• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA KELAS V SDN 24 PONTIANAK TENGGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA KELAS V SDN 24 PONTIANAK TENGGARA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH

SLAMET HIDAYAT

F37012061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PENDIDIKAN DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

(2)
(3)

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP

HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA KELAS V

SDN 24 PONTIANAK TENGGARA

Slamet Hidayat, Marzuki, K.Y Margiati

Program Studi PGSD FKIP Untan Pontianak, Alamat: Jl. Karya Bakti

Email: slamethidayat.pgsd@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pendekatan saintifik terhadap hasil belajar matematika pada materi luas trapesium dan layang-layang di kelas V Sekolah Dasar Negeri 24 Pontianak Tenggara. Bentuk penelitian yang digunakan adalah quasi experimental dengan desain non-equivalent control group design. Sampel penelitian ini adalah kelas VA sebagai kelas eksperimen dan kelas VB sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan berupa tes essai berjumlah 5 soal. Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen adalah 76,15 sedangkan rata-rata hasil belajar kelas kontrol adalah 64,05. Berdasarkan hasil analisis uji-t dengan taraf signifikan α = 5% diperoleh hasil (2,476) > (1,685), yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar peserta didik yang diajar dengan menggunakan pendekatan saintifik dengan peserta didik yang diajar menggunakan pendekatan ekspositori. Nilai Effect Size yang diperoleh sebesar 0,53 dengan kategori sedang, artinya pendekatan saintifik berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik.

Kata Kunci: pendekatan saintifik, luas trapesium dan layang-layang

Abstract: The purpose of this research was to analyze the influence of scientific approach toward learning outcomes in trapezoids and kites materials on grade V SDN 24 Pontianak Tenggara. The form of this research was a quasi experimental design with nonequivalent control group design. The sample of this research are VA as experiment class and VB as control class. The instrument that been used was essay test included 5 questions. The average learning outcomes of students in experiment class is 76,15, while the average learning outcomes of students in control class is 64,05. Based on the t-test with significance level α = 5% was obtained (2,476) > (1,685) that indicated there were differences between students that taught by using scientific approach with students that taught by using expository approach. The value of effect size is 0,53 with moderate category, it means scientific approach gave effect on students learning outcomes.

(4)

ualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas pembelajaran di sekolah. Menurut Syaiful Sagala (2014:61) menyatakan bahwa, ”Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid”. Pembelajaran yang berkualitas adalah pembelajaran yang mampu mengaktifkan peserta didik melalui kegiatan pembelajaran yang bermakna.

Satu diantara mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar adalah mata pelajaran matematika. Menurut Siti Hawa (dalam Nyimas Aisyah, dkk, 2008:1-4) menyatakan bahwa,”Pada hakikatnya pem -belajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana ling-kungan memungkinkan seseorang (si pelajar) melaksanakan kegiatan belajar matematika”. Jadi, untuk melaksanakan kegiatan belajar matematika diperlukan suatu rancangan dalam menciptakan suasana lingkungan yang kondusif. Dalam hal ini, guru berperan penting dalam merancang kegiatan pembelajaran seefektif mungkin agar peserta didik dapat melaksanakan kegiatan belajar.

Agar pembelajaran matematika di sekolah dasar dapat berjalan dengan baik, guru diharapkan mampu melaksanakan pembelajaran yang berkualitas dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Pendekatan pembelajaran yang digunakan juga harus berpusat pada peserta didik (student centered)

sehingga peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Pemahaman tentang karakte-ristik pembelajaran matematika di SD juga sangat penting agar guru dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif. Adapun karakteristik pembelajaran matematika di SD. Menurut Gatot Muhsetyo (2009 :1.23) menyatakan bahwa, “Matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara lain abstrak, deduktif, konsisten, hierarkis, dan logis”. Meskipun matematika memiliki ciri khusus sebagai ilmu yang bersifat abstrak dan deduktif, dalam pelaksanaan pembelajaran mate-matika, guru harus mampu menyesuaikan antara karakteristik pembelajaran matematika dengan perkembangan intelektual peserta didik yang masih dalam masa perkembangan berpikir konkret.

Pembelajaran matematika juga harus memperhatikan tujuan matematika di SD. Adapun tujuan mata pelajaran matematika di SD berdasarkan kurikulum KTSP (BSNP, 2006:148) adalah sebagai berikut: 1) Memahami konsep matematika; menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; 2) Menggunakan pena-laran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika 3) Meme-cahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

(5)

4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Dari pendapat tersebut, diketahui bahwa tujuan mata pelajaran matematika di SD adalah untuk memahami konsep matematika dengan menggunakan penalaran dalam memecahkan permasalahan yang terjadi serta meng-komunikasikannya dalam bahasa matematika agar peserta didik dapat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.

Kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran matematika belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap guru matematika kelas V di Sekolah Dasar Negeri 24 Pontianak Tenggara pada tanggal 26 April 2016, diperoleh informasi bahwa dalam mengajar matematika terutama pada materi luas trapesium dan layang-layang, metode yang digunakan adalah metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian latihan soal.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang bisa diterapkan adalah pendekatan saintifik. Menurut (Kemendikbud dalam Khayati Amalin, 2015:183) menyatakan bahwa ”Pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu mengamati, menanya, me-ngumpulkan informasi,

meng-asosiasi, dan mengkomunikasikan”. Melalui pendekatan pembelajaran tersebut diharapkan peserta didik menjadi aktif dan tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai secara optimal.

Ketercapaian tujuan pem-belajaran tersebut dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik. Menurut Abdurrahman (dalam Asep Jihad dan Abdul Haris 2010:14) menyatakan bahwa,”Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai tes akhir peserta didik pada kelas eksperimen setelah diajar menggunakan pendekatan saintifik dan nilai tes akhir pada kelas kontrol setelah diajar menggunakan pendekatan ekspositori dalam mata pelajaran matematika pada materi luas trapesium dan layang-layang.

Pendekatan saintifik merupakan alternatif pendekatan pembelajaran yang secara teoritis dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Tujuan dari penellitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pendekatan saintifik terhadap hasil belajar matematika pada materi luas trapesium dan layang-layang di kelas V Sekolah Dasar Negeri 24 Pontianak Tenggara.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Bentuk desain penelitian yang dipilih adalah Quasi Experimental Design dengan tipe

(6)

two (or more) treatment groups are pretested, administered a treatment, and posttested. Jika pendapat tersebut diartikan dalam bahasa Indonesia berarti,”Dalam nonequivalent control group design terdapat dua (atau lebih) kelompok yang diberi tes awal, diberikan perlakuan, dan diberikan tes akhir”.Adapun dua kelompok yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Populasi dalam peneltian ini adalah seluruh peserta didik kelas V Sekolah Dasar Negeri 24 Pontianak Tenggara yang berjumlah 41 orang. Kelas yang dijadikan sampel adalah kelas VA yang berjumlah 20 orang dan kelas VB yang berjumlah 21 orang.

Untuk menentukan apakah kelas yang akan digunakan dalam penelitian layak, dalam arti kedua kelas memiliki kemampuan yang tidak berbeda secara signifikan, dilakukan tes awal.Hasil tes awal tersebut kemudian dianalisis dengan tahapan sebagai berikut: pemberian skor sesuai pedoman penskoran, uji normalitas menggunakan rumus chi kuadrat, uji homogenitas dengan uji F, kemudian dilanjutkan dengan uji beda menggunakan uji-t.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa hasil tes awal kedua kelas tidak memiliki perbedaan yang signifikan sehingga penelitian dilanjutkan dengan penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan teknik simple random sampling yaitu dengan dilakukan pengundian secara acak, dan diperoleh hasil kelas VA sebagai kelas eksperimen dan kelas VB sebagai kelas kontrol.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengukuran dengan alat pengumpul data berupa

tes tertulis berbentuk uraian berjumlah 5 soal tentang materi luas trapesium dan layang-layang.

Sebelum digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian dilakukan proses validasi instrumen dan uji coba soal. Soal divalidasi oleh satu orang dosen PGSD FKIP Untan dan satu orang guru matematika di kelas V SDN 24 Pontianak Tenggara. Selanjutnya soal tersebut diujicobakan di kelas VI SDN 30 Pontianak Selatan. Dari uji coba tersebut diperoleh data reliabilitas soal sebesar 0,67 dengan kriteria nilai reliabilitas sedang.

Setelah soal dinyatakan valid dan reliabel kemudian penelitian dilanjutkan dengan memberikan perlakuan berbeda yaitu penerapan pendekatan saintifik pada kelas eksperimen dan pendekatan ekspositori pada kelas kontrol. Materi yang diajarkan pada kedua kelas adalah sama yaitu tentang luas trapesium dan layang-layang.

Kemudian penelitian dilanjutkan dengan pemberian tes akhir untuk melihat perbedaan hasil belajar pada kedua kelas. Hasil tes akhir tersebut dianalisis dengan tahapan sebagai berikut: pemberian skor sesuai pedoman penskoran, uji normalitas menggunakan rumus chi kuadrat, uji homogenitas dengan uji F, kemudian dilanjutkan dengan uji beda menggunakan uji-t. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan eksperimen. Kemudian dilakukan penghitungan besarnya pengaruh dengan rumus

effect size.

(7)

tahap akhir. Tahapan tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap persiapan antara lain: (1) Melaksanakan tes awal; (2) Menganalisis hasil tes awal. (3)Menentukan kelas eksperimen dan kontrol; (4) Menyiapkan instrumen penelitian yaitu Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan soal tes

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain: (1) Menentukan jadwal penelitian disesuaikan dengan jadwal belajar matematika di sekolah tempat penelitian; (2) Melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik di kelas eksperimen dan dengan pendekatan ekspositori di kelas kontrol; dan (3) Memberikan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi perlakuan. Tahap Akhir

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap akhir adalah: (1) Menganalisis hasil tes akhir (melakukan penskoran, uji normalitas, uji homogenitas, uji-t, dan menghitung besarnya pengaruh dengan rumus effect size); (2) Menarik kesimpulan penelitian; dan (3) Menyusun laporan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENELITIAN Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi pengaruh penerapan pendekatan pendekatan

saintifik pada pembelajaran matematika khususnya pada materi menghitung luas trapesium dan layang-layang di kelas V Sekolah Dasar Negeri 24 Pontianak Tenggara. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 41 orang dengan rincian 20 orang di kelas VA sebagai kelas eksperimen dan 21 orang di kelas VB sebagai kelas kontrol.

Hasil tes awal kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1

Hasil Tes Awal Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Ket Kontrol Eksperimen

75,5 76,5 rata-rata tes awal kelas kontrol adalah 75,5 dengan standar deviasi sebesar 15,81 dan rata-rata nilai tes awal kelas eksperimen adalah 76,5 dengan standar deviasi sebesar 16,98. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata tes awal kedua kelas tidak jauh berbeda hanya mempunyai selisih sebesar 1,00 poin.

Untuk membuktikan lebih lanjut bahwa kemampuan kedua kelas tidak berbeda secara signifikan, perhitungan dilanjutkan dengan uji normalitas menggunakan rumus chi kuadrat dan diperoleh hitung sebesar 7,637 pada kelas kontrol dan

hitung sebesar 5,050 pada kelas eksperimen. Diketahui bahwa tabel (α = 5% dan dk = 3) sebesar 7,815. Jadi dapat disimpulkan bahwa data kedua kelas berdistribusi normal.

(8)

uji-F. Diperoleh hasil sebesar 1,15 dan ( sebesar 2,135. Karena (1,15) < (2,135), maka data tes awal kedua kelompok dinyatakan homogen.

Selanjutnya dilakukan uji-t untuk mengetahui apakah hasil tes awal kedua kelas tidak berbeda secara signifikan dan diperoleh hasil t hitung (0,291)< ttabel(2,023) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelas. Dengan demikian, peserta didik pada kedua kelas dapat dinyatakan mempunyai kemampuan relatif sama.

Setelah diketahui bahwa kemampuan peserta didik pada kedua kelas bersifat homogen dan tidak berbeda secara signifikan. Penelitian dilanjutkan dengan memberikan perlakuan yang berbeda pada kedua kelas. Kelas VA sebagai kelas eksperimen diajar dengan menggunakan pendekatan saintifik, sedangkan kelas VB sebagai kelas kontrol diajar dengan menggunakan pendekatan ekspositori.

Kemudian dilaksanakan tes akhir untuk mengetahui apakah perlakuan berupa penerapan pendekatan saintifik berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Adapun hasil tes akhir kelas kontrol dan kelas eksperimen tercantum dalam tabel 2 berikut:

Tabel 2

Hasil Tes Akhir Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Ket Kontrol Eksperimen

64,05 76,15 rata-rata tes akhir kelas kontrol adalah 64,05 dengan standar deviasi sebesar 22,32 dan rata-rata nilai tes akhir kelas eksperimen adalah 76,15 dengan standar deviasi sebesar 20,44. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata tes akhir kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan selisih sebesar 12,1 poin.

Dari hasil uji normalitas skor akhir kedua kelas berdistribusi normal, sehingga dilanjutkan dengan menentukan homogenitas tes akhir.

Dari uji homogenitas data tes akhir diperoleh sebesar 1,19 dan ( sebesar 2,15. Karena (1,19) < (2,15), maka data tes akhir kedua kelompok dinyatakan homogen (tidak berbeda secara signifikan). Karena data tes akhir tersebut homogen maka dilanjutkan dengan uji hipotesis (uji-t).

(9)

dengan menggunakan pendekatan saintifik pada kelas eksperimen.

Pembahasan Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari tanggal 6 sampai 16 September 2016 pada kelas V Sekolah Dasar Negeri 24 Pontianak Tenggara. Adapun kelas VA sebagai kelas eksperimen diajar dengan menggunakan pendekatan saintifik, sedangkan kelas VB sebagai kelas kontrol diajar menggunakan pendekatan ekspositori.

Proses pembelajaran pada tiap kelas dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung selama 3 x 35 menit. Pada pertemuan pertama materi yang diajarkan adalah tentang luas trapesium, pada pertemuan kedua materi yang diajarkan adalah tentang luas layang-layang dan pada pertemuan ketiga materinya adalah menghitung tinggi trapesium dan panjang diagonal layang-layang jika luasnya diketahui.

Pada penerapan pendekatan saintifik di kelas eksperimen terdiri dari 5 langkah yaitu: (1) mengamati; (2) menanya; (3) mengumpulkan informasi/mencoba; (4) mengasosiasi /menalar; dan (5) mengkomunikasi-kan. Sedangkan pada kelas kontrol diterapkan pedekatan ekspositori dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) persiapan; (2) pertautan; (3) penyajian/penjelasan; dan (4) evaluasi.

Hasil belajar peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol pada materi luas trapesium dan layang-layang dihitung berdasarkan hasil tes awal dan tes akhir. Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil

tes awal dan tes akhir kelas kontrol dan eksperimen tercantum dalam grafik 1 berikut:

Grafik 1

Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Kontrol dan Eksperimen

Berdasarkan grafik 1 di atas, diketahui bahwa nilai rata-rata tes awal kedua kelas tidak jauh berbeda. Kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata sebesar 75,5 sedangkan kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata sebesar 76,5. Berdasarkan analisis data dapat dikatakan bahwa kemampuan kedua kelas relatif sama. Namun, pada tes akhir, kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata lebih besar dari kelas kontrol. Kelas kontrol hanya memperoleh nilai rata-rata sebesar 64,05 sedangkan kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata sebesar 76,15.

(10)

persentase ketuntasan nilai peserta didik dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

Tabel 3

Jumlah dan Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik

Berdasarkan Nilai KKM

Kelas Ketuntasan

Jumlah Presentase

Kontrol 12 57,14%

Eksperimen 15 75 %

Dari tabel 3 di atas, diketahui bahwa presentase ketuntasan kelas eksperimen lebih tinggi dari presentase ketuntasan kelas kontrol. Pada kelas kontrol terdapat 12 peserta didik yang tuntas dari jumlah keseluruhan peserta didik sejumlah 21 orang sehingga presentase ketuntasannya hanya sebesar 57,14%. Sedangkan pada kelas eksperimen terdapat 15 orang yang memperoleh nilai tuntas dari keseluruhan jumlah peserta didik sebanyaak 20 orang sehingga memperoleh nilai ketuntasan sebesar 75%.

Kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata serta persentase ketuntasan berdasarkan nilai KKM yang lebih tinggi dikarenakan pada kelas tersebut diterapkan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik terdiri dari lima tahapan yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Melalui lima tahapan ini, proses pembelajaran akan terlaksana secara aktif dan menyenangkan.

Sebelum pelaksanaan pem-belajaran dilaksanakan, mula-mula peserta didik dibagi menjadi kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang peserta didik. Kemudian masing-masing kelompok dibagikan kertas origami berbentu

bangun datar trapesium dan layang-layang serta kertas asturo untuk menempelkan bangun trapesium dan layang-layang tersebut.

Pada tahap pertama yaitu mengamati, peserta didik ditugaskan mengamati bagian-bagian bangun datar trapesium dan layang-layang yang terbuat dari kertas origami. Peserta didik juga ditugaskan mengamati peragaan tentang cara menemukan rumus luas trapesium dan layang-layang.

Tahap kedua yaitu menanya, pada tahp ini peserta didik dibimbing untuk merumuskan pertanyaan yaitu “Bagaimana menghitung luas trapesium dan layang-layang?” dan “Bagian mana yang harus diukur untuk menghitung luasnya?”.

Tahap ketiga dalam pendekatan saintifik yaitu mencoba. Menurut Ridwan Abdulah Sani (2014:51) menyatakan bahwa,”Metode ilmiah pada umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Oleh sebab itu, kegiatan percobaan dapat diganti dengan kegiatan memperoleh informasi”. Dalam tahap ini peserta didik ditugaskan untuk mengukur panjang sisi sejajar dan tinggi trapesium serta panjang diagonal layang-layang untuk menghitung luasnya.

(11)

Lalu peserta didik ditugaskan untuk menuliskan perhitungan yang mereka lakukan pada selembar kertas asturo, serta menempelkan bangun trapesium dan layang-layang yang dihitung luasnya.

Tahap kelima dalam pendekatan saintifik yaitu mengkomunikasikan. Menurut Ridwan Abdullah Sani menyatakan bahwa,”Kemampuan untuk mem-bangun jaringan dan berkomunikasi perlu dimiliki oleh siswa karena kompetensi tersebut sama pentingnya dengan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman”. Pada tahap ini, peserta didik ditugaskan untuk mem-presentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas.

Gambar 1

Peserta didik mempresentasikan hasil pekerjaannya

Pada kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata yang lebih rendah serta ketuntasan berdasarkan KKM yang lebih rendah karena kelas kontrol hanya diajar dengan pendekatan eksspositori. Pada proses pembelajaran, mula-mula guru menjelaskan tentang bagian-bagian trapesium dan layang-layang. Kemudian, guru menjelaskan tentang rumus menghitung luas trapesium dan layang-layang. Setelah itu, guru

memberikan contoh soal tentang menghitung luas trapesium dan layang-layang. Lalu, peserta didik ditugaskan untuk mengerjakan contoh soal yang dikerjakan dengan bimbingan guru. Setelah itu, peserta didik ditugaskan untuk mengerjakan soal evaluasi tentang menghitung luas trapesium dan layang-layang.

Proses pembelajaran di kelas kontrol cenderung bersifat monoton dan kurang menarik perhatian peserta didik. Karena peserta didik hanya berlatih untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.

Pembelajaran juga dilakukan secara individual dan proses penyampaian informasi didominasi oleh guru sehingga pembelajaran cenderung berpusat pada guru (teacher centered).

Guru juga hanya mencatatkan rumus luas trapesium dan layang-layang untuk dihapalkan oleh peserta didik. Tanpa mereka mengetahui proses untuk menemukan rumus tersebut.

Berbeda dengan kelas kontrol, pembelajaran di kelas eksperimen berlangsung secara aktif dan menyenangkan. Pembelajaran dilakukan secara berkelompok. Dengan pembelajaran berkelompok, peserta didik belajar untuk bekerja sama serta berkomunikasi dengan teman satu kelompoknya. Selain itu, mereka juga belajar untuk berkompetisi dengan kelompok lain untuk menjadi kelompok yang terbaik. Peserta didik juga belajar untuk menghargai pendapat orang lain.

(12)

suatu permasalahan. Dalam hal ini mereka ditugaskan untuk mengukur bagian-bagian trapesium dan layang-layang yang perlu diukur untuk menghitung luas bangun tersebut.

Peserta didik juga mempelajari bagaimana cara menemukan rumus luas trapesium dan layang-layang. Mereka tidak hanya menghapalkan rumus yang sudah ada, tetapi juga mengetahui proses untuk memperoleh rumus tersebut.

Selain itu, dalam penerapan pendekatan saintifik di kelas eksperimen, khususnya pada tahap kedua yaitu menanya peserta didik dibimbing untuk merumuskan pertanyaan yang berkaitan dengan materi. Menurut Ridwan Abdullah Sani (2014:57) menyatakan bahwa,”Peserta didik perlu dilatih untuk merumuskan pertanyaan terkait dengan topik yang akan dipelajari. Aktivitas belajar ini sangat penting untuk meningkatkan keingintahuan (curiousity) dalam diri peserta didik”.

Perbedaan perlakuan antara kelas kontrol dan eksperimen ternyata memberikan pengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Berdasarkan penghitungan besarnya pengaruh dengan menggunakan rumus effect size diperoleh data tingkat pengaruh sebesar 0,53. Hal ini membuktikan bahwa penerapan pendekatan saintifik memberikan pengaruh terhadap hasil belajar matematika pada materi luas trapesium dan layang-layang dengan kategori sedang.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas V Sekolah Dasar Negeri 24 Pontianak Tenggara dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

peserta didik pada materi luas trapesium dan layang-layang yang diajarkan menggunakan pendekatan saintifik memperoleh nilai rata-rata tes akhir sebesar 76,15 sedangkan hasil belajar peserta didik yang diajar menggunakan pendekatan ekspositori memperoleh nilai rata-rata tes akhir sebesar 64,05. Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t diperoleh hasil ( 2,476) > (1,685) hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang diajar menggunakan pendekatan saintifik (Kelas VB) dengan peserta didik yang diajar menggunakan pendekatan ekspositori (Kelas VA), dengan demikian maka Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan pendekatan saintifik terhadap hasil belajar peserta didik pada materi luas trapesium dan layang-layang di kelas V Sekolah Dasar Negeri 24 Pontianak Tenggara. Besar pengaruh yang diberikan berdasarkan perhitungan dengan rumus effect size adalah sebesar 0,53 dengan kategori sedang.

Saran

Dalam melaksanakan pem-belajaran matematika khususnya pada materi luas trapesium dan layang-layang, direkomendasikan untuk meng-gunakan pendekatan saintifik. Dan dalam penerapan pendekatan saintifik tersebut, guru juga perlu membaca referensi lain yang terkait dengan pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

DAFTAR RUJUKAN

(13)

BSNP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Gatot Muhsetyo. 2008. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Khayati Amalin. 2015. Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Media Benda Konkret dalam Peningkatan Pembelajaran Matematika tentang Bangun Ruang pada Siswa Kelas V SDN Kalijambe Tahun Ajaran 2014/2015 Kalam Cendekia PGSD Kebumen Vol 3, No 2.1.

L. R. Gay,dkk. 2012. Educational Research - Competencies for Analysis and Applications Tenth Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Nyimas Aisyah W,dkk. 2008. Pengembangan

Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas.

Ridwan Abdullah Sani. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Gambar

Gambar 1 menyenangkan.

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi sistem informasi dapat diakses pengguna dimana saja dengan dukungan koneksi jaringan ke aplikasi sistem informasi yang lancar dan tidak terputus menjadi salah satu

(2) Tarif jasa layanan di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam kontrak kerja sama

Sunân at-Tirmidziy (jilid 6) (Kâhirah: Dâr al-Gurub al-Islamiyyah.. Apalagi pada kenyaataanya memang ada sebagian kaum muslimin yang telah mendukung teori evolusi, bahkan

Setelah diterapkan model pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR) pada siklus I ketuntasan klasikal belajar siswa meningkat dengan ketuntasan klasikal 44,73%

Dalam memberikan pelayanan, pustakwaan wajib mempromosikan produk layananya kepada masyarakat. Mempromosikan produk layanan bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain

K SKOR &gt; 77 ( A / A-) (B- / B / B+ ) SKOR &gt; 65 SKOR &gt; 60 (C / C+ ) SKOR &gt; 45 ( D ) SKOR &lt; 45 ( E ) BOBOT (UTS) Patologi sistem endokrin , Jenis penyakit sistem

List of goods and all related services

Ayat 1 merumuskan pengertian lintas alur kepulauan dalam alur-alur khusus ditetapkan sebagai pelaksanaan hak pelayaran dan penerbangan sesuai dengan ketentuan-ketentuan