(ELEKTROLISIS)
Menentukan reaksi yang terjadi pada elektroda
Disusun oleh :
1. Agung Adha R M 2. Hapid Islami 3. Karyana Nugraha 4. Syura Fauzan
XII-IPA-1
SMAN CIMANGGUNG
2013
Elektrokimia adalah kajian reaksi redoks yang dilaksanakan sedemikian sehingga di dalam system itu dapat ditentukan potensial listrik yang dapat diukur. Di dalam sebuah sel volta sebuah reaksi redoks spontan membangkitkan arus listrik yang mengalir lewat rangkaian luar. Semua sel elektrokimia harus mempunyai rangkaian dalam, ion dapat mengalir dalam bentuk ionnya berdifusi. Beberapa tipe sel tertentu menggunakan jembatan garam untuk maksud tertentu. Dalam masing-masing sel oksidasi berlangsung pada anoda dan reduksi berlangsung pada katoda (Keenan,1992).
Elektrolisis adalah suatu proses dimana reaksi kimia terjadi pada elektroda yang tercelup dalam elektrolit. Ketika tegangan diberikan terhadap elektroda itu. Elektroda yang bermuatan positif disebut anoda dan elektroda yang bermuatan negatif disebut katoda. Elektroda seperti platina yang hanya mentransfer electron dari larutan disebut electron inert. Elektroda reaktif adalah elektroda yang secara kimia memasuki reaksi elektroda selama elektrolisis, terjadilah reduksi pada katoda dan oksidsi pada anoda. Gambaran umum tipe reaksi elektroda dapat diringkas sebagai berikut:
1. Arus listrik yang membawa ion akan diubah pada elektroda
2. Ion negatif yang sulit dibebaskan pada katoda menyebabkan pengurangan H2O dan
pembentukan H2 dan OH- dan absorpsi elektron
3. Ion negatif yang sulit dibebaskan pada anoda menyebabkan pengurangan H2O dan
electron (Dogra, 1998).
Sel galvani menghasilkan arus listrik bila reaksi berlangsung spontan. Sel elektrolit menggunakan elektrolit untuk menghasilkan perubahan kimia. Proses elektrolisis meliputi pendorongan arus listrik melalui sel untuk menghasilkan perubahan kimia dimana potensi potensial sel adalah negatif (Strjer, 1994).
Elektrolisis adalah peristiwa penguraian suatu elektrolit oleh suatu arus listrik. Jika dalam sel volta energi kimia diubah menjadi energi listrik, maka dalam sel elektrolisis yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu energi listrik diubah menjadi energi kimia. Dengan mengalirkan arus listrik ke dalam suatu larutan atau leburan elektrolit, akan diperoleh reaksi redoks yang terjadi dalam sel elektrolisis.
Faktor yang menentukan reaksi kimia elektrolisis antara lain konsentrasi (keaktifan) elektrolit yang berbeda ada yang bersifat inert (tak aktif) dan elektoda tak inert. Hasil elektrolisis dapat disimpulkan; reaksi pada katoda (katoda tidak berperan) ada K+, Ca2+, Na+,
H+. Dari asam dan logam lain (Cu2+), reaksi pada anoda, untuk anoda inert ada OH-, Cl-, Br-,
dan I- dan sisa asam lainnya serta anoda tidak inert (bukan Pt dan C) (Anshory, 1984).
Dalam elektrolisis, sumber aliran listrik digunakan untuk mendesak electron agar mengalir dalam arah yang berlawanan denga aliran spontan. Hubungan antara jumlah energi listrik yang dikonsumsi dan perubahan kimia yang dihasilkan dalam elektrolisis merupakan salah satu persoalan penting yang dicarikan jawabannya oleh Michael Faraday (1791-1867). Hukum faraday pertama tentang tentang elektrolisis menyatakan bahwa “jumlah perubahan kimia yang dihasilkan sebanding dengan besarnya muatan listrik yang melewati suatu elektrolisis”. Hukum kedua tentang elektrolisis menyatakan bahwa: “Sejumlah tertentu arus listrik menghasilkan jumlah ekuivalen yang sama dari benda apa saja dalam suatu elektrolisis” (Petrucci, 1985).
elektroda dan penurunan ohm (I x R) yang disebabkan oleh arus yang melewati elektrolit. Potensial tambahan yang diperlukan untuk mencapai laju reaksi yang dapat terdeteksi, mungkin harus besar, jika rapatan arus pertukaran pada elektrodanya kecil. Dengan alasan yang sama, sel galvani menghasilkan potensial lebih kecil ketimbang pada kondisi arus nol (Atkins, 1990).
2 è Larutan/lelehan/leburan/cairan, maka
katodenya electrode itu (yang di atas) sendiri, contoh:
Cu2+ + 2e- -> Cu
è Lelehan/leburan/cairan, maka katodenya electrode itu (yang di atas) sendiri, contoh:
Mg2+ + 2e- -> Mg
ANODE
è Memiliki O, SO42-,NO3- maka anodenya
2H2O -> 4H+ + 4e- + O2
è Tidak memiliki O, dan berupa (contoh) Cl-, Br-, I- maka
anodenya menggunakan electrode itu sendiri, contoh:
2Cl- -> Cl2 +
2e-è Jika larutan berupa (contoh) NaCl dengan electrode Cu
Cu
NaCl ---> Na+ + Cl-
Maka anodenya Cu -> Cu2+ +
2e-Reaksi elektrolisis terdiri dari reaksi katode, yaitu reduksi dan reaksi anode, yaitu oksidasi. Spesi apa yang terlibat dalam reaksi katode dan anode bergantung pada potensial electrode dari spesi tersebut, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Spesi yang mengalami reduksi di katode adalah spesi yang potensial reduksinya paling besar;
b. Spesi yang mengalami oksidasi di anode adalah spesi yang potensial oksidasinya paling besar.
5. Tabung kimia ukuran besar dan kecil 6. Alat tulis
C. Bahan-bahan :
2. 1 M Larutan KCl
3. Tuangkan setiap Larutan ke tabung kimia yang besar, dan siapkan juga tabung kimia yang kecilnya pula.
4. Masukan larutan NaNO3 ketabung kecil, dan pindahkan larutan tersebut ke dalam
tabung U.
5. Bila sudah, celupkan elektroda yang tersambung dengan kabel dan batu baterai ke larutan tersebut.
6. Tunggu beberapa saat, dan perhatikan apa yang terjadi pada larutan dan elektrodanya.
7. Bila sudah tuliskan peristiwa yang terjadi pada pengamatan itu, dan masukkan kedalam data pengamatan.
8. Bila sudah cuci bersih alat yang sudah digunakan, karena untuk di pakai kembali. 9. Lakukan langkah yang sama pada larutan yang lain nya. Larutan ( KCl, KI,
CuSO4).
E. Data Pengamatan
No Larutan Anoda Lakmus Katoda Lakmus
Merah Biru Merah Biru
1. NaNo3 bergelembung Merah Merah Bergelembung Biru Biru
2. KCl Bergelembung
4. CuSO4 Bergelembung sedikit Merah Merah Bergelembung Merah merah
F. Kesimpulan