• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan merupakan suatu permasalahan yang sudah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan merupakan suatu permasalahan yang sudah"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kualitas pendidikan merupakan suatu permasalahan yang sudah diupayakan peningkatannya oleh pemerintah mulai dari jenjang dasar sampai jenjang tertinggi. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak terlepas dari peningkatan kualitas pembelajaran sehingga diperlukan pengendalian kualitas sumber daya manusia agar mampu bersaing secara kompetitif di berbagai bidang keilmuan khususnya ilmu Matematika.

Upaya pemerintah yang menjadi fokus utama untuk meningkatkan kualitas pendidikan, diantaranya dengan mengembangkan kurikulum melalui PP No. 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yang dapat memberi penilaian dan pengakuan kualifikasi kompetensi kerja di berbagai sektor dengan cara merefleksikan capaian pembelajaran (Learning Outcomes) melalui jalur pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja dan pembelajaran mandiri. KKNI diharapkan dapat menghasilkan output pendidikan sesuai dengan kriteria dunia kerja.

Dalam KKNI Implementasi kurikulum dimulai dari pembuatan perangkat pembelajaran, salah satunya adalah penilaian proses pembelajaran.

Penilaian dilakukan untuk mengukur peserta didik dalam menguasai kemampuan yang telah ditetapkan dalam tujuan pendidikan. Dian Musial

(2)

menyatakan bahwa Assessment as the art of placing learners in a context that brings out of clarifies what a learner knows and can do, as well as what a learner may not know or cannot do.1 . Penilaian merupakan seni dalam menempatkan peserta didik untuk mengklarifikasi apa yang diketahui dan yang bisa dilakukan, seperti juga apa yang peserta didik tidak ketahui dan apa yang tidak bisa dilakukan.

Menurut Clements dan Cord, penilaian merupakan komponen penting dan utama dalam proses pembelajaran serta memiliki peran dalam mengetahui hasil belajar peserta didik.2 Proses penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran diharapkan dapat menjadi instrument penjaminan, pengendalian dan perbaikan kualitas dalam sistem pendidikan baik secara kelas maupun secara lembaga. Seperti yang tertuang dalam NCTM, “Assessment should be more than merely test at the end of instruction to see how students perform under special conditions; rather, it should be an integral part of instructional that informs and guides teacher as they make instructional decisions.”3 Pendidik harus pandai dan bijak dalam memilih metode dan instrumen penilaian yang digunakan.

Penilaian dapat digunakan sebagai alat ukur untuk menganalisis tingkat keberhasilan proses pembelajaran. Menurut Nana, bahwa penilaian mempunyai

1Dian Musial, dkk., Foundations of Meaningful Educational Assessment, (Boston:

McGraw-Hill, 2009), hlm. 6.

2Clements, M. D & Cord, B.A. Assessment Guilding Learning: Developing Graduate Qualities in an Eksperiential Learning Progame. Assessment and Evaluation in Higher Eduacation 2013 Vol.38 (1),114-124.

3 NCTM. Principles and Standards for School Mathematics (United States of America : The National Council of Teachers of Mathematics, 2000), hlm. 22

(3)

ciri-ciri adanya objek yang dinilai dan adanya kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara kenyataan berdasarkan kriteria.4 Oleh karena itu diperlukan membuat suatu perangkat penilaian yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur ketuntasan hasil belajar peserta didik yang merupakan hasil pencapaian indikator hasil belajar dan tujuan pembelajaran khusus.

Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 Pasal 63 ayat 2 menyebutkan bahwa penilaian pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas: a) penilaian hasil belajar oleh pendidik; b) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk mengetahui keberhasilan pada proses hasil belajar peserta didik dan memantau proses perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester. Untuk mencapai hasil belajar yang baik maka diperlukan kualitas pendidik dan penilaian proses pencapaian kompetensi peserta didik sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar. Setiap peserta didik memiliki potensi yang dicapai pada hasil belajar yang terdiri dari tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

Pada penilaian hasil belajar untuk ranah kognitif terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Menurut Benjamin S. Bloom, et al bahwa “The cognitive domain includes those objectives which deal with recall or recognition of knowledge and the

4Nana, S. Penilaian Hasil Proses belajar Mengajar (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004).

(4)

development of intellectual abilities and skills”.5 Aspek pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi disebut kognitif tingkat rendah sedangkan aspek analisis, sintesis, dan evaluasi termasuk kognitif tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill). Pada penilaian untuk ranah afektif, dilakukan penilaian dengan cara mengamati peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Penilaian afektif dilakukan dengan menggunakan prosedur penilaian yang sesuai dengan petunjuk teknis dari kurikulum. Berdasarkan kurikulum KKNI untuk penilaian afektif, bahwa seseorang harus mampu menunjukkan sikap, minat, tanggungjawab, dan memiliki kreativitas terhadap keilmuannya.

Penilaian pelaksanaan untuk pembelajaran matematika pada ranah kognitif untuk tingkat pendidikan tinggi, biasanya dilakukan sampai pada jenjang analisa, sintesis, dan evaluasi. Setelah mahasiswa yang tuntas mempelajari bahan pembelajaran maka diharapkan memiliki kemampuan dalam pengambilan keputusan. Penilaian pada tingkat perguruan tinggi digunakan penilaian kelas (classroom assessment) bertujuan untuk melihat kemampuan mahasiswa belajar di awal, di tengah, dan di akhir yang berguna memberikan informasi perbaikan ketika hasil belajar mahasiswa kurang memuaskan. Penilaian kelas digunakan untuk menyimpulkan apakah mahasiswa telah menguasai seluruh kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum6.

5Benjamin S. Bloom, et al., Taxonomy of Educational Objectives, Handbook 1 Cognitive Domain, (New York: David Mckay Company Inc., 1956), p. 7.

6Hayat, Bahrul & Yusuf, Suhendra. Mutu Pendidikan. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), hlm. 5

(5)

Tuntutan terhadap kemampuan analisa, sintesa dan evaluasi tersebut, berlaku pada semua mahasiswa khususnya pada program studi Tadris/Pendidikan Matematika FTIK IAIN Padangsidimpuan. Mahasiswa dididik untuk menjadi calon guru matematika sehingga diperlukan kemampuan kognitif yang tinggi. Salah satu misi dari program studi pendidikan Matematika FTIK IAIN Padangsidimpuan adalah menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang bermutu dan berdaya saing. Misi tersebut dapat tercapai dengan baik, jika mutu dari proses pembelajaran dapat dilakukan dengan baik, serta kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat saat ini.

Menurut Amri, bahwasanya upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas penilaian.7 Untuk memperoleh kualitas pembelajaran dan penilaian yang baik maka diperlukan upaya perbaikan diantaranya dengan mengembangkan instrumen penilaian proses pembelajaran. Penilaian wajib mengandung muatan motivasi, menumbuhkan rasa percaya diri untuk berkontribusi dengan menggunakan keahlian khusus untuk bekerja sesuai yang dipilihnya.

Hasil penelitian Iga Asmalia, et al, menunjukkan bahwa instrumen penilaian yang dikembangkan memiliki karakteristik yang telah mengukur ranah kognitif peserta didik yang berhubungan dengan keterampilan proses sains yang meliputi keterampilan mengamati, menginferensi, memprediksi, dan

7Amri. 2016. Pengembangan Instumen Penilaian Ranah Afektif pada Mata Pelajaran Biologi di SMA. Jurnal Biotek Volume 4 Nomor 1 Juni 2016 (hlm. 52- 69)

(6)

berkomunikasi. Instrumen asesmen juga memiliki kriteria yang sangat tinggi.8 Peneliti lainnya, Yoga Muhamad Muklis et al, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa 1) instrumen penilaian keterampilan matematika berdasarkan taksonomi Bloom telah diproduksi menggunakan model 4D sebagai penilaian proyek terdiri dari proyek peserta didik, kisi penilaian, rubrik penilaian dan rubrik penilaian proyek, 2) Instrumen penilaian keterampilan matematika berdasarkan taksonomi mekar mendapatkan respons pengguna adalah 84,27% dengan kategori sangat baik9

D. M. Sari et al, hasil temuannya menunjukkan bahwa peserta didik harus memiliki keterampilan berpikir kreatif dalam menyelesaikan masalah matematika dengan menggunakan berbagai solusi alternatif. Salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik adalah dengan menerapkan model pembelajaran pemecahan masalah kreatif (CPS). Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen pembelajaran CPS yang valid dan efektif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan metode pengembangan menggunakan model 4D. Penelitian ini hanya melibatkan tiga tahap pertama. Instrumen pembelajaran yang dikembangkan adalah rencana pembelajaran, lembar kerja, dan tes yang mencakup keterampilan berpikir kreatif. Temuan menunjukkan bahwa semua

8Iga Asmalia, Noor Fadiawati, Nina Kadaritna. Pengembangan Instrumen Asesmen berbasis Keterampilan Proses Sains Pada Materi Stoikiometri, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 4, No.1 Edisi April 2015, 299-311

9Yoga Muhamad Muklis, Sri Subanti and Imam Sujadi. Development of Mathematical Skill Assessment Instruments In Secondary School Based On Bloom’s Taxonomy, Journal of Physics: Conf. Series 1028 (2018) 012147 doi :10.1088/1742-6596/1028/1/012147

(7)

instrumen berada dalam kategori yang sangat valid, dengan skor rata-rata 4,1, 4,4, dan 4,2 masing-masing dan dapat digunakan dengan revisi kecil. Selain itu, tes keterampilan berpikir kreatif juga diklasifikasikan ke dalam kategori yang sangat valid dengan skor rata-rata 4,2 dan siap digunakan revisi kecil.10

Pengembangan instrumen penilaian pembelajaran dalam sistem pendidikan tinggi merupakan salah satu bagian dari pengembangan kurikulum, hal ini disebabkan karena kurikulum berperan sebagai pola pembelajaran sehingga menghasilkan lulusan yang bermanfaat bagi masyarakat. Melalui Peraturan Presiden (PP) RI Nomor 8 Tahun 2012, bahwasanya kurikulum program studi di perguruan tinggi, dituntut untuk direvisi berdasarkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) agar menghasilkan sumber daya manusia berkualitas dan bersaing di tingkat global. Dengan adanya KKNI diharapkan akan mengubah cara pandang kompetensi seseorang kepada kerangka kualifikasi yang disepakati secara nasional sebagai dasar pengakuan terhadap hasil pendidikan seseorang secara formal, non formal, atau in formal.

yang akuntabel dan transparan.

Pada kurikulum KKNI diperlukan adanya penyesuaian pembelajaran terbaru seperti blended learning dan online learning untuk mengahdapi tantangan zaman yang sedang berkembang saat ini yaitu revolusi 4.0, sistem pembelajaran yang diharapkan dosen harus mampu mengaktivasi sumber

10 D M Sari , M Ikhsan and Z Abidin. The development of learning instruments using the creative problemsolving learning model to improve students’ creative thinking skills in mathematics, Journal of Physics: Conf. Series 1088 (2018) 012018 doi :10.1088/1742- 6596/1088/1/012018

(8)

belajar yang tidak hanya semata dari dalam kelas, dan sasarannya tidak hanya pada dosen, mahasiswa, dan ujian. Pembelajaran yang dicapai pada revolusi 4.0 yaitu Jadi diperlukan adanya perubahan dari metode, sistem pembelajaran, sikap, pengetahuan dan keterampilan, terkhusus cara penilaian dan penentuan rubrik.

Agar menghasilkan lulusan yang kompetitif di era revolusi 4.0, maka diperlukan kurikulum yang tidak hanya cukup dengan membaca, menulis dan latihan tetapi juga matematika harus mampu mengoptimalkan literasi sebagai modal dasar agar dapat berkiprah di masyarakat. Perguruan tinggi harus mempersiapkan mahasiswa yang unggul dan dapat mempersiapkan tiga literasi yang dikembangkan dalam proses pembelajaran yaitu literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia. Ketiga literasi ini sangat penting di dalam dunia pendidikan pada era revolusi 4.0 yang harus mengikuti perubahan sehingga diperlukan kemampuan membaca, menganalisis dan menggunakan informasi digital dengan tujuan untuk mengembangkan kapasitas kognitif sampai pada level higher order mental skills, berpikir kritis dan sistemik.

Program studi pendidikan Matematika FTIK IAIN Padangsidimpun sebagai sebagai salah satu program studi yang telah mengimplementasikan kurikulum berbasis KKNI mulai tahun 2015. Dalam perspektif KKNI, penilaian setiap mata kuliah terdiri dari penilaian proses perkuliahan dengan menggunakan penilaian yang terdiri dari penilaian sikap bobot 15%, tugas mandiri dengan bobot 15%, tugas terstruktur dengan bobot 15%, UTS dan

(9)

UAS masing-masing dengan bobot 25% dan 30%. Melalui KKNI, setiap program studi diharuskan memperjelas “profil lulusan” yang didapatkan melalui kegiatan pelacakan studi, studi kelayakan dan analisis kebutuhan di masyarakat. Profil lulusan mencerminkan kemampuan minimal yang harus dikuasai mahasiswa setelah lulus yang merujuk pada empat aspek kebutuhan, yakni: (1) sikap, (2) bidang kemampuan kerja, (3) pengetahuan, serta (4) manajerial dan tanggung jawab. Keempat kemampuan tersebut kemudian harus dijabarkan ke dalam sebuah capaian pembelajaran (learning outcome) pada setiap mata kuliah di program studi. Sehingga nantinya, semua perencanaan pembelajaran atau Rencana Pelaksanaan Semester (RPS) harus didasarkan pada capaian pembelajaran (Learning Outcome) yang sesuai dengan kebutuhan profil lulusan.

Penilaian hasil belajar khususnya kognitif dan afektif pada proses perkuliahan yang diterapkan di program studi tadris Matematika belum menyesuaikan pembelajaran yang bersifat blended learning dan online learning sehingga belum dapat mencapai secara maksimal menuju ketiga literasi tersebut yaitu literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia.

Berdasarkan permasalahan tersebut, solusi yang dilakukan adalah dengan mengembangkan instrumen penilaian kognitif dan afektif berbasis KKNI pada prodi Tadris/Pendidikan Matematika. Pada penelitian ini, konsep pembelajaran yang akan dibangun pada mata kuliah Matematika Diskrit tentunya untuk meningkatkan kemampuan dari ketiga literasi dengan

(10)

menggunakan blended learning dan online learning. Pembelajaran dilakukan dengan memadukan antara tatap muka dengan pembelajaran secara online.

Tujuan pengembangan ini adalah untuk menyediakan konten pembelajaran digital, beraktivitas pada kegiatan forum diskusi, mengidentifikasi, menetapkan indikator-indikator, membuat kisi-kisi instrumen penilaian, dan membuat rubrik instrumen.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan dengan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang diajukan adalah:

1. Bagaimana validitas dari pengembangan instrumen penilaian kognitif dan afektif berbasis kurikulum KKNI pada mata kuliah Matematika Diskrit untuk mahasiswa program studi tadris/pendidikan Matematika IAIN Padangsidimpuan?

2. Bagaimana praktikalitas dari pengembangan instrumen penilaian kognitif dan afektif berbasis kurikulum KKNI pada mata kuliah Matematika Diskrit untuk mahasiswa program studi tadris/pendidikan Matematika IAIN Padangsidimpuan?

3. Bagaimana efektivitas dari pengembangan instrumen penilaian kognitif dan afektif berbasis kurikulum KKNI pada mata kuliah Matematika Diskrit untuk mahasiswa program studi tadris/pendidikan Matematika IAIN Padangsidimpuan?

(11)

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui validitas dari pengembangan instrumen penilaian kognitif dan afektif berbasis kurikulum KKNI pada mata kuliah Matematika Diskrit untuk mahasiswa program studi tadris/pendidikan Matematika IAIN Padangsidimpuan

2. Untuk mengetahui praktikalitas dari pengembangan instrumen penilaian kognitif dan afektif berbasis kurikulum KKNI pada mata kuliah Matematika Diskrit untuk mahasiswa program studi tadris/pendidikan Matematika IAIN Padangsidimpuan

3. Untuk mengetahui efektivitas dari pengembangan instrumen penilaian kognitif dan afektif berbasis kurikulum KKNI pada mata kuliah Matematika Diskrit untuk mahasiswa program studi tadris/pendidikan Matematika IAIN Padangsidimpuan

4. Urgensi Penelitian

Dalam upaya melakukan kualifikasi terhadap lulusan perguruan tinggi di Indonesia khususnya di program studi tadris/pendidikan Matematika FTIK IAIN Padangsidimpuan maka diperlukan sebuah kompetensi pedagogik.

Terkait dengan kompetensi pedagogik, dalam Peraturan Presiden Nomor 08 Tahun 2012 menyebutkan bahwa Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) menjadi acuan dalam penyusunan capaian pembelajaran lulusan dari

(12)

setiap jenjang pendidikan secara nasional. Fakta menunjukkan bahwa, ditemukannya 70% dari lulusan yang sudah menjadi guru belum mampu mengembangkan diri dalam merancang instrument pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dikembangkan instrumen penilaian kognitif dan afektif berbasis pada kurikulum KKNI. Pengembangan instrumen ini perlu diteliti karena dianggap:

1. Dapat meningkatkan kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik calon guru matematika. 2. Perangkat instrumen penilaian kognitif dan afektif pada program S1 Tadris/Pendidikan Matematika berbasis kurikulum KKNI yang diperoleh dalam bentuk naskah soal yang dilengkapi penilaian tugas kelompok, presentasi kelompok, penilaian individu, ujian tengah semester, ujian akhir semester, rubrik penskoran, lembar penilaian sikap

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penilaian Pembelajaran

Penilaian adalah suatu proses untuk mengidentifikasi, mengumpulkan dan mempersiapkan data yang ditunjukkan dengan bukti-bukti untuk mengevaluasi proses dan hasil belajar mahasiswa. Penilaian proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik mencakup prinsip, teknik dan instrumen penilaian; mekanisme dan prosedur penilaian; pelaksanaan penilaian; pelaporan penilaian; dan kelulusan. Prinsip penilaian menetapkan

(13)

aspek-aspek praktik penilaian yang harus tercermin dalam prosedur penilaian dan harus menyediakan kerangka kerja serta aturan. Prinsip-prinsip yang baik dalam penilaian adalah sebagai berikut :

a. Penilaian harus menjadi bagian integral terhadap kurikulum.

Desain penilaian tidak boleh dipisahkan dari desain kurikulum secara keseluruhan, yang terdiri dari tujuan, kegiatan pembelajaran, dan hasil pembelajaran.

b. Penilaian harus menjadi bagian integral terhadap pendekatan siswa untuk belajar.

Pendekatan siswa untuk belajar dapat mempengaruhi praktek penilaian. Oleh karena itu, diperlukan desain penilaian yang dapat mendorong siswa dalam mengidentifikasi prioritas yang tepat dalam pembelajaran.

c. Tujuan penilaian harus dipahami dengan jelas oleh pengajar dan peserta didik.

Tujuan penilaian diantaranya untuk memantau pembelajaran, menilai kompetensi, memberikan umpan balik. Peserta didik harus siap atas tugas dan pengajar mempersiapkan bentuk pertanyaan dan rubrik penilaian dan selanjutnya harus dipublikasikan kepada peserta didik. Penilaian ini bertujuan untuk meningkatkan rasa percaya diri peserta didik dalam menghadapi tugas dan bertanggungjawab untuk menyelesaikannya.

d. Penilaian harus valid

(14)

Agar memenuhi kriteria valid, maka penilaian harus dirancang untuk memastikan bahwa semua hasil dinilai dengan tepat.

e. Penilaian harus realibel.

Dalam penilaian, standar penilaian dan konsisten adalah tujuan penting yang harus dicapai.

B. Konsep Penilaian BerdasarkanRanah Kognitif

Penilaian merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang berfungsi untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran. Penilaian dilakukan dengan mengumpulkan fakta-fakta dan dokumen hasil belajar peserta didik untuk melakukan perbaikan program pembelajaran. Menurut Sarwiji, penilaian dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan program dari suatu kegiatan dengan melihat tujuan atau kriteria yang ditetapkan.11 Aspek-aspek dalam penilaian meliputi penentuan tujuan penilaian, pengumpulan informasi, penginterpretasian informasi, pengambilan keputusan. Menurut Abdul Majid, ketercapaian proses penilaian yang dilakukan oleh pengajar dapat dilihat dari tujuan penilaian diantaranya (1) mengetahui ketercapaian kompetensi peserta didik (2) memantau perkembangan belajar dan secara langsung dapat mendiagnosa kesulitan belajar peserta didik (4) sebagai perbaikan metode, pendekatan dan sumber belajar yang digunakan.12

11Suwandi, Sarwiji. Model-model Asesmen dalam Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka, 2011), hlm. 27

12 Abdul Majid. Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hlm.

42

(15)

Penilaian dapat dikatakan layak apabila memenuhi prinsip-prinsip penilaian yaitu validitas dan reliabilitas. Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi sedangkan reliabilitas berkaitan dengan konsistensi hasil penilaian.

Penilaian yang reliable memungkinkan perbandingan yang reliable dan menjamin konsistensi. Penilaian hasil belajar oleh pendidik berdasarkan Pemendikbud No.104 Tahun 2014 adalah proses pengumpulan informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran.

Penilaian yang digunakan harus mencakup ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penilaian ini antara lain: (a) penilaian aspek kognitif dilakukan setelah peserta didik mempelajari suatu kompetensi dasar dengan indikator yang harus dicapai pada tiap semester dan pada jenjang satuan pendidikan tertentu (b) penilaian terhadap aspek afektif yang dilakukan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran didalam kelas maupun diluar kelas, dan (c) penilaian terhadap aspek psikomotorik dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Ranah kognitif (cognitive domain) merupakan ranah yang mencakup kegiatan berpikir yang menyangkut aktivitas otak. Ranah kognitif dalam taksonomi Bloom yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl diantaranya

(16)

mengingat (remember), memahami/mengerti (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create).

a. Mengingat (Remember)

Mengingat adalah usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari ingatan masa lampau yang dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang kompleks dan konkret.

b. Memahami/mengerti (Understand)

Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan muncul ketika seorang peserta didik berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu.

c. Menerapkan (Apply)

Menerapkan pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Mengimplementasikan apabila siswa memilih dan menggunakan prosedur yang belum diketahui.

d. Menganalisis (Analysis)

Menganalisis merupakan memecahkan masalah suatu permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dapat menimbulkan permasalahan.

e. Mengevaluasi (Evaluate)

(17)

Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Evaluasi berupa mengecek dan mengkritisi kegagalan suatu produk.

f. Menciptakan (Creat)

Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dengan yang sebelumnya.

C. Konsep Penilaian BerdasarkanRanah Afektif

Menurut Krathwohl (1964), dalam tujuan kognitif memliki komponen afektif. Dalam afektif memiliki lima tingkatan yaitu receiving/attending, responding, valuing, conceptualizing/organization, dan characterizing by value.13

a. Receiving/Attending

Pada tingkat receiving (attending), peserta didik memiliki keinginan memperhatikan suatu kejadian khusus atau stimulus, misalnya kegiatan di dalam kelas ataupun di luar kelas. Seorang pendidik harus memberi perhatian peserta didik terhadap kejadian yang menjadi objek pembelajaran.

Misalkan kegiatan membaca buku dan berdiskusi, pendidik harus bisa

13 Mary Miller, “Teaching and Learning in Affective Domain,” Emerging Perspectives on Learning, Teaching, and Technology. Retrieved March 6 (2005): 2008.

(18)

mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku dan senang belajar secara kelompok untuk mendiskusikan pelajaran, dan kegiatan lainnya.

Kesenangan ini akan menjadi kebiasaan yang positif.

b. Tingkat Responding

Responding merupakan kegiatan partisipasi aktif peserta didik.

Pada tingkat ini peserta didik tidak hanya memperhatikan kejadian khusus tetapi juga melakukan aksi. Tingkatan ini menekankan pada respon peserta didik terhadap pembelajaran. Minat merupakan tingkatan tertinggi dari responding yaitu yang menekankan pada kesenangan melakukan aktivitas khusus. Misalnya senang membaca buku, senang bertanya, senang membantu teman, senang dengan kebersihan dan kerapian, dan sebagainya.

c. Tingkat Valuing

Valuing melibatkan penentuan penilaian, keyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen. Derajat rentangannya mulai dari menerima suatu nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan keterampilan, sampai pada tingkat komitmen. Valuing atau penilaian berbasis pada internalisasi dari seperangkat nilai yang spesifik. Hasil belajar pada tingkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan stabil agar nilai dikenal secar jelas. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi.

d. Tingkat Organization

(19)

Pada tingkat organization, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan, konflik antar nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten. Hasil pembelajaran, pada tingkat ini berupa konseptualisasi nilai atau organisasi sistem nilai. Misalnya pengembangan filsafat hidup.

e. Tingkat characterization

Tingkat ranah afektif tertinggi adalah characterization nilai. Pada tingkat ini peseta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berkaitan dengan pribadi, emosi, dan sosial.

Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang pendidikan. Menurut Popham, ranah afektif dapat menentukan keberhasilan belajar seseorang.14 Seseorang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal dan sebaliknya seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran maka akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu ikatan emosional sering diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk

14 W James Popham, Classroom Assessment: What Teachers Need to Know (ERIC, 1999).

(20)

itu semua dalam merancang program pembelajaran, satuan pendidikan harus memperhatikan ranah afektif.

Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi oleh kondisi afektif dari peserta didik. Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, sangat diperlukan rancangan program pembelajaran dan penilaian pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik afektif peserta didik.

Karakteristik afektif peserta didik berada dalam suatu skala yang mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari perasaan. Dalam merancang program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik, pendidik harus memperhatikan karakteristik afektif peserta didik. Ada empat tipe yang termasuk dalam karakteristik afektif yaitu sikap, minat, konsep diri, dan nilai.

a. Sikap

Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Penilaian terhadap sikap dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya. Menurut Fishbein dan Ajzen, sikap untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi,

(21)

konsep, atau orang.15 Oleh karena itu, pendidik harus membuat rencana pembelajaran dengan melibatkan pengalaman belajar peserta didik sehingga sikap peserta didik terhadap pelajaran menjadi lebih positif.

b. Minat

Menurut Getzel, minat merupakan dorongan seseorang untuk memperoleh pengalaman melalui objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan.16 Minat sebagai variabel motivasi yang unik, serta keadaan psikologis yang bercirikan perhatian, konsentrasi, dan pengaruh. Minat mengacu pada kecenderungan dan keadaan psikologis.17

Sebuah tinjauan literatur empiris yang menunjukkan karakteristik perkembangan minat, yaitu : 1) Minat situasi yang dipicu (Triggered Situational Interest); 2) Minat situasi yang terpelihara (Maintained Situational Interest); 3) Minat karena munculnya kepentingan individu (Emerging Individual Interest); 4) Minat individu yang terkembang dengan baik (Well-Developed Individual Interest).18

c. Konsep Diri

15 Martin Fishbein and Icek Ajzen, “Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An Introduction to Theory and Research,” 1977.

16 Jacob W Getzels and Philip W Jackson, “Creativity and Intelligence: Explorations with Gifted Students.,” 1962.

17 Suzanne Hidi, “Interest: A Unique Motivational Variable,” Educational Research Review 1, no. 2 (January 2006): 69–82, https://doi.org/10.1016/j.edurev.2006.09.001.

18 Suzanne Hidi and K Ann Renninger, “The Four-Phase Model of Interest Development,” Educational Psychologist 41, no. 2 (2006): 111–27.

(22)

Menurut Smith, konsep diri adalah mengevaluasi terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki setiap individu.19 Konsep diri sangat penting untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan dapat juga memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat. Konsep diri dapat diartikan sebagai penilaian terhadap dirinya sendiri secara fisik, sosial, maupun psikologis yang terbentuk melalui proses interaksi dengan diri dan lingkungannya.20 Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri diantaranya :

1. Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.

2. Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai.

3. Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.

4. Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik.

5. Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

6. Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan mengetahui standar input peserta didik.

7. Peserta didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran.

8. Peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.

19 Eliot R Smith, “Affective and Cognitive Implications of a Group Becoming a Part of the Self: New Models of Prejudice and of the Self-Concept.,” 1999.

20 Subaryana Subaryana, “KONSEP DIRI DAN PRESTASI BELAJAR,” Dinamika Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar 7, no. 2 (2015).

(23)

9. Melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik.

d. Nilai

Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan. Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.

Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat.

e. Moral

Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang perkembangan moral anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara

(24)

judgement moral dan tindakan moral. Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak. Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.

Penilaian ranah afektif harus mempertimbangkan rasional teoritis dan program lembaga pendidikan. Isi dan validitas konstruk pada ranah afektif tergantung pada definisi operasional yang secara langsung mengikuti definisi konseptual. Metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan diri (portfolio).

Penggunaan metode observasi berdasarkan pada karakteristik perilaku yang ditampilkan (reaksi psikologi). Metode laporan diri (portfolio) untuk mengetahui keadaan afektif dirinya sendiri dan dituntut kejujuran dalam mengungkap karakteristik afektif dirinya sendiri.

Instrumen penilaian afektif meliputi lembar pengamatan sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Ada 11 (sebelas) langkah dalam mengembangkan instrumen penilaian afektif, yaitu: 1) menentukan spesifikasi instrumen; 2) menulis instrumen; 3) menentukan skala

(25)

instrumen; 4) menentukan pedoman penskoran; 5) menelaah instrumen; 6) menyusun instrumen; 7) melakukan ujicoba; 8) menganalisis hasil ujicoba;

9) memperbaiki instrumen; 10) melaksanakan pengukuran; 11) menafsirkan hasil pengukuran. Dalam menyusun spesifikasi instrumen perlu memperhatikan empat hal yaitu 1) tujuan pengukuran, 2) kisi-kisi instrumen, 3) bentuk dan format instrumen, dan 4) panjang instrumen.

D. Kurikulum KKNI dalam Perguruan Tinggi

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan terhadap capaian pembelajaran (learning outcomes) lulusan, bahan kajian, proses dan penilaian yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan dari suatu program studi (Permendikbud No. 49 tahun 2014). Kurikulum dapat diartikan dalam dua pandangan yaitu kurikulum dalam pandangan tradisional (sempit) dan kurikulum dalam pandangan modern (luas). Dalam pandangan tradisional, kurikulum sebagai jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh peserta didik dengan tujuan untuk memperoleh ijazah sebagai bukti telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran.21

Dalam pandangan modern, kurikulum memiliki cakupan pemahaman yang luas terdiri dari segala hal yang berhubungan seperangkat mata pelajaran dan usaha sekolah dalam mempersiapkan bekal para lulusan agar dapat mengabdi untuk memenuhi tuntutan masyarakat. Menurut J Galen Saylor dan William M. Alexander dalam buku Curriculum Planning for Better Teaching

21 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran (Bumi Aksara, 1995). hlm. 16

(26)

and Learning, kurikulum adalah segala usaha lembaga pendidikan formal untuk melakukan kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler yang bertujuan mempengaruhi peserta didik belajar di berbagai kondisi dan tempat.22

Kurikulum diperlukan untuk menjadikan lulusan perguruan tinggi yang berkompeten. KKNI merupakan kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.

Implementasi KKNI bidang pendidikan tinggi memenuhi keriteria sebagai berikut :23

1. Implementasi bidang KKNI bidang pendidikan tinggi tidak larut dan tenggelam oleh globalisasi, tetapi mampu mempertahankan jati diri.

2. Implementasi bidang KKNI pendidikan tinggi yang tidak sekedar mencetak tenaga kerja tetapi juga outcome yang mampu berkarya.

3. Implementasi bidang pendidikan tinggi yang penuh penghayatan, sehingga memiliki jiwa atau spirit yang menyehatkan, tidak sekadar mengisi kolom-kolom kosong tanpa pemaknaan.

22 J Galen Saylor and William M Alexander, “Curriculum Planning for Better Teaching and Learning. New York: Rinehart and Company,” 1956.

23 Suyadi Sutrisno and Dr Suyadi, “Desain Kurikulum Perguruan Tinggi,” Bandung:

Remaja Rosdakarya ISBN 978, no. 979 (2016): 692.

(27)

4. Dengan memenuhi ketiga kriteria diatas, implementasi KKNI bidang pendidikan tinggi akan disikapi oleh para pengelola pendidikan tinggi secara proaktif bahkan progresif.

KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri Bangsa Indonesia terkait dengan sistem pendidikan nasional dan pelatihan yang dimiliki negara Indonesia. Melalui KKNI ini memungkinkan hasil pendidikan, khususnya pendidikan tinggi, dilengkapi dengan perangkat ukur yang memudahkan dalam melakukan penyepadanan dan penyejajaran dengan hasil pendidikan bangsa lain di dunia. KKNI juga menjadi alat yang dapat menyaring hanya orang atau SDM yang berkualifikasi yang dapat masuk ke Indonesia. Oleh karena itu telah ditetapkan penjenjangan kualifikasi untuk memfasilitasi pendidikan seseorang yang mempunyai pengalaman kerja atau memiliki capaian pembelajaran untuk:

a) menempuh pendidikan formal ke jenjang/tingkat yang lebih tinggi dan/atau;

b) mendapatkan pengakuan kualifikasi lulusan jenis pendidikan tertentu dari perguruan tinggi. Capaian pembelajaran pendidikan nonformal, pendidikan informal, dan pengalaman kerja dapat disetarakan dengan jenjang kualifikasi tertentu pada pendidikan tinggi. Penyetaraan capaian pembelajaran pendidikan nonformal, pendidikan informal, dan pengalaman kerja pada pendidikan tinggi diberlakukan mulai dari jenjang kualifikasi 3 (tiga) sebagai jenjang paling rendah sampai dengan jenjang kualifikasi 9 (sembilan) sebagai jenjang paling tinggi.

(28)

Pengembangan kurikulum berbasis KKNI dapat dilakukan melalui tahapan yaitu

1. Menyusun Capaian Pembelajaran (Lerning Outcomes) yang menampilkan soft skill yang harus dimiliki lulusan perguruan tinggi;

2. Merumuskan profil lulusan program studi yang unggul kompetitif dan diharapkan dapat diaplikasikan ke masyarakat/dunia kerja setelah menyelesaikan seluruh rangkaian pendidikannya. Rumusan profil disarankan memiliki peran profesional dan kompetensi yang akuntabel, berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni, yang bermanfaat bagi manusia dan seluruh alam. Profil lulusan harus mengacu pada capaian visi dan misi perguruan tinggi;

3. Merumuskan Standar Kompetensi Lulusan program studi sebagai outcome pendidikan dengan cara menentukan kompetensi apa saja yang harus dimiliki;

4. Merumuskan Capaian Pembelajaran Program Studi yang merupakan jabaran lengkap profil lulusan yang berkenaan dengan kompetensi apa yang harus dimiliki oleh Capaian pembelajaran program studi dirumuskan berdasarkan hasil studi pelacakan dan analisis kebutuhan dunia kerja yang terkait dengan kompetensi yang dibangun, serta

(29)

jenjang kualifikasi yang diacu dari Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).

5. Merumuskan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah dengan menggambarkan apa yang akan mahasiswa ketahui dan apa yang dapat dilakukan mahasiswa di akhir perkuliahan. Capaian pembelajaran perkuliahan berbasis kinerja (performance) dan berorientasi pada hasil dan menggambarkan apa yang dapat dilakukan mahasiswa di akhir perkuliahan serta mampu mengintegrasikan pembelajaran secara keseluruhan perkuliahan yang diperolehnya.

6. Menemukan dan mengenali konsep dan kata kunci pada Capaian Pembelajaran Mata Kuliah. Pernyataan konsep dan kata kunci dari setiap Capaian Pembelajaran Mata Kuliah yang dapat dijadikan patokan dalam menghitung beban kerja mahasiswa sebagai dasar perhitungan jumlah kredit untuk setiap mata kuliah. Karena dalam setiap konsep kunci yang di dalamnya terdapat kata-kata kunci (key word) dapat diduga waktu yang dibutuhkan untuk mencapai penguasaan konsep tersebut.

E. Capaian Pembelajaran dalam KKNI

Deskripsi kualifikasi pada KKNI merefleksikan capaian pembelajaran (learning outcomes) yang diperoleh seseorang melalui jalur pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja, dan/atau pembelajaran mandiri. Capaian

(30)

Pembelajaran (learning outcomes) diperoleh melalui internalisasi dan akumulasi ilmu pengetahuan, pengetahuan praktis, ketrampilan, afeksi, dan kompetensi yang dicapai melalui proses pendidikan yang 6 terstruktur dan mencakup suatu bidang ilmu/keahlian tertentu atau melalui pengalaman kerja.

Capaian Pembelajaran (learning outcomes) yang dihasilkan oleh proses pendidikan tinggi merupakan "capaian pembelajaran minimum" yang diperoleh melalui internalisasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, disebut sebagai

"Standar Kompetensi Lulusan". Capaian pembelajaran (learning outcomes) merepresentasikan "profil lulusan". Rumusan profil lulusan adalah jawaban atas pertanyaan tentang "perguruan tinggi ini akan menghasilkan lulusan seperti apa?" Profil lulusan adalah "peran" yang diharapkan bisa dilakukan nantinya oleh lulusan di dunia kehidupan. Peran ini bisa menunjuk kepada suatu profesi (guru, dokter, arsitek, pengacara, akuntan) atau jenis pekerjaan yang khusus (manager perusahaan, praktisi hukum, teknisi akuntansi, analis kesehatan) atau bentuk kerja yang bisa digunakan dalam beberapa bidang yang lebih umum (komunikator, kreator, leader) yang dicanangkan oleh Program Studi suatu perguruan tinggi.

Parameter elemen Learning Outcomes (Kompetensi Menurut KKNI) adalah sebagai berikut: a. Kemampuan di bidang kerja (skills) mencakup pada Terlatih dalam etika kerja, Memahami makna globalisasi, dan Fleksibel terhadap pilihan pekerjaan. b. Pengetahuan yang dikuasai (knowledge) mencakup pada analisis, sintesis, kreasi, menguasai teknologi informasi,

(31)

komunikasi, dan Bahasa Asing. c. Kemampuan Manajerial (attitude) mencakup pada kemampuan kepemimpinan, kemampuan bekerjasama (teamwork), dan kemampuan bekerja dalam kelompok.

F. Perumusan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) Program Studi Pendidikan Matematika Untuk Kognitif dan Afektif Berbasis KKNI

No Unsur

Kemampuan

Capaian Pembelajaran Lulusan 1 Kognitif

(Pengetahuan)

P1

Menguasai konsep teoretis matematika meliputi matematika diskrit, aljabar linear elementer, struktur aljabar, teori bilangan, kalkulus, analisis real,

persamaan diferensial, analisis vektor, metode numerik, matematika ekonomi, geometri analitik, geometri transformasi, statistik matematika, trigonometri dan pengantar dasar matematika yang mendukung pembelajaran matematika di pendidikan menengah serta untuk studi lanjut

P2

Menguasai prinsip-prinsip pemodelan 2 Afektif

(Sikap)

S1

Bertakwa kepada TuhanYang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religious

S2

Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila

S3

Bekerjasama dan memiliki kepekaan sosial ser ta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan.

S4

Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri.

S5

Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik S6

Menginternalisasikan nilai kejujuran dalam proses pembelajaran.

(32)

G. Literature Review

a. P. Wayan Arta Suyasa, Dewa Gede Hendra Divayana. Pengembangan Instrumen Penilaian Proses Berbasis KKNI.24

Kebutuhan akan instrumen penilaian proses secara autentik yang belum terpenuhi pada pelaksanaan kurikulum KKNI di Program Studi Pendidikan Teknik Informatika (PTI), mendasari perlunya dilakukan pengembangan instrumen penilaian proses. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan produk akhir berupa instrumen penilaian proses yang valid. Instrumen penilaian proses yang dikembangkan mencakup sikap partisipasi dalam perkuliahan serta penyelesaian tugas-tugas. Prosedur pengembangan instrumen penilaian proses yang dilakukan dimulai dari membuat kajian teoritik untuk merumuskan aspek-aspek atau indikator, menyusun kisi-kisi instrumen, menyusun butir-butir instrumen, melakukan validasi instrumen secara teoritik, serta merakit butir-butir instrumen menjadi instrumen final.

Hasil uji validitas isi yang dilakukan oleh pakar yang dianalisis menggunakan formula Gregory adalah 0.83. Nilai ini berada dalam kategori sangat tinggi.

b. Eva Juliandita, Sri Rezeki, Andoko Ageng Setyawan. Pengembangan Perangkat Penilaian Kognitif dan Afektif Pada Pokok Bahasan Segiempat kela VII Sekolah Menengah Pertama.25

24 P. Wayan Arta Suyasa1 , Dewa Gede Hendra Divayana. Pengembangan Instrumen Penilaian Proses Berbasis KKNI, Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK).

Denpasar-Bali, 28 Oktober 2017. ISSN Cetak : 2541-2361 | ISSN Online : 2541-3058

(33)

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat penilaian kognitif dan afektif pada pokok bahasan segiempat siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang dilaksanakan pada bulan Desember 2014 - Januari 2015. Sedangkan pengambilan data pada penelitian ini diambil pada bulan Januari 2015.

Subjek penelitian ini adalah perangkat penilaian kognitif dan afektif pada pokok bahasan segiempat yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.

Parameter yang diukur adalah tingkat validitas dan efektivitas perangkat.

Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dari validasi dosen dan keterbacaan soal oleh 6 siswa kelas IX yang telah menerima materi segiempat serta analisis kuantitatif dari hasil pengolahan angket validasi dan hasil belajar siswa yang dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan pada kelas VII2 SMP Muhammadiyah 2 Pekanbaru, maka diperoleh tingkat efektivitas yaitu dari perbandingan banyaknya siswa yang tuntas dengan jumlah siswa yang hadir (dinyatakan dalam persen). Tingkat efektivitas yang dicapai pada penilaian kognitif berkisar (22% - 88%) dan efektivitas penilaian afektif berkisar (14% - 96%). Setelah direvisi, maka didapat produk akhir perangkat penilaian kognitif dan afektif pada pokok bahasan segiempat siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama yang teruji kevaliditasnya dan keefektivitasnya.

25Eva Juliandita, Sri Rezeki, Andoko Ageng Setyawan. Pengembangan Perangkat Penilaian Kognitif dan Afektif Pada Pokok Bahasan Segiempat kelas VII Sekolah Menengah Pertama, Jurnal JPPM Vol. 9 No. 2, 2016

(34)

c. Muhammad Muslich. Pengembangan Model Assessment Afektif Berbasis Self Assessment dan Peer Assessment di SMA Negeri 1 Kebomas.26

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang merupakan modifikasi model pengembangan Borg & Gall. Penelitian terdiri tiga tahap:

Studi Pendahuluan, Perencanaan dan Pengembangan model. Tujuan penelitian menghasilkan model penilaian afektif yang sesuai dengan kurikulum. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian afektif yang dilakukan guru masih banyak yang belum menggunakan aturan penilaian sesuai dengan petunjuk dalam penilaia afektif, sehingga dibuat model penilaian afektif yang sesuai dengan petunjuk penulisan instrument afektif. Model penilaian afektif ini merupakan pengembangan dari format penilian afektif berupa angket dan diisi oleh siswa pada saat pembelajaran.

Model AABSAPA dibuat 11 model untuk tiap-tiap mata pelajaran karena setiap mata pelajaran memiliki aspek afektif dominan yang berbeda.

d. Binur Panjaitan, Elza I.L. Saragih, Erna Helena M. Tampubolon.

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi KKNI Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Calon Guru27

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat KKNI, adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat

26Muhammad Muslich. Pengembangan Model Assessment Afektif Berbasis Self Assessment dan Peer Assessment di SMA Negeri 1 Kebomas, Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Volume 2, Nomor 2, Juli 2014; 143-148

27Binur Panjaitan, Elza I.L. Saragih, Erna Helena M. Tampubolon. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi KKNI Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Calon Guru, Artikel Prosiding Lemlit

(35)

menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri bangsa Indonesia terkait dengan sistem pendidikan dan pelatihan nasional yang dimiliki Indonesia. Pencapaian jenjang kualifikasi pada KKNI dapat melalui berbagai jalur, yaitu pendidikan, profesi, industri, dan otodidak. Pada jalur pendidikan, jenjang kualifikasi untuk tingkat pendidikan S1, berada pada level ke-6, di mana capaian pembelajaran (learning outcomes) pada level ini mencakup empat kompetensi, salah satu diantaranya adalah mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan IPTEKS pada bidangnya dalam penyelesaian masalah serta mampu beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi. Untuk dapat memenuhi learning outcomes perlu memperhatikan bagaimana implikasi KKNI dalam kurikulum, khususnya pada program studi S1 Pendidikan Matematika. Kondisi saat ini, belum ada penelitian pengembangan yang mengembangkan model kurikulum program S1 Pendidikan Matematika berorientasi KKNI dan dampaknya terhadap learning outcomes calon guru Matematika. Masalah yang muncul adalah bagaimana model kurikulum calon guru Matematika berorientasi KKNI dan dampaknya terhadap learning outcomes yang dirumuskan?. Untuk menjawab masalah tersebut, perlu dilaksanakan penelitian pengembangan prototipe kurikulum berorientasi KKNI untuk meningkatkan kompetensi

(36)

profesional dan kompetensi pedagogik calon guru Matematika. Tahapan dalam penelitian pengembangan prototipe kurikulum berorientasi KKNI untuk meningkatkan kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik calon guru Matematika pada tahun pertama ini, dimulai dari analisis SWOT dan tracer study. Dari kedua hal ini kemudian ditetapkan profil lulusan yang dikehendaki program studi dan menurunkannya ke dalam rumusan kompetensi atau learning outcomes, selanjutnya atas dasar learning outcomes ini disusunlah struktur kurikulum dan deskripsi mata kuliah Program S1 Pendidikan Matematika, kemudian disusun silabus dan buku ajar mahasiswa yang berorientasi KKNI, sesuai dengan jenjang kualifikasi pada level ke-6.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Teknik Penggalian Data

(37)

1. Metode Pengembangan

Penelitian ini menggunakan metode R & D (Research and Development Method) menggunakan model pengembangan 4-D rancangan Thiagarajan, Semmel, dan Semmel28. Penelitian ini mengembangkan dan memvalidasi instrumen penilaian kognitif dan afektif berbasis kurikulum KKNI untuk mengukur tingkat kognitif dan afektif mahasiswa pada mata kuliah Matematika Diskrit di program studi Tadris/Pendidikan Matematika FTIK IAIN Padangsidimpuan.

2. Prosedur Pengembangan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model pengembangannya yang mempunyai 4 tahapan utama yaitu : pendefenisian (define), perencanaan (design), pengembangan (develop) , dan penyebaran (disemminate). Secara lengkap prosedur pengembangan instrumen penilaian yang dilakukan adalah :

a. Tahap Pendefenisian (Define)

Tahap ini menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat yang diperlukan dalam mengembangkan perangkat instrumen penilaian kognitif dan afektif berbasis kurikulum KKNI pada mata kuliah Matematika Diskrit. Penetapan syarat-syarat yang diperlukan dilakukan dengan memperhatikan dan menyesuaikan kebutuhan pembelajaran Matematika Diskrit terhadap KKNI yang dimulai dengan menganalisis

28 Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 189

(38)

tujuan pembelajaran yang akan dikembangkan. Dalam tahap pendefenisian ini dilakukan studi pendahuluan yang meliputi :

a) Analisis Mahasiswa

Analisis mahasiswa di yang dilakukan adalah dengan cara observasi kegiatan pembelajaran Matematika Diskrit di kelas Tadris/Pendidikan Matematika FTIK IAIN Padangsidimpuan. Melalui analisis ini akan didapatkan gambaran fakta, harapan dan alternalitf penyelesaian masalah dasar sehingga memudahkan penentuan penilaian yang akan dikembangkan.

b) Analisis Penilaian Kognitif dan Afektif Untuk Matakuliah Matematika Diskrit

Menganalisis cara penilaian kognitif dan afektif untuk matakuliah Matematika Diskrit yang digunakan dosen. Analisis dilakukan menelaah penilaian yang digunakan oleh dosen Matematika Diskrit pada program studi Tadris/Pendidikan Matematika FTIK IAIN Padangsidimpuan.

c) Analisis Materi

Analisis materi dilakukan dengan menelaah capaian pembelajaran dan indikator pada matakuliah Matematika Diskrit dalam kurikulum Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).

b. Tahap Perancangan (Design)

(39)

Proses yang dilakukan bertujuan untuk menyusun spesifikasi instrumen penilaian kognitif dan afektif berbasis kurikulum Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). sehingga diperoleh pengembangan instrumen yang baik sesuai kriteria dan kaidah-kaidah pembuatannya.

c. Tahap Pengembangan (Develop)

Proses yang dilakukan adalah memvalidasi dan uji coba pengembangan (developmental testing).

a) Penilaian Para Ahli

Instrumen instrumen penilaian kognitif dan afektif berbasis kurikulum Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yang telah disusun pada tahap desain akan dilakukan penilaian/divalidasi oleh ahli (validator) konstruk dan ahli bahasa. Para validator adalah yang berkompeten dan mengerti tentang penyusunan instrumen instrumen penilaian kognitif dan afektif berbasis kurikulum Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). dan para ahli akan mencermati dan memberikan saran-saran mengenai ketercakupan indikator ke dalam butir-butir instrumen yang telah disusun.

b) Uji Coba dan analisis hasil uji coba

Setelah mendapatkan saran dan masukan dari para ahli, peneliti melakukan perbaikan-perbaikan. Selanjutnya dilakukan uji coba pada mahasiswa satu kelas program studi tadris/pendidikan

(40)

Matematika semester genap di FTIK IAIN Padangsidimpuan dan kemudian dianalisis hasil uji coba dengan menggunakan SPSS V 23.0.

B. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data a. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan secara tepat untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1) Angket

2) Penilaian kognitif dan afektif b. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas pedoman wawancara, dan lembar tes.

1) Lembar Angket 2) Lembar Penilaian

Kisi-kisi lembar penilaian kognitif

No. Capaian Pembelajaran Bentuk penilaian 1 Mahasiswa diharapkan dapat

memahami objek-objek diskrit, menganalisis dan mengkonstruksi suatu argumentasi dalam masalah struktur diskrit, dan dapat menerapkannya untuk menyelesaikan permasalahan berstruktur diskrit.

Tugas Kelompok, UTS, dan UAS

2 Mahasiswa mampu menjelaskan kaitan konsep-konsep dasar matematika diskrit dengan cabang ilmu yang lain

Tugas Kelompok, UTS, dan UAS

(41)

Kisi-kisi lembar penilaian afektif dan indikatornya

Dimensi Indikator

Nilai terhadap sikap dan partisipasi dalam perkuliahan

a. Ingin Tahu b. Percaya Diri c. Kerjasama d. Mendengarkan

Penjelasan e. Bertanya f. Menjawab g. Menanggapi

C. Teknik Analisis Data

1. Data proses pengembangan produk

Data proses pengembangan instrumen penilaian kognitif dan afektif berbasis KKNI berupa data deskriptif, yaitu tinjauan dan saran dari ahli materi dan ahli bahasa sesuai dengan prosedur pengembangan yang dilakukan. Tahap awal penelitian pengembangan dilakukan dengan penyusunan instrumen penelitian.Tahap terakhir adalah penilaian. Setelah divalidasi oleh ahli materi dan ahli bahasa, kemudian direvisi sehingga diperoleh revisi tahap I. Hasil revisi tahap I kemudian diujicobakan dalam pembelajaran di kelas.

Instrumen penilaian yang telah dilalui proses ujicoba akan direvisi kembali. Berdasarkan tahap-tahap tersebut, maka akan dihasilkan produk instrumen penilaian kognitif dan afektif berbasis KKNI pada mata kuliah Matematika Diskrit pada program studi Tadris/Pendidikan Matematika

(42)

Semester IV di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan.

2. Data Praktikalitas Produk

Data praktikalitas sebagai bagian dari tahap pengembangan dilakukan dengan dua tahap yaitu uji coba I dan uji coba II. Uji coba I dan II menggunakan teknik pengukuran dengan alat pengumpulan datanya adalah lembar telaah penilaian kognitif dan afektif mahasiswa. Teknik analisis data yang dilakukan adalah dengan mendeskripsikan hasil analisis spesifikasi lembar penilaian kognitif dan afektif. Uji coba produk dilakukan di kelas TMM 2 Semester 4 Program Studi Tadris/Pendidikan Matematika IAIN Padangsidimpuan.

a). Uji coba I

Setelah hasil pengembangan produk penilaian kognitif dan afektif berbasis KKNI di validasi oleh para ahli yaitu ahli materi dan ahli media/bahasa, maka produk diuji coba pada satu kelas TMM 2 Semester 4 Program Studi Tadris/Pendidikan Matematika IAIN Padangsidimpuan.

b). Uji Coba II

Uji coba II untuk produk dilaksanakan setelah revisi I dan uji coba I untuk produk tersebut.

3. Data kelayakan produk yang dihasilkan

(43)

Data kelayakan produk yang dihasilkan, ditentukan melalui analisis hasil validasi ahli materi dan ahli bahasa, dan ujicoba penggunaan oleh dosen serta mahasiswa. Data hasil validasi analisis secara deskriptif dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengubah penilaian dalam bentuk kualitatif menjadi kuantitatif dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel. Pedoman Penilaian Skor 29 Data Kualitatif Skor

Sangat baik (SB) 5

Baik (B) 4

Cukup (C) 3

Kurang (K) 2

b. Setelah data terkumpul, lalu menghitung skor rata-rata dengan rumus:

N X

x

Keterangan:

X = rerata skor tiap komponen

x = jumlah skor

N = jumlah indikator yang dinilai

C. Rencana Pembahasan

29 Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan(Kompetensi dan Praktiknya). (Jakarta:

Bumi Aksara, 2009), hlm. 146

(44)

Prosedur penelitian dan pengembangan instrumen penilaian kognitif dan afektif berbasis kurikulum KKNI pada mata kuliah Matematika Diskrit adalah sebagai berikut :

1. Penelitian dan pengumpulan informasi awal

Pada tahap ini peneliti melakukan studi pendahuluan atau studi eksploratif untuk mengkaji, menyelidiki, dan mengumpulkan informasi.

2. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti membuat rencana desain pengembangan produk yang meliputi komponen-komponen produk, tujuan dan manfaatnya

3. Pengembangan format produk awal

Pada tahap ini peneliti mulai mengembangkan bentuk instrumen penilaian kognitif dan afektif mahasiswa berbasis kurikulum KKNI yang bersifat sementara.

4. Uji coba awal

Pengembangan instrumen penilaian kognitif dan afektif mahasiswa berbasis kurikulum KKNI akan divalidasi dengan pakar/ahli (validator).

5. Revisi produk

Melakukan revisi berdasarkan hasil validasi, yaitu perbaikan dan penyempurnaan terhadap instrumen penilaian kognitif dan afektif mahasiswa berbasis kurikulum KKNI.

6. Uji coba lapangan

Melakukan uji coba lapangan

(45)

7. Revisi produk

Melakukan revisi setelah uji coba lapangan, yaitu memperbaiki dan menyempurnakan produk berdasarkan masukan dan saran-saran hasil uji- coba lapangan.

Penelitian pengembangan ini bermanfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Untuk mengembangkan instrumen penilaian kognitif dan afektif berbasis kurikulum KKNI untuk mewujudkan terselenggaranya kurikulum di Perguruan Tinggi yang mengacu pada KKNI secara menyeluruh.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi program studi, penelitian ini sebagai masukkan dalam rangka menyempurnakan instrumen penilaian kognitif dan afektif berbasis kurikulum KKNI di program studi tadris/pendidikan Matematika FTIK IAIN Padangsidimpuan.

b. Bagi dosen, sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang bedasarkan tuntutan kurikulum yang sedang dijalankan.

(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Hasil pengumpulan dan pembahasan data penelitian pengembangan penilaian kognitif dan afektif berbasis kurikulum KKNI pada matakuliah Matematika Diskrit untuk mahasiswa Program Studi Tadris/Pendidikan Matematika IAIN Padangsidimpuan yang telah dilaksanakan dapat dideskripsikan sebagai berikut ini.

A. Tahap Pendefinisian

Tahap pendefinisian menghasilkan analisis terhadap kurikulum, konsep serta mahasiswa. Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang hasil tahap pendefinisian.

1) Hasil Tahap Analisis Mahasiswa

Analisis mahasiswa bertujuan untuk melakukan telaah terhadap karakteristik mahasiswa yang meliputi motivasi terhadap perkuliahan Matematika Diksrit, karakter yang berkembang pada diri mahasiswa, serta tingkat kemampuan. Analisis mahasiswa berpengaruh terhadap proses pemilihan dan perancangan pengembangan penilaian kognitif dan afektif berbasis KKNI yang dihasilkan sesuai dengan karakteristik mahasiswa.

2) Hasil Tahap Analisis Penilaian Pada Silabus KKNI

Pada tahap ini, dilakukan kajian terhadap penilaian pada silabus KKNI yang ada di program studi tadris/pendidikan Matematika IAIN

Gambar

Grafik  diatas  menunjukkan  responden  yang  memperoleh  skor  antara 47-48 sebanyak 1 mahasiswa atau 4,2%, antara 49-50 sebanyak 1
Tabel  diatas  menunjukkan  bahwa  skor  tertinggi  respon  mahasiswa dari 24 sampel adalah 58, sedangkan skor terendah adalah 47
Tabel  diatas  menunjukkan  bahwa  skor  tertinggi  respon  mahasiswa  dari 33 sampel adalah 53, sedangkan skor terendah adalah 45

Referensi

Dokumen terkait

Panitia Pengadaan Barang/ Jasa pada Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2013 akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai tes akhir peserta didik pada kelas eksperimen setelah diajar menggunakan pendekatan saintifik dan

[r]

ACTIVITY DIAGRAM SISTEM PENJUALAN ITEM SUPERMARKET. GUDANG

Pembuatan aplikasi ini dimulai dengan pencarian data-data tentang lagu baru yang ada pada pasar musik Indonesia, perancangan struktur navigasi, perancangan tampilan, pemodelan

Fotocopy Kartu Mahasiswa (KTM), fotocopy daftar prestasi akademik mahasiswa/kartu hasil studi/kartu kumpulan nilai pada semester pertama sampai dengan semester

rumah sakit sebelum dan setelah ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (4) Tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan berdasarkan rasio

Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan pada debit dan efisiensi pompa hidram 4 inci bahan pipa PVC yang dipengaruhi oleh head input dan jarak langkah katup limbah,