• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah virus corona (COVID-19) merupakan suatu permasalahan yang telah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Masalah virus corona (COVID-19) merupakan suatu permasalahan yang telah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Masalah virus corona (COVID-19) merupakan suatu permasalahan yang telah menggemparkan seluruh dunia. Pada 11 Maret 2020, WHO resmi mengumumkan dan menetapkan covid-19 pada manusia sebagai pandemic global (Kemenkes RI, 2020b). Data dari World Health Organization (WHO, 2020) Pada 8 Desember 2020, telah mencatat 67.233.658 kasus COVID-19 dengan 1.541.082 kematian di dunia. Pada tanggal yang sama, Indonesia berada pada peringkat 20 secara global, sedangkan pada tingkat ASEAN, Indonesia menduduki peringkat pertama dengan jumlah sebanyak 586.842 kasus dan 18.000 kematian (RI, 2020).

Prevalensi kejadian virus corona di Indonesia masih mengalami peningkatan khususnya pada anak-anak. Angka kejadian corona virus desease (COVID-19) pada anak-anak berusia <5 tahun sebanyak 9.673 (2,2% dari 440.328), sedangkan angka kejadian COVID-19 pada anak-anak berusia 5-14 tahun sebanyak 22.244 (5,1% dari 440.328). Angka kejadian pada anak-anak memang tidak sebanyak pada orang dewasa. anak-anak yang memiliki usia kurang dari 10 tahun memiliki tingkat imunitas yang lebih aktif dan saluran pernafasan yang lebih sehat (Zare-Zardini et al., 2020). Namun hal tersebut tetap harus menjadi perhatian karena pada anak-anak jarang sekali memunculkan gejala COVID-19 dan bahkan gejala pada anak-anak dibilang cukup ringan (Pradana et al., 2020).

Tahap perkembangan pada setiap anak memiliki tahapan yang berbeda-beda khususnya pada anak usia sekolah. Ada beberapa tahap perkembangan pada anak usia sekolah antara lain: perkembangan fisik dan motorik, perkembangan kognitif

(2)

dan intelektual, perkembangan emosional, perkembangan moral dan perkembangan psikososial (Latifa, 2017). Pada perkembangan kognitif, anak usia sekolah sudah bisa membuat penalaran secara logis dalam hal yang bersifat konkrit. Anak usia sekolah sudah belajar membuat dan membentuk konsep, melihat suatu hubungan, kemampuan untuk berfikir dan melakukan pemecahan masalah pada situasi tertentu (Trianingsih, 2016).

Tahap perkembangan moral anak usia sekolah sudah dapat mempersepsikan perilakunya sebagai kebaikan ketika perilaku anak diterima oleh lingkungan sekitar. Begitu sebaliknya ketika anak mempersepsikan perilakunya sebagai keburukan ketika tindakannya mengganggu hubungan orang di lingkungan sekitar. Maka dari itu, anak usia sekolah masih sangat membutuhkan adanya contoh karakter yang baik dari keluarga terutama orang tua (Sarayati, 2020). Selain itu, anak usia sekolah sudah mulai menginternalisasikan pengendalian diri dan sangat membutuhkan pengarahan dari orang tua yang anak-anak percayai dapat menjawab pertanyaan dan memberikan bimbingan untuk membuat keputusan (Nasution, 2017).

Terbentuknya perkembangan anak secara optimal tergantung pada perhatian dan dukungan dari orang tua. Wilhelm Dilthey, filsuf dan sosiolog jerman mengemukakan sebuah teori Mirror of Effect yang menyatakan bahwa perkembangan setiap individu sangat dipengaruhi oleh orang yang ada di lingkungan kesehariannya. Seorang anak merupakan cerminan dari orang tuanya baik dalam bertindak, berucap dan berperilaku (Ismaniar & Utoyo, 2020). Menurut Anies dalam Basri 2016, menyatakan bahwa sebuah karakter pada anak tidak diajarkan melalui teori atau kata-kata namun dengan kehidupan dan contoh yang nyata melalui perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang akan menjadi panutan atau tauladan (Sauliyah, 2020).

(3)

Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan mengenai pelaksanaan pembelajaran tatap muka sesuai zona pada setiap daerah dengan tetap memprioritaskan kesehatan dan keselamatan. Pelaksanaan pembelajaran tatap muka lebih diutamakan pada daerah yang sudah memasuki zona hijau yaitu zona yang tidak terdampak COVID-19 yang dimulai dari jenjang SMA, SMP dan dilanjutkan oleh jenjang sekolah dasar dan PAUD. Menurut nadiem makarim, daerah yang sudah dinyatakan zona hijau dan sudah melakukan pembelajaran tatap muka, diwajibkan untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dan jika bisa dilakukan dari rumah, sebaiknya melaksanakan Belajar Dari Rumah (BDR) untuk meminimalisir penularan COVID-19 (Kemenkes, 2020).

Beberapa ketentuan pemerintah terkait protocol kesehatan di area pendidikan, yaitu menyediakan fasilitas tempat untuk cuci tangan menggunakan air, sabun dan pembersih tangan dengan menggunakan hand sanitizer atau yang berbasis alcohol yang diletakkan di lokasi strategis di sekitar sekolah, selalu menggunakan masker, mengkonsumsi jajanan yang sehat, menggunakan kamar mandi yang bersih dan sehat, himbau anak-anak untuk tidak membagikan makanan dan minuman dengan teman, termasuk penggunaan alat-alat makan dan minum secara bergantian yang dapat meningkatkan risiko terjadinya penularan penyakit di masa pandemi, Menginstruksikan anak-anak untuk tidak melakukan sentuhan atau kontak fisik secara langsung seperti: jabat tangan atau bersalaman dan berpelukan dengan orang lain) (Kemenkes RI, 2020).

Menurut (Unicef, 2020), keputusan penggunaan masker pada anak usia 6-11 tahun harus menggunakan pendekatan berbasis risiko. Pendekatan tersebut harus membertimbangkan: (a) lingkungan sosial dan budaya seperti adat, kepercayaan dan norma-norma perilaku dan sosial, (b) kemampuan anak dalam mematuhi

(4)

penggunaan masker yang tepat dan dalam pengawasan orang tua, (c) intensitas transmisi didaerah tempat tinggal anak yang berisiko terjadi penularan. Hal tersebut dikarenakan ada penelitian yang menjelaskan bahwa tingkat kepatuhan anak usia sekolah dalam penggunaan masker selama covid-19 adalah sekitar 51,6% dan penelitian lain menyatakan bahwa saat menggunakan masker, anak-anak merasa panas, kesulitas dalam bernafas, merasa terjadi iritasi, rasa tidak nyaman, kurangnya penerimaan sosial serta bentuk dan ukuran masker yang kurang sesuai (Unicef & WHO, 2020).

Beberapa aspek yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh orang tua dalam melindungi anak di era new normal adalah mematuhi aturan protokol kesehatan yang dapat menjadi pedoman bagi orang tua. Salah satunya adalah penggunaan masker pada anak. Penggunaan masker pada anak memerlukan sebuah pembiasaan. Maka dari itu, anak-anak masih perlu diingatkan dan mengajak untuk memakai masker secara konsisten (Unicef, 2020).

Hasil studi pendahuluan tentang PSBB di Bangkalan, diperoleh hasil wawacara dari guru MIN 2 Bangkalan yang mengatakan bahwa sekolah melaksanakan pembelajaran tatap muka dikarenakan keterbatasan jaringan di beberapa desa dan kurangnya fasilitas untuk melakukan pembelajaran secara daring (seperti: handphone). Namun sekolah tetap menekankan siswa dan siswinya untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dengan asumsi kelas tidak lebih dari 15 anak. Guru juga mengatakan bahwa 4 dari 15 anak lupa menggunakan masker ketika datang ke sekolah. Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap orang tua yang mengantar anak ke sekolah, didapatkan 100% tidak menggunakan masker dan juga didapatkan hasil wawancara yang telah dilaksanakan oleh peneliti terhadap tiga orang tua siswa, mengatakan bahwa penggunaan masker menimbulkan rasa tidak nyaman

(5)

dikarenakan tidak terbiasa, ketiga responden mengatakan bahwa seseorang yang meninggal bukanlah karna COVID-19 namun karena takdir Allah SWT. Wawancara yang dilakukan terhadap 5 siswa diperoleh hasil bahwa mereka menggunakan masker saat sudah tiba disekolah, dan membuka masker ketika keluar sekolah, dikarenakan merasa tidak nyaman dalam bernafas.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan perilaku orang tua dan perilaku anak dalam penggunaan masker di era new normal” yang bertujuan untuk mendapatkan landasan teori untuk mendukung pemecahan masalah yag sedang diteliti serta mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan harapan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah “Apakah ada hubungan antara perilaku orang tua dan perilaku anak dalam penggunaan masker di era new normal?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara perilaku orang tua dan perilaku anak dalam penggunaan masker di era new normal

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui perilaku orang tua dalam penggunaan masker di era new normal

2. Untuk mengetahui perilaku anak dalam penggunaan masker di era new normal

(6)

3. Untuk mengetahui atau menganalisis hubungan antara perilaku orang tua dan perilaku anak dalam penggunaan masker di era new normal 1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Memberikan kontribusi pemikiran dalam bidang ilmu keperawatan khususnya ilmu keperawatan anak dalam melakukan pengawasan kesehatan pasien dengan kepatuhan penggunaan masker di era new normal. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan referensi atau sebagai bahan perbandingan yang bermanfaat untuk menambah wawasan peneliti berikutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Memberikan sumbangan atau dukungan berupa pemikiran tentang perilaku orang tua dan perilaku anak terhadap penggunaan masker di era new normal.

1.5 Keaslian Penelitian

1. Penelitian yang dilakukan jagdish Khubchandani, Diana Saiki dan Jayanthi Kandiah, (2020) yang berjudul Masks, Gloves, and the COVID-19 Pandemic: Rapid Assessment of Public Behaviors in the United States. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan penilaian terhadap perilaku masyarakat dalam mencegah penyebaran COVID-19 di masa pandemi. Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 835 peserta di Amerika dan mendapatkan hasil bahwa mayoritas peserta dalam menggunakan masker selama pandemic sebesar 76% dan mayoritas peserta yidak memakai sarung tangan selama pandemi sebesar 30%. Pada penelitian ini mendapatkan hasil bahwa penggunaan sarung tangan dilakukan pada saat melakukan pembersihan atau desinfektan rumah atau saat

(7)

merawat orang sedang sakit. Sedangkan dalam penggunaan masker, di Amerika mendukung serta mematuhi peraturan mengenai penggunaan masker di tempat umum. Peneliti juga menjelaskan keterbatasan dari penelitian yaitu adanya batasan terhadap validitas dan reliabilitas penelitian.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sekarang adalah terletak pada tujuan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menilai perilaku masyarakat dalam mencegah penyebaran COVID-19, sedangkan penelitian saya bertujuan untuk mengetahu perilaku orang tua dan anak dalam penggunaan masker di era new normal.

2. Penelitian ini dilakukan oleh Linda Yin-king Lee, Evangeline Pui-wah Lam, Chiu-kiu Chan, Sum-yi Chan, Man-ki Chiu, Wing-hei Chong, Kin-wai Chu, Man-sze Hon, Lok-ki Kwan, Kit-lam Tsang, Siu-lai Tsoi and Chung-wai Wu, (2020) yang berjudul Practice and technique of using face mask amongst adults in the community: a crosssectional descriptive study. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji praktik dan teknik penggunaan masker pada orang dewasa dan membandingkan perbedaan antara orang dewasa dengan kelompok usia lainnya dalam hal praktik dan dan teknik penggunaan masker. Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 1.500 peserta di Hongkong dan mendapatkan hasil bahwa dari segi praktik, peserta melaporkan selalu menggunakan maske saat merawat angguta keluarga yang demam sebesar (14,7%) dan infeksi saluran pernafasan (19,5%). Pada pria dewasa usia 55-64 tahun melaporkan bahwarendahnya frekuensi dalam penggunaan masker pada situasi tertentu. Dari segi teknik, hampir semua peserta tidak melakukan langkah yang benar dala menggunakan masker dan lebih dari 90% pserta tidak melakukan kebersihan tangan sebelum, melepas dan setelah menggunakan

(8)

masker. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah kesalahan teknik yang dlakukan oleh peserta tidak dianalisis.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sekarang adalah terletak pda variabelnya. Penelitian ini meneliti mengenai praktek dan teknik dalam penggunaan masker sedangkan penelitian saya meneliti perilaku dalam penggunaan masker.

3. Penelitian ini dilakukan oleh Xuyu Chen, Li Ran, Qing Liu, Qikai Hu, Xueying Du dan Xiaodong Tan, (2020) yang berjudul HandHygiene, Mask-WearingBehaviors and Its Associated Factors during the COVID-19 Epidemic: A Cross-SectionalStudy among Primary School Students in Wuhan, China. Tujuan penelitian yang dilakukan oleh (Chen et al., 2020) adalah untuk mengetahui atau mendeskripsikan perilaku anak dalam mencuci tangan dan menggunakan masker selama pandemic COVID-19. Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 9.145 siswa dari 15 sekolah dasar di Wuha, China dan memperoleh hasil bahwa perilaku mencuci tanagn pada siswa sekolah dasar cukup baik yaitu sebesar 42,5% dan perilaku dalam penggunaan masker sebesar 51,6%. Penelitian ini memberikan pendidikan mengenai kebersihan tangan dan perilaku memakai masker yang sanagt bermanfaat untuk mencegah terjadinya penularan. Peneliti menjelaskan keterbatasan dari penelitian ini antara lain: ukuran sampel yang terlalu banyak dan ada beberapa faktor yang tidak diketahun dan dihilangkan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sekarang adalah terdapat pada aspek yang diteliti. Pada penelitian ini aspek yang diteliti adalah perilaku mencuci tangan dan penggunaan masker pada anak sekoah dasar di masa pandemic

(9)

sedangkan penelitian saya hanya berfokus kepada perilaku orang tua dan anak dalam penggunaan masker di masa pandemi

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya virus covid -19 ini membuat proses pembelajaran menjadi berubah dari yang tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh, tetapi

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh antara kepuasan kerja dan kompensasi terhadap disiplin kerja Pasukan Kuning di Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemadam Kebakaran

Bloom, et al., Taxonomy of Educational Objectives, Handbook 1 Cognitive Domain, (New York: David Mckay Company Inc., 1956), p. 6 Hayat, Bahrul &amp; Yusuf, Suhendra.. Tuntutan

Expenditure cycle (siklus pengeluaran) adalah serangkaian kegiatan bisnis yang berulang dan operasi pemrosesan informasi terkait yang terkait dengan pembelian

Pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah memberikan pengarahan pada bagian penerima barang untuk melakukan pencocokan barang yang diterima

BPJS Kesehatan tidak diserahi tugas untuk melakukan pembiayan pengobatan pasien terjangkit virus Corona karena Covid-19 ini dinyatakan sebagai wabah dan bencana non-alam

Untuk memastikan pembelajaran tatap muka berjalan efektif dan aman dari penyebaran dan penularan COVID-19, maka masing-masing satuan pendidikan wajib menerapkan protokol kesehatan

Kondisi pandemic covid-19 yang mengharuskan menerapkan Pysical distencing sehingga pembelajaran tatap muka tidak bisa dilakukan dan terpaksa pembelajaran dilakukan