• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II MEDIA TABEL BILANGAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DASAR PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN. a. PENGERTIAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II MEDIA TABEL BILANGAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DASAR PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN. a. PENGERTIAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

MEDIA TABEL BILANGAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DASAR PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

A. DESKRIPSI TEORI

a. PENGERTIAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

Anak Tunagrahita merupakan kondisi dimana perkembangan CA

(Chronological Age) tidak sesuai dengan perkembangan MA (Mental Age),

dimana perkembangan MA lebih rendah daripada perkembangan CA.

terdapat beberapa pendapat mengenai tunagrahita diantaranya:

American Association Of Mental Retardation atau AAMR (Delphie,

2009: 9) mendefinisikan tunagrahita sebagai berikut:

mental retardation refers to substantial limitation in present functioning. It characterized by significantly subaverage intellectual functioning, existing concurrently with related limitation in two or more of the following applicable adaptive skills areas: communication, self care, home living, social skills, community use, self direction, healt and safety, functional academics, leisure and work. Mental retardations manifests before age 18.

Diartikan secara bebas bahwa anak tunagrahita mengacu pada adanya

keterbatasan dalam perkembangan fungsional. Hal ini menunjukkan adanya

signifikasi karakteristik fungsi intelektual yang berada di bawah normal,

bersamaan dengan munculnya dua atau lebih ketidaksesuaian dalam aspek

keterampilan penyesuaian diri meliputi komunikasi, bina diri, kehidupan di

rumah, keterampilan sosial, penggunaan fasilitas umum, mengatur diri,

(2)

waktu luang dan bekerja. Keadaan seperti ini secara nyata berlangsung

sebelum usia 18 tahun.

Selain itu Sutjihati Somantri (2007:105) mendefinisikan “tunagrahita

atau terbelakang mental merupakan kondisi dimana perkembangan

kecerdasan mengalami hambatan sehingga mencapai perkembangan yang

tidak optimal”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tunagrahita

merupakan kondisi dimana perkembangan usia tidak diikuti oleh kemampuan

mental yang sesuai sehingga anak tunagrahita memiliki kecerdasan di bawah

rata-rata dan perilaku yang di timbulkan tidak sesuai dengan tuntutan

lingkungan.

Anak tunagrahita dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat

kemampuan kecerdasan dan dapat dilihat pula berdasarkan kemampuan pada

perilaku adaptif. Kemampuan intelegensi anak tunagrahita pada umumnya

diukur berdasarkan tes Stanford Binet dan skala Weschler (WISC). Berikut

adalah tabel yang memperlihatkan lebih rinci klasifikasi anak tunagrahita:

Dari tabel klasifikasi anak tunagrahita dapat dilihatkan kisaran IQ

yang dimiliki oleh tunagrahita ringan, yaitu 68-52 skala Binet dan 69-55 skala

Klasifikasi IQ

Stanford Binet Skala Weschler

Ringan 68-52 69-55

Sedang 51-36 54-40

Berat 35-20 39-25

(3)

Weschler. Tingkatan IQ yang dimiliki akan sangat mempengaruhi

kemampuan anak tunagrahita. Menurut Sutjihati Somantri (2007:106)

Anak tunagrahita ringan masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana dengan bimbingan dan pendidikan yang baik anak

tunagrahita ringan dapat memperoleh penghasilan sendiri, namun demikian, anak tunagrahita ringan tidak mampu melakukan penyesuaian diri secara independen.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa tunagrahita

ringan merupakan kondisi dimana kisaran IQ berada diantara 68-52 Skala

Binet dan 69-55 skala Weschler, anak tunagrahita ringan mampu belajar

membaca, menulis dan berhitung namun tetap memerlukan bimbingan dalam

penyesuaian sosial.

b. KONSEP MATEMATIKA DASAR 1. Pengertian Matematika Dasar

Matematika dasar merupakan salah satu cabang ilmu matematika.

Untuk itu, perlu dipahami definisi tentang matematika terlebih dahulu.

Matematika merupakan mata pelajaran pokok yang ada setiap jenjang

pendidikan. Menurut Depdiknas (2002;1)

Matematika adalah ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran, yang memiliki ciri utama adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau kenyataan diperoleh sebagai akibat logis kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh James dan James (Ruseffendi,1991:

27)

Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dengan

(4)

jumlah yang banyaknya terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.

Hal serupa juga di kemukakan oleh Sujono, menurut Sujono (Abdul Halim

Fathani,2009 : 19) ‘matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang

penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan’.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan

ilmu pasti yang berkaitan dengan logika yang membahas mengenai bilangan,

susunan, bentuk dan ruang.

Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang

berkelanjutan sehingga harus diberikan pemahaman berdasarkan tahap demi

tahap. Tahap awal yang harus dikuasai adalah pemahaman matematika dasar.

Matematika dasar merupakan salah cabang ilmu matematika yang biasa

disebut aritmatika.

Abdul Halim Fathani (2009 : 22) mendefinisikan “matematika dasar

atau aritmatik sebagai ilmu tentang bilangan yang bisa langsung diperoleh

dari bilangan bulat melalui beberapa operasi dasar: tambah, kurang, kali dan

bagi”. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Taylor dan Mills

(oktaviani, M.E.D. , 2009: 31) ‘aritmetics is method of thinking in which we

neglect all aspect of experience except those that can becounted and meansured’ yang berarti bahwa aritmatika adalah sebuah metode berfikir

dimana kita mengabaikan semua aspek pengalaman kecuali sesuatu tersebut

dapat dihitung dan diukur. Terdapat beberapa komponen operasi matematika

dasar yaitu Mengenal Angka, Penjumlahan, Pengurangan, Perkalian,

(5)

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan, maka dapat

disimpulkan bahwa matematika dasar merupakan salah satu cabang ilmu

matematika yang mempelajari operasi berhitung penjumlahan, pengurangan,

perkalian, dan pembagian.

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi operasi matematika dasar

yang akan di teliti yaitu pada operasi berhitung penjumlahan dengan teknik

menyimpan.

2. Hambatan Belajar Matematika Dasar Pada Tunagrahita Ringan

Memahami matematika dasar memerlukan pengaruh lingkungan

sebagai stimulus. Zaenal Alimin dan Endang Rochyadi (2007:30)

menjelaskan bahwa stimulus yang datang dari lingkungan akan direspon oleh

anak melalui sistem sensoris (penglihatan, pendengaran, penciuman, taktil

dan perabaan) oleh karena itu belajar harus dimulai dari hal yang konkret dan

proses belajar melalui tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak dan

abstrak. proses belajar seperti ini juga terjadi pada anak tunagrahita ringan.

Tetapi dikarenakan hambatan yang dialami oleh anak tunagrahita

ringan menyebabkan anak tunagrahita ringan tidak dapat melewati tahapan

belajar abstrak dengan baik. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh

Zaenal Alimin dan Endang Rochyadi (2007:28) Tunagrahita kesulitan untuk

dapat berfikir secara abstrak, belajar apapun harus terkait dengan objek yang

(6)

Selain sulit memahami konsep abstrak, anak tunagrahita ringan juga

mengalami kesulitan dalam beberapa aspek, Oktafiani, M.E.D., (2009:36)

memaparkan beberapa kesulitan yang umumnya di alami oleh anak

tunagrahita ringan dalam memahami matematika dasar diantaranya sebagai

berikut:

a. Kesulitan memahami konsep dasar dalam berhitung

Kesulitan ini akan terjadi bila siswa belum memahami konsep bilangan,

membilang maju, mundur, satu-satu atau dua-dua, belum mampu membuat

korespondensi satu-satu dan membandingkan objek-objek himpunan. Siswa

akan menampakkan kesulitan baik dalam penjumlahan, pengurangan,

perkalian, maupun pembagian.

b. Kesulitan dalam mengelompokkan bilangan

Siswa kesulitan mengelompokkan objek-objek, suatu kemampuan yang

sangat dibutuhkan untuk mengidentifikasi jumlah objek dalam kelompok.

c. Kesulitan dalam berhitung yang berhubungan dengan bilangan nol (0)

Siswa menyimpan puluhan, ratusan, atau ribuan dalam penjumlahan. Dalam

pengurangan siswa tidak melakukan peminjaman, hal ini terjadi bila siswa

belum memiliki keterampilan nilai tempat

d. Kesulitan dalam membaca simbol

Siswa kesulitan dalam melihat atau membedakan angka misalnya 6 dibaca 9,

sedangkan 8 dibaca 3. Matematika adalah bahasa simbol, kurang persepsi

tentang simbol-simbol bilangan akan sangat menyulitkan anak dalam belajar

(7)

e. Gangguan hubungan keruangan

Konsep hubungan keruangan seperti atas-bawah, jauh-dekat, kiri-kanan,

tinggi-rendah, depan-belakang, awal-akhir, umumnya telah dikuasai oleh

anak sejak kecil. Adanya gangguan dalam memahami konsep-konsep

hubugan keruangan dapat menganggu pemahaman anak tentang sistem

bilangan secara keseluruhan. Karena adanya gangguan tersebut, anak

mungkin tidak mampu merasakan jarak antara angka-nagka pada garis

bilangan atau penggaris dan mungkin juga anak tidak tahu bahwa angka 3

lebih dekat dari angka 4 dari pada angka 6.

f. Kesulitan dalam sensori motor

Siswa yang mengalami gangguan sensorimotor, sering tidak bisa menghitung

benda-benda secara berurutan sambil menyebutkan bilangannya “satu, dua,

tiga, empat, lima”. Anak mungkin baru memegang benda yang ketiga tetapi

telah mengucapkan “lima” atau sebaliknya. Anak-anak ini memberikan

kesan bahwa mereka hanya menghapal bilangan tanpa memahami

maknannya.

Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan-permasalahan anak

tunagrahita ringan dalam memahami matematika dasar harus segera diatasi,

karena apabila kesulitan ini terus di alami tanpa ada penyelesaian maka akan

berdampak pada perkembangan kemampuan matematika dasar siswa yang

akan menimbulkan kesulitan pada aktivitas kehidupan sehari-hari. Salah satu

upaya peningkatan kemampuan matematika dasar pada anak tunagrahita

(8)

penggunaan alat atau media pembelajaran yang dapat membantu anak

tunagrahita ringan dalam memahami konsep matematika dasar terutama

dalam penjumlahan melalui teknik menyimpan.

c. MEDIA PEMBELAJARAN

Pasa dasarnya setiap pembelajaran membutuhkan media yang tepat

untuk memudahkan anak dalam menerima materi yang disampaikan. Media

merupakan sesuatu yang mengantarkan atau meneruskan informasi (pesan)

antara pemberi pesan dan penerima pesan.

Kata media dalah bentuk jamak dari kata medium yang berasal dari

bahasa latin Medius yang berarti tengah. Dalam bahasa Indonesia kata

medium adalah sedang atau antara. Sedangkan pengertian media lebih

mengarah pada sesuatu yang mengantarkan atau meneruskan informasi

(pesan) antara pemberi pesan dan penerima pesan.

(National Education Association) NEA (kasim, 2009:27)

berpendapat bahwa ‘media adalah segala benda yang dimanipulasikan

dilihat,didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang digunakan

untuk kegiatan tersebut’. Selanjutnya Gagne (Kasim, 2009:27)

mengemukakan bahwa ‘media adalah berbagai jenis komponen dalam

lingkungan siswa yang dapat merangkang untuk belajar’. Kemudian Nasution

(1984;32) memberikan pendapat sebagai berikut :

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran perasaan ,perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

(9)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah adalah

benda atau alat yang dapat digunakan untuk memudahkan siswa dalam

menerima infomasi dalam pembelajaran.

Pemilihan media dalam pembelajaran sebaiknya disesuaikan dengan

kondisi pada anak. Tahapan belajar anak selalu berawal dari segala sesuatu

yang konkret, hal ini sesuai dengan pendapat Syaiful Sagala (2007:169) “pada

dasarnya sesuai dengan perkembangan siswa sebagai anak, pengajaran lebih

mengutamakan sifat konkret sehingga media mengajarpun dimulai

pemilihannya dari sifat itu”.

Dalam penelitian ini media yang digunakan adalah media tabel bilangan

yang merupakan media konkret yang diharapkan dapat membantu siswa

dalam memahami konsep matematika dasar operasi hitung penjumlahan

melalui teknik menyimpan dengan nilai bilangan sampai puluhan.

1. Media Tabel Bilangan Sebagai Media Pembelajaran

Proses belajar akan terjadi apabila stimulus yang datang dapat di

respon dengan baik oleh anak melalui sistem sensoris (penglihatan,

pendengaran, penciuman, perabaan, dan taktil). Sehingga pembelajaran

seharusnya di awali dari hal yang bersifat konkret, semi konkret, semi

abstrak, abstrak. Dalam proses belajar di perlukan adanya pengalaman

langsung bagi anak terjadi kesan dalam proses pembelajaran, terutama dalam

pembelajaran matematika. Hal ini dapat terjadi melalui penggunaan media

(10)

Media tabel bilangan merupakan salah satu media yang dapat

mengaktifkan sistem sensori meliputi penglihatan, perabaan dan taktil

sehingga dapat memberikan pengalaman langsung kepada anak ketika

menggunakannya.

Penggunaan media tabel bilangan adalah salah satu upaya dalam

mengatasi permasalahan-permasalahan anak tunagrahita ringan, dalam hal ini

mengenai pemahaman matematika dasar operasi hitung penjumlahan melalui

teknik menyimpan. Kesulitan anak dalam memahami konsep abstrak

menyebabkan anak tunagrahita membutuhkan alat bantu atau media yang

dapat mengkonkretan konsep abstrak terutama dalam operasi hitung

penjumlahan sampai puluhan melalui teknik menyimpan. Selain itu untuk

memberikan pengalaman langsung kepada anak ketika belajar, diperlukan

penggunaan media yang dapat menggerakan sistem sensori sehingga proses

pembelajaran menjadi lebih berkesan.

Tabel bilangan terdiri dari kata tabel dan bilangan. Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2002:975) mendefinisikan bahwa Tabel adalah daftar

berisi sejumlah (besar) data informasi, biasanya berupa kata-kata dan

bilangan yang tersusun secara sistematis, urut kebawah dalam lajur dan deret

tertentu dengan garis pembatas sehingga dapat dengan mudah disimak.

Sedangkan bilangan adalah suatu idea, sifatnya abstrak. bilangan

bukan simbol atau lambang dan bukan pula lambang bilangan. Bilangan

memberikan keterangan mengenai banyaknya anggota suatu himpunan

(11)

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Tabel

bilangan merupakan matrik yang terdiri dari dua kolom, masing-masing

kolom bernilai satuan dan puluhan dengan membuat asosiasi berupa kepingan

yang digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan operasi hitung.

Tabel bilangan berupa alat peraga berukuran 30 cm x 40 cm x 6cm

yang di dalamnya terdiri dari dua kolom bernilai satuan dan puluhan. Pada

kolom satuan terdiri dari 20 kepingan dan pada kolom puluhan terdiri dari 10

kepingan yang terbuat dari kayu berbentuk lingkaran dengan diameter 1cm.

Tabel bilangan memiliki beberapa kelebihan, diantaranya dapat

mengkonkretkan jumlah bilangan dari satuan sampai puluhan, dapat melatih

siswa dalam memahami konsep satuan sampai puluhan yang nantinya akan

mempengaruhi siswa dalam memahami konsep penjumlahan dengan teknik

menyimpan. Kelebihan lain yang terdapat dalam media tabel bilangan adalah

cara pengoperasian yang diprediksi akan dapat dipahami oleh siswa serta

efesien karena tidak memerlukan banyak benda untuk membantu memahami

konsep puluhan, dapat dipergunakan secara berulang-ulang dan tidak

(12)

Cara mengoperasikan media tabel bilangan untuk penjumlahan dengan teknik

menyimpan adalah:

a.Langkah pertama menjelaskan mana kolom satuan dan mana kolom puluhan

b. Langkah kedua mengisi tabel satuan dan puluhan dengan kepingan

c. Langkah ketiga memberikan contoh cara menyelesaikan soal

penjumlahan ke bawah dengan teknik menyimpan melalui tabel bilangan 28

15+

d.Langkah keempat menyebutkan nilai tempat pada soal yang di berikan

e.Langkah kelima melingkari 8 buah kepingan yang terdapat pada kolom satuan

Puluhan Satuan

(13)

f. Langkah keenam melingkari 5 buah kepingan yang terdapat pada kolom satuan

Puluhan Satuan

g. Langkah ketujuh menghitung keseluruhan jumlah kepingan yang telah dilingkari pada kolom satuan

Puluhan Satuan

h. Langkah kedelapan menghitung keseluruhan jumlah kepingan yang telah dilingkari pada kolom satuan

Puluhan Satuan

i. Langkah keSembilan menentukan nilai tempat bilangan 13 sesuai jumlah gambar kolom satuan

(14)

Puluhan Satuan

satuan 13 puluhan

j. Langkah kesepuluh melingkari kepingan pada kolom puluhan sesuai jumlah hasil hitung

Puluhan Satuan

satuan 13 puluhan

k. Langkah kesebelas melingkari 2 buah kepingan pada kolom puluhan

Puluhan Satuan

(15)

l. Langkah keduabelas melingkari 1 buah kepingan pada kolom puluhaan

Puluhan Satuan

3

m. Langkah ketiga belas menghitung jumlah kepingan yang telah dilingkari pada kolom puluhan

Puluhan Satuan

3

n. menggabungkan bilangan pada kolom puluhan dan kolom satuan pada kolom yang terletak dibawah

Puluhan Satuan

4 3

(16)

B. PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian sebelumnya yang relevan dan menguatkan asumsi penulis

dalam melakukan penelitian ini adalah:

1. “Pengaruh Penggunaan Media Permainan Dot Cards Terhadap Peningkatan

Kemampuan Berhitung Anak Tunagrahita Ringan” (Mia Eka Devita

Oktafiani, 2009).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mia Eka Devita Oktafiani

dapat disimpulkan bahwa media Dot Cards dapat meningkatkan kemampuan

berhitung (penjumlahan dan pengurangan). Hal ini membuktikan bahwa

dalam proses memahami suatu konsep anak tunagrahita membutuhkan

bantuan alat atau media yang sesuai dengan materi yang akan diberikan.

2. “Efeksifitas Penggunaan Media Base Ten Blocks Dalam Meningkatkan

Kemampuan Berhitung Siswa Tungrahita Ringan” (Merri Fitriani, 2006)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Merri Fitriani disimpulkan

bahwa media Base Ten Block dapat meningkatkan kemampuan berhitung

anak tunagrahita dalam operasi penjumlahan bersusun kebawah tanpa teknik

menyimpan.

Hal ini dapat memperkuat asumsi bahwa dalam setiap pembelajaran

matematika, anak tunagrahita ringan membutuhkan media yang bersifat

konkret dan dapat memberikan pengalaman langsung sesuai dengan materi

(17)

C. KERANGKA BERPIKIR

Tunagrahita merupakan kondisi dimana perkembangan usia tdak

sejalan dengan perkembangan mental, kondisi ini akan mempengaruhi

perkembangan kognitif mereka. Dampak ketunagrahitaan menyebabkan

mereka mengalami kesulitan untuk dapat berfikir secara abstrak yang akan

berdampak terhadap pemahaman konsep matematika dasar termasuk dalam

memahami operasi hitung penjumlahan melalui teknik menyimpan.

Salah satu upaya peningkatan kemampuan matematika dasar pada

anak tunagrahita ringan dalam hal ini adalah mengkonkretkan konsep abstrak

melalui penggunaan alat atau media pembelajaran yang dapat membantu anak

tunagrahita ringan dalam memahami konsep matematika dasar terutama

dalam penjumlahan melalui teknik menyimpan. Sesuai dengan konsep

pembelajaran yang harus diawali dari hal yang konkret - semi konkret –

abstrak.

Media tabel bilangan merupakan media yang dapat mengkonkretkan

jumlah bilangan dari satuan sampai puluhan, dapat melatih siswa dalam

memahami konsep satuan sampai puluhan yang nantinya akan mempengaruhi

siswa dalam memahami konsep penjumlahan dengan teknik menyimpan.

Kelebihan lain yang terdapat dalam media tabel bilangan adalah cara

pengoperasian yang mudah dipahami oleh siswa serta efesien karena tidak

memerlukan banyak benda untuk membantu memahami konsep puluhan.

(18)

Berdasarkan pemaparan diatas, diharapkan adanya suatu pengaruh

antara penggunaan media tabel bilangan terhadap kemampuan matematika

dasar. Jika media tabel bilangan dapat membantu meningkatkan kemampuan

matematika dasar maka penggunaan media tabel bilangan berpengaruh

terhadap peningkatan kemampuan matematika dasar pada anak tunagrahita

ringan.

D. HIPOTESIS

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:64) “ hipotesis dapat diartikan

sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan

penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Adapun hipotesis

yang di ajukan dalam penelitian ini adalah:

“ Terdapat pengaruh media tabel bilangan terhadap peningkatan kemampuan

Gambar

Tabel  bilangan  terdiri  dari  kata  tabel  dan  bilangan.  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia  (2002:975)  mendefinisikan  bahwa  Tabel  adalah  daftar  berisi  sejumlah  (besar)  data  informasi,  biasanya  berupa  kata-kata  dan  bilangan yang tersusun se
Tabel  bilangan  berupa  alat  peraga  berukuran  30  cm  x  40  cm  x  6cm  yang  di  dalamnya  terdiri  dari  dua  kolom  bernilai  satuan  dan  puluhan

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun demikian, pemyataan Kempers tel ah me­ n im bulkan gagasan untuk menghubungkan hiasan vajra, ratna, padma dan vi�va­ vajra yang terdapat pada kubah genta koleksi

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa Integritas Berperilaku Kudus dalam Menciptakan Pelayan Tuhan yang Tidak Menuruti Hawa Nafsu, Hidup dalam Takut akan Tuhan, dan

Walaupun kamera memiliki memori yang terpasang di dalam yang dapat digunakan untuk menyimpan gambar dan film, Anda mungkin ingin membeli kartu memori yang dijual bebas untuk

Untuk pengembangan kemampuan dasar anak didik, dilihat dari kemampuan fisik/motoriknya maka guru-guru PAUD akan membantumeningkatkan keterampilan fisik/motorik anak

Keterampilan bertanya adalah merupakan keterampilan yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan belajar mengajar, karena metode apapun, tujuan pengajaran apapun yang

Salah satu bentuk komunikasi persuasif yang dilakukan oleh KPP Pratama Palembang Ilir Barat yaitu dengan ikut berperan dalam menjaring potensi wajib pajak dan

Bagi Penyedia Jasa atau Pemilik Kapal yang sedang menjalani pemeriksaan oleh instansi yang terkait, antara lain pihak kepolisian, TNI, Bea Cukai, Perpajakan, atas

( Kepribadian adalah organisasi dalam diri individu yang bersifat dinamis, tentang sistem psikofsikal yang membentuk penyesuaian diri yang unik dari invidu).A.  DEFINISI