• Tidak ada hasil yang ditemukan

Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian GratiPasuruan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian GratiPasuruan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SemtnarNastonalPeternakan dan Veteriner 1997

PERBAIKAN PAKAN PADA SAN PERAH PRODUKSI TINGGI DALAM SISTEM USAHATANI TERNAK RAKYAT, PENGARUHNYA TERHADAP

PRODUKTIVITAS

UumU1veYAsw, MAiuyoNodanLuKMAN AFFANDHY

Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian GratiPasuruan ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh perbaikan tatalaksana pemeliharaan memlalui perbaikan pakan sebagai upaya untuk mengoptimaikan kemampuan produksi sapi perah induk yang berkemampuan produksi tinggi . Dilaksanakan di daerah Grati Pasuruan dengan metode Uji Terap (On Farm Adapted Research) menggunakan 30 ekor sapi perah induk produksi tinggi, yang dikelompokkan menjadi due perlakuan yang berbeda yaitu kelompok tanpa perbaikan (kondisi peternak) sebagai kontrol dan kelompok yang dilakukan perbaikan pakan selama 90 hari pasca beranak. Rancangan percobaan yang digunakan adalah split plot unit dengan pengukuran diulang, parameter yang diamati meliputi : konsumsi pakan, jenis dan komposisi pakan, kuantitas dan kualitas, lama periode anestrus post partus serta efisiensi ekonomis pemelihaaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbaikan pakan dengan cara pemenuhan kebutuhan pakan yang sesuai dengan standar NRC dapat meningkatkan produksi susu, akan tetapi kualitas susu, periode anestrus post partus tidak berubah dan secara ekonomis belum mampu memberikan keuntungan. Kata kunci : Perbaikan pakan, sapi perah produksi tinggi, usahatani ternak rakyat, produktivitas

PENDAHULUAN

Dalam usaha peternakan sapi perah, memperoleh produksi susu yang tinggi dan berkesinambungan merupakan suatu hal yang didambakan oleh setiap peternak.

Dalam hal ini, nampaknya peranan dari induk-induk yang berkemampuan repoduksi tinggi adalah cukup penting, meskipun performans produksi susu mempunyai heritabilitas yang rendah (WARWICK et al., 1983). Sub Balai Penelitian Ternak Grati dengan berdasarkan hasil kegiatan monitoring produksi susu sapi-sapi di daerah Tutur - Nongkojajar dan Grati kabupaten Pasuruan serta Pujon - Malang yang dilakukan sejak tahun 1985 - 1991 telah menetapkan batasan-batasan sapi-sapi induk yang dianggap mempunyai produksi tinggi untuk dikelompokkan menjadi sapi perah bibit, yaitu sapi-sapi yang mempunyai rata-rata produksi susu pada 2 bulan pertarna minimal 18 liter per hari (untuk daerah dataran tinggi) serta 14 liter per hari (untuk daerah dataran rendah). Sapi perah laktasi tedebih yang berproduksi tinggi, memerlukan nutrisi yang cukup memadai baik kuantitas maupun kualitasnya . Efisiensi penggunaan nutrisi untuk produksi susu terutama tergantung pada jumlah produksi susu. Semakin tinggi tingkat produksi susu maka proporsi nutrisi yang digunakan untuk hidup pokok akan semakin rendah. Seeker sapi yang memproduksi susu t 12 kg/hari akan menggunakan sekitar 50 % dari nutrisi yang dikonsumsi untuk produksi sm. Bila produksi susu meningkat sampai t 22 kg/hari, angka tersebut akan meningkat sampai 66

(2)

SeminarNasionalPeternakan don-Veteriner 1997

(CHILLIARD, 1991). Beberapa informasi menyatakan bahwa sapi induk produksi tinggi ini akan memperlihatkan respon yang lebih nyata terhadap-perbaikan tatalaksana pemeliharaan.

Hasil penelitian WHITEMORE et al. (1974) menunjukkan bahwa sapi perah yang secara genetik berkemampuan produksi tinggi cenderung mempunyai sifat reproduksi yang rendah. Periode anestrus postpartusnya lebih panjang dari kelompok produksi yang lebih rendah.

Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas sapi perah induk produksi tinggi melalui perbaikan pakannya.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode "uji terap" (on farm adapted research) terhadap suatu pola pemeliharaan berdasarkan tercukupinya kebutuhan protein terhadap Sapi-sapi induk produksi tinggi.

Materi yang digunakan adalah 30 ekor sapi perah induk produksi tinggi yang dipelihara dalam kondisi usaha tani ternak rakyat di Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan, yang beranak antara bulan Juni sampai dengan Oktober. Sapi-sapi tersebut dikelompokan menjadi 2 kelompok. Perbkuan pemberian pakan yaitu : kelompok tanpa perbaikan pakan (kondisi peternak), sebagai kontrol dan kelompok yang diperlakukan perbaikan pakan. Perbaikan pakan dilakukan segera setelah sapi melahirkan hingga 90 hari pasca beranak yang meliputi pemenuhan kebutuhan pakan sesuai dengan standar NRC untuk produksi susu minimal 14 liter (4 % FCM)/ekor/hari serta mempertahankan imbangan antara bahan kering (BK) pakan asal hijauan dan konsentrat sebesar 30 :70.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah splite unit dengan pengukuran diulang : faktor A adalah perlakuan pemberian pakan dan faktor B adalah periode produksi susu. parameter yang diamati meliputi : konsumsi pakan, jenis dan komposisi pakan, kuantitas dan kualitas susu, tampilan periode anestrus porst partus (PAPP) serta efisiensi ekonomis pemeliharaan.

Kondisi pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap tampilan produksi susu. WARWICK et al. (1983) menyatakan bahwa pengaruh faktor pakan terhadap tampilan produksi susu sebesar 70 %. Hasil pengamatan keragaman pakan sapi perah pada tiga bulan awal laktasi yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 1; sedangkan kondisi nutrisi pakan disajikan dalam Tabel 2.

Data di dalam Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai imbangan antara BK hijauan dengan BK konsentrat pada kelompok Sapi yang memperoleh perbaikan pakan adalah 30% : 70 % sedangkan pada kelompok kontrol adalah 39 % : 61 %. Persentase BK hijauan yang lebih tinggi terdapat pada kelompok kontrol dan sebaliknya persentase BK konsentratnya lebih rendah dibanding kelompok perbaikan.

(3)

~Scrmnar NaswnalPeternakamdan Vetenner:-1997

Tabel 1. Keragaman 3Jakan -sapi perch,produksi :tiaggi yang -inemperoieh perbaikankpdmn tiga bulan-awal laktasi4an-rkclosWktontrol

-l?eybeikan

Sager Btdtm-kaing '-Yroteinkatar ,Sager Babmxern Ptotein~Kaav

a, b, k, t Supenkripyangbttrbeda pada baba yang-metnmgukkan pabadttanaye (P<0,01)

mara BK

kiilaurl :Kamenttat 30 : 70 39 : 61

Data dalam Tabel 2 menunjukkan, bahwa nutrisi pakan pada kedua kelompok perlakuan relatifsama. Perbedaan yang cukup besar hanya terdapat pada kandungan BK hijausn. BK hijauan pada ktlpmpok kontrol lebih tinggi dibandingkan -kelompok yang memperoleh perbaikan pakan; hal ini disebabk4w oleh tingginya penggunaan bahan pakan asai jerami kedelai.

Pembaian

jom

dengan Proporsi-Aammm yang tinggi aftmiap sapi perch pmduksi tinggi pada dga bulan iaktasi, khu a di daemh tropis aierapdcan waft terobosan yang pedu

.v 51 3 Ruenpm84eh .txg, UT) 19,02 Kg/ UT 2;72 "64,15 _. ~ 236.49 6297 I(XW trr) 8:94 -K UT 1,28 % 29:09 1U' 120.58 % 81748 4W) <40 Rumput 5,36 1,01 23,82 77,71 19,08 3,48 1,42 32,27 66,95 117108 "60 WPNW Jaami 0,91 0,28 6,60 28,59 7,02 2,64 0.82 ISM 83;18 21,71 50 Jaw" 0 0 0 0 0 0,32 0,07 1.59 7,99 2;09 60 Katmtg Tattah Derma 0,15 0,12 2,83 15,96 3,92 0,88 0,71 16,14 91,40 23;86 70 Kedele Dtangpnang 0.02 0,01 0,24 1,72 0,42 0,02 0,01 0,23 1,72 ~60 Dam Tahu 0 0 0 0 0 0,30 -009 2,05 11,27 " 204 30 (Jataal 0.62 0,10 2,30 36,82 6,59 ' 0 0 0 0 0 Subtotal 27.06 4.24 100 407.30 100 18,58 4,46 100 863,09 m Komantrat Kanst. 8,23 6,92 70,90 1148,40 80,08 4,87 4,10 50,99 690,20 71,06 755 Kamersil Dedakpadi 0,20 0,18 1,84 13,29 0,93 1,19 1,05 15,11 79,08 8,26 250 Butlglulkopa 0,13 0,11 1,13 22,21 1,55 0,19 0;16 2,30 29,81 3,11 250 Oaggok 8,34 1,95 19,98 73,67 9,14 9,21 1,22 17,55 46,02 4,81 65 Ampa ahu 5,60 0,60 6,15 176,40 12,30 3,88 0,42 6,114 122,14 12,76 55 Sub WW 22,50 9,76 b 100 1433,67 k 100 15,34 6.96& 100 957,251 100

Tabel 2. Nutrisi pakan sapi perah produksi tinggi yang

tiga bulan awal laktasi dan kelompok kontrol memperoleh perbaikan pakan pada

Nutrisi pakan Perbaikan Kontrol

Bahan kering rata-rata (%)

- Hijauan 15,67 23,68 - Konsentrat 43,38 45,31 Protein kasar (% BK) - Hijau 9,61 8,71 - Konsentrat 14,69 13,77 - Ransum 13,15 _ 11,81

(4)

SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1997

dipertimbangkan (Tabel 1) . PRESTON clan LEND (1987); ORSICOV (1993) yang disitasi oleh SOETANTO(1994) menyatakan, bahwa pada kondisi hijauan kurang baik, besarnya proporsi hijauan yang diberikan pada sapi laktasi menyebabkan asam lemak terbang (VFA) utama yang dihasilkan berupa asam asetat; apabila tidak diimbangi dengan pasokan glukosa yang merupakan kendala utama dalam penyediaan ransum di daerah tropis, maka ternak seringkah mengalami cekaman panas yang berlebihan karena terpaksa melakukan oksidasi terhadap serapan asetat dengan hasil panas tubuh yang berlebihan. Kendala penyediaan hijauan dalam jumlah cukup dan kontinyu dengan nilai gizi yang baik jauh lebih sulit dibandingkan dengan pengadaan konsentrat, terutama pada scat-saat sulit hijauan. Jika ditinjau dari masalah ini maka imbangan hijauan dan konsentrat pada kelompok yang tnendapatkan perbaikan ransum akan lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol, yaitu sebesar 30:70.

Hasil pengamatan terhadap konsumsi pakan sapi perah produksi tinggi pada tiga bulan awal laktasi yang diperhitungkan berdasarkan kebutuhan protein sesuai dengan petunjuk NRC, diperoleh hasil seperti tercantum dalam Tabel 3.

a, b, k, I Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,0I )

Data dalam Tabel 3 . menunjukkan, bahwa konsumsi protein maupun konsumsi bahan kering pada kelompok kontrol lebih rendah dibandingkan dengan kelompok perbaikan; hal ini antara lain disebabkan oleh semakin tingginya produksi susu yang dihasilkan. CAMPBELL dan MARSHALL (1975) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kemampuan produksi susu dengan nafsu mengkonsumsi pakan. Setiap penambahan 100 kg susu (4 % FCM); akan meningkatkan konsumsi bahan kering sebesar 26 kg. StrrARDI (1981);OLDHAMdanSMITH(1982) menyatakan bahwa untuk memproduksi setiap kg susu diperlukan konsumsi BK dan protein kasar ransum sebesar 1,44 kg clan 8,5 kg.

Produksi susu

Kuantitas clan kualitas susu, tnempakan salah sate variabel untuk mengetahui pengaruh penerapan perbaikan tatalaksana pakan yang dilakukan. Data tentang kuantitas clan kualitas susu sebagai akibat adanya perbaikan tatalaksana pakan ini disajikan dalam Tabel 4.

514

Tabel 3. Konsumsi pakan sapi perah

pada tiga bulan awal laktasiproduksi tinggi yang memperolehclan kelompok kontrol perbaikan pakan

Uraian Perbaikan Kontrol

Konsumsi balian keying

- kg/ekor/hari 14,00 ± 1,38 11,35 t 3,35

- % berat bahan 3,61 ± 0.39b 3,01 t

0,52-- g/kg BBO0,52--75 160,25 ± 15,806 132,68 t

39,16-Konsumsi protein kasar

- g/ekor/hari 1840,97 ± 157,00b 1340,34 t

305,00-0,75

-g/kg BB 21,07 ± 1,806 15,67 t

3,57-Kebutuhan PK berdasarkan NRC 1647,22 ± 102,65 1652,46 ± 125,08

(5)

Seminar Namonat Peternakan don Petertner 1997

a,b Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata' (P<0,05); " (P<0,001

Data di dalam Tabel 4, bahwa produksi susu riil maupun yang telah dibakukan ke dalam standar 4 % FCM antara dua kelompok perlakuan pakan menunjukkan perbedaan nyata (P<0,01) clan (P < 0,05), sedangkan kiialitas susu (lemak, berat jenis, kasein clan keasaman) tidak berbeda nyata. Kelompok sapi-sapi yang memperoleh perbaikan pakan mampu menghasilkan susu yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol . Optimalisasi produksi susu sapi perah induk produksi tinggi pada tiga bulan awal latasi dalam usahatani ternak produksi rakyat antara lain dapat diterapkan melalui peningkatan konsumsi protein ransum sampai dengan 112 % dari stanclar NRC. Tampilan reproduksi

Salah satu faktor reproduksi yang diamati dalam penelitian ini adalah tampilan periode anestrus post-partus; yaitu selang waktu antara sapi melahirkan sampai dengan tanda-tanda birahi pertama pasta beranak terlihat.

Dari total sampel sebanyak 31 ekor; 17 ekor diantaranya terpantau data reproduksinya, masing-masing 11 ekor pada kelompok yang mendapatkan perbaikan pakan clan 6 ekor pada kelompok kontrol . Sebanyak 14 ekor sapi tidak dapat diperoleh data reproduksinya, antara lain disebabkan kurang terampilnya peternak dalam melaksanakan pengamatan clan rekording terjadinya birahi pertama pasca beranak. Data tentang tampilan periode anestrus post-partus disajikan dalam Tabel 5.

Tabel5. Tampilan anestrus post-partus kelompok sapi induk produksi tinggi yang memperoleh perbaikan pakan clan kontrol (P>0,05)

Uraian Perbaikan Kontrol

Lama periode anestrus post-partus(hari) 80,82 ± 52,80 92,17 f 50,07

Lama periode anestrus post-partus sapi perah induk produksi tinggi balk pada kelompok yang memperoleh perbaikan pakan maupun kontrol tidak berbeda nyata, yaitu masing-masing (hari) 80,82 ± 52,80 vs 92,17 ± 50,07. Hal ini berarti bahwa upaya perbaikan tatalaksana pakan, yang mempunyai tujuan utama untuk peningkatan produksi susu dapat diterapkan clan tidak berdampak negatif terhadap faktor reproduksi yang diukur berdasarkan tampilan periode APP.

Berdasarkan beberapa informasi, bahwa periode anestrus post-partus pada sapi kurang lebih 60 hari(BEARDEN clan FUGUAY, 1980) : lama periode anestrus tersebut dipengaruhi oleh beberapa 515 Tabel 4. Tampilan berat badan,

memperoleh perbaikankuantitas-clan kuaiitas susupakan pada tiga bulan awalsapi perah produksi tinggi yanglaktasi clan kelompok kontrol

Parameter Perbaikan Kontrol

Berat baclan 387,66 t 29,45 376,93 t 30,48

Produksi susu rill (1/hari) ** 14,38 t 2,006 12,95't 2,408

Lemak susu (%) 3,60 t 0,51 3,92 t 0,41

Kasein (%) 1,65 t 0,17 1,63 t 0,16

Keasaman (°SH) 8,45 t 1,55 8,35 ± 1,43

BI 1,025 t 0,001 1,025 t 0,003

(6)

Seminar Nasional Petemakan dan Veteriner1997

faktor antara lain, nutrisi, bahkan ada interaksi antara nutrisi dan reproduksi (WILT LANKet al.,

1962 disitasi oleh WILEY et al., 1991). Beberapa faktor luar seperti rasio jurnlah tenaga keda dengan jurnlah pemeliharaan temak serta musimscat melahirkan tidak berpengaruh-3erhadap lamanya periode .anestrus post-partus (YusRAN.dan MAwYoNo, 1994).

Lama dan variasi PAPP dalam penelitian ini cukup luas apabila dibandingkan deagan hasil penelitian YusRAN..dan MARIYoNo (1994) yang dilakukan di beberapa daerah sentra usaha ternak sapi perah di Jawa Timur yaitu 71 t 31,1 =hari. Adanya variasi ini didup sebagai akibat berbedanya sampel yang digunakan dimana pada penelitian ini pengamatan reproduksi ditekankan pada induk-induk produksi tinggi sedangkan'dalam penelitian terdahulu tanpa memperhatikan faktor produksi susu. basil penelitian MARION et al. (1968) menyatakan bahwa tampilan reproduksi pada sapi-sapi induk produksi unggi akan iebih terhambat dibandingkan sapi-sapi yang mempunyai produksi di bawah ratama.

Lama periode anestrus post-partus sapi-sapi dalam pengamatan ini jauh lebih lama . dibandingkan dengan beberapa hasil penelitian di daerah sub tropis -yangdilaporkan oleh beberapa peneliti seperti tercantum di dalam Tabel 6.

Tabel 6. Pengaruh kondisi nutrisi pada awal laktasi terhadap lama PAPP

Sumber Perlakuan pakan Rata-rata

PAPP (hari) TREACHERet al.(1976) 1 . Kandungan PK sesuai dengan rekomendasi 35

NRC

2. 75 % dari rekomendasi 46

JORDAN dan SwANSoN (1979) 1. PK 13 % (80% dari NRC) 35

2. PK 16 % (sesuai dari NRC) 45

3. PK 19 % (120 % dari-NRC) 27 .

Keterlambatan tampilan PAPP pada sapi-sapi di daerah tropis ini sangat berkaitan dengan kondisi iklim setempat. Tampilan beberapa sifat reproduksi (PAPP, days open dan calving interval) akan cenderung lebih panjang pads daerah panas (KOMARUDIN-MA'SUM et al., 1994).

Efisiensi ekonomis

Tujuan utama dalam usaha peternakan sapi perah adalah untuk memperoleh produksi susu semaksimal mungkin. Sebagai konsekuensinya akan diperlukan biaya produksi khususnya input pakan yang semakin besar pula. Dengan adanya saling ketergantungan antara biaya input dan output ini, maka produksi susu yang tinggi bukanlah merupakan suatu jaminan untuk memperoleh keuntungan ekonorni (nilai tambah) yang tinggi. Data di dalam Tabel 7 menggambarkan tentang kajian ekonomi dalam upaya perbaikan pakan sapi perah induk produksi tinggi pada tip bulan awal laktasi yang diperhitungkan berdasarkan harp pakan dan harp jual susu.

Kandunpn protein suatu bahan pakan, banyak berperan dalam menentukan harp suatu bahan pakan ternak. Semakin tinggi kandungan protein suatu bahan pakan, akan vendemng diikuti, dengan kenaikan harp. Dengan demikian, upaya perbaikan tata 1aksana pakan sapi perch iaktasi yang dilakukan meialw peningkatan ransum akan selalu dukuti dengan peningkitanbtaya pakan.

(7)

Tabel7. Analisis ekonomi pemeliharaan sapi perah produksi tinggi yang memperoleh ,perbaikan pakan pada tiga bulan awal laktasi dan kelompok kontrol

Uraian

a,b, superscrip yang berbeda pads baris yang sama menunjukkan perbedaaan nyata (P< 0,05).

Data di dalam Tabel 7 menunjukkan bahwa biaya pakan pada kelompok yang memperoleh perbaikan pakan setara nyata (P<0,05) lebih tinggi daripada kelompok kontrol . Hasil perhitungan terhadap nilai jual susu maupun keuntungan tidak menunjukkan adanya perbedaan (P>0,05). Diperoleh gambaran bahwa upaya perbaikan pakan pada sapi perah produksi tinggi pada tiga bulan awal laktasi dapat meningkatkan produksi susu dan pendapatan nilai jual susu akan tetapi upaya tersebut tidak memberikan keuntungan dibandingkan perlakuan kontrol (the low of diminishing return). Besar-kecilnya keuntungan yang diperoleh sangat bergantung pada imbangan harga pakan dan nilai jual susu. Kondisi harga pakan pada penelitian ini disajikan di dalam Tabel 1, sedangkan nilai jual susu di dalam Lampiran I . Pada saat harga setiap kg BK pakan sebesar Rp. 425-450 atau Rp. 290(1-33011 per kg PK, harga susu 4 % FCM (Bj=1,025) sebesar 565,43 biaya; pakan yang diperlukan oleh seekor sapi perch untuk induk produksi tinggi pada tiga bulan awal laktasi setara dengan 6,46 1 susu (Break Event Point=BEP biaya pakan=6,46 1 susu).

Meskipun upaya perbaikan pakan yang dilakukan dalam penelitian ini belum mampu memberikan keuntungan yang lebihi tinggi dibandingkan dengan kontrol ; dalam cakupan yang lebih luas upaya perbaikan tersebut masih memberikan keuntungan lain diantaranya

Dapat meningkatkan stok susu setara nasional, karena sampai dengan scat ini produksi susu dalam negeri masih di bahawh angka kebutuhan .

Dengan perbaikan pakan diharapkan : (a) Persistensi produksi susu lebih tinggi dibandingkan ternak-ternak kontrol sehingga rata-rata produksi susu harian selama masa produksi akan lebih tinggi dengan masa produksi yang lebilt panjang, (b) Kondisi tubuh ternak yang diafkir akan lebih baik sehingga nilai jual ternak yang diafkir akan lebih tinggi dibandingkan ternak

kontrol. 2 .

SeminarNasionat Peternakan dan Peteriner 1997

"Diperhitungkan berdasarkan selisih antara biaya pakan dan nilai jual susu .

Perbaikan Kontrol

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa perbaikan sapi perah laktasi prodtilcsi tinggi pada tiga bulan awal laktasi melalui pemenuhan kebutuhan pakan sesuai dengan standar NRC telah mampu meningkatkan kuantitas produksi susu, akan tetapi kualitas susu, periode anestrus post partus tidak berubah dan setara ekonomis belum mampu memberikan keuntungan.

DAFTAR PUSTAKA

BEARDEN, H.J . dan J.W . FUGUAY . 1982 . Applied Anunal Reproduction. Restan Publishing Co., Inc. A. Prentice Hall Co. Restan. Virginia.

CAMPBELL,J.R. danT.R . MARSHALL . 1975. The Science of Providing Milk for Man. Mc Graw-Hill Book Co.

Inc. NewYork .

517 .. . .. .. . .. . ... .. . .. . . .. .. . .. . . (Rp/hari) . . .. ... . .. . .. . .. . .. . .. . ..

Nilai jual susu 7748.93 t 867,51 7080,88 t 1385,87

Biaya pakan 4120,93 ± 436,8_ 3185,00 t 824,86

(8)

SeminarNasional Petemakan dan Yeteriner 1997

CHII.LIARD, Y. 1991 . Physiological constraints to milk production Factors which determine nutrient partioning, lactation, persistency and mobilization of body reserves. In : Feeding dairy cows in the tropics. Eds. Andrew Speedy and Rene Sansoncy. FAO Animal Production and Health. Paper 86, FAO, Rome

JORDAN, E.R. dan L.V. SwANSON. 1979. Effect to crude protein on reproductive efficiency, serum total protein and albumin in the high-producing dairy cow. J. Sci, 65: 58-63.

KomARUDIN-MA'sum, M. ALi YusRAN, MARIYONO, Uum UHnyAsw dan ADm RAS7[D. 1994 . Studi tentang beberapa kinerja sapi perah berkemampuan produksi tinggi di Kabupaten Pasuruan. Proc. Pertemuan Pengolahan dan komunikasi Hasil-hasil Penelitian Sapi Perah. Sub Balitnak Grati.

MARION, G.B. dan H.T. GmR. 1968. Factors effecting bovine ovaries activity after parturation. Ann. Sci. 27 1621-1629.

OLDHAM,J.D. dan T. SmnTH. 1982. Protein energy interrelationships for growing and lactating cattle. Dalam:

E.L. Miller, I.H. Pike dan A.J.H. Van Es (eds). Protein Contribusion of Ruminants: Application to feed Formulation. Butterworth. London.

SOETANTO, H. 1994. Upaya efisiensi penggunaan konsentrat dalam ransurn sapi perah laktasi. Proc. Pertemuan Pengolahan dan Komunikasi Hasil-hasil Penelitian Sapi perah. Sub Balitnak Grati SuTARDi, T. 1981 . Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Dep. Ilmu Makanan Temak. Fak. Peternakan. Ins.

Pertanian Bogor. Bogor.

TREAcHER, R.J., I.M. REro dan C.J. ROBERTS. 1986. Effect of body condition at calving on the helath and performance of dairy cows. J. Anim. Prod. 43: 1-6.

WARWICK, E.J., M. AsTun dan W. HARDIOSOEBROTO. 1983 . Pemuliaan Ternak. Gajah Mada University. Press. Yogyakarta.

WHrrmoRE, III., W.J. TYLER dan L.E. CASIDA. 1974. Effect of early post-partum breading in dairy cattle. J. Anim. Sci.

YusRAN, M.A. dan MAMYONO. 1994. Effect of some exogenous factors on herd fertility of dairy cows in the

518

village dairy Lampiran 1.

system ofEast Java.

Harga susu berdasarkan standar kadar lemak 4

Bi Harga (Rp) 21,0 520,65 21,5 526,25 22,0 531,85 22,5 537,44 23,0 543,04 23,5 548,64 24,0 554,23 24,5 559,83 25,0 565,43 25,5 571,02 26,0 576,62 26,5 582,22 27,0 587,81 27,5 593,41 28,0 599,01

Gambar

Tabel 1. Keragaman 3Jakan -sapi perch,produksi :tiaggi yang -inemperoieh perbaikan kp dmn tiga bulan-awal laktasi4an-rkclosWktontrol
Tabel 3. Konsumsi pakan sapi perah
Tabel 6. Pengaruh kondisi nutrisi pada awal laktasi terhadap lama PAPP

Referensi

Dokumen terkait

Mekanisme peningkatan replikasi virus HCV dan akselerasi proses fi brosis hati pada koinfeksi HIV/HCV dapat dijelaskan dengan adanya supresi sistem imun karena berkurangnya sel

 Mendiskusikan data hasil pengamatan/ percobaan, meng-analisis informasi kelainan- kelainan yang mungkin terjadi pada sistem pencernaan manusia dari berbagai sumber

Mereka menari dengan lemah gemulai, sangat indah. Para tamu undangan terpukau melihatnya. Yang bertanggung jawab untuk iringan adalah Mantri Karawitan yang juga Lurah Kadipaten,

Dengan hormat, disampaikan kepada saudara agar dapat menghadiri acara Pembuktian Kualifikasi dan Klarifikasi Harga Penawaran untuk paket pekerjaan tersebur diatas dengan membawa

Konsentrasi penelitian adalah analisis kontrastif struktur kalimat imperatif 祈使句 qísh ǐjù bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia yang diambil dari rubrik 市井故事 shìj

[r]

untuk antena adalah yang memiliki konstanta dielektrik yangpaling rendah dari rentang tersebut karena akan menghasilkan efisiensi yang lebih baik, bandwidth yang lebar serta

CaCO3(s) → CaO(s) + CO2(g) …(1) Setelah proses kalsinasi, batu kapur didinginkan dalam furnance sampai suhu menunjukkan suhu ruang karena penurunan panas yang