• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) KEBUMEN SEBAGAI SUMBER BIBIT SAPI LOKAL DI INDONESIA BERDASARKAN UKURAN TUBUHNYA (STUDI PENDAHULUAN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POTENSI SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) KEBUMEN SEBAGAI SUMBER BIBIT SAPI LOKAL DI INDONESIA BERDASARKAN UKURAN TUBUHNYA (STUDI PENDAHULUAN)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) KEBUMEN SEBAGAI SUMBER BIBIT SAPI LOKAL DI INDONESIA BERDASARKAN UKURAN TUBUHNYA

(STUDI PENDAHULUAN)

Potential of "Peranakan Ongole (Ongole grade) Kebumen" Cow as a Source of Local Cattle in Indonesia Based on Their Body Sizes (Preliminary Study)

Subiharta, Budi Utomo, dan Pita Sudrajad Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah

Po Box 101 Bukit Tegalepek, Sidomulyo, Ungaran E-mail : subiharta@gmail.com

ABSTRACT

Ongole grade (PO) is one of the indigenous cattle in Indonesia. In Central Java, PO thrive in almost every district (60% of the cow in the cattle dense areas is PO). One of the cattle dense areas is Kebumen which 90% of the cow population is PO. The study has been conducted in Tanggulangin village-Klirong in order to determine the potential of the body size of PO in Kebumen. The shoulder height, body length and chest circumference of 387 cows were measured. The results showed that average of chest circumference, shoulder height, and body length of cows aged ≤ 24 months are 145.5 ± 03.54 cm, 130.5 ± 0.71 cm, and 129.5 ± 07,78 cm respectively, and for the cows aged 24 up to 72 months are 168.8 ± 08.29 cm, 05.57 ± 139.2 cm, and 142.2 ± 07.32 cm respectively. The cow body size of PO in Kebumen is higher than the body size of PO defined by National Standard Performance of Indonesia 7356:2008 and potential to be used for local cattle breeding program in Indonesia.

Key words: Ongole grade, body size, indigenous cattle

ABSTRAK

Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan hasil perkawinan antara sapi Jawa dengan sapi Ongole yang telah berkembang lama di Indonesia sehingga dijadikan sebagai salah satu cikal bakal sapi lokal Indonesia. Di Jawa Tengah, sapi PO berkembang hampir di setiap kabupaten yang potensi ternaknya tinggi. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa di daerah kantong ternak 60 % populasi induk sapi merupakan sapi PO. Salah satu kantong ternak sapi PO adalah di Kabupaten Kebumen, sebesar 90 % dari populasi sapi merupakan sapi PO. Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui potensi ukuran tubuh sapi PO Kebumen telah dilakukan di desa Desa Tanggulangin, Kecamatan Klirong, Kabupaten Kebumen. Penelitian dilakukan melalui kerja sama antara BPTP Jawa Tengah, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kebumen dan Kelompok Ternak Gelora Tani. Dalam penelitian ini telah dilakukan pengukuran tubuh terhadap 387 ekor induk sapi PO Kebumen. Bagian tubuh yang diukur meliputi: tinggi pundak, panjang badan dan lingkar dada. Alat yang digunakan pita ukur dan stik ukur. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata lingkar dada, tinggi gumba, dan panjang badan sapi PO dara umur ≤ 24 bulan berturut-turut: 145,5±03,54 cm, 130,5±0,71 cm, dan 129,5±07,78 cm, serta induk sapi PO umur 24 s.d 72 bulan berturut-turut: 168,8±08,29 cm, 139,2±05,57 cm, dan 142,2±07,32 cm. Ukuran tubuh sapi PO Kebumen jauh lebih tinggi dari Standar Nasional Indonesia (SNI) dan berpotensi sebagai plasma nutfah sapi lokal di Indonesia.

(2)

PENDAHULUAN

Permintaan daging terus meningkat sejalan dengan perbaikan pendapatan dan peningkatan jumlah penduduk. Menurut Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (APFINDO) (2009), bahwa permintaan daging pada tahun 2009 diperkirakan mencapai 399.535 ton dan dari kebutuhan tersebut yang dapat dipenuhi dari pemotongan sapi lokal baru mencapai 66,2 %, sedangkan sisanya sebesar 33,8 % dipenuhi dari impor. Impor dalam bentuk sapi bakalan, daging dan jeroan diperkirakan antara 50.000 – 75.000 ton/tahun.

Sementara itu untuk dapat tercapainya swasembada daging sapi sebagai salah satu potokan adalah tercapainya populasi sapi potong lokal yang diinginkan. Populasi sapi potong nasional pada tahun 2008 sebesar 10,73 juta ekor yang diusahakan oleh 2,86 juta Rumah Tangga Peternak, dengan kepemilikan berkisar antara 3 – 4 ekor (Darmawan, 2009). Sebanyak 1,416 juta ekor dari populasi tersebut berada di Jawa Tengah yang mampu mensuplai kebutuhan daging nasional sebesar 37 % (Disnakkeswan Provinsi Jawa Tengah, 2008). Hasil penelitian Sudaryanto et al. (2009) tentang distribusi populasi bangsa sapi di 6 kabupaten kantong ternak di Jawa Tengah menunjukkan bahwa sebanyak 60 % induk sapi yang diusahakan oleh peternak adalah dari bangsa sapi PO. Pada akhir – akhir ini peternak kembali memilih sapi PO sebagai usahataninya mengingat sapi tersebut tidak menemui banyak kesulitan dalam kinerja reproduksinya. Hal ini mengingat sapi PO punya beberapa kelebihan salah satu diantaranya: Sapi PO lebih disukai peternak penghasil bibit mengingat sapi tersebut memiliki tingkat kebuntingan yang lebih mudah dibanding sapi keturunan Sub Tropis. Sumadi et al. (2009) menyatakan bahwa sapi hasil persilangan antara sapi lokal dengan sapi sub tropis selalu mengalami kasulitan kebuntingan dan menyarankan agar persilangan sapi lokal dengan sub tropis sebaiknya dilakukan pada satu kali persilangan saja. Akibat dari tingginya angka perkawinan menyebabkan jarak beranak mencapai 21 bulan dan angka kelahiran rendah.

(3)

Dalam upaya meningkatkan produktivitas sapi potong lokal, telah didatangkan beberapa pejantan dari berbagai bangsa sapi salah satunya adalah Ongole. Pejantan tersebut dikawinkan dengan sapi – sapi lokal Jawa dengan cara Inseminasi Buatan (IB) atau kawin alam. Sapi Ongole didatangkan ke Indonesia pertama kali pada tahun 1897. Hasil penelitian Siregar et al. (1998) menunjukkan bahwa sapi PO adalah aset nasional dan berperan penting dalam perekonomian peternak, namun mutu genetik sapi PO saat ini turun sekitar 13 %. Hal ini ditunjukkan dengan variasi pertumbuhan yang sangat besar dan ukuran tubuh sapi PO yang ada jauh dibawah ukuran tubuh sapi PO Standar Nasional Indonesia (SNI) 7356:2008 yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 54/Permentan/OT.140/10/2006 tentang Pedoman Pembibitan Sapi Potong yang Baik (Good Breeding Practice).

Kebumen merupakan salah satu sentra peternakan sapi potong lokal khususnya sapi dari bangsa PO di Jawa Tengah dan ditinjau dari kualitasnya mendekati kualitas aslinya. Hasil penelitian dari Loka Penelitian Sapi Potong menunjukkan bahwa kemurnian sapi PO di Kabupaten Kebumen mendekati 68 %. Disamping itu, sapi PO Kebumen memperoleh peringkat satu untuk kategori induk sapi potong PO pada kontes ternak nasional tahun 2010 (Distannak Kabupaten Kebumen, 2010). Populasi sapi potong di Kabupaten Kebumen sebanyak 89.429 ekor, sebesar 90 % merupakan sapi PO (Bappeda Kabupaten Kebumen, 2011). Bertitik tolak dari potensi sapi PO Kebumen tersebut, maka dilakukan penelitian tentang ukuran tubuh sapi PO Kebumen yang diharapkan penelitian ini sebagai langkah awal identifikasi produktivitas sapi PO Kebumen.

(4)

METODOLOGI

Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan di desa sentra sapi PO kebumen dan masyarakatnya masih mempertahankan kemurnian sapi PO dengan mengawinkan induk sapi PO dengan pejantan sapi PO yang ada di desa tersebut. Penelitian dilakukan di desa Tanggulangin kecamatan Klirong kabupaten Kebumen. Penelitian dilakukan selama 4 bulan mulai bulan April sampai bulan Juli 2011. Penelitian diawali dengan survai untuk mengetahui karakteristik peternak, populasi sapi PO dan sistem pemeliharaannya.

Materi penelitian

Survai dilakukan melalui wawancara langsung pada peternak dengan kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah ukuran tubuh sapi dara umur 24 bulan dan induk sapi PO Kebumen. Sapi yang digunakan sebanyak 387 ekor yang terbagi menjadi 92 ekor sapi dara dan 295 ekor induk yang berumur antara 3 tahun sampai 6 tahun. Penentuan umur berdasarkan umur yang ditentukan dalam SNI sapi PO. Peralatan dan cara pengukuran

Alat yang digunakan terdiri dari rondo, digunakan untuk mengukur lingkar dada dan stik ukur yang digunakan untuk mengukur tinggi gumba dan panjang badan. Pengukuran dilakukan saat sapi berdiri tegak atau pararellogram. Pengukuran lingkar dada dilakukan dengan melingkarkan rondo ke bagian dada dibelakang punuk (gumba). Ukuran lingkar dada dipakai juga untuk memprediksi bobot badan. Pengukuran tinggi pundak dilakukan dengan cara mengukur tinggi pundak menggunakan alat stik ukur dengan mengukur bagian belakang punuk (gumba). Sedang panjang badan diukur pada bagian belakang badan tepatnya tulang pinggul sampai pada tulang kaki depan bagian bawah dengan stik ukur.

(5)

Gambar 1. Berbagai pengukuran tubuh ternak sapi (Santoso, 2003)

Data yang dikumpulkan meliputi lama pengalaman beternak, jumlah pemeliharaan, pakan yang diberikan dan perkawinan. Sedang pada ukuran tubuh data yang dikumpulkan meliputi lingkar dada, tinggi gumba dan panjang badan serta prediksi bobot badan. Data yang terkumpul dianalisis dengan rerata.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik peternak dan populasi sapi PO Kebumen

Desa Tanggulangin masuk dalam wilayah Kecamatan Klirong, Kabupaten Kebumen, terletak pada ketinggian 5 – 10 diatas permukan laut, didominasi oleh lahan kering (tegalan) yang mencapai 48,58 %. Luas pemilikan lahan rata – rata 0,54 ha sehingga cara yang dilakukan peternak untuk menambah penghasilan adalah dengan memelihara sapi potong sebagai usaha sambilan. Sebanyak 90 % penduduk mengusahakan sapi potong PO dengan pengalaman rata-rata 18,15 tahun.

Sistem pemeliharaan sapi dengan cara dikurung, pada siang hari sapi diikat di luar kandang dan pada malam hari dimasukkan di kandang. Kandang secara individu dibuat sekitar rumah, karena rata-rata pemilikan tanah pekarangan yang luas. Pakan berupa rumput lapang, rumput unggul, jerami padi, jagung dan diberi pakan tambahan berupa singkong atau

(6)

bekatul. Hijauan yang paling banyak diberikan rumput unggul yang mencapai 38,7 kg/ekor/hari, hal ini didukung oleh pemilikan lahan rumput yang rata-rata 0,048 ha. Pakan ketela dan katul diberikan bergantian, saat panen ketela, sapi diberikan ketela namun kalau ketela habis peternak memberkan katul.

Populasi sapi potong Desa Tanggulangin sebanyak 1.127 ekor, dengan pemilikan rata – rata 2,4 ekor, sebanyak 51,2 % (1,2 ekor) berupa induk sapi. Hal ini sesuai dengan tujuan pemeliharaan sapi potong untuk menghasilkan anak/pedet. Karena pengalaman beternak sudah lama, maka sebanyak 88,24 % peternak memahami tentang tanda-tanda birahi sapinya. Perkawinan ternak sebanyak 94,1 % dilakukan secara alam dengan pejantan dari desa setempat yang dipilih mempunyai keturunan yang besar dan mempunya ciri-ciri sapi PO Kebumen sesuai keinginan peternak. Peternak masih mempertahankan kemurnian sapi PO aslinya dengan tidak megawinkan induk sapinya dengan cara Inseminasi Buatan. Peternak akan mengawinkan sapinya dengan cara IB apabila terjadi kegagalan dengan kawin alam dengan syarat semen berasal dari bangsa Ongole atau Peranakan Ongole. Kearifan lokal peternak yang masih mempertahankan kemurnian sapi lokal ini perlu mendapat dukungan agar kemurnian sapi PO masih dipertahankan dan nantinya dapat dijadikan sebagai salah satu sumber bibit sapi PO di Kabupaten Kebumen atau Jawa Tengah.

Ukuran tubuh sapi PO Kebumen

Untuk menilai kualitas induk sapi PO dilakukan pengukuran tubuh induk yang meliputi lingkar dada, tinggi pundak, panjang badan, dan bobot badan. Bobot badan diukur berdasarkan estimasi dari lingkar dada. Dasar yang dipakai untuk penilaian kualitas induk berdasarkan pada SNI 7356:2008 yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional Peraturan Menteri Pertanian Nomor 54/Permentan/OT.140/10/2006 tentang Pedoman Pembibitan Sapi Potong yang Baik (Good Breeding Practice). Data tersebut dipakai sebagai

(7)

data dasar untuk mengetahui kualitas induk sapi PO Kebumen. Berdasarkan SNI, dibedakan berdasarkan umur induk, yaitu umur induk/dara kurang dari 2 tahun dan induk yang telah beranak (umur diatas 2 tahun). Dari parameter yang diambil, meliputi lingkar dada, tinggi pundak, panjang badan dan bobot badan, rata-rata di atas SNI ukuran tubuh sapi PO klas 1 (Tabel 1).

Tabel 1. Rata-rata ukuran tubuh dan bobot badan induk sapi PO Kebumen di Desa Tanggulangin

No (bulan) Umur Parameter Ukuran SNI Klas 1

1. ≤24 Lingkar Dada (cm) 145,5 ±03,54 143 Tinggi Gumba (cm) 130,5 ± 0,71 116 Panjang Badan (cm) 129,5 ±07,78 123 Bobot Badan (kg) 251,5 ±07,78 - 2. 24 s.d 72 Lingkar Dada (cm) 168,8 ±08,29 153 Tinggi Gumba (cm) 139,2 ±05,57 126 Panjang Badan (cm) 142,2 ±07,32 135 Bobot Badan (kg) 370,1 ±52,52 -

Disamping itu ukuran tubuh sapi PO Kebumen juga labih baik dari ukuran tubuh sapi PO penelitian Hartati et al (2010) yang termuat dalam naskah sapi PO Indonesia. Ukuran tubuh sapi PO dara hasil penelitian Hartati et al (2010) lingkar dada, tinggi pundak dan lingkar dara berturut-turut adalah 147,7,52±7,52 cm; 117,8±6,1 cm; dan 115,0±8,5 cm. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan ukuran tubuh atau potensi kualitas, sapi PO Kebumen dapat dijadikan sebagai alternatif sumber bibit sapi PO.

Bobot badan sapi PO Kebumen berdasarkan estimasi dari data lingkar dada untuk sapi PO umur kurang 2 tahun dan lebih 2 tahun masing – masing adalah 250,55±96,05 kg dan 349,91±62,65 kg juga lebih baik dari penelitian Hartati et al (2010) yaitu 242,0±40,8 kg.

(8)

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Peternak sapi PO di Kabupaten Kebumen masih mempertahankan kemurnian sapi PO, didukung oleh perkawinan alami dengan menggunakan pejantan sapi PO yang ada di desa tersebut.

2. Ukuran tubuh dan bobot badan calon induk maupun induk sapi PO Kebumen lebih tinggi dibanding ukuran tubuh sapi PO yang ditetapkan melalui SNI. Dari ukuran tubuh ini menunjukkan bahwa sapi PO Kebumen berpotensi sebagai sumber bibit sapi lokal di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia(APFINDO). 2009. Kompas.

Bappeda Kabupaten Kebumen. 2011. Kebumen dalam Angka. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kebumen.

Darmawan, T. 2009. Peran sektor peternakan dalam rangka ketahanan pangan nasional berbasis ternak lokal. Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah. 2008. Buku Statistik Peternakan. Ungaran.

Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Kebumen. 2010. Laporan Tahunan. Dinas Peperla Kabupaten Kebumen.

Hartati, Mariyono, U. Umiyasih, L. Affandhy, A. Rasyid, Y. N. Anggraeny, P. W. Prihandini, D. M. Dikman, B. Suryanto, S. Mahaputra, D. Karnadi, Sriyana, M. Chanafi, W. Sabana, Nursalam. 2010. Pembentukan Pejantan Unggul Sapi PO Berbasis Pakan Lokal dan Murah (Protein 10 % dan TDN 60%) dengan Target Tinggi Badan > 135 Cm pada Umur 2 Tahun. Loka Penelitian Sapi Potong Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian. Pasuruan.

Santoso, U. 2003. Tatalaksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Cetakan keempat. Penebar Swadaya, Jakarta.

(9)

Siregar, A. R, P. Situmorang, J. Bestari, Y. Sani, dan R. H. Matondang. 1998. Pengaruh flushing pada sapi induk Peranakan Onggol di dua lokasi yang berbeda ketinggiannya pada program IB di Kabupaten Agam. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Puslitbangnak, Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

Sudaryanto, B, K. Subagyono, Subiharta, Ernawati, B. Utomo, R.N. Hayati, A. Rifai, dan A. S. Romdon. 2009. Pemetaan Wilayah Sapi Kembar dan Identifikasi Pakan yang Berpengaruh Terhadap Kelahiran Kembar di Jawa Tengah. Laporan Penelitian. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor.

Sumadi, N. Ngadiyono, Sulastri, W. Pintaka dan Bayu Putra. 2009. Struktur Populasi dan Estimasi Output Berbagai Bangsa Sapi Potong di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan. Pemberdayaan masyarakat melalui usaha peternakan berbasis sumberdaya lokal dalam rangka peningkatan ketahanan pangan nasional berkelanjutan. Fakultas Peternakan UNDIP. Semarang.

Gambar

Gambar 1. Berbagai pengukuran tubuh ternak sapi (Santoso, 2003)
Tabel 1. Rata-rata  ukuran  tubuh  dan  bobot  badan  induk  sapi  PO  Kebumen  di  Desa  Tanggulangin

Referensi

Dokumen terkait

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil validasi produk pengembangan oleh tiga orang dosen ahli pembelajaran fisika. Data tersebut dikumpulkan

arti memiliki cukup memiliki motif untuk menolong orang lain (merasa sedih dan iba melihat orang yang membutuhkan pertolongan namun hanya ingin menolong orang tertentu

TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RUAS JALAN KRASAK – PRINGAPUS)..

Program Studi Baru Doktor Ilmu Farmasi yang diusulkan harus memiliki manfaat terhadap institusi, masyarakat, serta bangsa dan negara. Institusi pengusul memiliki

sehingga dapat disimpulkan bahwa Jenis kelamin (perempuan dan laki-laki) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam lebih bagus literasi keuangannya dibandingkan Jenis kelamin (perempuan

(2) The Treffinger model is proved to be effective in improving the students’ ability in determining the main idea of paragraph in tenth grade (3 rd class of

Teaching writing by paragraph as a mode is including to second categories that is intensive or controlled writing performance because in this method teacher present a paragraph to

Penelitian ini dilakukan dengan penambahan mikroorganisme lokal dari ampas kelapa, kulit pisang, dan enceng gondok sebagai aktivator pada proses pengomposan..