• Tidak ada hasil yang ditemukan

SPESIES AMPHIBIA YANG DITEMUKAN DI KEBUN GAMBIR MASYARAKAT KENAGARIAN SIGUNTUR MUDA KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SPESIES AMPHIBIA YANG DITEMUKAN DI KEBUN GAMBIR MASYARAKAT KENAGARIAN SIGUNTUR MUDA KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

SPESIES AMPHIBIA YANG DITEMUKAN DI KEBUN GAMBIR MASYARAKAT KENAGARIAN SIGUNTUR MUDA KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN

PESISIR SELATAN

THE SPECIES OF AMPHIBIA THAT WAS FOUND IN SOCIETY GAMBIR GARDEN OF KENAGARIAN SIGUNTUR MUDA SUBDISTRICT KOTO XI TARUSAN PESISIR

SELATAN REGENCY

Riski Patrianti, Nurhadi dan Meliya Wati

Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat E-Mail : pqyqy@yahoo.com

ABSTRACK

The organizing of forest gave prosperity for society and negative thereatening for ecology aspect. That are descent of natural forest wide, damaged of habitat and using pesticide for gambir garden can effect the change of wild animal composition. This caused threatening of wild animal exticnt. One of them is Amphibia. Related with that have down research about the species of amphibian that found and society gambir garden of kenagarian Siguntur Muda subdistrict Koto XI Tarusan pesisir selatan regency by goal to know the spesies of Amphibia. The research was hoped can become information and judgement in transferring of forest area. The colecting of data was done by Visual Econter Survey (VES) that are continually monitoring and direct survey to the spesies of Amphibia that was got in location by using lenght 500 meter and width 10 meter in four diferent transect location. the result obtained in research Amphibia in Gambier village kenagarian Siguntur Muda subdistrict Koto XI Tarusan regency Pesisir Selatan consist of one ordo Anura, four Families Bufonidae, Ranidae, Dicroglosidae, and Rhacoporidae. Twelve species of Duttaprynus melanoctictus, Phyronoidis asper, Ansonia spinulifer, Rana chalconata, Rana hosii, Rana nicobariensis, Fejervarya cancrivora, Fejerfarya limnocraris, Limnonectes blythii, Limnonectes malesianus, Polypedates leucomystax, and Polypedates sp.

Key Word: Amphibia, Species and Gambier

PENDAHULUAN

Amphibia di Indonesia adalah salah satu biota yang kurang mendapatkan perhatian dalam penelitian. Tidak banyak orang menyadari keberadaan Amphibia di alam. Selain berperan penting dalam penyeimbangan ekosistem, Amphibia juga dapat berfungsi sebagai indikator keseimbangan lingkungan (Rahman, 2009).

Amphibia merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang memiliki peranan yang sangat penting, baik secara ekologis maupun ekonomis. Penelitian mengenai Amphibia di Indonesia masih sangat terbatas. Pulau Sumatera sebagai salah satu pulau besar, belum

banyak dilakukan penelitian mengenai Amphibia (Darmawan, 2008).

Keberadaan Amphibia di suatu habitat sangat dipengaruhi oleh tipe habitat tersebut. Fejervarya limnocharis umumnya ditemukan pada daerah persawahan, Rana erythraea umumnya hidup di perairan tergenang seperti rawa, danau, dan telaga (Iskandar, 1998). Pada beberapa jenis hanya ditemukan di hutan primer, dan beberapa spesies lainnya ditemukan di hutan sekunder dan hutan yang telah terdegradasi. Keberadaan beberapa jenis katak dapat membantu para peneliti untuk memahami bagaimana aktivitas manusia dapat merubah habitat (Putra, 2012).

(2)

Banyak factor yang dapat menjadi penyebab menurunnya populasi jenis amfibi di alam. Ancaman utama (90%) terhadap populasi amfibi dunia adalah kerusakan habitat. Beberapa jenis amfibi sensitif terhadap fragmentasi hutan karena mempunyai kemampuan penyebaran yang terbatas. Oleh karena itu perubahan habitat hutan seperti adanya pembalakan liar atau aktifitas lainnya dapat mengurangi kemampuan satu jenis untuk bertahan hidup (Rahman, 2009).

Hasil penelitian (Arianti, 2012) melaporkan 6 spesies dari 111 individu, Eujenius (2012) mendapatkan 7 spesies dari 67 individu, 8 spesies dari 4 famili.

Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan populasi Amphibia adalah hilangnya habitat dan lahan basah. Pesatnya laju pertumbuhan penduduk dan perkembangan sektor lahan perkebunan akan mengakibatkan alih fungsi hutan ke lahan perkebunan baik perkebunan atau kebun masyarakat yang akan mengakibatkan kurangnya lahan basah seperti yang terjadi di Kenagarian Siguntur Muda Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Akibatnya terjadi penurunan populasi Amphibia dan satwa lainnya.

Amphibia adalah komponen penting didalam survey ekologi karena memiliki kesensitifan terhadap perubahan lingkungan yang bisa dijadikan indikator yang baik dalam menilai kualitas habitat. Keberadaan beberapa spesies katak dapat membantu ilmuan untuk mengetahui bagaimana aktifitas manusia dan polusi telah merubah habitat mereka (Mistar, 2003). Berdasarkan hal itu, dilakukan penelitian ini dengan tujuan mengetahui spesies Amphibia yang terdapat di kebun gambir masyarakat Kenagarian Siguntur Muda Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir selatan. BAHAN DAN METODE

Penelitian ini di lakukan pada bulan Desember sampai januari 2015 di Kenagarian Siguntur Muda Kecamatan Koto

XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah, senter, pisau, parang, karung, sarung tangan, botol koleksi, kamera digital, batrai, label, kantong plastik, kertas, suntik dan seperangkat alat tulis. Bahan yang digunakan adalah alkohol 70% untuk pengawetan dan kloroform untuk pembiusan. Untuk pengukuran faktor lingkungan menggunakan termohygrometer ( penngukuran suhu udara dan kelembaban).

Penelitian ini adalah penelitian survey langsung terhadap spesies Amphibia yang terdapat dilokasi, dengan pengambilan sampel menggunakan metode Visual Ecounter Survey (VES) yakni pengamatan berjalan sepanjang jalur yang sudah ditentukan, dalam penelitian ini pengambilan sampel terdiri dari empat jalur/transek. Pengampilan sampel Amphibia dilakukan dengan cara berjalan disepanjang jalur/transek yang sudah ditentukan. Jalur pengamatan/transek dibuat pada setiap lokasi: 1 jalur pengamatan pertama pada kebun gambir dekat pemukiman penduduk sepanjang 500 meter dan lebar 10 meter, jalur 2 pada tepian hutan, jalur 3 pada sungai disekitar kebun gambir, jalur 4 pada kebun gambir seberang sungai.

Identifikasi dilakukan di Museum Zoologi STKIP PGRI Padang. Pengidentifikasian meliputi pembuatan deskripsi dan pengukuran morfologi. Identifikasi dilakukan dengan acuan Iskandar (1998) dan Mistar (2008). Cara pengukuran morfologi dilakukan dengan menggunakan jangka sorong.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan dilanjutkan identifikasi di Laboratorium Zoologi STKIP PGRI Padang, maka di peroleh hasil yang terdiri dari satu ordo, empat famili dan 12 spesies dengan total 92 individu seperti tabel di bawah ini:

(3)

Tabel 1. Spesies Amphibia yang ditemukan di Kebun Gambir Masyarakat Kenagarian Siguntur Muda Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan.

Famili Spesies Nama Indonesia Jumlah

Individu Lokasi Bufonidae 1. Duttaprynus melanoctictus 2. Phrynoidis asper 3. Ansonia spinulifer 1. Kodok puru 2. kodok buduk 3. kodok buduk 11 7 4 1,2, 3,4 1, 2,3 1, 2 Ranidae 4. Rana chalconata

5. Rana hosii 6. Rana nicobariensis 4.kongkang kolam 5.kongkang racun 6.kongkang jangkrik 24 6 6 1,2, 4 2, 4 2, 3, 4 Dicroglossidae 7. Fejervarya cancrivora

8. Fejervarya limnocharis 9. Limnonectes blythii 10. Limnonectes malesianus 7.katak sawah 8.katak tegalan 9.bangkong batu 10.bangkong batu 18 6 3 1 1 1, 3 2 2, 4

Rhacophoridae 11.Polypedates leucomystax 12.Polypedates sp. 11.katak pohon 12.katak pohon 5 1 4 4 TOTAL 92

Famili Bufonidae yang didapatkan ialah Duttaprynus melanoctictus, Phrynoidis asper, dan Ansonia spinulifer. Famili Bufonidae menempati habitat yang beragam, dari pemukiman penduduk, rawa, hutan skunder, hutan primer, dari permukaan laut sampai hutan pegunungan ( Iskandar, 1998). Famili bufonidae merupakan jenis katak yang berkulit kasar, tubuhnya tertutup oleh bintil-bintil dan berukuran besar, umumnya ditemui dekat pemukiman penduduk, dibawah rumpun gambir, semak-semak kecil sekitar pemukiman, dan pada tepian sungai, memiliki mulut yang lebar, tungkai belakang lebih panjang dari pada tungkai depan.

Panjang badan Duttaprynus melanoctictus betina 72, 20 mm (satu individu), tubuh pendek, kodok ini memiliki ukuran sedang, dengan kepala yang relatif kecil dan kaki belakang pendek, pada batas kelopak mata berwarna hitam panjang, moncong lebih pendek dibandingkan kelopak mata atas, hidung lebih dekat keujung moncong dibandingkan ke mata, kelenjar paratiroid berbentuk oval memanjang dan agak melengkung, bagian atas tubuh dengan kutil-kutil berbagai ukuran yang kadang-kadang nampak jelas dan sering meruncing, permukaan atas kepala hampir halus, bagian bawah tubuh berbintik, ujung jari tungkai atas dan bawah

tumpul, jari-jari tungkai bawah sekitar setengah bagian berselaput, warna punggung coklat kekuningan, ujung dari kutil dan gerigi pada bagian kepala berwarna hitam, bagian bawah kekuningan.

Spesies yang ditemukan adalah Bufo asfer dengan deskripsi panjang badan 50, 30 mm kisaran 58, 50- 65, 30. Jenis ini sering disebut kodok puru besar. kodok dengan tubuh besar, kulit coklat tua kusam, keabu-abuan atau kehitam-hitaman, sangat kasar atau berbenjol, diliputi oleh bintil-bintil berduri atau bertonjol, jantan biasanya memiliki kulit dagu yang kehitam-hitaman, alur supra orbital berhubungan dengan kelenjar paratoid oleh alur supratimpanik. Kelenjar paratoid berbentuk lonjong, tangan dan kaki dapat berputar (Mistar, 2003).

Ansonia spinulifer adalah Kodok berukuran 36,45 mm jantan dan betina 58, 55 mm, tubuh hampir seluruhnya penuh dengan bintil-bintil berduri yang berujung kemerahan. Jari-jari seluruhnya berujung bulat, jari kaki belakang tidak berselaput. Bagian atas kepala dan tubuh berwarna hitam dengan noktah berwarna oranye berbentuk oval atau berlian dibagian tengah antar bahu. Sering dijumpai bersuara pada semak dan herba disepanjang sungai kecil berarus kecil dan jernih dan berbatu di hutan

(4)

primer pada ketinggian dibawah 700 m diatas permukaan laut ( Mistar, 2008) .

Famili Ranidae merupakan katak yang dikenal sebagai katak sejati, katak dengan variasi dan penyebaran yang sangat luas di Indonesia. Kelompok kata dari suku ini dicirikan dengan ukuran tubuh yang kecil sampai sangat besar. Memiliki kulit licin dan hidup diberbagai macam habitat, mulai dari lantai hutan sampai pinggiran sungai di daerah pemukiman manusia, selain itu juga memiliki keanekaragaman bentuk dan warna tubuh. Jenis dari famili Ranidae yang ditemukan pada penelitian ini adalah Rana chalconata, Rana hosii, Rana nicobariensis. Spesies Rana chalconata dengan deskripsi panjang badan 42, 20 mm (individu) katak bertubuh ramping, kepala lebih mengarah pada panjang dan lebar badan, moncong tajam, tympanium jelas, kaki panjang dan ramping, ujung jari melebar menjadi piringan dengan bagian ujung agak meruncing, piringan di tangan lebih besar dari pada kaki, kaki belakang ditutupi selaput renang yang mencapai dasar piringan pada jari kecuali pada jari ke empat dengan satu ruas jari bebas dari selaput renang, kulit pada punggung licin dengan bintil-bintil halus, terdapat pola garis putih dan menebal dari ujung bibir sampai ujung pangkal lengan, warna dorsal hijau agak tua, ukuran tubuh jantan lebih kecil dari hewan betina dengan bintil-bintil hitam pada punggung, serta selaput renang berwarna merah, bagian perut licin berwarna putih kecoklatan.

Rana hosii memiliki bentuk tubuh ramping, berukuran sedang hingga besar. ukuran jantan dewasa berkisar antara 45-65 mm dan betina dewasa 85-100 mm. Umumnya berwarna hijau, kaki belakang panjang dan ramping, jari-jari tangan terdapat piringan datar yang jelas, jari kaki berselaput hingga ke bagian dasar. Tekstur kulit berbintil yang menonjol, permukaan bawah licin dan memiliki kelenjar racun yang berbau.

Famili Dicroglossidae merupakan katak yang memiliki otot besar pada kakinya. Ukuran tubuh sedang hingga sangat besar dan tidak dilengkapi dengan lipatan dorsolateral. Jari-jari kaki depan umunya tidak berselaput, sedangkan selaput kaki

belakang umumnya separuh atau melebar sampai ujung jari.

Fejervarya cancrivora merupakan katak berukuran besar dengan lipatan-lipatan atau bintil-bintil memanjang paralel dengan sumbu tubuh. Ukuran tubuh berkisar antara 54, 10 mm pada jantan dan 70, 70 mm pada betina. Dicirikan oleh kulit tertutup oleh bintil-bintil memanjang, tidak terdapat sepasang lipatan di daerah dagu pada spesimen jantan, tidak terdapat pertumbuhan geligi. Umumnya dijumpai pada habitat yang sudah terganggu . Mata lebih besar dari tympanium panjang kaki belakang 2 kali panjang kaki depan.

Fejervarya limnocraris merupakan katak berukuran panjang antara 32-58 mm. Katak berukuran tubuh kecil sampai sedang, kepala runcing, pendek, timpanum terlihat jelas, tekstur kulit berkerut, tertutup oleh bintil-bintil tipis yang memanjang, paralel dengan sumbu tubuh, mempunyai sepasang bintil metatarsal, jari-jari tungkai atas dan bawah meruncing tumpul, jari kaki setengah berselaput tepat sampai ruas terakhir, berwarna coklat lumpur dengan bercak-bercak berwarna gelap.

Lymnonectes blythii memiliki Panjang badan jantan 97, 34 mm. Panjang badan betina kisaran 100, 49-119, 03 mm. Katak berukuran besar, kaki belakang panjang dan kuat, moncong menyudut tajam, bibir tidak terlalu tebal, memiliki dua gigi taring pada rahang bawah, timpanum jelas berbentuk bulat, dengan ukuran sekitar 1/3 pada jantan dan ½ diameter mata pada betina, lipatan supra timpanum tebal, kaki padat berotot, kaki belakang berselaput renang penuh sampai piringan sendi, tekstur kulit halus di seluruh permukaan tubuh, warna merah kecoklatan, biasanya terdapat garis berwarna coklat gelap dari lubang hidung sampai mata, warna pada dorsal coklat dengan beberapa corak hitam, pada ventral putih ke kreman dan pada tenggorokan berwarna sama dengan ventral dengan bercak coklat.

Lymnonectes malesianus merupakan Katak berukuran panjang antara 70-150 mm, kaki besar dan mantap, kaki belakang berselaput renang sampai jari ketiga dan ke empat, bergelombang pada bagian ujungnya. Tekstur kulit halus, beberapa bintil-bintil tumpul pada bagian belakang dan sisi.

(5)

Warna biasanya kemerahan, terdapat garis coklat gelap menutupi separuh dari timpanum, kadang-kadang terdapat bintil-bintil di atas mata, tenggorokan dan kepala berbintik hitam. Menempati habitat beragam dari hutan rawa, hutan dataran rendah primer maupun skunder (Mistar, 2008) .

Rana nicobariensis merupakan Katak berukuran panjang antara 37-53 mm, katak bertubuh ramping dengan kaki panjang dan ramping, kepala terlihat ramping, tubuh berbentuk oval, jari kaki belakang berselaput separuh bagian. Tekstur, tubuh bagian atas mempunyai lipatan-lipatan kulit yang terputus ke arah belakang. Warna tubuh biasanya coklat keabu-abuan hingga coklat dengan noktah-noktah hitam pada bagian punggung,. Hidup pada habitat yang telah terganggu, bahkan terdapat disekitar pemukiman dimana terdapat air tergenang yang mengalir lambat (Mistar, 2008).

Famili Rhacoporidae Merupakan kelompok katak yang hidup di pohon atau semak (arboreal) tersebar di Asia dan Afrika. Di Indonesia katak ini tersebar luas di seluruh wilayah kecuali Maluku dan Papua. Katak ini umumnya memiliki bentuk tubuh yang menarik. Karakter dari famili ini mempunyai ciri-ciri moncong pendek, mata besar dan melotot, jari-jari serta ujung jari besar, Jari-jarinya berselaput renang (Iskandar, 1998) .

Polypedates leucomystax Merupakan katak pohon berukuran sedang, katak pohon berukuran panjang antara 37-75 mm. Ukuran jantan dewasa 50 mm betina dewasa 80 mm. Berwarna coklat keabu-abuan. Terdapat variasi warna antara lain coklat gelap atau coklat kekuningan dengan empat atau enam garis membentang dari kepala hingga selangkangan. Warna lain adalah coklat keabuan gelap atau kekuningan dengan bercak yang lebih gelap tersebar di seluruh tubuh. Tekstur kulit seluruhnya halus tanpa adanya bintil-bintil atau lipatan, ujung jari melebar menyerupai piringan, jari tangan setengah berselaput, dan jari kaki hampir separuhnya berselaput.

Polypedates sp. Marga ini sering dianggap sinonim dengan Rhacophorus, tetapi mempunyai bentuk berudu yang sangat lain (tidak hitam, tubuh oval, dengan ekor pendek dan lebar). Dewasanya biasanya berwarna gelap. Termasuk katak pohon yang

kira-kira bertubuh ramping berwarna gelap, kecuali satu jenis. Marga ini terdiri dari 13 jenis, dan hanya empat jenis yang ada di Indonesia.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: Amphibia yang ditemukan di Kebun Gambir Masyarakat Kenagarian Siguntur Muda Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan sebanyak 12 spesies dari 92 individu yang terdiri dari satu ordo yaitu Anura dengan empat famili yaitu Bufonidae (3 spesies), Ranidae (3 spesies), Dicroglosidae (4 spesies) Rhacophoridae (2 spesies): Bufo melanoctictus, Bufo asfer, Ansonia spinulifer, Rana chalconata, Rana hosii, Fejerfarya cancrivora, Fejervarya limnocraris, Limnonectes blythii, Limnonectes malesianus, Rana nicobariensis, Polypedates leucomystax, dan Polypedates sp.

Faktor fisika (suhu dan kelembaban) yang terukur di kebun gambir dekat pemukiman penduduk dengan suhu 29-30 o C dan kelembaban 83 %, sungai sekitar kebun gambir dengan suhu berkisar 28-29 oC dan kelembaban 91 %, serta , suhu dekat hutan berkisar 26-29 oC dengan kelembaban 95%.

DAFTAR PUSTAKA

Arianti, Resi. 2012. Spesies Amphibia yang Ditemukan Dikebun Kelapa Sawit Masyarakat Titisan Tunggang Nagari Lubuk Basung Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi. STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang.

Darmawan, Boby. 2008. Keanekaragaman Amphibia Diberbagai Tipe Habitat. Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.

Eujenius. 2012. Spesies Amphibia yang Ditemukan Di Sungai Batmara Desa Muntei Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai Skripsi Program Studi

(6)

Pendidikan Biologi. STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang.

Iskandar. 1998. Amphibia Jawa dan Bali Seri Panduan Lapangan. Puslitbang Biologi-LIPI. Bogor. Kursini, Mirza. 2009. Pedoman Penelitian

dan Survey Amphibia di Alam. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor. Kursini, Mirza. 2007. Konservasi Amphibia

di Indonesia Masalah Global dan Tantangan. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor

Mistar. 2003. Panduan Lapangan Amphibia Kawasan Ekosistem Leuser. LIPI-NGO Movement, Bandung. Mistar. 2008. Panduan lapangan Amphibia

dan Reptil di Areal Mawas Propinsi Kalimantan Tengah. BOSF. Medan.

Putra, Kharisma. 2012. Komunitas Anura (Amphibia) Pada Tiga Tipe Habitat Perairan Di Kawasan Hutan Harapan Jambi. Skripsi Program Studi Biologi. Universitas Andalas Sumatera Barat, Padang.

Rahman, Nuraini, L. 2009. Penurunan Populasi Amphibia di Dunia:

Penyebab dan Upaya

Pencegahannya. Departemen Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Zug. 1993. Herpetology An Introductory Biologi of Amphibians and Reptiles. Academic Press, INC. Califor

(7)

Gambar

Tabel  1.  Spesies  Amphibia  yang  ditemukan  di  Kebun  Gambir  Masyarakat  Kenagarian  Siguntur  Muda Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan

Referensi

Dokumen terkait

Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum., selaku Kepala Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah meluangkan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gaya kepemimpinan di FKIP berdasarkan gaya pemimpin dalam memberikan perintah, gaya dalam memberikan penghargaan, gaya dalam

Sebagai landasan untuk melangkah lebih lanjut, serta untuk melengkapi data-data yang berkaitan dengan penelitian tentang teknik pengajaran bagi calon tenaga kerja Indonesia

Puji syukur Alhamdulillaahirabbil’aalamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan kasih sayang, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan usulan

Konsep penghasilan yang paling banyak dipakai adalah dengan melakukan pendekatan pengenaan pajak atas penghasilan, yaitu satu tambahan ekonomis yang diterima Wajib

Berdasarkan hasil analisis statistik rata-rata persentase parasitemia (Babesia sp., Theileria sp., dan Anaplasma sp.) antara musang luak jantan dan betina menunjukkan

Berdasarkan rasio perputaran aktiva tetap selama 5 tahun, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva tetap untuk menghasilkan

dan Natal, yayasan memberikan perhatian dengan memberikan sembako kepada guru-guru. 6) Guru-guru difasilitasi sarana belajar yang berupa APE (alat peraga edukatif) dan