pelayanan umum bagi

publik/masyarakat secara adil mengingat pelayanan publik yang adil dan

berkualitas merupakan masyarakat selaku konsumen pelayanan publik.

Pelayanan publik yang dilakukan oleh penyelenggara Negara harus efektif dan

efisien. Pelayanan publik diartikan sebagai aktifitas pemerintah untuk

mendistribusikan hak-hak masyarakat, sehingga orientasi pelayanan publik

memang semata-mata untuk pelayanan umum bagi masyarakat.

Konteks kepentingan umum dalam pelayanan publik merupakan kepentingan

(37)

memberikan isyarat bahwa semua warga masyarakat di anggap sama dalam

memperoleh pelayanan publik. Menurut Moenir (1992:10) yang dimaksud

dengan kepentingan umum adalah suatu kepentingan yang menyangkut orang

banyak atau masyarakat, tidak bertentangan dengan norma-norma dan

bersumber pada kebutuhan hidup orang banyak.

Pelayanan publik secara menyeluruh kepada masyarakat dilakukan dengan

pelayanan umum yang yang terpadu dengan asas-asas umum yang berlaku

bagi pelaksanaan standar pelayanan minimum. Pelayanan umum menurut

Moenir (1992:26) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau

sekelompok orang dengan maksud memenuhi kebutuhan material atau system,

prosedur atau metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan orang lain

sesuai dengan hak yang telah diberikan oleh negara.

a. Ciri-ciri Pelayanan Publik

Adapun ciri khusus pelayanan publik menurut Ahmad dalam Siagian

(1994:81) adalah :

1. Tidak dapat memilih konsumen. 2. Perencanaan dibatasi oleh peraturan. 3. Pertanggungjawaban yang kompleks. 4. Sangat teliti.

5. Semua tindakan dapat justifikasi.

6. Tujuan dan output sulit diukur dan ditentukan.

b. Asas-asas Pelayanan Publik

Menurut Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara No. 63. Tahun

2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, terdapat

enam asas pelayanan publik antara lain :

(38)

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan di sediakan secara memadai serta mudah di mengerti.

2. Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima layanan dengan tetap berpegang teguh pada prinsip efisiensi dan efektifitas.

4. Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat.

5. Kesamaan Hak

Tidak deskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, dan golongan.

6. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajibanya.

c. Standar Pelayanan Publik

Menurut Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara No. 63. Tahun

2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, standar

pelayanan haruslah meliputi :

1. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan yang dilakukan dalam hal ini antara lain kesederhanaan, yaitu kemudahan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat serta kemudahan dalam memenuhi persyaratan pelayanan.

2. Waktu Penyelesaian

Waktu yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sama dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan haruslah berkaitan dengan kepastian waktu dalam memberikan pelayanan sesuai dengan ketetapan lamanya waktu pelayanan masing-masing.

3. Biaya Pelayanan

(39)

4. Produk Pelayanan

Hasil pelayanan yang diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Hal ini berkaitan dengan kenyataan dalam pemberian pelayanan yaitu hasil pelayanan sesuai dengan yang ditentukan serta terbebas dari kesalahan-kesalahan teknis, baik dalam hal penulisan permohonan yang telah diajukan sebelumnya.

5. Sarana dan Prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan perangkat penunjang pelayanan yang memadai seperti meja, kursi, mesin tik, dll. Serta adanya kenyamanan dan kemudahan dalam memperoleh suatu pelayanan.

6. Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan

Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pegetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan prilaku yang dibutuhkan. Hal ini berkaitan dengan tanggung jawab petugas pelayanan seperti pengetahuan, kedisiplinan, dan kesopanan, dalam memberi dan menerima pelayanan.

d. Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik

Prinsip pelayanan menurut Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur

Negara Nomor 63 Tahun 2003 dalam Ratminto dan Winarsih (2005:21)

disebutkan bahwa dalam penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi

prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Kesederhanaan

Kesederhanaan mengandung arti bahwa prosedur pelayanan tidak berbelit-belit, mudah dimengerti dan dipahami serta mudah dilaksanakan.

2. Kejelasan

Kejelasan ini mencakup hal-hal sebagai berikut :

a. Persyaratan teknis dan administrasi pelayanan publik.

b. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam melakukan pelayanan.

c. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.

3. Kepastian Waktu

Kepastian waktu dalam pelayanan pulik harus sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam standar pelayanan.

(40)

Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah. 5. Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik harus memberikan rasa aman dan kepastian hukum.

6. Tanggung Jawab

Pimpinan penyelenggaraan pelayanan publik harus bertanggung jawab terhadap semua proses dan produk pelayanan yang diberikan kepada masyarakat selaku kosumen.

7. Kelengkapan sarana dan Prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dalam mendukung pelayanan publik.

8. Kemudahan akses

Tempat dan lokasi sarana pelayanan mudah dijangkau oleh masyarakat.

9. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan

Pemberian pelayanan oleh petugas harus bersikap sopan, santun, ramah dan melakukan pelayanan dengan ikhlas.

10.Kenyamanan

Lingkungan tempat pelayanan harus tertib, teratur, bersih, disediakan ruang tunggu, tempat parkir, sarana ibadah dan toilet.

Peningkatan kualitas pelayanan merupakan tuntutan publik secara menyeluruh

dalam mewujudkan prinsip “better of life”. Untuk mewujudkan prinsip

-prinsip pelayanan tersebut instansi/badan penyelenggara pelayanan publik

harus mempunyai strategi yang tepat dan terarah. De Vreye dalam Sugiyanti

(1999:28-29) mengemukan strategi pelayanan yang disebut simple strategy for

success yang kemudian disebut dengan service model yaitu :

1. Self-esteem (harga diri), dilakukan dengan tindakan sebagai berikut :

a. Pengembangan prinsip pelayanan bukanlah berarti “tunduk” pada

penyedia layanan

b. Menempatkan seseorang sesuai dengan keahliannya c. Menempatkan pelayanan yang futuris dan terarah

d. Berpedoman pada slogan “hari ini harus lebih baik dari hari kemarin” 2. Exceed expectation (pemenuhan harapan), dilakukan dengan tindakan berikut:

a. Penyesuaian standar pelayanan yang baik b. Pemahaman terhadap keinginan masyarakat c. Pelayanan sesuai harapan

3. Recovery (Pembenahan) dilakukan melalui tindakan berikut :

(41)

b. Mengatasi keluhan pelanggan/masyarakat selaku konsumen

c. Mengumpulkan informasi tentang keinginan pelanggan/masyarakat d. Melakukan uji coba standar pelayanan

4. Vision (pandangan kedepan), dilakukan dengan tindakan berikut : a. Perencanaan ideal di masa depan

b. Memanfaatkan teknologi semaksimal mungkin

c. Memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat

5. Improve (Perbaikan), dilakukan dengan tindakan berikut :

a. Perbaikan secara terus menerus atau sering disebut “better of better” b. Menyesuaikan dengan perubahan

c. Mengikutsertakan bawahan dalam penyusunan rencana d. Investasi yang bersifat non material

e. Penciptaan lingkungan yang kondusif f. Penciptaan standar yang responsive

6. Care (Perhatian), dilakukan dengan tindakan berikut : a. Menyusun sistem pelayanan yang memuaskan pelanggan b. Menjaga kualitas

c. Menerapkan standar yang tepat

7. Empower (Pemberdayaan), dilakukan dengan tindakan berikut : a. Memberdayakan karyawan dan bawahan

b. Belajar dari pengalaman

c. Memberikan rangsangan, pengakuan dan penghargaan.

F. Konsep Tentang Kualitas Pelayanan Publik

Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan dan peluang, aparatur

negara hendaknya memberikan pelayanan dengan berorientasi pada kebutuhan

dan kepuasan penerima pelayanan, sehingga dapat meningkatkan daya saing

dalam pemberian pelayanan barang dan jasa karena salah satu misi utama

pemerintah adalah menyediakan barang dan jasa serta penyampaiannya pada

masyarakat sebagai upaya melakukan pelayanan publik yang berkualitas. Di

samping itu, dengan berlakunya UU No.23/2006, diharapkan dapat memberikan

dampak nyata yang luas terhadap peningkatan pelayanan terhadap masyarakat. Di

(42)

ke daerah memungkinkan terjadinya penyelenggaraan pelayanan dengan jalur

birokrasi yang lebih ringkas dan membuka peluang bagi pemerintah daerah untuk

melakukan inovasi dalam pemberian dan peningkatan kualitas pelayanan.

Pelayanan sebagai proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain

secara langsung, merupakan konsep yang senantiasa aktual dalam berbagai aspek

kelembagaan. Bukan hanya pada organisasi bisnis, tetapi telah berkembang lebih

luas pada tatanan organisasi pemerintah. Hal ini disebabkan oleh perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju dan kompetisi global yang

sangat ketat. Dengan kondisi demikian, hanya organisasi yang mampu

memberikan pelayanan berkualitas akan merebut konsumen potensial, seperti

halnya birokrasi pemerintah yang semakin dituntut untuk menciptakan kualitas

pelayanan agar dapat mendorong dan meningkatkan kegiatan dalam masyarakat.

Oleh karena itu, aparatur negara harus lebih proaktif dalam mencermati paradigma

baru global agar pelayanannya mempunyai daya saing yang tinggi dalam berbagai

aktivitas publik. Untuk itu birokrasi seharusnya dapat menjadi center of excellence

(pusat keunggulan pemerintah).

Terminologi kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda dan bervariasi mulai

dari yang konvensional hingga lebih strategis. Definisi konvensional dari kualitas

biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk seperti:

(1) kinerja; (2) keandalan; (3) mudah dalam penggunaan, (4) estetika. Adapun

dalam definisi strategis dinyatakan bahwa, kualitas adalah segala sesuatu yang

mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of

(43)

lebih strategis oleh Gasperz dinyatakan bahwa, pada dasarnya kualitas mengacu

kepada pengertian pokok:

1. Kualitas terdiri dari sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan

langsung maupun keistimewaan aktraktif yang memenuhi keinginan

pelanggan dan dengan demikian memberikan kepuasan atas penggunaan

produk.

2. Kualitas terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau

kerusakan. Untuk itu kualitas pelayanan adalah suatu kegiatan pelayanan yang

diberikan kepada pelanggan sesuai dengan prinsip: lebih murah, lebih baik,

lebih cepat, tepat, akurat, ramah, dan sesuai dengan harapan pelanggan.

Kualitas yang dikutif dalam Disertasi Febrianda Lis (2009:90) oleh banyak pakar

juga diartikan dalam suatu frase, diantaranya W.E Deming menyebutnya

perbaikan berkesinambungan (continuos improvement), Joseph M.Juran

menyebutnya sebagai cocok untuk digunakan (fit for use); Philip Crosby

mengartikan kesesuaian dengan persyaratan. Selain itu Koaru Ishikawa

mengartikan dalam bentuk kalimat yaitu produk yang paling ekonomis, paling

berguna, dan selalu memuaskan pelanggan. Selanjutnya J.W. Cortado

menyebutnya pula dalam satu frase yaitu saat kejujuran (the moment of truth) atau

kualitas diciptakan pada saat pelaksanaan, dengan demikian bertolak dari

pendapat-pendapat tersebut, maka kualitas pelayanan birokrasi adalah melayani

masyarakat (konsumen) yang sesuai dengan kebutuhan dan seleranya. Pengertian

ini memberikan pemahaman bahwa, segala sesuatu yang berkaitan dengan

(44)

kualitas. Oleh sebab itu, pelayanan birokrasi yang berkualitas dapat didefinisikan

melalui ciri-cirinya: (i) pelayanan yang bersifat anti birokratis; (ii) distribusi

pelayanan, (iii) desentralisasi dan berorientasi pada klien.

Adapun menurut Tjiptono (1996:54), pada prinsipnya konsep kualitas memiliki

dua dimensi yaitu : dimensi produk dan dimensi hubungan antara produk dan

pemakai. Dimensi produk memandang kualitas barang dan jasa dari perspektif

derajat konformitas dengan spesifikasinya yaitu perspektif yang memandang

kualitas dari sosok yang dapat dilihat, kasat mata, dan dapat diidentifikasikan

melalui pemeriksaan dan pengamatan, sedangkan dalam perspektif hubungan

antara produk dan pemakai merupakan suatu karakteristik lingkungan dimana

kualitas produk adalah dinamis, sehingga produk harus disesuaikan dengan

tuntutan perubahan dari pemakai produk. Lebih lanjut Crosby, Lethimen, dan

Wyckoff mendefinisikan kualitas pelayanan adalah penyesuaian terhadap

perincian-perincian dimana kualitas dipandang sebagai derajat keunggulan yang

ingin dicapai.

Mengingat pentingnya kualitas pelayanan, banyak para pakar yang berpendapat

bahwa, manfaat yang dapat diraih dari menciptakan dan mempertahankan kualitas

pelayanan, jauh lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan untuk meraihnya,

atau biaya akibat dari kualitas pelayanan yang buruk. Kualitas yang unggul saat

ini, dipandang sebagai sasaran untuk meraih keunggulan dalam persaingan.

Sejalan dengan hal ini, Tjiptono (1996:146) mengemukakan bahwa: Kualitas

memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan selanjutnya kepuasan

pelanggan dapat menciptakan kesetiaan atau loyalitas pelanggan kepada

(45)

kualitas pelayanan yang dilakukan oleh aparatur negara, Rasyid (3-4)

mengemukakan manfaat yang diperoleh dari optimalisasi pelayanan yang efisien

dan adil yaitu secara langsung dapat merangsang lahirnya respek masyarakat atas

sikap profesional para birokrat sebagai abdi masyarakat (servant leader). Pada

tingkat tertentu, kehadiran birokrat yang melayani masyarakat secaratulus akan

mendorong terpeliharanya iklim kerja keras, disiplin dan kompetitif.

Untuk itu, dengan demikian untuk dapat menilai sejauhmana mutu pelayanan

publik yang diberikan aparatur pemerintah, memang tidak bisa dihindari, bahkan

menjadi tolok ukur kualitas pelayanan tersebut dapat ditelaah dari kriteria

dimensi-dimensi kualitas pelayanan publik.

Menurut Zeithaml dkk (1990), Kualitas Pelayanan dapat diukur dari 5 dimensi,

yaitu: Tangibel (Berwujud), Reliability (Kehandalan), Responsiviness

(Ketanggapan), Assurance (Jaminan), dan Empathy (Empati). Masing-masing

dimensi memiliki indikator-indikator sebagai berikut:

Untuk Dimensi Tangibel (Berwujud), terdiri atas indikator:

- Penampilan Petugas/aparatur dalam melayani pelanggan - Kenyamanan tempat melakukan pelayanan

- Kemudahan dalam proses pelayanan

- Kedisiplinan petugas/aparatur dalam melakukan pelayanan - Kemudahan akses pelanggan dalam permohonan pelayanan - Penggunaan alat bantu dalam pelayanan

Untuk Dimensi Reliability (Kehandalan), terdiri atas indikator:

-Kecermatan petugas dalam melayani pelanggan -Memiliki standar pelayanan yang jelas

-Kemampuan petugas/aparatur dalam menggunkanan alat bantu dalam proses pelayanan

(46)

Untuk Dimensi Responsiviness (Respon/ketanggapan), terdiri atas indikator: - Merespon setiap pelanggan/pemohon yang ingin mendapatkan pelayanan - Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan cepat

- Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan tepat - Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan cermat

- Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan waktu yang tepat - Semua keluhan pelanggan direspon oleh petugas

Untuk Dimensi Assurance (Jaminan), terdiri atas indikator:

- Petugas memberikan jaminan tepat waktu dalam pelayanan - Petugas memberikan jaminan biaya dalam pelayanan - Petugas memberikan jaminan legalitas dalam pelayanan

- Petugas memberikan jaminan kepastian biaya dalam pelayanan

Untuk Dimensi Empathy (Empati), terdiri atas indikator:

- Mendahulukan kepentingan pemohon/pelanggan - Petugas melayani dengan sikap ramah

- Petugas melayani dengan sikap sopan santun

- Petugas melayani dengan tidak diskriminatif (membeda-bedakan) - Petugas melayani dan menghargai setiap pelanggan

Lima dimensi pelayanan publik tersebut di atas, menurut Zeithaml dkk. (1990)

dapat dikembangkan menjadi sepuluh dimensi sebagai berikut:

1. Tangible, terdiri atas fasilitas fisik, peralatan, personil dan komunikasi.

2. Reliable, terdiri dari kemampuan unit pelayanan dalam menciptakan pelayanan yang dijanjikan dengan tepat.

3. Responsiveness, kemauan untuk membantu konsumen bertanggungjawab terhadap mutu layanan yang diberikan.

4. Competence, tuntutan yang dimilikinya, pengetahuan dan ketrampilan yang baik oleh aparatur dalam memberikan layanan.

5. Courtesy, sikap atau perilaku ramah, bersahabat, tanggap terhadap keinginan konsumen serta mau melakukan kontak atau hubungan pribadi.

6. Credibility, sikap jujur dalam setiap upaya untuk menarik kepercayaan masyarakat.

7. Security, jasa pelayanan yang diberikan harus dijamin bebas dari berbagai bahaya dan resiko.

8. Access, terdapat kemudahan untuk mengadakan kontak dan pendekatan.

9. Communication, kemauan pemberi layanan untuk mendengarkan suara, keinginan atau aspirasi pelanggan, sekaligus kesediaan untuk selalu menyampaikan informasi baru kepada masyarakat.

(47)

Menurut Brown dalam Moenir (1998:33) bahwa di mata masyarakat, kualitas

pelayanan meliputi ukuran-ukuran sebagai berikut:

1. Reability, yaitu kemampuan untuk memproduksi jasa sesuai yang diinginkan secara tepat;

2. Assurance, yaitu pengetahuan dan kemampuannya untuk meyakinkan;

3. Empathy, yaitu tingkat perhatian dan atensi individual yang diberikan kepada pelanggan;

4. Responsiviness, yaitu kemampuan untuk membantu pelanggan memberikan pelayanan yang tepat;

5. Tangibel, yaitu penyediaan fasilitas fisik dan kelengkapan serta penampilan pribadi.

Pendapat lain yang senada mengenai dimensi atau ukuran kualitas pelayanan

dikemukakan oleh Fandy Tjiptono (1997:14) dalam bukunya “Prinsip-Prinsip

Total Quality Service,” yaitu:

1. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan

sarana komunikasi.

2. Keandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang

dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.

3. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu

para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

4. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan

dapat dipercaya yang dimiliki para staf; bebas dari bahaya, resiko atau

keragu-raguan.

5. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang

baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan

Sementara menurut Lenvinne (1990) dalam (http://id.wikipedia.org/wiki.kualitas

pelayanan), dimensi kualitas pelayanan terdiri atas: responsiveness, responsibility,

(48)

1. Responsiveness atau responsivitas ini mengukur daya tanggap providers

terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan customers.

2. Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan dengan tidak

melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

3. Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pelayanan dengan

ukuran-ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh

stakeholders, seperti nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat.

Selain itu ada tujuh hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pelayanan,

namun yang paling signifikan untuk diterapkan dalam lembaga pemerintah

adalah:

1. Function : kinerja primer yang dituntut.

2. Confirmance : kepuasan yang didasarkan pada pemenuhan persyaratan yang

telah ditetapkan.

3. Reliability : kepercayaan terhadap jasa dalam kaitannya dengan waktu.

4. Serviceability : kemampuan untuk melakukan perbaikan apabila terjadi

kekeliruan.

5. Adanya assurance yang mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan,

dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko

atau keragu-raguan. Selain dari hal di atas, maka yang berkaitan dengan

kualitas pelayanan perlu pula diperhatikan mulai dari waktu tunggu, waktu

proses hingga waktu penyelesaian suatu produk pelayanan yaitu sebagai

(49)

1. Akurasi pelayanan. Ini berkaitan dengan realitas pelayanan dan bebas dari kesalahan-kesalahan.

2. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan.

3. Tanggung jawab. Berkaitan dengan penerimaan pesanan dan penanganan keluhan dari pelanggan.

4. Kemudahan mendapatkan pelayanan. Berkaitan dengan penerimaan pesanan dan penanganan keluhan dari pelanggan.

5. Variasi model pelayanan. Berkaitan dengan inovasi untuk memberikan pola-pola baru dalam pelayanan, features dari pelayanan dan lain-lain.

6. Pelayanan pribadi. Berkaitan dengan fleksibilitas, penanganan permintaan khusus, dan lain-lain.

7. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan. Berkaitan dengan lokasi, ruang dan tempat pelayanan, kemudahan menjangkau, ketersediaan informasi, petunjuk-petunjuk dan bentuk-bentuk lain.

8. Atribut pendukung pelayanan lainnya, seperti lingkungan, kebersihan, ruang tunggu dan fasilitas lainnya.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, diharapkan melalui pelayanan

yang baik akan dapat bermanfaat terhadap citra birokrasi pemerintah itu sendiri

dan masyarakat, dengan demikian, untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada

masyarakat, maka pemberdayaan terhadap para birokrat ke arah penciptaan

profesionalisme pegawai juga menjadi sangat menentukan, seperti yang dikatakan

Pamudji bahwa: Profesionalisme aparatur bukan satu-satunya jalan untuk

meningkatkan pelayanan publik, karena masih ada alternatif lain, misalnya dengan

menciptakan sistem dan prosedur kerja yang efisien tetapi adanya aparatur yang

profesional tidak dapat dihindari oleh pemerintah yang bertanggung jawab. Pada

hakikatnya pelayanan (service) diarahkan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat. Oleh karena itu, setiap organisasi yang bergerak di bidang pelayanan

baik dalam penyediaan jasa privat maupun jasa publik, harus diarahkan pada

tercapainya kepuasan pelanggan atau masyarakat terhadap pelayanan yang

diberikan.

Dalam hal ini kepuasan pelanggan/ masyarakat sangat berkaitan dengan kualitas

(50)

pelanggan tampaknya memang tidak dapat dihindari lagi karena masyarakat sudah

semakin kritis terhadap kualitas pelayanan yang diterimanya, seperti yang

dikemukakan Woworuntu (1997:19) bahwa:

Kepuasan masyarakat akan menimbulkan hubungan yang harmonis antara birokrat dan masyarakat, dimana masyarakat akan memberikan informasi dari mulut ke mulut mengenai layanan publik yang diterimanya, dan hal ini tentunya sangat menentukan citra pemerintah itu sendiri di mata masyarakatnya. Lebih dari itu kepuasan masyarakat akan menyebabkan

pelanggan di ”raja”kan.

Sehubungan dengan hal di atas, dapat dipahami bahwa kepuasan masyarakat

menjadi urgen dalam kehidupan suatu organisasi. Hal ini sejalan dengan Lembaga

Administrasi Negara (LAN) (2000:17) yang mengemukakan urgensi tentang

kepuasan masyarakat sebagai berikut :

1. Kepuasan masyarakat adalah alat yang paling ampuh bagi kehidupan organisasi.

2. Masyarakat harus diberi pelayanan yang terbaik dan seoptimal mungkin. 3. Kepuasan masyarakat memerlukan upaya kerja profesional yang mantap. 4. Memuaskan masyarakat adalah tanggung jawab semua pihak dalam

organisasi.

(51)

G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Puskesmas

Menurut Kebijakan Dasar Puskesmas Depkes RI, 2004, Puskesmas dituntut

untuk memberikan pelayanan yang bermutu baik dari segi sumber daya

manusia, program, sarana dan prasarana sehingga pelayanan yang diberikan

memuaskan pengguna jasa puskesmas.

Sumber Daya Manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya

fisik yang dimiliki individu. Perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan

dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi keinginan untuk

memenuhi kepuasannya. Daya pikir adalah kecerdasan yang dibawa lahir

(modal dasar) sedangkan kecakapan diperoleh dari usaha (belajar dan

pelatihan). Program adalah rancangan mengenai asas serta usaha (dalam

ketatanegaraan, perekonomian) yang akan dijalankan dalam mencapai

maksud dan tujuan. Sarana dan prasarana adalah segala sesuatu yang dapat

dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan

Adapun ketiga dimensi di atas, masing-masing memiliki indikator sebagai

berikut :

Untuk dimensi sumber daya manusia, terdiri atas indikator :

- Ketersedian perawat/medis

- Ketersedian dokter

Untuk dimensi program, terdiri atas indikator :

- Program Masyarakat miskin (Jamkesmas)

(52)

Untuk dimensi layanan/sarana dan prasaran, terdiri atas indikator :

- Administrasi

- Alat Medis/tindakan

H. Kerangka Pikir

Berdasarkan uraian konseptual di atas, disimpulkan bahwa Tingkat kepuasan

masyarakat terhadap kualitas pelayanan aparat/instansi pemerintahan dalam

hal ini Puskesmas Ngambur bisa di nilai dari pelayanan yang diberikan kepada

masyarakat. Faktor tersebut merupakan pendorong kepada organisasi publik

untuk memberikan pelayanan sehingga pelayanan menjadi lebih baik dan

masyarakat yang dilayani akan merasa terpuaskan.

Menurut (Depkes RI, 2004) Puskesmas dituntut untuk memberikan pelayanan

yang bermutu baik dari segi sumber daya manusia, program, sarana dan

prasarana sehingga pelayanan yang diberikan memuaskan pengguna jasa

puskesmas.

Menurut Brown dalam Moenir (1998:33) bahwa di mata masyarakat, kualitas

pelayanan meliputi reability, empathy, assurance, resvonsivines dan tangibel.

Dengan demikian, dari kerangka teori yang telah diuraikan di atas, secara

skematis yang akan dilakukan di dalam mengkaji Tingkat Kepuasan

Masyarakat Terhadap Kualitas Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat

(Jamkesmas) di PuskesmasNgambur apabila di tuliskan dalam sebuah

Gambar

Tabel 1. Keadaan Tenaga Medis yang ada di Puskesmas Ngambur Tahun 2012
Gambar 1 : Skema Kerangka Pikir
Tabel 4. Indikator Tingkat Reliabel
Tabel. 5 Katagori Skor
+7

Referensi

Dokumen terkait

“Aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan

Berdasarkan penelitian dari fokus masalah yang peneliti kaji ditemukan kesimpulan bahwa manajeman emosi yang ada dalam Surat Yūsuf adalah dzikrullah, Al-‘Afw,

Diberitahukan dengan hormat, bahwa skripsi saudara : Iip Kuswandi, NIM : 211010 dengan judul “ Hak Waris Orang Tua Bersama Anak (Studi Komparasi Hukum Islam

April 2020 sampai dengan Masa Pajak September 2020 sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud

yang paling besar pada plot B1 (Jati, mangga, pete, teras bangku. dengan penguat teras rumput dan lamtoro) dengan diameter

[r]

RKA - SKPD 2.2.1 Rincian Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. RKA - SKPD 3.1 Rincian Penerimaan Pembiayaan Daerah

Angka koefisien regresi tersebut menggambarkan bahwa sistem informasi akuntansi mempunyai hubungan yang kuat dalam menunjang aktivitas pemberian kredit pada Bank Jabar Cabang