• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Umum

Menurut Ditjen POM (1979) Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kompacetak, dalam tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannnya rata atau cembung, menggandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah.

Macam-macam jenis tablet adalah tablet kompresi, tablet kompresi ganda, tablet salut gula, tablet diwarnai coklat, tablet salut selaput, tablet salut enterik, tablet sublingual atau bukal, tablet kunyah, tablet effervescent, tablet triturat, tablet hipodermik, tablet pembagi, tablet dengan pengelepasan terkendali. Jenis tablet yang digunakan adalah tablet kompresi yaitu dibuat dengan sekali tekanan menjadi berbagai bentuk tablet dan ukuran, ditambah sejumlah bahan pembantu seperti pengencer/pengisi, pengikat, zat warna, dll (Howard, 2005).

2.1.1 Deksklorfeniramin Maleat

(2)

Menurut Ditjen BKAK (2014) dan USP 30 NF 25 (2007) Deksklorfeniramin maleat memiliki rumus molekul C16H19ClN2. C4H4O4 dengan

berat molekul 390,87. Pemeriannya berupa serbuk hablur, putih, tidak berbau. Senyawa ini mudah larut dalam air; larut dalam etanol dan kloroform; sukar larut dalam benzena dan eter.

Deksklorfeniramin maleat merupakan antihistamin yang menghambat reseptor H1. Antihistamin ini menghambat efek histamin pada pembuluh darah,

bronkus, dan otot polos. Selain itu antihistamin juga bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas (Dewoto, 2007).

Deksklorfeniramin maleat dapat digunakan untuk mengatasi peradangan pada selaput lendir hidung dan tenggorokan, asma, saluran pernapasan yang parah dan kronis, peradangan selaput lendir hidung karena alergi, peradangan selaput mata karena alergi dan lain-lain (Lukmanto,1986).

2.1.2 Deksametason

Rumus struktur deksametason dapat dilihat pada Gambar 2.2 .

(3)

Menurut Ditjen BKAK (2014) dan USP 30 NF 25 (2007) Deksametason memiliki rumus molekul C22H29FO5 dengan berat molekul 392,47. Pemeriannya

berupa serbuk hablur, putih sampai praktis putih, tidak berbau, stabil di udara. Senyawa ini agak sukar larut dalam aseton, etanol, dioksan dan methanol; sukar larut dalam kloroform; sangat sukar larut dalam eter; praktis tidak larut dalam air.

Deksametason merupakan obat golongan kortikosteroid yang bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein. Efek utamanya ialah pada penyimpanan glikogen hepar dan efek anti-inflamasi, sedangkan pengaruhnya pada kesetimbangan air dan elektrolit kecil (Suherman, 2007).

2.2 Deksklorfeniramin Maleat dan Deksametason

Deksklorfeniramin maleat dan Deksametason merupakan kombinasi kortikosteroid dan antihistamin. Deksametason memiliki kemampuan dalam menanggulangi peradangan, sedangkan deksklorfeniramin maleat mengatasi secara sempurna sebagian besar akibat khas yang ditimbulkan oleh histamin yang bermanfaat dalam pencegahan dan penanggulangan banyak gejala alergi. Kombinasi ini merupakan pilihan dalam pengobatan symptomatik gangguan-gangguan alergi dan peradangan parah (Lukmanto, 1986).

2.2.1 Spektrofotometri

Spektrofotometri adalah metode pengukuran yang didasarkan pada interaksi cahaya dengan materi. Suatu alat yang mengukur panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet – visible yang diserap oleh sampel disebut spektrofotometer ultraviolet – visible. Ultraviolet berada pada panjang gelombang

(4)

200 – 400 nm, sedangkan visible berada pada rentang panjang gelombang 400 – 800 nm( Dachriyanus, 2004 ).

2.2.2 Pengertian Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel

Spekrofotometri ultraviolet-visibel merupakan salah satu teknik analisis spektrofotometri yang menggunakan sumber radiasi elektromagnetik sinar ultraviolet dan sinar tampak dengan memakai instrumen spektrofotometer (Rohman, 2007).

Spektrofotometer merupakan penggabungan dari dua fungsi alat yang terdiri dari spektrofotometer yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang diabsorpsi. Ketika cahaya (monokromatik atau heterogen) mengenai medium homogen, suatu bagian dari cahaya yang ada akan dipantulkan, sebagian diserap medium, dan sisanya ditransmisikan atau diteruskan (Day dan Underwood, 1998).

Jika suatu molekul sederhana dikenakan radiasi elektromagnetik maka molekul tersebut akan menyerap radiasi elektromagnetik. Interaksi antara molekul dengan radiasi elektromagnetik ini akan meningkatkan energi dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi. Apabila pada molekul yang sederhana tadi hanya terjadi transisi elektronik pada satu macam gugus yang terdapat pada molekul, maka hanya akan terjadi satu absorpsi yang merupakan pita spektrum. Terjadinya dua atau lebih pita spektrum diberikan oleh molekul dengan struktur yang lebih kompleks karena terjadi beberapa transisi sehingga mempunyai lebih dari satu panjang gelombang (Rohman, 2007).

(5)

Spektrum elektron suatu molekul adalah hasil transisi antara dua tingkat energi elektron pada molekul tersebut. Radiasi ultraviolet diabsorpsi oleh molekul organik aromatik, molekul yang mengandung elektron-π terkonjugasi atau atom yang mengandung elektron-n, menyebabkan transisi elektron di orbit terluarnya dari tingkat energi elektron dasar ke tingkat energi tereksitasi lebih tinggi. Besarnya absorbansi radiasi tersebut berbanding dengan banyaknya molekul analit yang mengabsorpsi dan dapat digunakan untuk analisis kuantitatif (Satiadarma, dkk., 2004).

2.2.3 Kegunaan Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel

Data spektrum ultraviolet-visibel secara tersendiri tidak dapat digunakan untuk identifikasi kualitatif obat karena rentang daerah radiasi yang relatif sempit hanya dapat menghasilkan sedikit sekali puncak absorbsi maksimum dan minimum. Akan tetapi jika digabung dengan cara lain seperti spektrofotometri inframerah, resonansi magnet inti, dan spektrometri massa, maka dapat digunakan untuk maksud identifikasi kualitatif suatu senyawa tersebut. Penggunaannya terbatas pada konfirmasi identitas dengan menggunakan parameter panjang gelombang maksimum, nilai absorptivitas, nilai absorptivitas molar, dan nilai koefisien ekstingsi yang khas untuk senyawa yang dilarutkan dalam suatu pelarut tertentu (Satiadarma, dkk., 2004; Rohman, 2007).

Spektrofotometri ultraviolet-visibel dibagi atas empat metode analisis yaitu analisis zat tunggal, analisis multikomponen, spektrofotometri perbedaan (Difference Spectrophotometry), dan spektrofotometri derivatif(Moffat, dkk., 2005).

(6)

2.3. Analisis Multikomponen dengan Spektrofotometri Ultraviolet

Analisis kuantitatif campuran dua komponen merupakan teknik pengembangan analisis kuantitatif komponen tunggal. Prinsip pelaksanaanya adalah mencari absorban atau beda absorban tiap-tiap komponen yang memberikan korelasi yang linier terhadap konsentrasi, sehingga akan dapat dihitung masing-masing kadar campuran zat tersebut secara serentak atau salah satu komponen dalam campurannya dengan komponen yang lainnya (Mulja dan Suharman, 1995).

Menurut Day dan Underwood (1998) ada beberapa kemungkinan yang terjadi yaitu sebagai berikut :

1. Kemungkinan I

Tumpang tindih dua cara dari spectra: bila tidak dapat ditemukan panjang gelombang dimana X atau Y menyerap secara eksklusif. Seperti yang ditunjukkan Gambar 2.3:

Gambar 2.3 spektra senyawa X dan Y. Tumpang tindih dua cara : tidak ada panjang gelombang dimana salah satu komponen dapat diukur tanpa gangguan oleh yang lain (Day and Underwood,1998)

Spectra saling tumpang tindih dari dua komponen X dan Y. pada absorbansi maksimum dari komponen X pada λ1. Komponen Y juga mempunyai

(7)

λ2. Komponen X juga mempunyai absorbansi tersendiri. Spectrum serapan dari

campuran X dan Y merupakan jumlah dari dua kurva individu.

Penggunaan teknik persamaan simultan memerlukan beberapa persyaratan agar diperoleh hasil yang memuaskan, antara lain harga selisih panjang gelombang maksimum masing- masing komponen harus relative besar (Andrianto, 2009) atau harga rasio serapan antar komponen pada panjang gelombang maksimum cukup besar. Pada campuran multikomponen yang ada, terutama pada sediaan farmasi syarat tersebut akan sulit terpenuhi. Untuk mengatasi hal tersebut, telah diperkenalkan analisis multikomponen menggunakan prinsip persamaan regresi berganda (multiple regression) melalui perhitungan matriks dengan metode pengamatan beberapa panjang gelombang (multiple wavelength ) (Andrianto, 2009).Pengukuran tersebut akan valid jika pengukuran serapan dilakukan pada multi panjang gelombang dengan jumlah melebihi komponen dan dikenal dengan istilah over-determained system (Andrianto, 2009).

2. Kemungkinan II

Gambar 2.4 Spektra absorbsi X dan Y (tidak ada tumpang tindih pada dua panjang gelombang yang digunakan) (Day and Underwood,1998).

(8)

Spektra tidak tumpang tindih, atau sekurangnya dimungkinkan untuk menemukan suatu panjang gelombang dimana X menyerap dan Y tidak, serta panjang gelombang serupa untuk mengukur Y. Situasi kemungkinan I dapat dilihat pada gambar 2.4 Konstituen X dan Y semata-mata diukur masing-masing pada panjang gelombang λ1 dan λ2 (Day and Underwood, 1998). X Y absorban λ1 λ2. Panjang gelombang Gambar 2.4 Spektra absorpsi senyawa X dan Y (tidak

ada tumpang tindih pada dua panjang gelombang yang digunakan)(Day and Underwood, 1998)

3. Kemungkinan III

Tumpang tindih satu-cara dari spektra: seperti ditunjukkan pada gambar 2.5 Y tidak mengganggu pengukuran X pada λ1, tetapi X memang menyerap cukup banyak bersama-sama Y pada λ2. Pendekatan soal ini pada prinsipnya sederhana. Konsentrasi X ditetapkan langsung dari absorbansi larutan pada λ1. Kemudian absorbansi yang disumbangkan oleh larutan X pada λ2 dihitung dari absortivitas molar X pada λ2, yang telah diketahui sebelumnya. Sumbangan ini dikurangkan dari absorbansi terukur larutan pada λ2 sehingga akan diperoleh

absorbansi yang disebabkan oleh Y; konsentrasi Y kemudian dapat diukur dengan cara yang umum (Day and Underwood, 1998). Spektra kemungkinan tiga dapat dilihat pada Gambar 2.5.

(9)

Gambar 2.5 spektra serapan senyawa X dan Y. Tumpang tindih satu cara : X dapat diukur tanpa gangguan Y, namun X mengganggu penggukuran Y( Day and Underwood,1998).

Hukum Lambert-Beer menjadi dasar aspek kuantitatif spektrofotometri ultraviolet-visibel. Menurut Hukum Lambert-Beer, serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, yang dapat ditulis dengan persamaan :

A = a.b.c (g/liter) atau A = ε. b. c (mol/liter) atau A = A1

1.b.c (g/100 ml) Dimana: A = serapan a = absorptivitas b = ketebalan sel c = konsentrasi ε = absorptivitas molar A11 =absorptivitas spesifik

2.4 Komponen Spektrofotometer Ultraviolet-Visibel

Biasanya spektrofotometer dilengkapi dengan software yang berfungsi untuk mengolah data yang dapat dioperasikan malalui komputer yang telah terhubung dengan spektrofotometer. Spektrofotometri panjang gelombang berganda merupakan metode manipulatif terhadap spektra pada spektrofotometri UV-Visibel (Moffat, dkk., 2005).

(10)

Menurut Satiadarma, dkk., (2004) dan Rohman (2007), komponen spektrofotometer Ultraviolet-Visibel adalah sebagai berikut:

1. Sumber-sumber lampu: lampu deuterium digunakan untuk daerah ultraviolet pada panjang gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel pada panjang gelombang antara 350- 900 nm.

2. Monokromotor: digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya berupa prisma untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian.

3. Kuvet (sel): digunakan sebagai wadah sampel untuk menaruh cairan ke dalam berkas cahaya spektrofotometer. Kuvet itu haruslah meneruskan energi radiasi dalam daerah spektrum yang diinginkan. Pada pengukuran di daerah sinar tampak, kuvet dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah ultraviolet kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Kuvet tampak dan ultraviolet yang khas mempunyai ketebalan 1 cm.

4. Detektor: digunakan sebagai alat yang menerima sinyal dalam bentuk radiasi elektromagnetik, mengubah, dan meneruskannya dalam bentuk sinyal listrik ke rangkaian sistem penguat elektronika. Respon tiap jenis detektor terhadap bagian dari spektrum radiasi tidak sama, sehingga setiap spektrofotometer menggunakan detektor yang paling cocok untuk daerah pengukurannya.

(11)

2.5.Validasi metode

Hasil validasi metode dapat digunakan untuk memutuskan kualitas, reabilitas, dan konsistensi dari hasil analisis (Huber, 2007). Adapun karakteristik dalam validasi metode menurut United States Pharmacopeia (USP) 30 NF 25 (2007) yaitu akurasi, presisi, linieritas, rentang.

2.5.1 Akurasi

Akurasi adalah kedekatan nilai hasil uji yang diperoleh melalui metode analisis dengan nilai yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan dengan persen perolehan kembali (% recovery). Akurasi dapat ditentukan dengan dua metode, yaitu spikedplacebo recovery (metode simulasi) dan standard addition method (metode penambahan baku). Pada metode spiked-placebo recovery, analit murni ditambahkan (spiked) ke dalam campuran bahan pembawa sediaan farmasi, lalu campuran tersebut dianalisis dan jumlah analit yang dianalisis dibandingkan dengan jumlah analit yang telah diketahui konsentrasinya dapat ditambahkan langsung ke dalam sediaan farmasi. Metode ini dinamakan metode penambahan baku(USP 30 NF 25, 2007; Ermer dan Mcb.Miller, 2005; Harmita, 2004).

Menurut Harmita (2004), dalam metode penambahan baku, sejumlah sampel yang dianalisis ditambah analit dengan konsentrasi biasanya 80% sampai 120% dari kadar analit yang diperkirakan, dicampur, dan dianalisis kembali. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya. Dalam kedua metode tersebut, persen perolehan kembali dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang diperoleh

(12)

2.5.2 Presisi

Presisi adalah ukuran keterulangan metode analisis, termasuk di antaranya kemampuan instrumen dalam melakukan hasil analisis yang reprodusibel. Presisi dinyatakan sebagai standar deviasi relatif. Berdasarkan USP 30, karakteristik presisi ada tiga tingkatan, yaitu keterulangan (repeatability), presisi antara (intermediate precision), dan reprodusibilitas (reproducibility). Keterulangan dilakukan dengan cara menganalisis sampel yang sama oleh analis yang sama menggunakan instrumen yang sama dalam periode waktu yang singkat. Presisi antara dikerjakan oleh analis yang berbeda sedangkan reprodusibilitas dikerjakan oleh analis yang berbeda dan di lab oratorium yang berbeda (USP 30 NF 25, 2007; Satiadarma, dkk., 2004).

2.5.3 Linieritas

Linieritas adalah kemampuan suatu metode untuk memperoleh nilai hasil uji langsung atau setelah diolah secara metematika proporsional dengan konsentrasi analit dalam sampel dalam batas rentang konsentrasi tertentu (Satiadarma, dkk., 2004). Linieritas dapat ditentukan secara langsung dengan pengukuran analit pada konsentrasi sekurang-kurangnya lima titik konsentrasi yang mencakup seluruh rentang konsentrasi kerja (Ermer dan Mcb.Miller, 2005).

2.5.4 Rentang

Rentang adalah interval antara batas konsentrasi tertinggi dan terendah analit yang terbukti dapat ditentukan menggunakan prosedur analisis, dengan presisi, akurasi,

(13)

dan linieritas yang baik. Rentang biasanya dinyatakan dalam satuan yang sama dengan hasil uji (persen, bagian per sejuta) (Satiadarma, dkk., 2004).

Gambar

Gambar 2.2 Rumus Struktur Deksametason (USP 30  NF 25, 2007)
Gambar 2.3  spektra senyawa X dan Y. Tumpang tindih dua cara : tidak ada  panjang gelombang dimana salah satu komponen dapat diukur  tanpa gangguan oleh yang lain (Day and Underwood,1998)
Gambar 2.4  Spektra absorbsi X dan Y (tidak ada tumpang tindih pada dua  panjang gelombang yang digunakan) (Day and Underwood,1998)
Gambar 2.5  spektra serapan senyawa X dan Y. Tumpang tindih satu cara : X  dapat diukur tanpa gangguan Y, namun X mengganggu  penggukuran Y( Day and Underwood,1998)

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu aspek penting dalam kreativitas adalah memahami ciri- cirinya. Menurut Supriadi mengatakan bahwa ciri-ciri kreativitas dapat dikelompokkan dalam dua kategori,

Terdapat tujuh strategi yang digunakan dalam perencanaan agregat, yaitu melakukan variasi tingkat persediaan, melakukan variasi jam kerja, melakukan variasi jumlah tenaga kerja,

Tabel 2.2 : Indikator Kategori Gender 21 Tabel 2.3 : Indikator Kategori Usia 22 Tabel 2.4 : Indikator Kategori Pendidikan 22 Tabel 2.5 : Indikator Kategori Pendapatan 23

Hasil penelitian ini menunjukkan selisih penurunan skor mual muntah pasca operasi pada pengukuran pertama dan kedua pada kelompok kontrol adalah 0.91.Dan selisih penurunan

Hubungan yang dinamis antara Pontianak dengan daerah-daerah di Kalimantan Barat terutama Sambas, Mempawah, Landak, Sanggau, Sintang, Matan, dan Sukadana telah

Pada Pendokumentasian tacit knowledge yaitu sharing knowledge guru SMP Negeri 46 Palembang belum dilakukan secara efektif sehingga pengetahuan yang ada dapat

Setelah dilakukan penelitian pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya nifas pada kategori baik terdapat 5 responden yang rata-rata responden sudah memahami dan menguasai

(Sumber data. Humas Pemda Bolaang Mongondow Utara.2012). Persoalan pembangunan yang ada ditingkat masyarakat dapat terselesaikan secara parsitipasif. Selain itu, dengan