• Tidak ada hasil yang ditemukan

TIM PENYUSUN. : Dr. Widada Sulistya DEA Dra. Nurhayati, M.Sc. : Triyogo Amberkahi, ST

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TIM PENYUSUN. : Dr. Widada Sulistya DEA Dra. Nurhayati, M.Sc. : Triyogo Amberkahi, ST"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BMKG

i Stasiun Klimatologi Pondok Betung - Tangerang

Laporan - Edisi Januari 2015

TIM PENYUSUN

Pengarah

: Dr. Widada Sulistya DEA

Dra. Nurhayati, M.Sc

Penanggung Jawab : Ir. Budi Roespandi

Ketua

: Triyogo Amberkahi, ST

Sekretaris

: Yanuar Henry Pribadi, MSi

Anggota

: 1. Darman Mardanis, SE

2. Devi Febryanti, ST

3. Kusairi, S.Si

4. Yuningsih, ST

5. Tonny Satria Wijaya Kusuma, S.Kom

6. Sugiyanti, SSi

7. Selvy Yolanda, SST

8. Diny Fitriani

9. Mikhson

(3)

KATA PENGANTAR

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami ucapkan atas Rahmat dan Karunia-Nya, Buku Informasi Peta

Kekeringan dengan metode SPI Propinsi Banten dan DKI Jakarta Bulan Januari 2015 ini

dapat terselesaikan dengan baik. Buku ini memuat informasi hasil Analisis Tingkat Kekeringan tiga bulanan (Oktober – Desember 2014) Propinsi Banten dan DKI Jakarta.

Analisis kekeringan tiga bulanan (Oktober – Desember 2014) memberikan gambaran mengenai tingkat kekeringan berdasarkan nilai curah hujan tiga bulanan dengan menggunakan metode Standardized Precipitation Index (SPI). Hasil analisis ini dapat memonitor kejadian kekeringan meteorologis yang terjadi di wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta. Informasi kekeringan meteorologis dapat digunakan sebagai indikator awal terjadinya kekeringan di suatu wilayah. Selain untuk monitoring kekeringan juga untuk monitoring kebasahan yaitu kejadian penyimpangan curah hujan diatas normalnya.

Analisis Prakiraan tingkat kekeringan tiga bulanan (November 2014 – Januari 2015) merupakan analisis prakiraan SPI dengan menggunakan data prakiraan curah hujan bulan Januari 2015. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk memprakirakan wilayah–wilayah di Indonesia yang akan mengalami kondisi kering.

Kami ucapkan terima kasih atas kerjasama semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian kegiatan ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam kegiatan di berbagai bidang khususnya di bidang pertanian.

Tangerang Selatan, Januari 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI

PONDOK BETUNG

Ir. BUDI ROESPANDI NIP. 196007061981031002

(4)

BMKG

iii Stasiun Klimatologi Pondok Betung - Tangerang

Laporan - Edisi Januari 2015

DAFTAR ISI

Halaman

TIM PENYUSUN ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

PENGERTIAN ...1

KEKERINGAN... 1

JENIS-JENIS KEKERINGAN ... 1

STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX (SPI) ... 2

I. RINGKASAN ... 4 II. ANALISIS TINGKAT KEKERINGAN DAN KEBASAHAN PERIODE OKTOBER - DESEMBER 2014 ... 4 III. PRAKIRAAN INDEKS PRESIPITASI TERSTANDARISASI (SPI) 3 BULANAN PERIODE NOPEMBER 2014 - JANUARI 2015 DI PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA ... 12 LAMPIRAN ...14

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Monitoring Tingkat Kekeringan berdasarkan Metode SPI ...6 Tabel 2. Monitoring Tingkat Kebasahan berdasarkan Metode SPI ...6 Tabel 3. Prakiraan Tingkat Kekeringan Berdasarkan Metode SPI 3 Bulanan Nopember 2014 - Januari 2015 ...13

(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar II.1. Indeks Presipitasi Terstandarisasi (SPI) 3 bulanan di Propinsi Banten dan DKI Jakarta Oktober - Desember 2014 ...5 Gambar II.2. Indeks Presipitasi Terstandarisasi (SPI) 3 bulanan di Propinsi DKI Jakarta Oktober -

Desember 2014 ...7 Gambar II.3. Indeks Presipitasi Terstandarisasi (SPI) 3 bulanan di Tangerang Oktober - Desember

2014 ...8 Gambar II.4. Indeks Presipitasi Terstandarisasi (SPI) 3 bulanan di Serang Oktober - Desember

2014 ...9 Gambar II.5. Indeks Presipitasi Terstandarisasi (SPI) 3 bulanan di Kabupaten Pandeglang Oktober -

Desember 2014 ...10 Gambar II.6. Indeks Presipitasi Terstandarisasi (SPI) 3 bulanan di Kabupaten Lebak Oktober -

Desember 2014 ...11 Gambar II.7. Prakiraan Indeks Presipitasi Terstandarisasi (SPI) 3 bulanan di Propinsi Banten dan

DKI Jakarta Nopember 2014 - Januari 2015 ...12

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data Curah Hujan dan Indeks SPI Tiga Bulanan (Oktober - Desember 2014) di beberapa tempat di Propinsi Banten dan DKI Jakarta ...14

(6)

BMKG

1 Stasiun Klimatologi Pondok Betung - Tangerang

Laporan - Edisi Januari 2015

PENGERTIAN

KEKERINGAN

Kekeringan merupakan salah satu jenis bencana alam yang terjadi secara perlahan (slow-onset disaster), berdampak sangat luas, dan bersifat lintas sektor (ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain). Kekeringan merupakan fenomena alam yang tidak dapat dielakkan dan merupakan variasi normal dari cuaca yang perlu dipahami.Variasi alam dapat terjadi dalam hitungan hari, minggu, bulan, tahun, bahkan abad. Dengan melakukan penelusuran data cuaca dalam waktu yang panjang, akan dapat dijumpai variasi cuaca yang beragam, misalnya: bulan basah-bulan kering, tahun basah-tahun kering, dan dekade basah-dekade kering. Berkurangnya curah hujan biasanya ditandai dengan berkurangnya air dalam tanah sehingga pertanian merupakan sektor pertama yang akan terpengaruh. Cukup sulit untuk mengetahui kapan kekeringan akan dimulai atau berakhir, dan kriteria apa yang digunakan untuk menentukannya. Apakah kekeringan itu berakhir ditandai dengan faktor-faktor meteorologi dan klimatologi atau ditandai dengan berkurangnya dampak negatif yang dialami oleh manusia dan lingkungannya.

JENIS-JENIS KEKERINGAN

A. Kekeringan Meteorologis

Kekeringan ini berkaitan dengan tingkat curah hujan yang terjadi berada dibawah kondisi normalnya pada suatu musim. Perhitungan tingkat kekeringan meteorologis merupakan indikasi pertama terjadinya kondisi kekeringan. Intensitas kekeringan berdasarkan definisi meteorologis adalah sebagai berikut: 1. kering: apabila curah hujan antara 70% - 85% dari kondisi normal (curah hujan dibawah normal) 2. sangat kering : apabila curah hujan antara 50% - 70% dari kondisi normal (curah hujan jauh dibawah normal) 3. Amat sangat kering : apabila curah hujan < 50% dari kondisi normal (curah hujan amat jauh dibawah normal) B. Kekeringan Pertanian

Kekeringan ini berhubungan dengan berkurangnya kandungan air dalam tanah (lengas tanah) sehingga tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan air bagi tanaman pada suatu periode tertentu. Kekeringan per-tanian ini terjadi setelah terjadinya gejala kekeringan meteorologis. Intensitas kekeringan berdasarkan definisi pertanian adalah sebagai berikut :

(7)

1. Kering : apabila 1/4 daun kering dimulai pada bagian ujung daun (terkena ringan s/d sedang) 2. Sangat kering : apabila 1/4 - 2/3 daun kering dimulai pada bagian ujung daun (terkena berat) 3. Amat sangat kering : apabila seluruh daun kering (terkena puso).

C. Kekeringan Hidrologis

Kekeringan ini terjadi berhubungan dengan berkurangnya pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan hidrologis diukur dari ketinggian muka air sungai, waduk, danau dan air tanah. Ada jarak waktu antara berkurangnya curah hujan dengan berkurangnya ketinggian muka air sungai, danau dan air tanah, sehingga kekeringan hidrologis bukan merupakan gejala awal terjadinya kekeringan. Intensitas kekeringan berdasarkan definisi hidrologis adalah sebagai berikut : 1. kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran dibawah periode 5 tahunan 2. sangat kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran jauh dibawah periode 25 tahunan 3. Amat sangat kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran amat jauh dibawah periode 50 tahunan.

D. Kekeringan Sosial Ekonomi

Kekeringan ini terjadi berhubungan dengan berkurangnya pasokan komoditi yang bernilai ekonomi dari kebutuhan normal sebagai akibat dari dari terjadinya kekeringan meteorologis, pertanian dan hidrologis.

STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX (SPI)

Standardized Precipitation Index (SPI) adalah indeks yang digunakan untuk menentukan penyimpangan

curah hujan terhadap normalnya dalam susatu periode waktu yang panjang (bulanan, dua bulanan, tiga bulanan dst). Nilai SPI dihitung menggunakan metode statistic probabilitas distribusi gamma.

Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh SPI adalah : • SPI dapat dihitung untuk skala waktu yang berbeda • Dapat memberikan peringatan dini kekeringan

• Dapat membantu menilai tingkat keparahan kekeringan • SPI lebih sederhana daripada Palmer Drought Severity Index

(8)

BMKG

3 Stasiun Klimatologi Pondok Betung - Tangerang

Laporan - Edisi Januari 2015

Berdasarkan nilai SPI, ditentukan kategori tingkat kekeringan dan kebasahan sebagai berikut: a) Tingkat Kekeringan 1. Sangat Kering : Jika nilai SPI ≤ -2,00 dengan probabilitas 2,3% 2. Kering : Jika nilai SPI -1,50 s/d -1,99 dengan probabilitas 4,4% 3. Agak Kering : Jika nilai SPI -1,00 s/d -1,49 dengan probabilitas 9,2% b) Normal : Jika nilai SPI -0,99 s/d 0,99 dengan probabilitas 68,2% c) Tingkat Kebasahan 1. Sangat Basah : Jika nilai SPI ≥ 2,00 dengan probabilitas 2,3% 2. Basah : Jika nilai SPI 1,50 s/d 1,99 dengan probabilitas 4,4% 3. Agak Basah : Jika nilai SPI 1,00 s/d 1,49 dengan probabilitas 9,2%

Curah Hujan Tiga Bulanan adalah jumlah curah hujan selama tiga bulan, yang digunakan sebagai dasar

(9)

I. RINGKASAN

1. Analisis tingkat kekeringan dan kebasahan dengan menggunakan indeks SPI untuk akumulasi curah hujan tiga bulanan Oktober – Desember 2014 di wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta pada umumnya Normal. Kecuali sebagian kecil wilayah Tengah, Timur dan Barat DKI Jakarta, sebagian kecil wilayah Selatan Kab. Tangerang, sebagian kecil wilayah Barat Kab Serang, sebagian kecil wilayah Tengah dan Timur Kab Lebak Agak Kering-Sangat Kering. Sedangkan sebagian kecil wilayah Tengah dan Barat Kab Pandeglang serta sebagian kecil wilayah selatan Kab Lebak Agak

Basah.

2. Analisis prakiraan tingkat kekeringan dan kebasahan dengan menggunakan indeks SPI untuk akumulasi curah hujan tiga bulanan November 2014 – Januari 2015 di wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta pada umumnya Normal. Kecuali sebagian kecil wilayah Barat Daya DKI Jakarta

Agak Kering. Sedangkan sebagian kecil wilayah Selatan Kab Lebak, sebagian kecil wilayah Barat

Kab Serang Agak Basah.

II. ANALISIS TINGKAT KEKERINGAN DAN KEBASAHAN PERIODE OKTOBER –

DESEMBER 2014

Analisis tingkat kekeringan dan kebasahan periode tiga bulanan (Oktober - Desember 2014) menggunakan indeks SPI disajikan dalam Gambar II.1. Detail analisis tiap wilayah kota/kabupaten dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2 yang menunjukkan daerah kecamatan/lokasi pos hujan. Hasil analisis didasarkan pada pengamatan curah hujan periode Oktober - Desember 2014 di seluruh wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta.

(10)

5

Laporan - Edisi Januari 2015

Stasiun Klimatologi Pondok Betung - Tangerang

BMKG

Gambar II.1

5

(11)

Tabel 1. Monitoring Tingkat Kekeringan berdasarkan Metode SPI

DAERAH TINGKAT KEKERINGAN SANGAT KERING KERING AGAK KERING NORMAL

DKI Jakarta Pakubuwono Pulogadung -

Halim (TNI AU), Kemayoran, Tanjung Priok, Depok, Karet, Rorotan

Tangerang - Curug UPTD

Serpong

Cengkareng, Pondok Betung, Tangerang, Jatiwaringin Mauk, UPTD Balaraja, UPTD Benda Sukamulya, UPTD Bendung Ciputat, UPTD Cipondoh Sambidoyong, UPTD Kresek, UPTD Sepatan, UPTD Tegal Kemiri

Serang - - Anyer

Serang, Carenang, Cinangka, Ciomas, Ciruas, Kasemen Kilasah, Kragilan Kalenpetung, Kramatwatu Pegadigan, Mancak, Pabuaran, Padarincang,

Pamarayan, Pontang, Ragas Hilir

Pandeglang - - - Bd Ciliman, Cibaliung, Cilemer,

Menes, Pandeglang Lebak - BPP Sajira Banjar Irigasi Cipanas, Lebak Parahiang

Bojong Leles, Cilaki Ciminyak, Cisalak Baru, Kec.Cimarga, Malingping Utara, Pasir Ona Rangkasbitung.

 

Tabel 2. Monitoring Tingkat Kebasahan berdasarkan Metode SPI

DAERAH

TINGKAT KEBASAHAN

AGAK BASAH BASAH SANGAT BASAH

Jakarta - - -

Tangerang - - -

Serang - - -

Pandeglang Cimanuk, Labuhan - -

(12)

7

Laporan - Edisi Januari 2015

Stasiun Klimatologi Pondok Betung - Tangerang

BMKG

Gambar II.2

8

(13)

8

Laporan - Edisi Januari 2015

Gambar II.3

(14)

9

Laporan - Edisi Januari 2015

Stasiun Klimatologi Pondok Betung - Tangerang

BMKG

Gambar II.4

10

Gambar II.4

(15)

10

Laporan - Edisi Januari 2015

Gambar II.5

(16)

11

Laporan - Edisi Januari 2015

Stasiun Klimatologi Pondok Betung - Tangerang

BMKG

Gambar II.6

12

Gambar II.6

(17)

III. PRAKIRAAN INDEKS PRESIPITASI TERSTANDARISASI (SPI) 3 BULANAN PERIODE

NOPEMBER 2014 - JANUARI 2015 DI PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

Prakiraan SPI 3 Bulanan periode Nopember 2014 - Januari 2015 menggunakan data prakiraan curah hujan bulan Januari 2015 disajikan dalam Gambar II.7. Wilayah propinsi yang diprakirakan akan mengalami kondisi kering dapat dilihat pada tabel 3.

Gambar II.7

13

DKI JAKARTA

Prakiraan SPI 3 Bulanan periode November 2014

– Januari 2015 menggunakan

data prakiraan curah hujan bulan Januari 2015 disajikan dalam Gambar II.7.

Wilayah propinsi yang diprakirakan akan mengalami kondisi kering dapat dilihat

pada tabel 3.

(18)

BMKG

13 Stasiun Klimatologi Pondok Betung - Tangerang

Laporan - Edisi Januari 2015

Tabel 3.  Prakiraan Tingkat Kekeringan berdasarkan Metode SPI 3 Bulanan Nopember 

2014 – Januari 2015 

 

DAERAH TINGKAT KEKERINGAN

SANGAT KERING KERING AGAK KERING

DKI Jakarta - - Pakubuwono

Tangerang - - -

Serang - - -

Pandeglang - - -

Lebak - - -

(19)

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

DATA CURAH HUJAN DAN INDEKS SPI TIGA BULANAN DI BEBERAPA TEMPAT DI PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

Okt 2014 Nop 2014 Des 2014

1 Cengkareng KAB.TANGERANG 17 89 209 -0,12

2 Curug KAB.TANGERANG 3 250 98 -1,70

3 Halim (TNI AU) JAKARTA TIMUR 0 312 287 0,08

4 Kemayoran JAKARTA PUSAT 52 65 211 -0,50

5 Pondok Betung TANGERANG SELATAN 29 265 106 -0,85

6 Serang SERANG 21 157 140 -0,53

7 Tangerang KOTA TANGERANG 36 140 189 -0,20

8 Tanjung Priok JAKARTA UTARA 6 84 164 -0,86

9 Depok DEPOK 36 451 182 -0,88

10 Karet JAKARTA PUSAT 14 61 180 -0,78

11 Pakubuwono JAKARTA SELATAN 32 94 88 -2,30

12 Pulogadung JAKARTA TIMUR 2 71 254 -1,80

13 Rorotan JAKARTA UTARA 6 99 281 0,22

14 Jatiwaringin Mauk KAB.TANGERANG 12 50 198 -0,37

15 UPTD Balaraja KAB.TANGERANG 34 205 124 -0,44

16 UPTD Benda Sukamulya KAB.TANGERANG 47 228 161 0,62

17 UPTD Bendung Ciputat KAB.TANGERANG 33 282 133 0,25

18 UPTD Cipondoh Sambidoyong KAB.TANGERANG 74 81 151 -0,61

19 UPTD Kresek KAB.TANGERANG 9 87 164 -0,06

20 UPTD Sepatan KAB.TANGERANG 66 57 240 0,00

21 UPTD Serpong KAB.TANGERANG 67 176 90 -1,10

22 UPTD Tegal Kemiri KAB.TANGERANG 16 41 83 -0,82

23 Anyer SERANG 40 112 175 -1,30 24 Carenang SERANG 39 78 221 -0,26 25 Cinangka SERANG 39 438 540 0,81 26 Ciomas SERANG 138 224 387 0,44 27 Ciruas SERANG 16 89 217 -0,39 CURAH HUJAN (mm) KABUPATEN/KOTA

NO NAMA STASIUN/ POS HUJAN INDEKS

(20)

BMKG

15 Stasiun Klimatologi Pondok Betung - Tangerang

Laporan - Edisi Januari 2015

16

LAMPIRAN 1. (lanjutan)

Okt 2014 Nop 2014 Des 2014

28 Kasemen Kilasah SERANG 9 58 213 0,32

29 Kragilan Kalenpetung SERANG 15 215 271 0,58

30 Kramatwatu Pegadigan SERANG 35 92 211 0,06

31 Mancak SERANG 4 93 516 -0,53

32 Pabuaran SERANG 73 175 256 -0,50

33 Padarincang SERANG 0 417 411 -0,13

34 Pamarayan SERANG 51 279 156 -0,19

35 Pontang SERANG 17 66 149 -0,49

36 Ragas Hilir SERANG 20 162 253 -0,02

37 Bd Ciliman PANDEGLANG 30 216 503 0,61 38 Cibaliung PANDEGLANG 130 454 555 0,27 39 Cilemer PANDEGLANG 182 300 459 0,98 40 Cimanuk PANDEGLANG 341 397 486 1,10 41 Labuhan PANDEGLANG 278 515 749 1,20 42 Menes PANDEGLANG 359 385 530 0,47 43 Pandeglang PANDEGLANG 247 261 165 -0,81

44 Banjar Irigasi Cipanas LEBAK 127 253 101 -1,10

45 Bojong Leles LEBAK 165 317 152 0,15

46 BPP Sajira LEBAK 175 231 71 -1,60

47 Cilaki_Ciminyak LEBAK 168 212 184 -0,92

48 Cisalak Baru LEBAK 144 362 216 0,29

49 Kec.Cimarga LEBAK 245 228 208 0,19

50 Lebak Parahiang LEBAK 170 317 144 -1,00

51 Malingping Utara LEBAK 73 296 455 -0,81

52 Panyaungan LEBAK 171 573 1156 1,10

53 Pasir Ona Rangkasbitung LEBAK 192 401 194 0,65

KABUPATEN/KOTA INDEKS

SPI CURAH HUJAN (mm)

NAMA STASIUN/ POS HUJAN NO

(21)

Gambar

Gambar  II.1
Tabel 1. Monitoring Tingkat Kekeringan berdasarkan Metode SPI
Gambar  II.2
Gambar  II.3 Gambar  II.3
+6

Referensi

Dokumen terkait

Parameter kekuatan energi radiasi khas yang diabsorpsi oleh molekul adalah absorban (A) yang dalam batas konsentrasi rendah nilainya sebanding dengan konsentrasi zat yang

Untuk mengatasi hal tersebut, telah diperkenalkan analisis multikomponen menggunakan prinsip persamaan regresi berganda (multiple regression) melalui perhitungan matriks

Dimana dalam pengkombinasian algoritma affine cipher dan vigenere cipher dibagi menjadi dua proses, yakni proses pengurutan karakter agar karakter yang akan

Kab./Kota Bidang Unit Organisasi Sub Unit Organisasi U P

1. Menghasilkan sistem steganografi dengan metode Discrete Haar Wavelet Transformation dan kriptografi dengan metode Vigenere Cipher untuk menjaga keamanan

• Cara memanggil FORM dari Program INFORMIX-4GL Mahasiswa mengetahui perintah-perintah yang digunakan untuk memanggil FORM dalam program INFORMIX-4GL • Contoh FORM yang hanya

Layanan pengiriman pesan singkat ini sangatlah standar dan tidak jarang para pengguna telepon selular menggunakan layanan SMS ini untuk mengirimkan suatu pesan

Sebuah cipher menggunakan suatu algoritma yang dapat meng kodekan semua aliran data (stream) bit dari suatu pesan asli (plaintext) menjadi cryptogram yang tidak di