• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isu Peran Auditor dan Larangan pada Kant (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Isu Peran Auditor dan Larangan pada Kant (1)"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

ISU PERAN AUDITOR DAN LARANGAN PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK

Delfriano R Lauluw (201330021)

Fakultas Ekonomi – Akuntansi, Universitas Pattimura Ambon, Maluku

Email : rlauluw@gmail.com

Abstrak

Auditor sebagai orang yang berkualifikasi melakukan audit atas laporan keuangan suatu perusahaan harus mematuhi larangan yang diberikan KAP sebagi wadah kerjanya. Selain itu auditor juga harus memahami tanggung jawab hukum yang mengatur proses audit baik yang diatur oleh internasional maupun Indonesia. Diharapkan auditor melakukan kesalahan tugas audit dan bekerja sesuai dengan aturan yang berlaku agar hasil audit benar-benar kompeten bagi pemakai laporan keuangan.

Kata Kunci : Isu peran auditor, Larangan KAP, Tanggung jawab hukum auditor

PENDAHULUAN

Kebutuhan untuk mengaudit laporan keuangan sangat dibutuhkan dalam mendapat opini yang wajar tanpa pengecualian dari auditor yang independen. Auditor dalam melakukan tugasnya juga harus mematuhi larangan-larangan bagi Kantor Akuntan Publik tempat bekerjanya dalam memberikan layanan kepada klien yang membutuhkan tenaga audit dari KAP auditor tersebut.

Dinamika audit di Indonesia saat ini, menemumukan banyak masalah yang berkaitan dengan ketidakpatuhan perundang-undangan dan peran auditor sehingga auditor perlu lebih memahami perannya dalam melakukan tugas audit agar hasil audit yang diberikan bebas dari kepentingan klien yang diaudit dan sesuai dengan aturan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

PEMBAHASAN

A. Auditor dan Larangan KAP Auditor adalah seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam melakukan audit atas laporan keuangan dan kegiatan suatu perusahaan atau organisasi. Auditor juga dibedakan menjadi 2 yaitu Internal (yang bekerja dalam sebuah organisasi) dan Eksternal

(yang merupakan pihak

independen dan tidak tunduk terhadap organisasi tertentu dalam melakukan pekerjaan audit).

(2)

1. Memberikan jasa bila KAP tidak independen

2. Memberikan jasa pada klien yang sama berturut selama 5 tahun

3. Memberikan jasa yang tidak berkaitan dengan akuntansi, keuangan, manajemen

4. Menggunakan jasa pihak terasosiasi yang menolak memberikan keterangan yang diperlukan selama proses audit

B. Isu Peran Auditor dan Larangan KAP

Di era audit yang berkembang saat ini, seluruh instansi baik pemerintah dan pihak swasta membutuhkan sosok auditor yang bisa menilai laporan keuangan yang akan dipublikasi agar bisa bermanfaat bagi kemajuan organisasi tersebut, masyarakat dan pihak pemegang saham yang menanam modal di perusahaan tersebut. Kasus pelanggaran etika profesi akuntansi Enron dan KAP Andersen (2001) mengidikasikan adanya kerjasama dalam memanipulasi laporan keuangan Enron karena Andersen tidak bersikap independen sebagaimana yang seharunya dimiliki akuntan publik. Akibatnya, perusahan yang diaudit harus mengalami kerugian besar dan KAP yang mengaudit terpaksa menjalani prosedur hukum yang berakibat penutupan KAP tersebut.

Auditor di Indonesia harus mempertimbangkan peraturan perundang-undangan dan bagaimana dampaknya terhadap audit tersebut, seperti yang dijelaskan dalam SA Seksi 317 (PSA

No. 31) dan SA Seksi 316 (PSA No. 701), dimana auditor harus mempertimbangkan hukum dan peraturan yang dipahaminya sebagai hal yang memiliki pengaruh langsung dan material dalam penentuan jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan.

Satu contoh terhadap fakta tentang sebuah KAP yang membantu sebuah perusahaan (debitur sebuah bank BUMN yang sebenarnya telah mengalami kerugian yang sangat dalam dan sudah sangat sulit untuk melanjutkan operasinya) untuk mendapatkan tambahan kredit dari bank tersebut dengan cara merekayasa laporan keuangannya, sehingga pada hasil akhirnya ditampilkan dalam keadaan masih memperoleh laba, dimana pada akhirnya, semua langkah rekayasa laporan keuangan tersebut terbuka ketika debitur tersebut dinyatakan pailit. Bank tersebut jelas mengalami kerugian akibat dari keyakinannya terhadap hasil audit Akuntan Publik terhadap laporan keuangan dari debiturnya tersebut. Jika Bank tersebut mengetahui status yangsebenarnya dari debiturnya tersebut, maka Bank itu tidak akan memberikan pinjaman tambahan terhadap debiturnya tersebut.

Lebih jauh diatur dalam pasal 1366

KUH Perdata bahwa

(3)

yang dirugikan tersebut sebagai akibat dari perbuatannya, akan tetapi termasuk juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian ataupun kekurang hati-hatiannya. Dandalam pasal 1367 KUHPerdata bahwa Akuntan Publik juga bertanggungjawab terhadap perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya. Dari ketentuan KUHPerdata tersebut, dapat di pahami bahwa walaupun seorang Akuntan Publik telah mendapatkan sanksi administrasi sebagai konsekuensi dari pelanggaran-pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 62, pasal 63, pasal 64, dan pasal 65 PMK No. 17/PMK.01/2008, akan tetapi tetap saja pertangungjawaban untuk mengganti-kerugian pihak-pihak yang dirugikan akibat dari pelanggaran tersebut dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang berhak atas pemenuhan ganti rugi tersebut berdasarkan pasal 1365 KUHPerdata.

Selain konsekuensi Perdata, pelanggaran sikap profesionalisme yang dilakukan oleh Akuntan Publik juga dapat memberikan akibat yang bersifat pidana. Pada dasarnya hal ini telah diusulkan oleh pemerintah dalam Undang-Undang Akuntan Publik. Dimana selain konsekuensi yang bersifat hukuman sanksi administratif, antara lain dalam pasal 46 RUU Akuntan Publik tersebut yang memberikan konsekuensi pidana untuk waktu maksimum 6 tahun dan denda maksimum Rp 300 juta bagi Akuntan Publik yang terbukti: (a)

melanggar pasal 32 ayat 6 yang

isinya mewajibkan

seorang Akuntan Publik untuk mematuhi SPAP serta peraturan perundang-undangan yang berlaku, dimana pelanggar terhadap hal tersebut telah menimbulkan kerugian bagi pihak lain; (b) menyatakan pendapat atas Laporan Keuangan tidak berdasarkan bukti audit yang sah, relevan dan cukup; (c) melanggar ketentuan asal 37 ayat (1) huruf G dengan melakukan tindakan yang mengakibatkan kertas kerja dan dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan pemberian jasa

tidak dapat digunakan

sebagaimana mestinya, dan juga huruf J dalam melakukan manipulasi data yang berkaitan dengan jasa yang diberikan; (d) atau memberikan pernyataan tidak benar atau dokumen yang dipalsukan untuk mendapatkan atau memperbaharui ijin Akuntan Publik atau untuk mendapatkan ijin usaha KAP atau ijin pendirian cabang KAP.

(4)

Jelas sikap professional dari auditor timbul bukan karena rangkaian ancaman hukuman administratif, perdata dan bahkan pidana yang dapat menjeratnya dalam hal terjadinya pelanggaran tersebut, akan tetapi lebih karena memang dunia bisnis Indonesia membutuhkan suatu proses perjalanan yang sehat dan transparan, sehingga dalam hal menyajikan suatu keberadaan suatu perusahaan melalui laporan

keuangannya tersebut,

publik sangat membutuhkan akuntan publik yang benar-benar mempunyai kemampuan yang baik, professional dan independen dalam menjamin maksimumnya tingkat akurasi kebenaran darihasil pernyataan pendapatnya terhadap Laporan Keuangan tersebut.

C. Penutup

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa peran auditor dalam hal ini Akuntan Publik yang ada di Indonesia harus mampu melaksanakan profesinya dengan penuh skeptisme professional dan mematuhi aturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia sebagaimana tertera pada UUD 1945 yang mengatur tentang Akuntan Publik di Indonesia.

Penulis berhararap, kasus Enron dan KAP Andersen yang pernah terjadi serta beberapa temuan auditor dalam laporan keuangan mengenai ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan yang masih sering ditemui di Indonesia dapat diminimalisir dengan cara

mengikuti saran auditor independen dalan rekomendasi hasil audit yang diberikan.

Daftar Pustaka

Aldiwa. A. 2014. Isu isu pemeriksaan audit.

http://www.academia.edu/7574440 /Isu_isu_Pemeriksaan_Audit. 19 Juli 2016

Simanjuntak. R. 2013. Tanggung Jawab Hukum Akuntan Publik. https://www.scribd.com/doc/11857 9586/Tanggung-Jawab-Hukum-Akuntan-Publik. 19 Juli 2016 Ridhawaty. R. 2013. PSA No. 62. https://www.scribd.com/doc/12826 9637/PSA-No-62-Audit-Kepatuhan-

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini akan dilakukan untuk memastikan bahwa beban kerja mental yang diberikan kepada bagian ground handling di bandara Adisutjipto Yogyakarta, tidak

Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti tentang model pemasaran yang sesuai dengan industry kecil kerajinan batik yang ada di Karawang dengan

Secara khusus, Indonesia, sekalipun bukan negara pengklaim memiliki kepentingan, namun klaim mutlak yang dilancarkan China atas seluruh wilayah perairan Laut China Selatan, yang

Taekwondo (TI). Kelima cabang olaharaga inilah yang menjadi pundi-pundi untuk mendapatkan medali saat mengikuti perlombaan atau pertandingan. Dari beberapa

bahwa sehubungan dengan perubahan asumsi kerangka ekonomi daerah dan kerangka pendanaan serta rencana program dan kegiatan prioritas daerah dan sesuai ketentuan Pasal

Dalam perjanjian sewa beli barang elektronik permasalahan yang paling banyak terjadi adalah debitur menunggak pembayaran angsuran dan sering terjadi barang elektronik

Pada pemeriksaan yang dilakukan terhadap udara ruang operasi Instalasi Bedah Sentral (IBS) dengan menggunakan 24 sampel media dengan perincian 8 sampel media Agar Nutrient (NA), 8

Jika orang Batak Toba disekitar saya sedang dalam kesulitan,.. saya akan