• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA ANALISIS BKO TADALAFIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA ANALISIS BKO TADALAFIL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Alsa Giani Mahesha (21131088), Winasih Rachmawati, M.Si., Apt

RINGKASAN

Jamu merupakan obat tradisional yang sering digunakan di masyarakat. Salah satu bahan kimia obat yang sering ditambahkan pada jamu penambah stamina pria adalah Tadalafil. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memperingatkan beberapa obat tradisional pada jamu yang mengandung tadalafil. Tujuan dari studi literatur ini adalah mengetahui metode analisis tadalafil dalam jamu kuat pria dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ini memiliki sensitifitas dan selektifitas yang tinggi. Analisis dapat dilakukan dengan menggunakan KCKT fase terbalik, detektor UV menggunakan kombinasi fase gerak asetonitril : dapar fosfat (pH 7) 3:2 v/v untuk sistem KCKT 1, asetonitril : buffer asetat (pH 2,8) 5:5 v/v sistem KCKT 2, metanol : asetonitril : buffer fosfat (pH 5,2) 0,1M untuk sistem KCKT 3. Pada sistem kromatografi tersebut, menunjukkan waktu retensi tadalafil yang berbeda-beda yaitu 4,46 menit, 5,772 menit, 7,55 menit. Validasi metode yang telah diteliti telah memenuhi syarat meliputi Batas Kuantisasi (LOQ), Batas deteksi (LOD) , dan linieritas (Linearity).

Kata kunci : Jamu, Tadalafil, Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.

SUMMARY

Jamu is one type of traditional medicine that is often used in society. One of the chemical drugs that are often added to jamu stamina enhancer is tadalafil. The National Agency of Drug and Food Control (NA-DFC) has identified tadalafil in some brands of jamu and restriction for consumption. The aims of this literature study is to find out analysis of tadalafil in jamu strong with High Performance Liquid Chromatography method (HPLC), HPLC have a high sensitivity and selectivity for analysis. The analysis conducted using the HPLC reversed phase, UV detectors, with stationary phase as a mixture of acetonitrile : buffer phosphate (pH 7) 3:2 v/v for system HPLC 1, acetonitrile : buffer acetat (pH 2,8) 5:5 v/v for system HPLC 2, methanol : acetonitrile : buffer phosphate (pH 5,2) 0,1M for system HPLC 3. In the chromatography system, showed that the retention time different of tadalafil was 4,46 minutes, 5,772 minutes, 7,55 minutes. Method was validated already investigated have qualified in terms of Limit Of Quantitation (LOQ), Limit Of Detection (LOD), and linearity.

(2)

PENDAHULUAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 003/MENKES/PER/I/2010 tentang Saintifikasi Jamu dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan. bahwa yang disebut jamu adalah obat tradisional Indonesia. Permenkes tersebut menyebutkan bahwa jamu tidak boleh mengandung BKO (Bahan Kimia Obat), Persyaratan inilah yang sering dilanggar oleh produsen jamu untuk meningkatkan penjualan, dikarenakan masyarakat Indonesia sebagai konsumen menyukai produk kesehatan yang bereaksi cepat pada tubuh.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 246/Menkes/Per/V/1990 menyatakan bahwa jamu tidak boleh ditambahkan bahan kimia obat (BKO). Hal tersebut ditunjukan pada pasal 39 ayat 1 poin A yang berbunyi, “Industri Obat Tradisional atau Industri Kecil Obat Tradisional dilarang memproduksi segala jenis obat tradisional yang mengandung bahan kimia hasil isolasi atau sintetik yang berkhasiat obat”.

Walaupun pemerintah telah menetapkan persyaratan untuk jamu, tetapi masih banyak orang melanggar ketentuan tersebut. Berdasarkan hasil pengawasan obat tradisional melalui sampling dan pengujian laboratorium tahun 2014, Badan POM telah menemukan sebanyak 51 produk obat tradisional yang dicampur dengan bahan kimia obat. Berkenaan dengan hasil temuan tersebut, Badan POM telah memberikan peringatan keras kepada produsen dan sarana distribusi, serta menarik obat tradisional yang dicampur dengan bahan kimia obat. Di antara jamu yang ditarik dari peredaran, terdapat jamu yang terbukti mengandung bahan kimia obat, yaitu Tadalafil. Bahan kimia obat tersebut digunakan untuk meningkatkan kualitas ereksi pada pria (Badan POM RI, 2014).

Untuk mengetahui keberadaan tadalafil dalam jamu diperlukan metode analisis yang memiliki tingkat akurasi dan presisi yang tinggi. Salah satu cara yang digunakan untuk analisis bahan kimia tadalafil adalah Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Mayangsari (2007), hasil validasi metode kromatografi cair kinerja tinggi cukup baik untuk analisis bahan kimia tadalafil dalam sediaan jamu tradisional.

Penulisan KTI ini bertujuan untuk mengumpulkan berbagai pustaka mengenai dengan metode analisis tadalafil dalam jamu. Maka dengan penulisan ini diharapkan memberikan wawasan dan informasi mengenai sistem pada metode KCKT untuk analisis BKO tadalafil dalam produk jamu penambah stamina dengan metode yang tervalidasi.

TINJAUAN PUSTAKA 1. Tadalafil

Obat tradisional atau jamu adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (Permenkes, 2010).

Bahan kimia obat (BKO) adalah senyawa sintetis atau bisa juga produk kimiawi yang berasal dari bahan alam yang umumnya digunakan pada pengobatan modern (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2015).

(3)

penambah stamina. Penambahan tadalafil ini dalam produk jamu dapat menimbulkan efek samping yang merugikan seperti sakit kepala, pusing, dispepsia, gangguan umum visual seperti penglihatan kabur, fotofobia, chromatopsia, cyanopsia, iritasi mata, rasa sakit dan mata merah, efek samping ini dapat meningkat apabila digunakan pada takaran yang tidak tepat (BPOM, 2011).

Efek samping lain dari Tadalafil dapat menyebabkan nyeri abdomen, dispepsia, nyeri punggung, muka memerah, hidung tersumbat, fotosensitivitas, kehilangan potensi sex permanen. Tadalafil bersifat melebarkan pembuluh darah yang menyebabkan penurunan tekanan darah, pasokan oksigen dan darah ke dalam otot jantung menurun, nyeri dada yang tidak stabil, irama jantung tidak normal, stroke (BPOM, 2008).

Gambar 1. Struktur Tadalafil (Martindale, 2009)

Nama sinonim tadalafil adalah pyrazino [1 ', 2': 1,6] pyrido [3,4b] indole1, 4 dion, 6 -(1,3 – benzo-dioxol-5-il) -2, 3, 6, 7, 12, 12 ahexahydro-2-metil-, (6R, 12aR). Rumus molekul tadalafil C22H19N3O4. Berat molekul

tadalafil sebesar 389,41. Tadalafil merupakan kristal solid yang tidak larut dalam air dan sangat larut dalam etanol. Titik lebur sebesar 303-306 OC. Nomor CAS untuk tadalafil

171596-29-5, dan kode ATC yaitu G04BE08.

Tadalafil merupakan golongan inhibitor fosfodiesterase tipe 5 (PDE5) yang memiliki mekanisme kerja dan penggunannya sama seperti sildenafil (H. B. Tampubolon, et.al, 2006)

Saat ini tadalafil telah dipasarkan dalam bentuk pil untuk mengobati disfungsi ereksi dengan nama dagang Cialis dan Adcirca serta tadacip oleh Cipla perusahaan farmasi India dalam dosis 10 mg dan 20 mg. Selain untuk disfungsi ereksi, tadalafil juga digunakan sebagai pengobatan hipertensi arteri paru. Dosis yang digunakan untuk hipertensi arteri paru adalah 40 mg/hari. US Food and Drug Administration menemukan penyalahgunaan konsumsi tadalafil tanpa keperluan klinis (bersama dengan golongan inhibitor PDE5 lainnya) dapat menyebabkan gangguan penglihatan terkait dengan NAION (Non Arteritic Anterior Ischemic Optic Neuropathy). Pemakaian konsumsi tadalafil yang tidak benar memiliki risiko terkait anatomi atau vaskular NAION, termasuk pada pasien di atas usia 50 tahun, diabetes, hipertensi, koroner penyakit arteri, hiperlipidemia dan merokok. FDA menyimpulkan bahwa dari ketiga inhibitor fosfodiesterase tipe 5 (PDE5) (tadalafil, sildenafil, vardenavil) penggu-naanya harus dipantau oleh dokter (Kuchi, et.al, 2012).

2. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dalam beberapa tahun terakhir ini teknologi KCKT dan pemakaiannya telah sangat berkembang dan walaupun sangat mahal, KCKT telah menjadi metode analisis rutin dan bahkan prevaratif pada banyak laboratorium (Gritter, et.al, 1991).

(4)

biasanya dilakukan pada suhu kamar. Jadi, senyawa yang tidak tahan panas dapat ditangani dengan mudah (Gritter, et.al, 1991).

Ada tiga komponen pada KCKT yang harus diperhatikan, yaitu (menurut urutan yang makin rumit) detektor yang akan dipakai, kemasan kolom yang harus dipilih, dan akhirmya fase gerak (pelarut dan program pelarut) (Gritter, et.al, 1991).

Gambar 2. Diagram KCKT Fasa gerak

Pada pemilihan fase gerak, yang terpenting ialah dalam teknik KCKT kromatografi cair-cair, kepolaran campuran pelarut adalah linier diantara kepolaran pelarut murninya. Jadi, berdasarkan kepolaran pelarut murni dan pengetahuan mengenai bagaimana zat dapat larut dengan pelarutnya, maka dapat mengeksploitasi ke banyak sistem yaitu dengan memerlukan hubungan mengenai ukuran kepolaran pelarut murni, memaparkan zat yang keluar pada kolom tertentu, dan memerlukan hubungan antara kepolaran dengan perilaku kolom (Gritter, et.al, 1991). Pompa

Pompa pada sistem KCKT harus menghantarkan aliran pelarut yang tetap dan terulangkan ke kolom. Pompa harus tahan terhadap semua jenis pelarut, dapat mencapai tekanan sampai 6000psi, dapat

meng-hantarkan aliran terukur 0,01-1,0 atau 0,1-20 ml/menit, pompa harus memiliki volum tertahan yang minimum sehingga memungkinkan pergantian pelarut dengan cepat dengan diafragma dan elusi landaian secara efisien. Sebagian besar pompa yang dipakai pada KCKT ialah jenis aliran tetap dengan diafragma, tetapi akibatnya membutuhkan peredam denyut atau menggunakan kepala pompa berganda yang diatur sedemikian rupa sehingga torak menghasilkan tekanan maksimum pada waktu yang berbeda, hal ini untuk mengurangi tekanan yang berdenyut yang disebabkan oleh pompa (Gritter, et.al, 1991).

Kolom

1. Memilih kemasan

Pemilihan kolom (kemasan) yang akan dipakai untuk cuplikan yang sifatnya tidak dikenal harus didasarkan pada sifat kimia umum zat terlarut, sifat kelarutannya, dan ukurannya. Umumnya, jika komponen cuplikan mempunyai bobot molekul 2000 atau lebih, diperlukan kromatografi ekslusi ukuran. Jika cuplikan polar dan larut didalam pelarut organik, dapat dipakai KCKT kemasan terikat. Jika cuplikan tidak larut dalam pelarut organik dan larut didalam air menghasilkan larutan tak netral, dapat dipakai kolom pertukaran ion pada kolom fase balik. Jika cuplikan larut didalam air menghasilkan larutan netral, dapat memakai kolom tipe apa saja dari ketiga jenis kolom dapat dipakai (Gritter, et.al, 1991).

2. Rancangan kolom

(5)

Detektor

Sebagian besar detektor KCKT adalah spektrofotometer yang merekam dan mengalirkan cahaya pada panjang gelombang tertentu. Kebanyakan detektor menggunakan sinar ultraviolet dan mengukur penyerapan atau, kadang-kadang, fluoresensi. Detektor UV tersedia dalam dua jenis. Yang paling sederhana dan paling murah ialah detektor dengan satu panjang gelombang (254nm), tetapi dapat ke panjang gelombang lain dengan mengubah filter dan sumber cahaya. Detektor dengan panjang gelombang yang dapat diubah-ubah dapat diatur antara 190 dan 700 nm sehingga pelarut menyerap minimum dan zat yang terlarut menyerap maksimum. Untuk detektor KCKT yang paling peka didasarkan atas fluoresensi, tetapi sudah tentu hanya dapat dipakai untuk senyawa yang berfluoresensi (Gritter, et.al, 1991).

Sistem KCKT

Memasukan cuplikan ke dalam kolom KCKT, dengan meyuntikan cuplikan ke dalam aliran fase gerak melawan tekanan balik yang sangat tinggi, dan cuplikan harus dimasukan berupa sumbat sesempit mungkin untuk memperkecil pelebaran pita (Gritter, et.al, 1991).

Berikut beberapa sistem KCKT yang digunakan

Gerak Aseto-nitril dan dapar

Baku 50-250ppm. 10-250ppm. 10-100ppm.

Preparasi Sampel

KCKT 1 100 mg sampel jamu, dilarutkan dengan 5 ml fase gerak, dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, tambahkan fase gerak sampai tanda batas. Pipet 1 ml dimasukkan kedalam labu ukur 5 mL diencerkan dengan fase tanda batas, larutan disonikasi 20 menit, saring menggunakan kertas Whatman no 41, filtrat sebagai larutan sampel. Di-lakukan pengenceran 10 sampai 250 ppm diukur pada panjang gelombang 283 nm (Sutar, 2008).

(6)

campurkan fase gerak sampai tanda batas, dilakukan pengen-ceran 30 ppm (Kuchi, et.al, 2012).

Parameter Kesesuaian Sistem KCKT

Gambar 3. Perbandingan antara kromatogram standar tadalafil 5,785 dan Sampel Jamu B

5,772

Gambar 4. Hasil analisis kualitatif sampel Tadalafil

Gambar 5. Waktu retensi dari kromatogram tadalafil 4,46 menit

Gambar 6. Hasil analisis kualitatif sampel Tadalafil

Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 6 KCKT 1 (Wardana, dkk, 2014) Parameter Nilai

Waktu Retensi 5,772 menit Koefisien korelasi 0,999 Batas kuantisasi 0,01 µg/ml Batas deteksi 0,003 µg/ml

(7)

Gambar 7. Waktu retensi dari kromatogram tadalafil 7,55 menit.

Gambar 8. Hasil analisis kualitatif sampel tadalafil

Pembahasan

Pengujian analisis penetapan kadar tadalafil sebagai BKO pada jamu dapat dilakukan dengan metode Kromatografi Cair

Kinerja Tinggi. Suatu campuran zat dapat dipisahkan dengan KCKT yaitu didistribusikan antara fase diam dan fase gerak dengan prinsip didasarkan atas perbedaan kecepatan migrasi solut yang dipengaruhi oleh perbedaan afinitas solut terhadap fase gerak dan fase diam. Pada pengujian dilakukan optimasi dan validasi untuk mendapatkan metode KCKT yang terbaik untuk analisis kadar tadalafil dalam jamu.

Penentuan analisis tadalafil dimulai dengan (1)penentuan panjang gelombang maksimum yang mana pemilihan panjang gelombang analisis ini bertujuan untuk meningkatkan sensitivitas dan selektivitas. Pada beberapa pustaka, analisis menggunakan detektor spektrofotometer ultraviolet-visibel. Pemakaian detektor ini karena pengukuran spektrum dalam daerah ultraviolet dan cahaya tampak dapat dilakukan dengan ketelitian dan kepekaan yang lebih baik dari pada daerah inframerah dekat dan inframerah, apabila diamati kadar dalam kuvet 1 cm, kadar kurang lebih 10 μg spesimen per ml sering menghasilkan serapan sebesar 0,2-0,8 didaerah ultraviolet atau cahaya tampak. Sampel yang digunakan termasuk senyawa organik merupakan sampel yang sering dianalisa dengan UV-Vis dimana senyawa organik dapat memberikan serapan senyawa yang mempunyai gugus kromofor dan auksokrom. Detektor ini mampu mengumpulan kromatogram pada 200 – 400 panjang gelombang, selain itu dengan detektor ini dapat dilakukan uji kemurnian puncak dengan membandingkan antara spektrum analit dengan spektrum senyawa yang sudah diketahui atau berada dalam library KCKT.

(2)Penetapan komposisi fase gerak, dimaksudkan untuk memilih perbandingan konsentrasi yang baik. Penentuan kadar tadalafil dengan menggunakan sistem terbalik, yaitu sistem yang fase diamnya bersifat non polar, sedangkan fase geraknya bersifat polar. Penggunaan fase terbalik pada KCKT 3 (Kuchi, et.al, 2012)

(8)

fase gerak dan fase diamnya yang berbeda kepolaran bertujuan agar sampel uji tidak bereaksi dengan fase diamnya saat melewati kolom HPLC. Fase gerak yang digunakan yaitu campuran asetonitril : dapar fosfat pH 7 (Wardana, dkk, 2014), campuran asetonitril : buffer asetat pH 2,8 (Sutar 2008), campuran metanol : asetonitril : buffer fosfat pH 5,2 termasuk garam, Sedangkan pelarut metanol mempunyai gugus OH dan metil berdekatan menjadikan metanol bersifat semipolar sehingga metanol mampu mengelusi senyawa baik polar maupun nonpolar. Pada komposisi fase gerak ditambahkan larutan buffer, larutan buffer digunakan sebagai pelarut senyawa polar selain itu buffer dapat memperlambat keluarnya kromatogram dengan membentuk kristal, karena Tadalafil merupakan kristal solid praktis tidak larut dalam air atau nonpolar, maka larutan buffer dilarutkan oleh asetonitril dan metanol dalam campuran fase gerak, karena kedua pelarut ini dapat melarutkan pelarut yang bersifat garam, dan tadalafil dapat dilarutkan oleh asetonitril dan atau metanol, sehingga komposisi campuran fase gerak ini dapat melarutkan sampel tadalafil dan dapat memperoleh hasil pemisahan yang efisien. Selain itu penggunaan pelarut polar (metanol dan asetonitril) akan mempercepat keluar kromatogram, untuk itu digunakan larutan buffer. Fase diam yang digunakan yaitu fase diam nonpolar C18 yang memiliki gugus Okta Desil Silika (ODS) yang mampu memisahkan senyawa senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi. Fase gerak dimasukan ke dalam injektor sebanyak 20 µl yang sebelumnya telah di atur laju alir. Hasil dari waktu retensi

menunjukan KCKT 2 (Sutar, 2008) yang paling baik yaitu 4,46 menit. Semakin kecil waktu retensi, maka semakin baik waktu yang diperlukan analit untuk melewati sistem.

(3)Validasi metode, dilakukan dengan tujuan untuk memastikan bahwa metode tersebut akurat dan dapat digunakan sebagai metode penetapan kadar. Hasil validasi dan parameter kesesuaian sistem yaitu Koefisien korelasi 0,999 artinya metode dapat memberikan 99,9% hasil yang akurat dan cermat. Menurut ICH (1996) linieritas dapat dikatakan baik jika nilai koefisien korelasi (r) ≥ 0,999. Dengan kata lain hasil pengujian parameter linieritas dalam penelitian ini sudah memenuhi persyaratan yang ada. Parameter kedua yang diuji adalah batas deteksi dan batas kuantisasi. Tujuan penetapan batas deteksi dan batas kuantisasi adalah untuk menentukan batas terendah konsentrasi analit baik, yang dapat dianalisis secara kualitatif (batas deteksi) maupun secara kuantitatf (batas kuantisasi) berdasarkan hasil pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem KCKT bahwa KCKT 1 (Wardana, dkk, 2014) yang paling baik nilai batas deteksi sebesar 0,003 µg/ml dan nilai batas kuantisasi sebesar 0,01 µg/ml.

(9)

kolom kromatografi. Nilai tailing factor yang diperoleh yaitu 1,56, sehingga tidak terjadi pengekoran pada kromatogram, maka kolom yang digunakan semakin efisien. Faktor kapasitas (k’) adalah waktu tambat terkoreksi dan tO adalah waktu tambat fase gerak, harga

faktor kapasitas (k’) yang baik yaitu < 2. Bila harga k’ kecil berarti puncak-puncak analit belum saling berhimpitan (overlapping) dengan puncak fase geraknya. Sedangkan harga k’ yang besar menunjukkan bahwa waktu pemisahan yang dilakukan terlalu lama. Faktor kapasitas hanya menjamin pemisahan dua puncak kromatogram pada bagian atasnya saja. Nilai faktor kapasitas (k’) yang diperoleh yaitu 1,75 sehingga proses pemisahan analit cepat dan puncak-puncak belum berhimpitan. Plat teoritis adalah banyaknya distribusi keseimbangan dinamis yang terjadi di dalam suatu kolom, digunakan untuk mengetahui efisiensi suatu kolom kromatografi, dimana semakin besar harga N maka akan memberikan puncak yang lebih efisien. Nilai plat teoritis yaitu 4036,49.

Hasil validasi dan kesesuain KCKT 3 yaitu nilai tailing factor 1,88 berarti tidak terjadi pengekoran kromatogram dan kolom yang dipakai semakin baik. Nilai plat teoritis 3405. Bila dibandingkan dengan hasil validasi sistem KCKT 2, untuk tailing factor lebih baik sistem KCKT 3 dilihat dari nilai TF yang mendekati 2 artinya kromatogram mendekati bentuk simetris, untuk nilai plat teoritis sistem KCKT 2 yang baik karena nilai N yang lebih besar, sehingga akan memberikan puncak yang efisien. Nilai koefisien korelasi 0,999 (Kuchi, et.al, 2012).

(4)Penetapan kadar, dengan menggunakan kurva kalibrasi tadalafil. Sampel dibuat dengan seri beberapa pengenceran sesuai dengan preparasi sampel, di injeksikan sebanyak 20 µg/ml ke sistem KCKT dideteksi pada panjang gelombang yang telah ditetapkan beserta laju alirnya. Kemudian dicatat luas puncak dan dihitung kadarnya. Pada penelitian yang dilakukan

Wardana, dkk, (2014), Sutar (2008), Kuchi, et.al, (2012) yakni pengujian analisis penetapan kadar tadalafil sebagai BKO pada jamu dengan metode KCKT menghasilkan Validasi dan parameter kesesuaian sistem yang baik serta sampel yang dianalisis menunjukan bahwa jamu mengandung BKO tadalafil. Dari 3 sistem KCKT dapat digunakan sistem KCKT 2 yang paling baik untuk pengujian analisis penetapan kadar tadalafil sebagai BKO pada jamu karena ditandai dengan validasi dan kesesuian sistem yang valid, dapat memenuhi syarat validitas meliputi koefisien korelasi, tailing factor, plat teoritis, faktor kapasitas, batas kuantisasi, dan batas deteksi.

Kesimpulan

Tadalafil sebagai BKO (Bahan Kimia Obat) pada sediaan jamu kuat pria dapat dianalisis dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dengan fase terbalik menggunakan komposisi campuran fase gerak asetonitril : dapar fosfat (pH 7) 3:2 v/v untuk sistem KCKT 1, asetonitril : buffer asetat (pH 2,8) 5:5 v/v sistem KCKT 2, metanol : asetonitril : buffer fosfat (pH 5,2) 0,1M untuk sistem KCKT 3. Metode ini dinilai memiliki sensitivitas dan selektifitas yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

PERMENKES RI, 2010. No.1 Tentang Saintifikasi Jamu Dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.3.

PERMENKES RI, 1990. No. 246 Tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional Dan Pendaftaran Obat Tradisional. Jakarta: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.5.

(10)

Obat. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Tampubolon, Hosiana. Sumarlik, Endang. Dwi Saputra, Setiawan. Cholifah, Siti. and Kartinasari, Wiwin Farina. (2006). Densitometric Determination of Tadalafil Citrate in Tablets: Validation of the Method. Journal of Liquid Chromatography & Related Technologies. 29: 2753–2765.

Mayangsari, D. 2007. Pengembangan Metode Komatografi Cair Kinerja Tinggi Untuk Deteksi Sildenafil Sitrat Dalam Obat Tradisional. ITB, Bandung.

PERMENKES RI, 2010. No.3 Tentang Obat Tradisional. Jakarta: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Bab.1.

DINKES JATIM. 2015. Tentang Bahan Kimia Obat. Jawa Timur : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

BPOM. 2011. Mari Minum Obat Bahan Alam Dan Jamu Dengan Baik Dan Benar. Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia. ISSN 1829-9334, 12(3) : 1-12.

BPOM. 2008. Obat Tradisional dan Suplemen Makanan Berkhasiat Penambah Stamina Pria Mengandung Bahan Kimia Obat. Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia. KH.00.01.43.5847.

Sweetman Sean C. 2005. The Complete Drug Reference. Martindale edition 34 No.2.

Edukondalu Gudipati, D. Nunna Bhaskar Raju Mahaboob Subhani, Varma Ashok Kumar, Kuchi Rambabu. 2012. A Novel RP-HPLC Method fot The Quantification of Tadalafil in Formulation. Dept of P.G Chemistry, D. N. R College, Bhimavaram, West Godavari (D.T) Andra Pradesh, India. Oct-Dec, 1(2).66-73 ISSN 2319-7315.

Gritter J. Roy, M. Bobbitt James, E. Schwarting Arthur. 1991. Terjemahan : Pengantar Kromatografi. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Wardana, Dika. Triyasmono, Liling. Rahmawanty, Dina. 2014. Validasi Metode dan Analisis Tadalafil dalam Produk Jamu Penambah Stamina di Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Jurnal Pharmascience, Vol 1, No. 1, hal: 1 - 6 ISSN : 2355 – 5386.

Sutar, A. Magdum, C. Patil, S. Naikawadi, N. 2008. RP-HPLC Estimation of Tadalafil in Tablet Dosage Form. Int. J. Chem. Sci.: 6(2),, 1223-1227.

Gambar

Gambar 1. Struktur Tadalafil
Gambar 2. Diagram KCKT
Gambar 3. Perbandingan antara kromatogramstandar tadalafil 5,785 dan Sampel Jamu B5,772
Gambar 7. Waktu retensi dari kromatogram

Referensi

Dokumen terkait

dalam pembuatan desain grafis lingkungan penulis mengambil mengambil bentuk dari bangunan yang terdapat pada Museum dan salah satu alat tradisional wastra yang terdapat

Apabila pemerintah kabupaten tidak melakukan penyesuaian kembali maka peraturan daerah yang mengatur tentang retribusi akan batal demi hukum berdasarkan ketentuan Pasal

Pembagian daerah Indonesia dalam daerah-daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan mengingat dasar permusyawaratan

Upaya apakah yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi oleh SMK Kristen Salatiga dalam melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)?. Untuk

1) Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah mengikuti pelatihan kerja yang di selenggarakan lembaga pelatihan kerja pemerintah, lembaga pelatihan

Dari sistem informasi konferensi, guest mendapatkan arus data berupa informasi yang berhubungan dengan seminar yang akan diadakan tersebut, dan konfirmasi

Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut SPTPD, adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran

Menimbang : bahwa guna menunjang kelancaran pelaksanaan pembangunan dipandang perlu mengubah susunan organisasi Departemen Keuangan dan Departemen Sosial sebagaimana