• Tidak ada hasil yang ditemukan

korelasi tingkat pendidikan orang tua da (3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "korelasi tingkat pendidikan orang tua da (3)"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini disajikan secara berturut-turut mengenai laporan hasil penelitian yang telah dilakukan meliputi deskripsi data, pengujian persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Data hasil penelitian terdiri dari dua variabel bebas yaitu Tingkat Pendidikan Orang Tua (X1) dan Pola Asuh (X2) dan variabel terikat yaitu

Kemandirian Anak (Y), untuk mendeskripsikan dan menguji pengaruh variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini, maka pada bagian ini akan disajikan deskripsi data dari masing-masing variabel berdasarkan data yang diperoleh di lapangan. Pada deskripsi data berikut ini disajikan informasi data meliputi mean, median, modus dan standard deviation masing-masing variabel. Deskripsi data masing-masing variabel secara rinci dapat dilihat dalam uraian berikut ini:

1. Tingkat Pendidikan Orang Tua

(2)

berjumlah 21 orang tua atau sebesar 24,70%, orang tua yang berpendidikan S1 berjumlah 16 orang tua atau sebesar 18,82% dan orang tua yang berpendidikan S2 berjumlah 5 orang tua atau sebesar 5,88%. Dari segi pendidikan nonformal orang tua yang tidak pernah mengikuti pendidikan nonformal berjumlah 44 orang tua atau 52,94%, orang tua yang mengikuti organisasi masyarakat bejumlah 6 orang atau 7,05%, orang tua yang mengikuti majlis taklim berjumlah 26 orang tua atau sebesar 30,58%, dan yang mengikuti kursus berjumlah 9 orang tua atau sebesar 10,58%. Dari data tersebut besarnya skor nilai maksimum adalah 11 dan nilai minimum adalah 4. Hasil analisis menggunakan SPSS versi 21 menunjukkan harga mean sebesar 5,78, median sebesar 6,00, modus sebesar 6 dan standar deviasi sebesar 1,304. Untuk mengetahui jumlah kelas interval digunakan rumus struges (struges rule), yaitu jumlah kelas = 1+ 3,3 log n (Sudjana, 2005 : 47), maka dapat diketahui jumlah kelas interval adalah 7. Rentang data sebesar 11 – 4 = 7. Dengan diketahuinya rentang data maka dapat diperoleh panjang kelas interval masing-masing kelompok yaitu .

(3)

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Orang Tua

No Interval Frecuency Percent

1 3,1-4 11 12,9

2 4,1-5 25 29,4

3 5,1-6 35 41,2

4 6,1-7 7 8,2

5 7,1-8 3 3,5

6 8,1-9 2 2,4

7 9,1-10 1 1,2

8 10,1-11 1 1,2

Total 85 100,0

Sumber : Data Primer yang diolah

(4)

Identifikasi kecenderungan Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan kecenderungan mean ideal adalah 1/2 ( 12+3) = 7,5 dan standar deviasi adalah 1/6 ( 12-3) = 1,5, maka dari perhitungan di atas dapat disimpulkan dalam 3 kelas yang terdapat pada tabel distribusi kecenderungan sebagai berikut :

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Kecenderungan Tingkat Pendidikan Orang Tua

No Interval Frecuency Percent Kategori

1 3-5 36 42,3 Rendah

2 6-9 47 55,3 Sedang

3 10-11 2 2,4 Tinggi

Total 85 100

Sumber : Data Primer yang Sudah diolah

Berdasarkan tabel 8, frekuensi Tingkat Pendidikan Orang Tua pada kategori tinggi sebanyak 2 Orang Tua ( 2,4%). Frekuensi Tingkat Pendidikan Orang Tua pada kategori sedang sebanyak 47 Orang Tua ( 55,3)%. Frekuensi Tingkat Pendidikan Orang Tua pada kategori rendah 36 Orang Tua ( 42,3%).

(5)

3-5 6-9 10-11 mbar 3. Distribusi Frekuensi Kecenderungan Tingkat Pendidikan Orang Tua

2. Pola Asuh

Berdasarkan data – data variabel pola asuh yang diperoleh dari angket dengan 39 butir pertanyaan atau pernyataan terkait pola asuh secara keseluruhan sedangkan untuk pola asuh otoriter mempunyai 19 butir pernyataan, pola asuh demokrasi mempunyai 9 butir pernyataan dan pola asuh permisif mempunyai 11 butir pernyataan.

a. Pola Asuh Otoriter

(6)

struges (struges rule), yaitu jumlah kelas = 1+ 3,3 log n (Sudjana, 2005 : 47), maka dapat diketahui jumlah kelas interval adalah 7. Rentang data sebesar 75 – 29 = 46. Dengan diketahuinya rentang data maka dapat diperoleh panjang kelas interval masing-masing kelompok yiatu = 46/7 = 7.

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Pola Asuh Otoriter

No Interval Frecuency Percent

1 29-35 19 22,5

2 36-42 27 31,7

3 43-49 10 11,8

4 50-56 12 14,3

5 57-63 5 5,9

6 64-70 8 9

7 71-77 4 4,8

Total 85 100

Sumber : Data Primer yang diolah

(7)

Gambar 4. Histogram Distribusi Frekuensi Pola Asuh Otoriter

Identifikasi kecenderungan pola asuh otoriter yang diberikan untuk anak dengan kecenderungan mean ideal adalah 1/2 (76+19 ) = 47,5 dan standar devisiasi adalah 1/6 (76-19) = 9,5, maka dari perhitungan di atas dapat disimpulkan dalam 3 kelas yang terdapat pada tabel distribusi kecenderungan sebagai berikut :

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Kecenderungan Pola Asuh Otoriter

No Interval Freuency Percent Kategori

1 29-37 28 33,1 Rendah

2 38-57 40 46,7 Sedang

3 58-77 17 20,2 Tinggi

Total 85 100

(8)

Berdasarkan tabel 10, frekuensi pola asuh otoriter pada kategori tinggi sebanyak 17 orang tua ( 20,2 %). Frekuensi pola asuh pada kategori sedang sebanyak 40 orang tua (46,7%), dan frekuensi pola asuh pada kategori rendah sebanyak 28 orang tua (33,1%).

Berdasarkan distribusi frekuensi kecenderungan data Pola Asuh Otoriter Orang Tua di atas dapat digambarkan histrogram sebagai berikut:

29-37 38-57 58-77

Gambar 5. Distribusi Frekuensi Kecenderungan Pola Asuh Otoriter

b. Pola Asuh Permisif

(9)

sebesar 7,626. Untuk mengetahui jumlah kelas interval digunakan rumus struges (struges rule), yaitu jumlah kelas = 1+ 3,3 log n (Sudjana, 2005 : 47), maka dapat diketahui jumlah kelas interval adalah 7. Rentang data sebesar 44 – 12 = 32. Dengan diketahuinya rentang data maka dapat diperoleh panjang kelas interval masing-masing kelompok yiatu = 32/7 = 5.

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Pola Asuh Permisif

No Interval Frecuency Percent

1 12-16 4 4,8

2 17-21 32 37,6

3 22-26 21 24,8

4 27-31 10 11,9

5 32-36 8 9,2

6 37-41 5 5,9

7 42-46 5 4,9

Total 85 100

Sumber : Data Primer yang diolah

(10)

Gambar 6. Histogram Distribusi Frekuensi Pola Asuh Permisif

Identifikasi kecenderungan pola asuh permisif yang diberikan untuk anak dengan kecenderungan mean ideal adalah 1/2 (44+11 ) = 27,5 dan standar devisiasi adalah 1/6 (44-11) = 5,5, maka dari perhitungan di atas dapat disimpulkan dalam 3 kelas yang terdapat pada tabel distribusi kecenderungan sebagai berikut :

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Kecenderungan Pola Asuh Permisif

No Interval Freuency Percent Kategori

1 12-21 36 42,4 Rendah

2 22-33 36 42,6 Sedang

3 34-44 13 15 Tinggi

Total 85 100

Sumber : Data Primer yang Sudah diolah

(11)

sebanyak 36 orang tua (42,6%), dan frekuensi pola asuh pada kategori rendah sebanyak 36 orang tua (42,4%).

Berdasarkan distribusi frekuensi kecenderungan data Pola Asuh Permisif Orang Tua di atas dapat digambarkan histrogram sebagai berikut:

Des-21 22-33 34-44

Gambar 7. Distribusi Frekuensi Kecenderungan Pola Asuh Permisif

c. Pola Asuh Demokrasi

(12)

Rentang data sebesar 36 – 14 = 22. Dengan diketahuinya rentang data maka dapat diperoleh panjang kelas interval masing-masing kelompok yiatu = 22/7 = 4.

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Pola Asuh Demokrasi

No Interval Frecuency Percent

1 14-17 7 8,3

2 18-21 29 34,1

3 22-25 19 22,3

4 26-29 13 15,3

5 30-33 7 8,3

6 34-37 10 11,7

7 38-41 -

-Total 85 100

Sumber : Data Primer yang diolah

(13)

Gambar 8. Histogram Distribusi Frekuensi Pola Asuh Demokrasi

Identifikasi kecenderungan pola asuh demokrasi yang diberikan untuk anak dengan kecenderungan mean ideal adalah 1/2 (36+9 ) = 22,5 dan standar devisiasi adalah 1/6 (36-9) = 4,5, maka dari perhitungan di atas dapat disimpulkan dalam 3 kelas yang terdapat pada tabel distribusi kecenderungan sebagai berikut :

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Kecenderungan Pola Asuh Demokrasi

No Interval Freuency Percent Kategori

1 14-17 7 8,3 Rendah

2 18-27 59 69,3 Sedang

3 28-41 19 22,4 Tinggi

Total 85 100

Sumber : Data Primer yang Sudah diolah

(14)

sebanyak 59 orang tua (69,3%), dan frekuensi pola asuh pada kategori rendah sebanyak 7 orang tua (8,3%).

Berdasarkan distribusi frekuensi kecenderungan data Pola Asuh Demokrasi Orang Tua di atas dapat digambarkan histrogram sebagai berikut:

(15)

155 – 62 = 93. Dengan diketahuinya rentang data maka dapat diperoleh panjang kelas interval masing-masing kelompok yiatu = 93/7 = 13.

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Pola Asuh

No Interval Frecuency Percent CumulativePercent

1 61-73 12 14,3 43,6

2 74-86 33 39,1 407,1

3 87-99 13 15,5 502,3

4 100-112 7 8,4 364,7

5 113-125 5 6 400

6 126-138 7 8,4 520

7 139-151 6 7,1 283,5

8 152-164 2 1,2 100,0

Total 85 100

Sumber : Data Primer yang diolah

(16)

Gambar 10. Histogram Distribusi Frekuensi Pola Asuh

Identifikasi kecenderungan pola asuh orang tua yang diberikan untuk anak dengan kecenderungan mean ideal adalah 1/2 (156+39 ) = 97,5 dan standar devisiasi adalah 1/6 (156-39) = 19,5, maka Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan dalam 3 kelas yang terdapat pada tabel distribusi kecenderungan sebagai berikut :

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Kecenderungan Pola Asuh

No Interval Freuency Percent ComulativePercent Kategori

1 61-77 20 23,8 101,2 Rendah

2 78-117 48 57,1 1452,9 Sedang

3 118-155 17 19,1 100,0 Tinggi

Total 85 100

Sumber : Data Primer yang Sudah diolah

(17)

sebanyak 48 orang tua (57,1)%. Frekuensi pola asuh pada kategori rendah 20 orang tua ( 23,8%).

Berdasarkan distribusi frekuensi kecenderungan data Pola Asuh Orang Tua di atas dapat digambarkan histrogram sebagai berikut:

61-77 78-117 118-155

Gambar 11. Histogram Distribusi Frekuensi Pola Asuh

3. Kemandirian Anak

(18)

150 – 48 = 102. Dengan diketahuinya rentang data maka dapat diperoleh panjang kelas interval masing-masing kelompok yaitu = 102/7 = 15. Dengan diketahuinya rentang data maka dapat diperoleh panjang kelas interval masing-masing kelompok yaitu .

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Kemandirian Anak

No Interval Frecuency Percent CumulativePercent

1 48-62 2 2,4 3,6

2 63-77 8 9,6 44,7

3 78-92 22 26,1 283,5

4 93-107 23 27,3 580,2

5 108-122 21 24,9 870,6

6 123-137 5 6 280

7 138-152 4 3,7 100,0

Total 85 100

Sumber : Data Primer yang diolah

(19)

Gambar 12. Histogram Distribusi Frekuensi Kemandirian Anak

Identifikasi kecenderungan kemandirian anak dengan kecenderungan mean ideal adalah 1/2 ( 172+43) = 107,5 dan standar devisiasi adalah 1/6 ( 172-43) = 21,5, maka Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan dalam 3 kelas yang terdapat pada tabel distribusi kecenderungan sebagai berikut :

Tabel 18. Distribusi Frekuensi Kecenderungan Kemandirian Anak N

o Interval Freuency Percent ComulativePercent Kategori

1 48-85 17 20,4 145,9 Rendah

2 86-129 61 72,3 1728,5 Sedang

3 130-150 7 7,2 100,0 Tinggi

Total 85 100

Sumber : Data Primer yang Sudah diolah

(20)

Berdasarkan distribusi frekuensi kecenderungan data kemandirian anak di atas dapat digambarkan histrogram sebagai berikut:

48-91 92-138 139-150

Gambar 13. Histogram Distribusi Frekuensi Kecenderungan Kemandirian Anak

Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data penelitian yang akan dianalisis memiliki distribusi normal atau tidak. Alat uji yang digunakan dengan menggunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov dengan dilakukan menggunakan program SPSS 21,0. Kriteria pengambilan keputusan adalah jika KD lebih dari 0,05 maka data berdistribusi normal

(21)

Pendidikan Orang Tua dan Pola Asuh dengan Kemandirian Anak dalam Keluarga sebagai berikut :

Tabel 19. Ringkasan Hasil Uji Normalitas

Tabel Statistica Sumber : Data Primer yang diolah

Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa nilai nilai KD

dari masing-masing data penelitian yang meliputi data variabel Tingkat Pendidikan Orang tua dan Pola Asuh terhadap Kemandirian Anak terdistribusi normal sehingga memenuhi syarat untuk pengujian statistik parametrik.

2. Uji Linieritas

Uji linieritas hubungan dapat diketahui dengan menggunakan uji F. Dalam SPSS untuk menguji linearitas menggunakan deviastion from linearity dari uji F linear. Hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen linear apabila nilai signifikansi Fhitung lebih besar dari

(22)

Tabel 20. Ringkasan Hasil Uji Linearitas

Sumber : Data Primer yang diolah

Berdasarkan tabel 20, nilai signifikansi hubungan antara variabel X1 dengan variabel dependen lebih besar dari 0,005 sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel X1 dengan variabel dependen linier akan tetapi nilai signifikansi hubungan antara variabel X2 dengan variabel dependen lebih kecil dari 0,005 sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel X2 dengan variabel dependen tidak linear.

3. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas antar variabel bebas. Hasil uji multikolinearitas antar variabel bebas menunjukkan bahwa interkorelasi antar variabel bebas sebesar 1,004. Interkorelasi antar variabel bebas tidak ada yang melebihi 10 sehingga dapat dikatakan tidak terjadi multikolinieritas.

Tabel 21. Ringkasan Hasil Uji Multikolinearitas

Sumber : Data Primer yang diolah Hubungan

Fhitung Deviation of

Linearity

Sig Kesimpulan

X1 dengan Y 0,617 0,402 Linear X2 dengan Y 2,394 0,001 Tidak linear

Variabel VIF Keterangan

X1 – X2 1,004 Tidak Terjadi

(23)

C. Pengujian Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang dirumuskan, oleh sebab itu jawaban sementara ini harus diuji kebenarannya secara empirik. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi sederhana dengan satu prediktor untuk hipotesis pertama, dan kedua. Pengujian hipotesis ketiga dengan menggunakan teknik regresi ganda dengan dua prediktor. Penjelasan tentang hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengujian Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama menyatakan bahwa “Tidak berpengaruh secara signifikan antara Tingkat Pendidikan Orang Tua terhadap Kemandirian Anak dalam Keluarga”. Berikut ini adalah hasil pengujian hipotesis dengan regresi sederhana satu prediktor :

Tabel 22. Ringkasan Hasil Regresi X1 terhadap Y

Variabel Koefisien

X1 1,445

Konstanta 91,405

rx1y 0,093

r2

x1y 0,009

thitung 0,854

ttabel 1,989

Sumber : Data Primer yang diolah

(24)

Berdasarkan tabel 22 maka persamaan garis regresi dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :

Y = 91,405 + 1,445X1

Karena tidak ada pengaruh antara variabel independen yaitu tingkat pendidikan orang tua terhadap variabel dependen yaitu kemandirian anak maka nilai X adalah 0.

b. Koefisien Determinasi ( r2 x1y)

Koefisien Determinasi menunjukkan tingkat ketepatan garis regresi. Garis regresi digunakan untuk menjelaskan proporsi dari kemandirian anak (Y) yang diterangkan oleh variabel independennya. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan program SPSS versi 21 menunjukkan koefisien korelasi rx1y sebesar 0,093 dan koefisien determinasi r2x1y sebesar

0,09. Nilai tersebut bisa diartikan tidak ada pengaruh antara kedua variabel, sedangkan pada koefisien determinasi diperoleh nilai sebesar 0,09 yang bisa diartikan bahwa variabel bebas X1 yaitu tingkat pendidikan orang tua hanya mempunyai konstribusi pengaruh sebesar 9 % terhadap variabel Y yaitu kemandirian anak dan 91 % lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar variabel X1 atau tingkat pendidikan orang tua.

c. Pengujian Signifikansi dengan Uji t

Pengujian signifikansi bertujuan untuk mengetahui signifikansi regresi tingkat pendidikan orang tua (X1), terhadap kemandirian anak dalam keluarga. Berdasarkan hasil analisis data koefisien korelasi (rx1y) sebesar

0,093 dan koefisien determinasi (r2

x1y) sebesar 0,09, dapat dinyatakan tidak

terdapat pengaruh positif antara X1 terhadap Y. Uji signifikansi menggunakan uji t, kriteria yang digunakan jika thitung lebih besar dari ttabel

(25)

signifikan. Berdasar hasil uji diperoleh nilai thitung sebesar 0,854. Jika

dibandingkan dengan nilai ttabel 1,989 pada taraf signifikansi 5%, maka nilai

thitung < ttabel sehingga tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat

pengaruh yang signifikan tingkat pendidikan orang tua terhadap kemandirian anak dalam keluarga.

2. Pengujian Hipotesi Kedua

Hipotesis kedua menyatakan bahwa “terdapat pengaruh positif pola asuh terhadap kemandirian anak dalam keluarga “. Di bawah ini adalah hasil pengujian hipotesis masing dari beberapa jenis pola asuh dengan rgresi sederhana satu prediktor.

Tabel 23. Ringkasan Hasil Regresi X2 terhadap Y Koefisien

thitung 2,363 3,637 2,179 2,721

ttabel 1,989 1,989 1,989 1,989

Sumber : Data Primer yang diolah a. Pola Asuh Otoriter

a) Persamaan Garis Regresi

(26)

Y = 81,267 + 0,402X2

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien X2

sebesar 0,402 yang berarti, apabila Pola Asuh otoriter (X2) meningkat 1

point maka Kemandirian Anak dalam keluarga (Y) akan meningkat sebesar 0,402 point.

b) Koefisien Determinasi .

Koefisien Determinasi menunjukkan tingkat ketepatan garis regresi. Garis regresi digunakan untuk menjelaskan proporsi dari kemandirian anak (Y) yang diterangkan oleh variabel independennya. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan program SPSS versi 21 menunjukkan koefisien korelasi rx2y (pola asuh otoriter) sebesar

0,251 dan koefisien determinasi r2

x1y (pola asuh otoriter) sebesar 0,063.

Nilai tersebut berarti 6,3 % perubahan pada variabel kemandirian anak (Y) dapat diterangkan oleh variabel pola asuh otoriter (X2) , sedangkan

93,7 % dijelaskan oleh variabel yang lain.

c) Pengujian Signifikansi dengan Uji t

Pengujian signifikansi bertujuan untuk mengetahui signifikansi regresi pola asuh otoriter (X2), terhadap kemandirian anak dalam keluarga. Berdasarkan hasil analisis data koefisien korelasi (rx2y) pola

asuh otoriter sebesar 0,251 dan koefisien determinasi (r2

x2y) pola asuh

(27)

kriteria yang digunakan jika thitung lebih besar dari ttabel maka signifikan

dan sebaliknya jika thitung lebih kecil dari ttabel maka tidak signifikan.

Berdasar hasil uji diperoleh nilai thitung sebesar 2,363. Jika dibandingkan

dengan nilai ttabel 1,989 pada taraf signifikansi 5%, maka nilai thitung > ttabel

sehingga signifikan. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pola asuh otoriter terhadap kemandirian anak dalam keluarga. b. Pola Asuh Permisif

a) Persamaan Garis Regresi

Berdasarkan tabel 24 maka persamaan garis regresi dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :

Y = 84,141 + 0,616X2

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien X2 (pola

asuh permisif) sebesar 0,616 yang berarti, apabila Pola Asuh Permisif (X2) meningkat 1 point maka Kemandirian anak dalam keluarga (Y)

akan meningkat sebesar 0,616 point

b) Koefisien Determinasi .

(28)

Nilai tersebut berarti 5,4 % perubahan pada variabel kemandirian anak (Y) dapat diterangkan oleh variabel pola asuh permisif (X2) , sedangkan

94,6 % dijelaskan oleh variabel yang lain.

c) Pengujian Signifikansi dengan Uji t

Pengujian signifikansi bertujuan untuk mengetahui signifikansi regresi pola asuh permisif (X2), terhadap kemandirian anak dalam keluarga. Berdasarkan hasil analisis data koefisien korelasi (rx2y) pola

asuh permisif sebesar 0,233 dan koefisien determinasi (r2

x2y) pola asuh

permisif sebesar 0,054, dapat dinyatakan terdapat pengaruh positif antara X2 pola asuh permisif terhadap Y. Uji signifikansi menggunakan uji t, kriteria yang digunakan jika thitung lebih besar dari ttabel maka signifikan

dan sebaliknya jika thitung lebih kecil dari ttabel maka tidak signifikan.

Berdasar hasil uji diperoleh nilai thitung sebesar 2,179. Jika dibandingkan

dengan nilai ttabel 1,989 pada taraf signifikansi 5%, maka nilai thitung > ttabel

sehingga signifikan. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pola asuh permisif terhadap kemandirian anak dalam keluarga. c. Pola Asuh Demokrasi

a) Persamaan Garis Regresi

Berdasarkan tabel 23 maka persamaan garis regresi dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :

(29)

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien X2

sebesar 1,334 yang berarti, apabila Pola Asuh Demokrasi (X2) meningkat

1 point maka Kemandirian Anak dalam keluarga (Y) akan meningkat sebesar 1,334 point.

b) Koefisien Determinasi .

Koefisien Determinasi menunjukkan tingkat ketepatan garis regresi. Garis regresi digunakan untuk menjelaskan proporsi dari kemandirian anak (Y) yang diterangkan oleh variabel independennya. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan program SPSS versi 21 menunjukkan koefisien korelasi rx2y (pola asuh demokrasi)

sebesar 0,373 dan koefisien determinasi r2

x1y (pola asuh demokrasi)

sebesar 0,139. Nilai tersebut berarti 13,9 % perubahan pada variabel kemandirian anak (Y) dapat diterangkan oleh variabel pola asuh demokrasi (X2) , sedangkan 86,1 % dijelaskan oleh variabel yang lain.

c) Pengujian Signifikansi dengan Uji t

Pengujian signifikansi bertujuan untuk mengetahui signifikansi regresi pola asuh demokrasi (X2), terhadap kemandirian anak dalam keluarga. Berdasarkan hasil analisis data koefisien korelasi (rx2y) pola

asuh demokrasi sebesar 0,373 dan koefisien determinasi (r2

x2y) pola asuh

(30)

dan sebaliknya jika thitung lebih kecil dari ttabel maka tidak signifikan.

Berdasar hasil uji diperoleh nilai thitung sebesar 3,657. Jika dibandingkan

dengan nilai ttabel 1,989 pada taraf signifikansi 5%, maka nilai thitung > ttabel

sehingga signifikan. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan tingkat pola asuh demokrasi terhadap kemandirian anak dalam keluarga.

d. Pola Asuh Secara Keseluruhan

a) Persamaan Garis Regresi

Berdasarkan tabel 23 maka persamaan garis regresi dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :

Y = 77,367 + 0,235X2

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien X2

sebesar 0,235 yang berarti, apabila Pola Asuh (X2) meningkat 1 point

(31)

b) Koefisien Determinasi .

Koefisien Determinasi menunjukkan tingkat ketepatan garis regresi. Garis regresi digunakan untuk menjelaskan proporsi dari kemandirian anak (Y) yang diterangkan oleh variabel independennya. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan program SPSS versi 21 menunjukkan koefisien korelasi rx2y sebesar 0,286 dan koefisien

determinasi r2

x1y sebesar 0,082. Nilai tersebut berarti 8,2 % perubahan

pada variabel kemandirian anak (Y) dapat diterangkan oleh variabel pola asuh (X2) , sedangkan 91,8 % dijelaskan oleh variabel yang lain.

c) Pengujian Signifikansi dengan Uji t

Pengujian signifikansi bertujuan untuk mengetahui signifikansi regresi pola asuh (X2), terhadap kemandirian anak dalam keluarga. Berdasarkan hasil analisis data koefisien korelasi (rx2y) sebesar 0,286 dan

koefisien determinasi (r2

x2y) sebesar 0,082, dapat dinyatakan terdapat

pengaruh positif antara X2 terhadap Y. Uji signifikansi menggunakan uji t, kriteria yang digunakan jika thitung lebih besar dari ttabel maka signifikan

dan sebaliknya jika thitung lebih kecil dari ttabel maka tidak signifikan.

Berdasar hasil uji diperoleh nilai thitung sebesar 2,721. Jika dibandingkan

dengan nilai ttabel 1,989 pada taraf signifikansi 5%, maka nilai thitung > ttabel

(32)

Hipotesis ketiga menyatakan bahwa “ Terdapat pengaruh positif Tingkat Pendidikan dan Pola Asuh Orang Tua terhadap Kemandirian Anak dalam Keluarga” . Berikut adalah hasil pengujian hipotesis dengan regresi ganda.

Tabel 24. Ringkasan Hasil Regresi Ganda

Variabel Koefisien

Sumber : Data Primer yang diolah a. Persamaan Garis Regresi

Berdasarkan tabel 24, maka persamaan garis regresi dapat dinyatakan dalam persamaan sebagi berikut:

Y = 66,715 + 1,744X1 + 0,241X2

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien X1 sebesar

1,744 yang berarti, apabila tingkat pendidikan orang tua (X1) meningkat 1

point maka kemandirian anak dalam keluarga (Y) akan meningkat sebesar 1,744 point dengan asumsi X2 tetap.

Koefisien X2 sebesar 0,241yang berarti apabila pola asuh orang tua

(X2) meningkat 1 point maka kemandirian anak dalam keluarga (Y) akan

meningkat sebesar 0,241 point dengan asumsi X2 tetap.

b. Koefisien Determinasi (R2 x(1,2))

(33)

21 menunjukkan koefisien korelasi Rx(1,2) sebesar 0,307 dan koefisien

determinasiR2

x(1,2) sebesar 0,094. Nilai tersebut berarti 9,4% perubahan pada

variabel kemandirian anak dapat dijelaskan oleh variabel tingkat pendidikan dan pola asuh orang tua, sedangkan sisanya 90,6 % dijelaskan oleh variabel yang lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

c. Pengujian Signifikansi dengan Uji F

Pengujian signifikansi bertujuan untuk mengetahui signifikansi regresi antara tingkat pendidikan dan pol asuh orang tua secara bersama-sama terhadap kemanidrian anak dalam keluarga. Berdasarkan analisis yang diuji koefisien korelasi Rx(1,2) sebesar 0,307, dan koefisien determinasi R2x(1,2)

sebesar 0,094 dapat dinyatakan terdapat pengaruh tingkat pendidikan orang tua dan pola asuh secara bersama-sama terhadap kemandirian anak dalam keluarga. Uji signifikansi menggunakan uji F, kriteria yang digunakan jika

Fhitung lebih besar atau sama dengan dari Ftabel maka signifikan dan sebaliknya

jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel maka tidak signifikan. Berdasar hasil uji

diperoleh nilai Fhitung sebesar 4,279. Jika dibandingkan dengan nilai Ftabel

sebesar 1,444 pada taraf signifikansi 5%, maka nilai Fhitung > Ftabel sehingga

signifikan. Hal ini berarti bahwa “ terdapat pengaruh yang signifikan tingkat pendidikan dan pola asuh orang tua terhadap kemandirian anak dalam keluarga”.

4. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui besarnya Sumbangan Efektif (SE) dan Sumbangan Relatif (SR) masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dapat dilihat pada tabel berikut:

(34)

Sumber : Data yang diolah

Hasil analisis yang tercantum dalam tabel 15 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan orang tua memberikan sumbangan relatif sebesar 1,22% dan pola asuh memberikan sumbangan relatif sebesar 0,13. Sumbangan efektif masing-masing variabel adalah 2,384% untuk tingkat pendidikan orang tua dan 0,40% untuk variabel pola asuh. Secara bersama-sama variabel tingkat pendidikan orang tua dan pola asuh memberikan sumbangan efektif sebesar 9,4% terhadap kemandirian anak dan sebesar 90,6% diberikan oleh variabel-variabel lain yang tidak dibahas pada penelitian ini.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan orang tua (X1) dan pola asuh (X2) terhadap kemandirian anak dalam keluarga (Y). Hasil penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:

(35)

Berdasarkan gambar 14 maka diketahui pembahasan tentang hasil penelitian sebagai berikut :

1. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua terhadap Kemandirian Anak dalam Keluarga

Hasil uji regresi sederhana ( rx1y) menunjukkan bahwa koefisien

korelasi (rx1y) adalah sebesar 0,093sedang koefisien determinasi (r2x1y) adalah

sebesar 0,009 atau besarnya sumbangan pengaruhnya X1 terhadap Y tersebut adalah 0,009 atau sebesar 0,09 % selanjutnya dilakukan uji keberartian terhadap koefisien regresi dengan menggunakan statistik uji t pada taraf signifikan 5%. Dari hasil perhitungan diperoleh harga thitung = 0,854 dan ttabel = 1,989. Harga thitung

lebih kecil dari ttabel , berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa

tidak ada pengaruh positif dan signifikan tingkat pendidikan orang tua terhadap kemandirian anak dalam keluarga.

(36)

faktor internal dan faktor eksternal yang bisa membentuk kemandirian anak dalam keluarga dan tingkat pendidikan orang tua tidak termasuk dalam faktor-faktor tersebut. Hal ini sama dengan pendapatnya soetjiningsih bahwa kemandirian anak usia prasekolah dipengaruh oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal yaitu faktor yang ada di dalam diri anak tersebut seperti emosi dan intelektual. Faktor emosi ini ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak terganggunya tidak terganggunya kebutuhan emosi anak dan orang tua. Faktor eksternal yaitu faktor yang ada di luar dari anak tersebut seperti lingkungan, rasa cinta dan kasih sayang, pola asuh orang tua dalam keluarga, dan pengalaman dalam kehidupan.

2. Pengaruh Pola Asuh terhadap Kemandirian Anak dalam Keluarga

Hasil uji regresi sederhana ( rx2y) menunjukkan bahwa koefisien

korelasi (rx2y) adalah sebesar 0,286 sedang koefisien determinasi (r2x2y) adalah

sebesar 0,082 atau besarnya sumbangan pengaruhnya X1 terhadap Y tersebut adalah 0,082 atau sebesar 8,2 % selanjutnya dilakukan uji keberartian terhadap koefisien regresi dengan menggunakan statistik uji t pada taraf signifikan 5%. Dari hasil perhitungan diperoleh harga thitung = 2,721 dan ttabel = 1,989. Harga thitung

lebih besar dari ttabel , berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh positif dan signifikan pola asuh orang tua terhadap kemandirian anak dalam keluarga.

(37)

apabila orang tua memberikan pola asuh yang tepat dan sesuai dengan keadaan anak dan umur anak maka hal tersebut akan menciptakan sikap anak yang sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tua salah satunya yaitu sikap mandiri anak. Hal ini sesuai dengan deskripsi teori dari Novan Ardy bahwa pembentukam karakter kemandirian tidak lepas dari peran orang tua dan pengasuhan yang baik yang diberikan orang tua terhadap anaknya. Serta sesuai dengan deskripsi teori dari Prasetyo dan Sutoyo bahwa pengasuhan yang diberikan orang tua juga turut membentuk kemandirian seseorang, toleransi yang berlebihan dan pemeliharaan yang berlebihan dan orang tua yang terlalu keras kepada anak menghambat pencapaian kemandiriannya. Penelitian yang dilakukan oleh Heni Purwaningsih ini bertujuan untuk mengetahui ada apa tidaknya hubungan antara perhatian orang tua dan konsep diri dengan kemandirian belajar pada siswa SMU Karangmojo Gunung Kidul. Penelitian menunjukkan ada hubungan yang positif dan signifikan antara perhatian orang tua dan konsep diri dengan kemandirian belajar pada siswa di SMA Karangmojo Gunungkidul tahun ajaran 1995/1996.

3. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua dan Pola Asuh terhadap Kemandirian Anak dalam Keluarga

(38)

selanjutnya dilakukan ujinkeberartian yang dilakukan terhadap koefisien regresi dengan menggunakan uji F pada taraf signifikansi 5%. Hasil perhitungan yang diperoleh Fhitung = 4,279 dan Ftabel = 1,444 sehingga Fhitung lebih besar dari Ftabel . Hal

ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan tingkat pendidikan orang tua dan pola asuh terhadap kemandirian anak dalam keluarga.

(39)

pada siswa kelas V SD di Kecamatan Karangmojo Gunung Kidul. Penelitian menunjukan hubungan yang positif antara pola asuh orang tua terhadap pembentukan sikap sosial siswa kelas V SD se-kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunung Kidul.

(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkat pendidikan orang tua tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian anak dalam keluarga. Hal ini ditunjukkan pada hasil harga thitung = 0,854 dan ttabel = 1,989. Harga thitung lebih kecil dari ttabel .

2. Pola asuh orang tua memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian anak dalam keluarga. Hal ini ditunjukkan pada hasil harga harga thitung = 2,721 dan ttabel = 1,989. Harga thitung lebih besar dari ttabel .

3. Tingkat pendidikan orang tua dan pola asuh memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian anak dalam keluarga. Hal ini ditunjukkan pada hasil harga diperoleh Fhitung = 4,279 dan Ftabel = 1,444 sehingga Fhitung

lebih besar dari Ftabel .

B. Saran

Dari hasil penelitian di atas maka pola asuh ternyata memberikan pengaruh dalam pembentukkan sikap kemandirian pada anak di dalam keluarga, maka disarankan :

1. Bagi Orang Tua

Orang tua diharapkan dapat memberikan pola asuh yang tepat yang disesuaikan dengan usia, dan kondisi dari anak-anak baik kondisi fisik maupun psikis dari masing-masing anak. Karena tiap anak memiliki kondisi yang berbeda baik dari segi fisik maupun psikis.

2. Bagi Guru

(41)

lebih mengerti dan memahami bagaimana menjadi orang tua yang baik untuk anak-anak di rumah dan guru bisa membuat kegiatan-kegiatan disetiap pembelajaran sehari-hari disekolah untuk menanamkan sikap mandiri di sekolah membantu anak untuk melakukan semuanya secara mandiri disesuaikan dengan umur anak didik tersebut.

Gambar

Tabel 7. Distribusi Frekuensi  Tingkat Pendidikan Orang Tua
Tabel 9. Distribusi Frekuensi  Pola Asuh  Otoriter
Gambar  4. Histogram Distribusi Frekuensi Pola Asuh Otoriter
Gambar 5. Distribusi Frekuensi Kecenderungan Pola Asuh Otoriter
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH KOPERASI SIMPAN PINJAM TERHADAP USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi pada

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif untuk mendapatkan gambaran tingkat perkembangan anak usia 1 bulan – 6 tahun dalam aspek motorik

tersebut dapat terjadi apabila angka laju pertumbuhan penduduk pada suatu wilayah tidak.. seimbang dengan angka laju pertumbuhan ekonomi dan sosial pada wilayah

Subjek penelitian yang diperoleh berjumlah 110 responden diambil dari pasien rawat jalan yang telah selesai mendapatkan pelayanan kesehatan di RS Misi Lebak dengan

Pada penelitian ini akan dibuat arang aktif dari tongkol jagung dan diaktivasi secara fisika dan kimia dengan aktivator KOH dimana KOH adalah agen yang paling efektif

Mitra tidak dapat mengangsur sesuai proyeksi bagi hasil dalam akad pembiayaan musyarakah yang ditetapkan oleh BMT Beringharjo Yogyakarta. Pembiayaan yang digunakan

Degradabilitas yang tinggi pada perlakuan C disebabkan oleh kandungan protein kasar yang lebih tinggi yaitu 15,07%, sehingga ketersediaan protein yang cukup akan

Untuk menghitung objek orang yang ada pada citra, terlebih dahulu mengklik tombol ekstraksi fitur untuk mendapatkan model training yang kemudian citra di input