• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Respon

Pembangunan yang dilakukan pemerintah merupakan media perubahan terhadap masyarakat dan lingkungan dengan maksud menjadikan lebih baik dari sebelumnya. Salah satu faktor yang penting untuk menilai apakah program-program pembangunan yang dilaksanakan cukup berhasil atau bahkan gagal, akan ditunjukkan oleh bagaimana tanggapan masyarakat yang menjadi target atau sasaran dari program-program pembangunan tersebut.

Konsep respon manusia lebih banyak dikemukakan oleh bidang-bidang ilmu sosial yang melihat respon pada tindakan dan perilaku individu, kelompok, atau masyarakat. Secara keseluruhan respon individu atau kelompok terhadap suatu situasi fisik dan non fisik dapat dilihat dari tiga tingkatan, yaitu persepsi, sikap, dan tindakan. Simon dalam Wijaya membagi respon seseorang atau kelompok terhadap program pembangunan mencakup tiga hal, yaitu:

1. Persepsi, berupa tindakan penilaian (dalam benak seseorang) terhadap baik buruknya objek berdasarkan faktor keuntungan dan kerugian yang akan diterima dari adanya objek tersebut.

2. Sikap, berupa ucapan secara lisan atau pendapat untuk menerima atau menolak objek yang dipersiapkan.

3. Tindakan, melakukan kegiatan nyata untuk peran serta atau tindakan terhadap suatu kegiatan yang terkait dengan objek tersebut.

Munculnya ketiga respon di atas sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu kondisi status sosial ekonomi seseorang, tingkat pengetahuan tentang manfaat dan resiko yang

(2)

diterima sebagai akibat pelaksanaan program pembangunan kepada seseorang atau sekelompok orang. (sobatbaru.blogspot/2010/03)

Respon berasal dari kata response, yang berarti jawaban, balasan, atau tanggapan (reaction). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga dijelaskan definisi respon adalah berupa tanggapan, reaksi, dan jawaban.

Respon atau tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsang sudah tidak ada. Jadi, proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-kesannya saja. Peristiwa sedemikian ini disebut tanggapan.

Dalam pembahasan, teori respon tidak terlepas dari pembahasan proses teori komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M. Caffe, respon dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak.

2. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan yang disenangi oleh khalayak terhadap sesuatu.

3. Konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan atau perbuatan.

(hasanismailr.blogspot/2009/06/16)

Skiner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon,

(3)

maka teori Skiner disebut teori “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respon. Skiner membedakan adanya dua proses:

1. Respondent Response, atau reflexive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

2. Operant Response, atau instrumental response, yaitu respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus tertentu. Stimulus ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce. Misalnya, apabila seseorang selalu ikut serta secara aktif dalam program KB, kemudian mendapatkan penghargaan dari pemerintah, maka orang akan lebih aktif lagi dalam mengikuti program KB tersebut.

Dalam merespon stimulus, tidak terlepas dari subjek dan objeknya. Subjek merupakan seseorang atau sekelompok orang yang merespon, sedangkan objek merupakan stimulus atau yang akan direspon. Dalam hal ini yang menjadi subjeknya adalah PUS, sedangkan yang menjadi objeknya adalah program KB gratis.

B. Keluarga Berencana (KB) B.1. Pengertian KB

Menurut Entjang, KB adalah suatu upaya manusia untuk mengatur secara sengaja kehamilan dalam keluarga secara tidak melawan hokum dan moral Pancasila untuk kesejahteraan keluarga. (Ritonga, 2003; 87)

Menurut WHO (Expert Committe, 1970), KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-obketif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kehamilan

(4)

dalam hubungan dengan umur suami istri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.(bkkbn.go.id/2009)

Jadi, KB (Family Planning, Planned Parenthood) adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi, untuk mewujudakan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

B.2. Tujuan KB

Adapun tujuan dari pelaksanaan program KB antara lain:

1. Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

2. Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

3. Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.

Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi:

1. Keluarga dengan anak ideal 2. Keluarga sehat

3. Keluarga berpendidikan 4. Keluarga sejahtera 5. Keluarga berketahanan

(5)

6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya 7. Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS)

(bkkbn.go.id/2009)

B.3. Program KB Gratis

Program pelayanan KB gratis merupakan salah satu komitmen BKKBN dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Tujuan pemerintah mengadakan program KB gratis adalah agar masyarakat PUS khususnya yang tergolong masyarakat Pra-Sejahtera dapat mengikuti program KB. Selama ini masyarakat enggan mengikuti program KB salah satu faktornya adalah biaya yang cukup mahal . Maka dari itu, pemerintah mengadakan program KB gratis setiap tahun sekali atau pada setiap perayaan hari-hari besar ke setiap tingkat kecamatan sampai pada tingkat kelurahan. Sehingga nantinya akan tercapai terbentuknya keluarga kecil bahagia sejahtera, yaitu dengan mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa.

Adapun sasaran dari program KB gratis adalah:

1. Keluarga Pra-Sejahtera, yaitu keluarga yang belum memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan spiritual, sandang, pangan, kesehatan, dan KB. 2. Keluarga Sejahtera I, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya

secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.

3. Keluarga Sejahtera II, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan fisik dan psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya seperti kebutuhan untuk menabung dan informasi.

(6)

4. Keluarga Sejahtera III, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan fisik, sosial psikologis dan pengembangannya, namun belum dapat memberikan sumbangannya secara teratur kepada masyarakat sekitarnya, misalnya dalam bentuk sumbangan materiil dan keuangan, serta secara aktif menjadi pengurus lembaga sosial kemasyarakatan yang ada di lingkungannya. (Hartanto, 2004; 21)

Program pelayanan KB gratis yang diberikan pemerintah ini dilaksanakan pada perayaan-perayaan hari-hari besar, antara lain :

1. Hari Bulan Bakti Ikatan Bidan Indonesia (IBI)

Program Pelayanan KB gratis pada peringatan hari bulan bakti IBI ini diberikan mulai bulan Januari sampai bulan Mei. Adapun sasaran utama dari pelayanan KB gratis ini adalah keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I, dan tidak tertutup untuk umum (Keluarga Sejahtera II dan Keluarga Sejahtera III).

2. Hari Bulan Bakti TNI Manunggal

Program Pelayanan KB gratis pada peringatan hari bulan bakti TNI Manunggal ini diberikan mulai bulan Juni sampai bulan Oktober. Adapun sasaran utama dari pelayanan KB gratis ini adalah keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I, dan tidak tertutup untuk umum (Keluarga Sejahtera II dan Keluarga Sejahtera III).

3. Hari Bulan Bakti PKK

Program Pelayanan KB gratis pada peringatan hari bulan bakti PKK ini diberikan mulai bulan Oktober sampai bulan Desember. Adapun sasaran utama dari pelayanan KB gratis ini adalah keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I, dan tidak tertutup untuk umum (Keluarga Sejahtera II dan Keluarga Sejahtera III).

(7)

Dari ketiga Pelayanan KB gratis ini dapat disimpulkan bahwa sasaran utama dari pelayanan KB gratis ini adalah PUS yang tergolong dalam keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I, dan tidak tertutup untuk umum, yaitu Keluarga Sejahtera II dan Keluarga Sejahtera III.

Alat kontrasepi yang disediakan antara lain pemberian berupa mini pil, suntikan, spiral, implant, Intra Uterine Devices (IUD), dan kondom. Semua diberikan secara gratis oleh pemerintah. Peserta KB hanya tinggal memilih jenis alat kontrasepsi apa yang diinginkan. Pelayanan KB gratis bisa didapat di puskesmas, posyandu, kantor kelurahan, atau bahkan bidan desa setempat.

C. Penyuluhan dalam Program KB

Kenyataan yang dengan mudah terlihat sehari-hari bahwa pertumbuhan penduduk di negara-negara yang sedang berkembang merupakan masalah yang disadari harus dapat dipecahkan secara cepat, tetapi rasional.

Pertambahan penduduk yang tidak terkendali memang sangat merupakan penghalang besar ke arah kemajuan dalam mengejar ketinggalan dalam kesejahteraan sosial, baik pada tingkat perorangan maupun pada tingkat nasional. Memang benar bahwa pertambahan penduduk secara tidak terkendali mudah terjadi, baik karena tingkat kelahiran yang tinggi maupun karena tingkat kematian yang rendah, di samping angka harapan hidup yang lebih lama.

Tingkat kematian yang rendah dan harapan hidup yang lama memang merupakan hal-hal yang diinginkan terjadi, maka sasaran dalam hal pengendalian pertambahan penduduk terutama ditujukan pada pembatasan jumlah anak dengan segala teknik dan metodenya.

Dalam menyusun program pembangunan untuk sektor ini, nampaknya semakin disadari baik oleh para perencana dan penyusun program maupun oleh para pelaksananya di lapangan,

(8)

bahwa mengendalikan penduduk melalui pembatasan kelahiran anak, tidak bisa dilihat dari teknik dan metodenya saja, akan tetapi harus dikaitkan dengan faktor-faktor psikologis yang bersumber dari nilai-nilai sosial budaya yang dianut oleh masyarakat tertentu. (Siagian, 153)

Berdasarkan keadaan tersebut di atas, maka sangat diperlukan adanya upaya menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya menurunkan tingkat kelahiran, pembatasan jumlah anak, penjarangan kelahiran, dan lain sebagainya. Dalam hal ini sangat perlu dilakukan penyuluhan program KB, dimana dalam pelaksanaan penyuluhan tersebut segala potensi-potensi yang ada dalam masyarakat wajib dilibatkan, baik itu instansi-instansi pemerintah, swasta, perkumpulan-perkumpulan maupun organisasi-organisasi kemasyarakatan.

Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

KIE merupakan salah satu tahapan yang tidak boleh ditinggalkan dalam memberikan pelayanan KB. KIE merupakan kunci dalam pelayanan KB. (Meilani, 2010; 36)

Tujuan KIE adalah meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB sehingga tercapai penambahan peserta baru, membina kelestarian peserta KB, dan meletakkan dasar bagi mekanisme sosio-kultural yang dapat menjamin berlangsungnya proses penerimaan.

Sesuai dengan kondisi tempat masyarakat, maka metode KIE yang dapat digunakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam, yaitu:

1. Secara langsung, jika penyampaian pesan-pesan dilakukan melalui tatap muka. Hal ini sangat diharapkan setiap kali melakukan pemeriksaan, terutama pada waktu konseling dapat disampaikan pesan-pesan atau informasi tentang KB.

2. Secara tidak langsung , jika penyampaian pesan dilakukan melalui media, seperti radio, televisi, mobil unit penerangan, dan penerbitan/ publikasi.

(9)

D. Pasangan Usia Subur (PUS)

KB merupakan upaya peningkatan kepeduluan dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Saat ini baru 66% PUS di Indonesia yang mengikuti program KB. (stasiunbidan.blogspot.com/2009)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, PUS adalah pasangan suami istri yang istrinya berusia 15-49 tahun. Ini dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda atau cerai. (datastatistik-indonesia.com)

Menurut pedoman Potensi Desa (Podes) 2008, definisi PUS adalah pasangan suami istri yang masih berpotensi untuk mempunyai keturunan atau biasanya ditandai dengan belum datangnya waktu menopause (terhenti menstruasi bagi istri). Sedangkan peserta KB (akseptor) adalah PUS dimana salah seorang menggunakan salah satu cara/ alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan, baik melalui program maupun non program. (andi.stk31.com/pasangan-usia-subur-2009/09/10)

E. Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera

Keluarga adalah suatu lembaga dasar yang cenderung untuk tetap bertahan hidup melawan serangan-serangan yang sedang berlangsung dan masa datang. (Sanderson, 2000; 482)

Pembangunan keluarga sejahtera merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas dan ketahanan masing-masing keluarga dalam mengantisipasi setiap pengaruh negatif yang mengancam keutuhan keluarga sebagai unit terkecil yang paling utama dari masyarakat.

Kualitas keluarga Indonesia pasca krisis ekonomi 1997 kondisinya makin memprihatinkan, baik dilihat dari besarnya jumlah kelurga miskin (Pra-Sejahera dan Keluarga

(10)

Sejahtera I alasan ekonomi), maupun melemahnya ketahanan keluarga yang ditandai oleh tidak dapat dilaksanakannya fungsi-fungsi keluarga secara optimal.

Bila sebelum krisis jumlah keluarga miskin di Indonesia hanya sekitar 11,5 juta keluarga, di tahun 2006 telah bertambah menjadi 24 juta keluarga. Selanjutnya berdasarkan hasil pendataan keluarga tahun 2007 yang dilakukan oleh BKKBN menunjukkan bahwa 46,7% dari 57,7 juta keluarga di Indonesia berada dalam kondisi Pra-Sejahtera dan Kelurga Sejahtera I. Sedangkan dalam hitungan kuantitas, Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2008 lalu mencatat bahwa tidak kurang dari 35 juta penduduk di Indonesia berada di garis kemiskinan. (mardiya.wordpress.com/2009/08/19)

Dalam hal di atas berarti tugas berat terkait upaya pemberdayaan keluarga harus segera dituntaskan agar tidak menjadi beban pembangunan, mengingat dimensi kualitas selalu menjadi persoalan yang menggelayuti bangsa kita.

Selain itu, di era globalisasi ini, keluarga-keluarga Indonesia mengalami tantangan yang sangat berat. Derasnya arus informasi dan budaya buruk dari luar seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, telah menyebabkan ketahanan keluarga mulai goyah. Bila kita mau merefleksi diri, dahulu keluarga merupakan lembaga yang ampuh sebagai wahana pembentukan dan pengembangan karakter, kepribadian, etika, moral dan sopan santun.

Keluarga juga menjadi institusi pendidikan yang handal bagi setiap anggotanya dalam penanaman nilai-nilai sosial dan religi. Namun semenjak informasi dan budaya luar yang negatif mudah sekali diadopsi oleh para remaja yang notabene adalah anggota keluarga, maka keluarga tidak dapat lagi menjaga eksistensinya sebagai keluarga berketahanan yang mampu membendung pengaruh negatif dari luar.

Buktinya sekarang ini banyak sekali peristiwa kenakalan remaja yang kelewat batas, tidak sekedar berperilaku buruk seperti merokok dan meminum minuman keras, tetapi sudah merambah pada perilaku premanisme, suka menipu, mencuri, merampok dan membunuh untuk memenuhi kepuasan sesaat.

(11)

Belakangan, kasus penyalahgunaan narkoba dan perilaku seks bebas oleh anak dan remaja menjadi fenomena tersendiri yang sangat memprihatinkan. Ini masih ditambah dengan kasus-kasus ketidakharmonisan keluarga saat ini, seperti tingginya angka perselingkuhan, perceraian, kekerasan terhadap anak dan perempuan, dan lain sebagainya.

Atas dasar hal tersebut di atas, sangat tepat manakala visi dan misi baru program KB dimunculkan. Dengan membangun keluarga kecil bahagia dan sejahtera, diharapkan fungsi keluarga sebagai wahana pembentukan insan berkualitas yang mampu mendukung pembangunan berkelanjutan dapat segera terwujud.

Kedelapan fungsi keluarga yang dimaksud adalah: 1. Fungsi keagamaan

2. Fungsi sosial budaya 3. Fungsi cinta kasih 4. Fungsi melindungi 5. Fungsi reproduksi

6. Fungsi sosialisasai dan pendidikan 7. Fungsi ekonomi, dan

8. Fungsi pembinaan lingkungan

Dalam operasionalisasinya di lapangan, pemerintah bersama segenap komponen masyarakat telah melakukan banyak hal dalam upaya mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Program dan kegiatannya tidak hanya menyangkut pelayanan kontrasepsi yang notabene sasarannya PUS saja, tetapi menyangkut semua aspek kehidupan berkeluarga dengan sasaran seluruh anggota keluarga dari bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa hingga lansia. Bahkan bayi dalam kandungan pun telah menjadi bidang garapan KB.

Secara implisit, luas garapan KB yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama masyarakat sekarang ini dapat terbaca dari pengertian KB menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera yang

(12)

keberadaannya telah disahkan oleh Presiden RI pada tanggal 16 April 1992 dan diundangkan dalam Lembaran Negara Nomor 35 Tahun 1992, TLN 3475.

Dalam undang-undang tersebut KB diterjemahkan sebagai upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. (mardiya.wordpress.com/2009/08/19)

F. Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan Sosial dalam arti yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik.

Berdasarkan hasil pra-konferensi kelompok kerja Konferensi Internasional bidang Kesejahteraan Sosial XV (XVth International Conference on Social Welfare), kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Di dalamnya tercakup pula kebijakan dan pelayanan yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat, seperti pendapatan; jaminan sosial; kesehatan; perumahan; pendidikan; rekreasi; tradisi budaya; dan lain sebagainya. (Adi, 1994; 5)

Kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi dapat terlihat di Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok Kesejahteraan Sosial pasal 1 ayat 1, yang berbunyi “Kesejahteraan sosial adalah suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya ”. (khoirulilmawan.com/10/2010)

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat diambil pengertian bahwa kesejahteraan sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup

(13)

manusia, baik itu di bidang fisik, mental, emosional, sosial ekonomi, ataupun kehidupan spiritual.

G. Kebijakan Sosial

Pembangunan selalu mengakibatkan perubahan sosial. Perubahan sosial yang diakibatkan pembangunan tidak saja bersifat positif, melainkan dapat pula bersifat negatif. Dampak positif dan negatif ini baik secara alternative maupun kumulatif, mendorong munculnya perhatian terhadap pentingnya kebijakan sosial dalam memandu kegiatan-kegiatan pembangunan.

Menurut Marshall, kebijakan sosial adalah kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan tindakan yang memiliki dampak langsung terhadap kesejahteraan warga negara melalui penyediaan pelayanan sosial atau bantuan keuangan.

Dalam konteks pembangunan sosial, kebijakan sosial merupakan suatu perangkat, mekanisme, dan sistem yang dapat mengarahkan dan menterjemahkan tujuan-tujuan pembangunan. Kebijakan sosial senantiasa mengandung dua pengertian yang saling terkait, yaitu “memecahkan masalah sosial” dan “memenuhi kebutuhan sosial”.

Tujuan pemecahan masalah mengandung arti mengusahakan atau mengadakan perbaikan karena ada sesuatu keadaan yang tidak diharapkan (misalnya kemiskinan) atau kejadian yang bersifat destruktif atau patologis yang mengganggu dan merusak tatanan masyarakat.

Tujuan pemenuhan kebutuhan mengandung arti menyediakan pelayanan-pelayanan sosial yang diperlukan, baik dikarenakan adanya masalah maupun tidak ada masalah, dalam arti bersifat pencegahan (mencegah terjadinya masalah, mencegah tidak terulang atau timbul lagi masalah, atau mencegah meluasnya masalah) atau pengembangan (meningkatkan kualitas suatu kondisi agar lebih baik dari kondisi sebelumnya).

(14)

Secara lebih rinci, tujuan-tujuan kebijakan sosial adalah:

1. Mengantisipasi, mengurangi, atau mengatasi masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat.

2. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang tidak dapat mereka penuhi secara sendiri-sendiri melainkan harus melakukan tindakan kolektif.

3. Meningkatkan hubungan intrasosial manusia dengan mengurangi kedisfungsian sosial individu atau kelompok yang disebabkan oleh faktor-faktor internal-personal maupun eksternal-struktural.

4. Meningkatkan situasi dan lingkungan sosial-ekonomi yang kondusif bagi upaya pelaksanaan peranan-peranan sosial dan pencapaian kebutuhan masyarakat sesuai dengan hak, harkat dan martabat kemanusiaan.

5. Menggali, mengalokasikan dan mengembangkan sumber-sumber kemasyarakatan demi tercapainya kesejahteraan sosial dan keadilan sosial.

Menurut David Gil, untuk mencapai tujuan kebijakan-kebijakan sosial, terdapat perangkat dan mekanisme kemasyarakatan yang perlu diubah, yaitu yang menyangkut antara lain:

1. Pengembangan sumber-sumber, meliputi pembuatan keputusan-keputusan masyarakat dan penentuan pilihan-pilihan tindakan berkenaan dengan jenis, kualitas dan kuantitas semua barang-barang dan pelayanan-pelayanan sosial yang ada di masyarakat.

2. Pengalokasian status, menyangkut peningkatan dan perluasan akses serta keterbukaan kriteria dalam menentukan akses tersebut bagi seluruh anggota masyarakat.

3. Pendistribusian hak, menunjuk pada perluasan kesempatan individu dan kelompok dalam mengontrol sumber-sumber material dan non-material.

Ketiga aspek tersebut merupakan kerangka acuan dalam menentukan tujuan kebijakan sosial. Kebijakan sosial harus memperhatikan distribusi barang dan pelayanan, kesempatan,

(15)

dan kekuasaan yang lebih luas, adil dan merata bagi segenap warga masyarakat. (Suharto,1997;116)

H. Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial merupakan suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk membantu individu, kelompok, ataupun kesatuan masyarakat agar mereka mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, yang pada akhirnya mereka diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang ada melalui tindakan-tindakan kerjasama ataupun melalui pemanfaatan sumber-sumber yang ada di masyarakat untuk memperbaiki kondisi kehidupannya.

Adapun pelayanan sosial yang dimaksud sebagaimana dikemukakan Alfred J. Khan dalam Soetarso sebagai berikut: “program-program yang dilaksanakan tanpa mempertimbangkan kriteria pasar untuk menjamin suatu tingkat dasar dalam penyediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan kehidupan bermasyarakat serta kemampuan perorangan untuk melaksanakan fungsi-fungsinya untuk memperlancar kemampuan menjangkau dan menggunakan pelayanan serta lembaga-lembaga yang telah ada dan membantu warga masyarakat yang mengalami kesulitan dan keterlantaran”.

Secara umum kualitas maupun kuantitas pelayanan sosial berbeda menurut tingkat perkembangan suatu negara yang disesuaikan dengan faktor sosio-kultural dan juga politik yang menentukan prioritas masalah dalam pelayanan sosial. Berdasarkan hal tersebut, maka pelayanan sosial di antara negara maju dengan negara berkembang akan berbeda, bahkan di antara negara-negara berkembang juga akan berbeda.

Motif utama dalam pelayanan sosial adalah masyarakat mempunyai tanggung jawab untuk membantu masyarakat yang lebih lemah dan kurang beruntung serta memberikan perlindungan dengan pelayanan-pelayanan yang tiak mungkin dipenuhi oleh mereka sendiri secara perorangan.

(16)

Beberapa tujuan dari pelayanan sosial yang dikemukakan oleh Soetarso, yaitu:

1. Melindungi atau memulihkan kehidupan keluarga.

2. Membantu individu untuk mengatasi masalah-masalah yang diakibatkan oleh faktor-faktor yang berasal dari luar dirinya maupun dari dalam dirinya.

3. Meningkatkan proses perkembangan, yaitu membantu individu atau kelompok untuk mengembangkan atau memanfaatkan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya.

4. Mengembangkan kemampuan orang untuk memahami, manjangkau dan mengusahakan pelayanan yang dibutuhkan.

Selain itu, pelayanan sosial memiliki fungsi mengembangkan kemampuan untuk menjangkau dan mengusahakan pelayanan yang dibutuhkan atau kemampuan untuk memahami pelayanan sosial manakah yang sesuai dengan permasalahan. Di sini terlihat keterlibatan pekerja sosial sebagai pemberi pertolongan untuk meningkatkan kemampuan penyandang masalah sehingga mereka mampu mengatasi masalahnya sendiri.(ripmolt078.blog/2009/11/20)

I. Kerangka Pemikiran

Meskipun telah dilakukan pembangunan secara terus menerus, namun sampai saat ini Indonesia masih menghadapi masalah kependudukan. Masalah kependudukan merupakan keadaan yang tidak mendukung peran penduduk sebagai subjek dan objek dari pembangunan itu sendiri.

Maksud dari pernyataan manusia merupakan subjek dari pembangunan adalah bahwasanya manusia sebagai pelaksana pembangunan, sedangkan pengertian bahwa manusia merupakan objek dari pembangunan adalah manusia sebagai penerima pembangunan.

Apabila ditelaah secara rinci, sumber masalah utamanya adalah tingginya angka pertumbuhan penduduk yang telah berlangsung cukup lama. Jumlah penduduk Indonesia

(17)

tahun 2010 berjumlah sekitar 235.355.196 jiwa.(nasional.kompas.com/read/2010/06/23). Ini merupakan masalah, karena jumlah penduduk yang besar dengan kualitas sumber daya manusia yang rendah merupakan beban bagi negara.

Untuk mengatasi tingginya angka pertumbuhan penduduk, pemerintah mencanangkan program KB. Program KB merupakan suatu program pemerintah untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera, dimana sasaran utama dari program ini adalah para PUS.

Dalam pelaksanaannya, upaya yang dilakukan pemerintah tersebut masih banyak mengalami kendala-kendala. Misalnya, masih ada PUS yang tidak mau mengikuti program KB, alasannya antara lain karena apabila mengikuti program KB berarti harus membayar.

Maka dari itu pemerintah saat ini membuat program KB gratis bagi PUS yang tergolong ke dalam Keluarga Pra-Sejahtera ataupun Keluarga Sejahtera I. Namun KB gratis ini juga tidak tertutup untuk umum, yaitu Keluarga Sejahtera II dan Keluarga Sejahtera III.

Program pelayanan KB gratis telah digalakkan di beberapa kecamatan maupun kelurahan. Salah satunya adalah Kelurahan Paluh Kemiri yang merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang.

Berdasarkan data dari kelurahan, pada tahun 2009 di kelurahan ini terdapat 488 Pasangan Usia Subur (PUS). Jumlah peserta KB aktif di kelurahan Paluh Kemiri pada tahun 2009 tercatat sebesar 72% dari jumlah PUS yang ada di kelurahan tersebut. Namun di samping itu masih ada juga sebagian dari PUS yang tidak mau mengikuti KB gratis dengan alasan tertentu.

Untuk lebih memperjelas, penulis membuat skema yang menggambarkan isi dari kerangka pemikiran di atas:

(18)

Program KB gratis

Respon Positif:

- Memahami dan mengerti proses dan tujuan dari program - Menyukai, menyenangi dan mengharapkan adanya program - Berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan program Respon Negatif:

- Tidak memahami dan tidak mengerti proses serta tujuan dari program

- Tidak menyukai, tidak menyenangi dan tidak mengharapkan adanya program

- Tidak berpartisipasi dalam pelaksanaan program

J. Definisi Konsep dan Definisi Operasional

J.1. Definisi Konsep

Definisi konsep berisi uraian singkat dari variabel yang akan diteliti. (digilib.petra.ac.id). Untuk memfokuskan penelitian ini penulis memberikan batasan konsep yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu:

1. Respon adalah persepsi, sikap, ataupun tindakan terhadap suatu objek yang dapat dilihat melalui proses pemahaman, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan terhadap objek tersebut.

Respon PUS

(19)

2. PUS adalah pasangan suami istri yang istrinya berusia 15-49 tahun. Ini dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda atau cerai.

3. KB Gratis adalah salah satu program BKKBN dalam memberikan pelayanan KB dan kesehatan gratis kepada PUS sebagai upaya mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

J.2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau “mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain”. (Young, dikutip oleh Koentjaraningrat, 1991; 23). (defoper.blogspot.com)

Dengan adanya program KB gratis dari pemerintah di Kelurahan Paluh Kemiri, maka hal ini akan memberikan pengaruh dan respon yang akan muncul terhadap program ini. Dimana variabel dalam mengukur respon ada tiga, yaitu pemahaman, sikap dan pemanfaatan.

Definisi operasional dalam penelitian ini, yaitu:

- Respon positif

1. PUS memahami dan mengerti proses dan tujuan dari program KB gratis.

2. PUS menyukai, menyenangi dan mengharapkan adanya program KB gratis.

3. PUS berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan program KB gratis.

- Respon negatif

1. PUS tidak memahami dan tidak mengerti proses serta tujuan dari program KB gratis.

(20)

2. PUS tidak menyukai, tidak menyenangi dan tidak mengharapkan adanya program KB gratis.

Referensi

Dokumen terkait

Apabila diinginkan piutang dagang tidak tertagih tersebut dapat dihapuskan dengan dua metode, yaitu metode penghapusan langsung dan metode penghapusan

Pada sub bab berikutnya akan ditampilkan data-data output yang terjadi selama program aplikasi simulasi berjalan dan juga waktu tempuh elevator secara bertahap dengan

Komponen utama dari VAIC TM yang dikembangkan Pulic tersebut dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical capital (VACA – Value Added Capital Employed ),

Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan untuk membantu pihak manajemen dalam melakukan strategi perbaikan yang sesuai dengan persepsi konsumen sehingga Hotel

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka peneliti menyimpulkan bahwa penelitian mengenai tingkat spiritualitas, tingkat kecemasan maupun mekanisme

[r]

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”.. Standar

Rancangan statistik yang digunakan untuk menganalisis data pengaruh dukungan sosial teman sebaya terhadap tingkat kecemasan siswa kelas XII dalam menghadapi ujian nasional