• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Aliran masuk remitansi (remittance inflow) global telah mengalami pertumbuhan pesat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Aliran masuk remitansi (remittance inflow) global telah mengalami pertumbuhan pesat"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 Total infl ow (M ili ar D ola r AS ) Tahun ODA PMA REMITANSI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Aliran masuk remitansi (remittance inflow) global telah mengalami pertumbuhan pesat sejak memasuki era 1990-an. Pertumbuhan remitansi meningkat dari senilai 64,03 miliar dolar AS di tahun 1990 menjadi 571 miliar dolar AS pada tahun 2014. Grafik 1.1 memperlihatkan perbandingan tren dari tiga sumber dana yaitu official development

assistance (ODA), penanaman modal asing (PMA), dan remitansi. Berdasarkan data

yang ditampilkan melalui grafik tersebut terlihat bahwa pertumbuhan remitansi relatif stabil dibandingkan dengan PMA dan memiliki nilai yang lebih tinggi dari ODA.

Grafik 1.1 Aliran Masuk ODA, PMA, dan Remitansi Global Tahun 1990-2014

(2)

Ratha dan Mohapatra (2007) dalam Handbook of The Economics of International Migration: Volume 1B, menyebutkan beberapa alasan dari tingginya aliran remitansi global. Alasan yang pertama yaitu meningkatnya stok emigran global1. Data dari United Nation Department of Economic and Social Affairs (UNDESA) menunjukkan bahwa stok emigran global di tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 59,74 persen dari 153 juta orang di tahun 1990 menjadi 244 juta orang (lihat Gambar 1.2). Faktor-faktor lain yang menjadi alasan adalah pertumbuhan tingkat pendapatan di negara-negara maju, menurunnya biaya transaksi atas pengiriman remitansi, dan berkembangnya sistem pencatatan dan penghitungan remitansi. Dalam Migration and Development Brief Edisi ke-23 yang dikeluarkan oleh World Bank pada Oktober 2014 menyebutkan bahwa total biaya rata-rata global dari pengiriman remitansi senilai 200 miliar dolar AS menurun dari 8,9 persen pada kuartal III 2013 menjadi 7,9 persen di kuartal III tahun 2014. Adapun rata-rata biaya yang dibebankan dengan aliran remitasi bilateral juga menurun dari 6,6 persen di kuartal III tahun 2013 menjadi 5,7 persen di periode yang sama tahun 2014. Penyempitan selisih antara total biaya rata-rata global dengan rata-rata terbeban menunjukkan persaingan di pasar remitansi semakin ketat. Hal ini ditunjukkan dengan masuknya operator berbasis

mobile dan online yang ditawarkan oleh penyedia jasa remitansi.

1 Stok emigran menurut UNDESA didefinisikan sebagai total dari orang-orang yang tinggal di negara selain negara yang menjadi tempat kelahirannya atau foreign-born population. Apabila data tersebut tidak tersedia maka estimasi stok emigran merujuk pada total orang-orang yang tinggal di negara selain negara yang di situ dia berstatus sebagai penduduk.

(3)

0 50 100 150 200 250 300 1990 1995 2000 2005 2010 2015 Sto k Em ig ran (ju ta o ran g) Tahun

Kemudian apabila dibandingkan dengan dua sumber dana lainnya, pertumbuhan remitansi lebih stabil dibandingkan dengan PMA dan memiliki nominal lebih besar dibandingkan ODA. Selain itu, remitansi didukung juga oleh sifat

countercyclical2. Menurut Asia-Pacific Migration Report 2015, stabilitas dan

countercyclicality remitansi menjadikannya sebagai salah satu sumber dana

pembangunan dan finansial (capital flows) yang stabil bagi negara-negara miskin dan eksportir tenaga kerja.

Grafik 1.2 Stok Emigran Global 1990-2015

Sumber: UNDESA, 2016, diolah

Walaupun begitu keyakinan terhadap peran remitansi dalam pembangunan ekonomi negara juga memunculkan kontra. Pandangan yang berlawanan tersebut

2 Countercyclical didefinisikan sebagai variabel-variabel ekonomi yang bergerak berlawanan arah

dengan PDB riil dimana nilai variabel menurun ketika terjadi ekspansi dan meningkat saat terjadi resesi (Hubbard, O’Brien, dan Rafferty, 2012:288).

(4)

menyatakan bahwa sebagian besar remitansi digunakan untuk konsumsi dan tidak pada produk-produk investasi yang dapat memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Selain itu, remitansi yang dikategorikan sebagai transfer personal sebenarnya menyulitkan pemerintah untuk mengalokasikan dana remitansi pada proyek-proyek pembangunan (Asia-Pacific Migration Report, 2015).

Association of Southeast Asian Nation (ASEAN) merupakan perhimpunan kawasan negara-negara Asia Tenggara yang dibentuk pada tahun 1967. ASEAN sampai saat ini telah memiliki 10 negara anggota yaitu Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Kemudian pada tanggal 31 Desember 2015 ASEAN telah memulai ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Berdasarkan statistik migrasi dan remitansi, ASEAN di tahun 2013 memiliki 21 juta emigran yang merantau dan menyumbang 8,6 persen bagi stok migran dunia. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 192 persen dari tahun 1990. Pada saat itu jumlah emigran ASEAN hanya sebesar 7 juta orang atau sebesar 4,8 persen dari total stok emigran dunia. Adapun aliran remitansi yang masuk ke kawasan ASEAN mengalami pertumbuhan sebesar 56,1 miliar dolar dari 2,7 miliar dolar di tahun 1990 menjadi 58,6 miliar dolar di tahun 2014. Selain itu dominasi ASEAN pada remitansi global ditunjukkan dengan tercatatnya empat negara anggota ASEAN yaitu Filipina (3), Vietnam (11), Indonesia (15), dan Thailand (27) di 30 besar negara penerima remitansi dunia dengan total 53,4 miliar dolar atau menyumbang sebesar 10,5 persen dari total remitansi 30 negara (World Bank, 2016). Secara konsisten, Filipina menjadi penerima

(5)

remitansi terbesar di ASEAN. Hal ini ditunjukkan oleh gambar 1.3 yang menampilkan proporsi remitansi di setiap negara anggota ASEAN pada tahun 1990 dan 2014. Selain Filipina, peningkatan yang signifikan dari Vietnam juga menjadi pendorong meningkatnya penerimaan remitansi ke kawasan ASEAN. Pada tahun 1990 belum ada catatan data penerimaan remitansi Vietnam dan baru muncul pada tahun 2000. Di tahun tersebut Vietnam menerima 1,34 miliar dolar AS dan di tahun 2014 nilainya meningkat menjadi 12 miliar dolar AS.

Gambar 1.1 Distribusi Regional Remitansi ASEAN Tahun 1990 dan 2014 (juta dolar AS)

Sumber: KNOMAD, 2016, diolah

Salah satu penyebab lebih besarnya aliran remitansi yang masuk ke Filipina dibandingkan dengan negara anggota ASEAN lainnya adalah proporsi stok emigran Filipina. Emigran dari Filipina memiliki proporsi 28% dari total emigran ASEAN di tahun 1990 dan 23% dari total emigran ASEAN di tahun 2015. Hal ini didorong juga oleh kebijakan pemerintah Filipina terkait dengan migrasi. Berawal dari The Labor of

(6)

Code tahun 1974 kemudian diikuti dengan Migrant Workers and Overseas Filipinos Act of 1995 (Republic Act 8042) serta pembaharuan di tahun 2007 dan 2010 (Republic Act 10022). Selain itu pemerintah Filipina selalu menggalakkan tiga tujuan dalam kebijakan migrasi yaitu promosi tenaga kerja Filipina ke luar negeri, perlindungan terhadap emigran Filipina, dan memaksimalkan keuntungan dari migrasi. (IOM, 2013)

Grafik 1.3 Stok Emigran ASEAN 1990, 1995, 2000, 2005, dan 2015

Sumber: UNDESA, 2016, diolah

Berbeda dengan Filipina, Vietnam di tahun 1990 berada di posisi ketiga penyumbang emigran terbanyak di ASEAN di bawah Filipina dan Indonesia (lihat Grafik 1.3). Di tahun 2014 stok emigran Vietnam berada di posisi keempat di bawah Filipina, Indonesia, dan Myanmar. Walaupun begitu aliran masuk remitansi ke Vietnam di tahun 2014 hampir dua kali lipat lebih tinggi dari Myanmar. Hal ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah Vietnam yang mendorong emigran Vietnam untuk berinvestasi pada aset-aset keuangan di negaranya. Kebijakan ini diwujudkan

(7)

dengan devaluasi mata uang dong terhadap dolar AS, pemulihan iklim bisnis di Vietnam, dan pembangunan di pasar properti Vietnam (VIR, 2015).

Secara keseluruhan pertumbuhan aliran masuk remitansi ke kawasan ASEAN merupakan efek dari peningkatan stok emigran dan kebijakan pemerintah negara-negara anggota terkait remitansi. Walaupun begitu bentuk kebijakan yang masih beragam menjadi gambaran bahwa pasar remitansi di kawasan ASEAN masih belum pada kualitas yang sama baiknya dari segi sistem maupun institusi keuangannya. Selain itu tingginya penerimaan remitansi ASEAN belum disertai dengan identifikasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya remitansi ke kawasan. Padahal faktor-faktor tersebut dapat dijadikan sebagai landasan dalam menganalisis peran ekonomi remitansi terhadap negara penerima.

Pengidentifikasian faktor-faktor yang mempengaruhi remitansi dapat menggunakan data baik di tingkat mikro rumah tangga maupun makro. Dalam Mouhod et al. (2009) dicantumkan beberapa variabel makro yang dapat menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi aliran masuk remitansi. Adapun variabelnya antara lain tingkat pendapatan di negara penerima remitansi, tingkat pendapatan di negara pengirim remitansi, tingkat inflasi di negara penerima, suku bunga diferensial, dan nilai tukar mata uang. Pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap aliran masuk remitansi dapat dilihat pada tabel 1.1. Di antara variabel-variabel makro yang ada, variabel tingkat pendapatan yang diproksikan dengan PDB per kapita sering menjadi variabel utama dalam model. Hal ini sesuai dengan penelitian Chami et al.(2005), Singh et al.(2009), Fonchamnyo (2012), serta Lim dan Morshed (2015). Penelitian-penelitian tersebut

(8)

menggunakan variabel tingkat pendapatan sebagai variabel utama sebagai proksi dari kondisi perekonomian negara penerima remitansi.

Tabel 1.1 Faktor-faktor makroekonomi yang mempengaruhi remitansi dan pengaruhnya terhadap remitansi

Sumber: Mouhod et al.(2009)

Keterangan: (+) variabel memiliki pengaruh signifikan dalam meningkatkan remitansi, (-) variabel memiliki pengaruh signifikan dalam menurunkan remitansi, (0) variabel tidak memiliki pengaruh terhadap remitansi

1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Remitansi menjadi salah satu sumber dana eksternal bagi kawasan ASEAN dan memiliki pertumbuhan dan nilai aliran masuk yang tinggi. Akan tetapi salah satu masalah yang muncul adalah belum teridentifikasinya pengaruh kondisi perekonomian ASEAN terhadap aliran masuk remitansi ke kawasan.

Explanatory Variables Elbadawi dan Rocha (1992) North Africa South Europe El-Sakka dan Mcnabb (1999) Egypt Gupta (2005) India Aydas,Neyapti Ozcan (2005) Turkey Stock of workers abroad + 0 Income level

in the home country -

Income level

in the host country + + +

Domestic inflation - + -

Possibility to become active in the host country Real overvaluation of the domestic currency 0 Interest rate differential - +

Wage available in the

host country 0

Black market premium of

the home country - - -

Political instability

(9)

Oleh karena itu melalui penelitian ini penulis akan menganalisis permasalahan tersebut dengan menggunakan variabel-variabel makroekonomi. Selain itu, penelitian ini mengambil studi kasus di tujuh negara anggota ASEAN yaitu Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Thailand, dan Vietnam atau ASEAN-7. Pemilihan tujuh negara yang menjadin fokus penelitian didasarkan pada ketersediaan data. Adapun pertanyaan penelitiannya adalah, “Bagaimana pengaruh PDB per kapita terhadap aliran masuk remitansi ke kawasan ASEAN-7?”

1.3 Tujuan Penelitian

Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran masuk remitansi ke kawasan ASEAN-7 terutama pengaruh dari PDB per kapita.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini menjelaskan secara spesifik faktor-faktor yang mempengaruhi aliran masuk remitansi dengan menggunakan data-data makro.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah studi literatur di bidang migrasi internasional dan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian tentang remitansi.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penyusunan skripsi ini terdiri dari lima bab yaitu bab 1 pendahuluan, bab 2 tinjauan pustaka dan literatur empiris, bab 3 metodologi penelitian, bab 4 analisis dan pembahasan, dan bab 5 penutup. Bab pendahuluan menjabarkan latar belakang penelitian, perumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta

(10)

sistematika penulisan. Selanjutnya bab dua menguraikan landasan teori migrasi dan remitansi serta tinjauan literatur empiris. Bab tiga berisi penjelasan mengenai metode pengumpulan data, model penelitian, dan metode analisis data. Adapun bab empat terdiri dari deskripsi statistik, sajian hasil analisis regresi, interpretasi, dan temuan penelitian. Pada bab penutup disajikan rangkuman hasil penelitian secara keseluruhan yang berisi kesimpulan dan saran.

Gambar

Grafik 1.1 Aliran Masuk ODA, PMA, dan Remitansi Global Tahun 1990-2014
Grafik 1.2 Stok Emigran Global 1990-2015
Gambar 1.1 Distribusi Regional Remitansi ASEAN   Tahun 1990 dan 2014 (juta dolar AS)
Grafik 1.3 Stok Emigran ASEAN 1990, 1995, 2000, 2005, dan 2015
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan trend suhu dan kelembaban udara pada Gambar 7 di daerah lahan pertanian lahan gambut di Desa Pelalawan memenuhi syarat tumbuh untuk tanaman padi dan jagung..

Sehingga dalam hal ini Fraksi ABRI dan FPDI sama terima rumusan dengan catatan bahwa untuk saat ini posisi untuk Pasal 28 ayat (4) adalah kosong, akan

Selaras dengan berbagai tujuan yang telah ada di Indonesia maka tujuan pendidkan akhlak yang ada dalam Kitab Al-Akhlak li Al Banin karya Syaikh Umar Baraja tidak lain

Apabila tema proposal disetujui oleh PA, maka KPS dengan memperhatikan saran dan rekomendasi PA mengajukan nama 2 (dua) Pembimbing Tugas Akhir kepada Dekan/Direktur

Aksesi-aksesi yang berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut berdasarkan karakter produktivitas dan kadar minyak adalah aksesi Palembang, Pontianak, Pidi, Palembang I,

total utang dan utang jangka pendek. Umur perusahaan berpengaruh terhadap utang jangka pendek, tetapi tidak berpengaruh terhadap total utang dan utang jangka panjang.

Hasil dalam penelitian ini secara statistik menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara status ekonomi keluarga terhadap status imunisasi dasar

Munculnya stereotipe dan subordinasi juga berakibat terjadinya kekerasan yang dilakukan oleh jenis kelamin berbeda yang diaanggap kuat atau superior