• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONSUMSI JANTUNG PISANG TERHADAP KELANCARAN ASI PADA IBU NIFAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KONSUMSI JANTUNG PISANG TERHADAP KELANCARAN ASI PADA IBU NIFAS"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

41

PENGARUH KONSUMSI JANTUNG PISANG TERHADAP KELANCARAN ASI

PADA IBU NIFAS

Ely Tjahjani*

*Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email : admin@akbid-griyahusada.ac.id

Pendahuluan: Nifas merupakan proses alamiah oleh wanita setelah persalinan yang berlangsung kira-kira 6 minggu. Berdasarkan survey awal yang dilaksanakan di Puskesmas Gundi Kota Surabaya diperoleh data bulan Januari sampai bulan Maret 2014 terdapat 43 orang ibu postpartum yang terdiri dari 15 (34,88 %) orang primipara dan 28 (65,12 %) orang multipara. Dari hasil wawancara terhadap 10 orang ibu postpartum yang dijumpai pada survey awal terdapat 6 orang mengalami kekurangan produksi ASI dan 4 orang produksi ASI nya cukup lancar. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh konsumsi jantung pisang terhadap kelancaran ASI di wilayah kerja Puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 2014

.

Metode: Metode penelitian ini merupakan penelitian pre eksperimental dengan pendekatan One Group Pre Test Post Test Design. Populasi penelitian dengan menggunakan semua ibu nifas dengan pengeluaran ASI yang tidak lancar, yang dipilih secara accidental

sampling. Instrumen Penelitian adalah dengan menggunakan lembar observasi pengeluaran ASI sebelum dan

sesudah mengonsumsi jantung pisang Hasil penelitian yang telah terkumpul dihitung secara univariat dengan tabel frekuensi dan bivariat dengan tabulasi silang. Interpretasi hasil analisis yaitu jika nilai statistik uji > nilai tabel atau nilai tingkat kemaknaanya yang diperoleh ρ < α dengan taraf signifikan α = 0,05.Hasil: Hasil penelitian didapatkan 20% pada ibu nifas yang pengeluaran ASI tidak lancar, 80% ibu nifas pengeluaran ASI menjadi lancar. Pada α = 0,05 diperoleh ρ value = 0,001 sehingga ρ value < α diartikan H0 ditolak H1 diterima. Diskusi: Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh konsumsi jantung pisang terhadap kelancaran ASI pada ibu nifas.

Kata kunci : Jantung Pisang, Kelancaran ASI

PENDAHULUAN

Nifas merupakan proses alamiah yang dialami oleh wanita setelah persalinan yang berlangsung kira-kira 6 minggu. Pada masa ini terjadi perubahan perubahan fisiolagis, yaitu perubahan fisik, involusi uterus dan pengeluaran lochea, perubahan psikis, laktasi/pengeluaran ASI (Air Susu Ibu) Laktasi merupakan suatu masa dimana terjadi perubahan pada payudara ibu, sehingga mampu memproduksi ASI dan merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf, dan berbagai macam hormon sehingga ASI dapat keluar (Wiknojosastro, 2009).

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi karena merupakan makanan alamiah yang sempurna, mudah dicerna oleh bayi dan mengandung zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi untuk pertumbuhan, kekebalan dan mencegah berbagai penyakit serta untuk kecerdasan bayi, aman dan terjamin kebersihannya karena langsung diberikan kepada bayi agar terhindar dari gangguan pencernaan seperti diare, muntah dan sebagainya (Setiawan, 2009).

Pemberian ASI eksklusif adalah memberikan ASI tanpa makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin. Pemberian ASI esklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebapkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran (Depkes, 2005).

Menyusui bayi di Indonesia sudah menjadi budaya namun praktik pemberian ASI masih jauh dari yang diharapkan. Menurut survei Demografi Kesehatan Indonesia 2010 hanya 10% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama, yang diberikan ASI 2 bulan sebanyak 73%, yang diberikan ASI 2 sampai 3 bulan sebanyak 53% yang diberikan ASI 4 sampai 5 bulan sebanyak 20% dan menyusui eksklusif sampai usia 6 bulan sebanyak 49% (WHO,2010).

Cakupan pemberian ASI Eksklusi secara nasional di Indonesia berfluktuasi selama 3 tahun terakhir, cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-5 bulan turun dari 62,2% tahun 2007 menjadi 56,2% pada tahun 2008, namun meningkat lagi pada tahun 2009 menjadi 61,3%.

(2)

42 Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif

pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% pada tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008 dan naik lagi menjadi 34,4% pada tahun 2009 (Haris, 2011).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, bahwa 35% dari 57,208 ibu yang memberikan ASI eksklusif dan terdapat 65% ibu-ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif. Dari data yang sudah didapat berdasarkan catatan Dinkes propinsi Jawa Timur terdapat 2% / 1700 anak mengalami gangguan perkembangan motorik khususnya pada usia toddler (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2009). Cakupan asi eksklusif di Kota Surabaya tahun 2013 dari 2.429 bayi yang diperiksa hanya 1.695 bayi yang di beri ASI eksklusif atau sebanyak 69,78% (Dinkes Kota Surabaya).

Berdasarkan survey awal yang dilaksanakan di Puskesmas Gundi Kota Surabaya diperoleh data bulan Januari sampai bulan Maret 2014 terdapat 43 orang ibu postpartum yang terdiri dari 15 (34,88 %) orang primipara dan 28 (65,12 %) orang multipara. Dari hasil wawancara terhadap 10 orang ibu postpartum yang dijumpai pada survey awal terdapat 6 orang ibu postpartum yang mengalami kekurangan produksi ASI yang disebabkan karena faktor nutrisi dimana ibu kurang mengetahui makanan apa saja yang dapat memperlancar ASI, sedangkan 4 orang ibu postpartum produksi ASI nya cukup lancar. Hal ini berarti masih tingginya ketidaklancaran pengeluaran ASI pada ibu nifas di puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 2014.

Masalah yang ditimbulkan dari ibu menyusui adalah produksi ASI yang tidak maksimal, sehingga banyak bayi yang kebutuhan nutrisinya kurang karena ibu tidak dapat memberikan ASI maksimal yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi bayi. Salah satu penyebab produksi ASI tidak maksimal disebabkan karena asupan nutrisi ibu yang kurang baik, menu makanan yang tidak seimbang, dan juga mengonsumsi makanan yang kurang teratur sehingga produksi ASI tidak mencukupi untuk diberikan pada bayi (Wahyuni, 2012).

Dampak dari ASI yang tidak lancar membuat ibu berpikir bahwa bayi mereka tidak akan mendapat cukup ASI sehingga ibu sering mengambil langkah berhenti menyusui dan menggantinya dengan susu formula. Di samping itu, ada juga ibu yang merasa takut dan menghindar menyusui, akibatnya akan terjadi pembendungan dan statis ASI karena akan

mengurangi isapan bayi pada payudara, maka jumlah ASI yang dikeluarkan sedikit. Sedangkan di negara berkembang, banyak ibu merasa cemas dan menggunakan jadwal dalam pemberian ASI sehingga kuantitas ASI yang dihasilkan tidak mencukupi kebutuhan bayi (Wahyuni, 2012).

Agar ibu berhasil dalam memberikan ASI secara eksklusif, maka ibu yang sedang menyusui bayinya harus mendapat tambahan makanan untuk menghindari kemunduran dalam pembuatan dan produksi ASI. Jika makanan ibu terus menerus tidak memenuhi asupan gizi yang cukup, tentu kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam payudara ibu tidak akan bekerja dengan sempurna dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI (Murtiana, 2011). Ada beberapa saran yang perlu diperhatikan para ibu yang sedang memberikan ASI pada bayi, yaitu mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang dapat meningkatkan volume ASI. Jumlah ASI sedikit bisa diatasi ibu dengan mengkonsumsi daun pepaya, kacang panjang dan Jantung pisang (Wahyuni, 2012). Jantung pisang merupakan bagian dari tanaman pisang yang dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi ASI. Dipilihnya jantung pisang karena harganya murah dan untuk memperolehnya sangat mudah. Alasan ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Astawan. Menurutnya, selain karbohidrat, jantung pisang juga mengandung protein, mineral (terutama fosfor, kalsium dan besi, serta sejumlah vitamin A, B1 dan C. Dari hasil penelusuran survey awal peneliti selama 2 hari terdapat 10 orang ibu menyusui yang tinggal di wilayah kerja puskesmas Srikuncoro Kabupaten Bengkulu Tengah, ternyata 6 orang ibu menyusui tidak memiliki masalah pada produksi ASI sejak dulu. Ada 4 ibu menyusui mengalami kesulitan dalam memberikan ASI dengan alasan kurangnya produksi ASI (Wahyuni, 2012).

Dengan banyaknya ibu yang mengalami ketidaklancaran ASI di Puskesmas Gundi Kota Surabaya tahun 2014 dan jantung pisang yang juga dipercaya bisa melancarkan ASI maka penulis tertarik untuk meneliti “Pengaruh Konsumsi Jantung Pisang Terhadap Kelancaran ASI Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 2014.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian pre eksperimental dengan pendekatan One Group

(3)

43 ada perubahan kelancaran ASI pada ibu nifas

sebelum dan setelah diberikan jantung pisang. Tempat dilaksanakan penelitian adalah di Puskesmas Gundi Surabaya. Dengan populasi seluruh ibu nifas dengan pengeluaran ASI yang tidak lancar di Puskesmas Gundi Surabaya periode bulan Oktober 2014 sebanyak 15 orang. Pengambilan sampel probability sampling dengan teknik accidental sampling.

Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai variabel dependent adalah kejadian ibu nifas dengan pengeluaran ASI yang tidak lancar, sedangkan variabel independent adalah jnatung pisang. Instrument penelitian adalah lembar observasi pengeluaran ASI sebelum dan sesudah mengonsumsi jantung pisang Puskesmas Gundi Surabaya Bulan Oktober tahun 2014.

HASIL PENELITIAN

Karakteristik responden di berdasarkan umur di Puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 2014

dapat diinterpretasikan bahwa sebagian

besar responden berusia tidak beresiko yaitu

20 – 30 tahun sebanyak 11 orang (73,3 %).

Karakteristik responden di berdasarkan pendidikan di Puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 2014 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar responden yang diteliti terdapat 10 ( 66,7 %) ibu nifas yang berpendidikan SMA.

Karakteristik responden di berdasarkan pekerjaan di Puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 2014 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar 11 (73,3 %) dari responden yang diteliti terdapat ibu nifas yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga.

Karakteristik responden di berdasarkan paritas di Puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 2014 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar 8 ( 53,3 %) dari responden yang diteliti terdapat ibu nifas primipara.

Karakteristik Responden berdasarkan kelancaran ASI sebelum konsumsi Jantung pisang di puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 2014.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kelancaran ASI Pada Ibu Nifas Sebelum Konsumsi Jantung Pisang Di Wilayah Kerja Puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 2014

Kelancaran ASI Frekuensi Presentasi (%) ASI Tidak

Lancar

15 100

ASI Lancar 0 0

Jumlah 15 100

(Sumber : Data Primer tahun 2014)

Berdasarkan

tabel

1

dapat

diinterpretasikan bahwa seluruhnya dari

responden 15 (100%) ibu nifas sebelum

mengkonsumsi jantung pisang pengeluaran

ASI nya tidak lancar.

Karakteristik responden di berdasarkan kelancaran ASI sesudah konsumsi jantung pisang di wilayah kerja puskesmas gundi kota surabaya tahun 2014

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kelancaran ASI Pada Ibu Nifas Sesudah Konsumsi Jantung Pisang Di Wilayah Kerja Puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 2014

Kelancaran ASI Frekuensi Presentasi (%) ASI Tidak

Lancar

3 20,0

ASI Lancar 12 80,0

Jumlah 15 100

(Sumber : Data Primer tahun 2014)

Tabel diatas dapat diinterpretasikan bahwa hampir seluruhnya dari responden 12 ( 80,0 %) ibu nifas sesudah mengkonsumsi jantung pisang pengeluaran ASI nya menjadi lancar.

Dari hasil penelitian 15 orang ibu pada masa nifas di puskesmas Gundi Surabaya yang mengalami kurang lancar dalam memberikan ASI. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh Pemberian Jantung Pisang Terhadap Kelancaran ASI Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 2014 Kelancar an ASI Sebelum Konsumsi Jantung Pisang Sesudah Konsumsi Jantung Pisang Frekuen si Presenta si (%) Frekuen si Presenta si (%) ASI Tidak Lancar 15 100 3 20,0 ASI Lancar 0 0 12 80,0 Jumlah 15 100 15 100 Ρ value = 0,001 α = 0,05 (sumber : Data Primer tahun 2014)

Berdasarkan tabel 2 diketahi bahwa seluruhnya dari responden sebelum konsumsi jantung pisang 15 ( 100% ) ibu nifas ASI tidak lancar, sesudah konsumsi jantung pisang

(4)

44 sebagian kecil dari responden 3 ( 20% ) ibu nifas

yang pengeluaran ASI tidak lancar. Sesudah konsumsi jantung pisang hampir seluruhnya dari responden 12 ( 80 % ) ibu nifas ASI menjadi lancar. Pada α = 0,05 diperoleh ρ value = 0,001 sehingga ρ value < α diartikan H0 ditolak H1 diterima.

PEMBAHASAN

Identifikasi Kelancaran ASI Sebelum

Konsumsi Jantung Pisang Pada Ibu Nifas

Di Wilayah Kerja Puskesmas Gundi Kota

Surabaya Tahun 2014

Dapat diinterpretasikan bahwa seluruhnya dari responden 15 (100%) ibu nifas sebelum mengkonsumsi jantung pisang pengeluaran ASI nya tidak lancar.

ASI pada ibu nifas disebut lancar jika frekuensi bayi menyusu 8-10 kali/24 jam di minggu pertama, bayi rewel atau tidak, frekuensu BAK 6x/hari, ASI merembes keluar melalui puting (Sulistyawati, 2009). Secara teoritis banyak faktor yang berpengaruh terhadap kelanaran ASI, baik faktor ibu maupun faktor luar ibu. Keberhasilan laktasi dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat hamil. Kondisi sebelum hamil ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir dan saat pubertas. Pada saat kehamilan yaiti trimester II payudara mengalami pembesaran karena pertumbuhan akan difrensiasi dari lobuloalveolus dan sel epitel payudara. Pada saat pembesaran payudara ini hormon prolaktin dan laktogen plasenta aktif bekerja yang berperan dalam produksi ASI. Sekresi ASI diatur oleh hormon prolaktin dan oksitosin. Prolaktin menghasilkan ASI dalam alveolar dan bekerjannya prolaktin ini dipengaruhi oleh lama dan frekuensi pengisapan (suckling). Hormon oksitosin disekresi oleh kelenjar pituitary sebagai respon adanya suckling yang akan menstimulasi sel mioepitel untuk mengeluarkan ASI. Hal ini dikenal dengan milk ejection reflex atau let down

reflex yaitu mengalirnya ASI dari simpanan

alveoli ke lacteal sinuses sehingga dapat dihisap bayi melalui puting susu. Faktor lain yang berpengaruh adalah frekuensi penyusunan, berat lahir, umur kehamilan saat melahirkan, umur dan paritas, stres dan penyakit akut, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, pil kontrasepsi (Judarwanto, 2013).

Sebagian besar ibu nifas sebelum konsumsi jantung pisang produksi ASI nya termasuk tidak lancar. Hal ini bisa dipengaruhi

berbagai faktor baik kondisi sebelum maupun setelah hamil. Kondisi sebelum hamil ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir dan saat pubertas. Pada saat hamil trimester II jika payudara tidak mengalami pembesaran karena pertumbuhan dan diferensiasi lobuloalveolus dan sel epitel payudara maka bisa menghambat produksi ASI.

Selain faktor tersebut juga didukung oleh berbagai faktor lain terkait karakteristik responden. Berdasarkan hasil penelitian diketahui hampir seluruh responden berumur 20-35 tahun. Umumnya pada usia ini masih cenderung kurang peduli terhadap berbagai hal yang dapat memperlancar produksi ASI, misalnya perawatan payudara sebelum persalinan, konsumsi makanan tertentu yang dapay memperlancar produksi ASI dan berbagai hal lain. Oleh karenanya secara umum cenderung tidak lancar.

Identifikasi Kelancaran ASI Sesudah

Konsumsi Jantung Pisang Pada Ibu Nifas

Di Wilayah Kerja Puskesmas Gundi Kota

Surabaya Tahun 2014

Dapat diinterpretasikan bahwa hampir seluruhnya dari responden 12 ( 80,0 %) ibu nifas sesudah mengkonsumsi jantung pisang pengeluaran ASI nya menjadi lancar.

Secara teknis kelancaran ASI dipengaruhi oleh berbagai makanan, salah satunya adalah jantung pisang yang bermanfaat untuk meningkatkan produksi ASI ibu nifas. Jantung pisang mengandung laktogogum yaitu zat gizi yang dapat melancarkan produksi ASI. Hasil penelitian sebelumnya menunjukan intensitas rata-rata frekuensi ASI sebelum konsumsi jantung pisang adalah 5,7 kali. Setelah mengonsumsi jatung pisang pengalami peningkatan 9,75 kali. Hasil analisis menunjukan ada pengaruh konsumsi jantung pisang terhadap peningkatan produksi ASI ( ρ value 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak ) (Wahyuni, dkk. 2012).

Jika hampir seluruh responden sesudah pemberian jantung pisang produksi ASI nya termasuk lancar, maka hal ini disebabkan dengan mengonsumsi jantung pisang maka ibu mendapatkan laktogogum yaitu suatu zat gizi yang dapat meningkatkan dan dapat memperlancar produksi ASI terutama pada ibu yang mengalami masalah dalam produksi ASI. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menunjukan intensitas rata-rata frekuensi ASI sebelum konsumsi jantung pisang

(5)

45 adalah 5,7 kali dan setelah konsumsi jantung

pisang mengalami peningkatan 9,75 kali. Hal ini juga tampak dari responden setelah mengkonsumsi jantung pisang maka tampak dari adanya rembesan ASI dari payudara ibu, payudara tidak terlihat tegang karena proses penyusuan lancar, dan hasil evaluasi 1 bulan menunjukan adanya peningkatan berat badan anak. Hasil wawancara dengan ibu juga mengatakan bahwa saat ini bayinya dapat tidur lebih tenang dengan rata-rata 3-4 jam tiap tidur serta rata-rata bayi dapat kencing lebih dari 6 kali/hari, bayi menyusu lebih dari 8 kali/24 jam. Hal ini sebagai indikator adanya kelancaran produksi ASI dari ibu menyusui pasca mengkonsumsi jantung pisang.

Analisa Pengaruh Konsumsi Jantung Pisang Terhadap Kelancaran ASI Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 2014

Diketahi bahwa seluruhnya dari responden sebelum konsumsi jantung pisang 15 ( 100% ) ibu nifas ASI tidak lancar, sesudah konsumsi jantung pisang sebagian kecil dari responden 3 ( 20% ) ibu nifas yang pengeluaran ASI tidak lancar. Sesudah konsumsi jantung pisang hampir seluruhnya dari responden 12 ( 80 % ) ibu nifas ASI menjadi lancar. Pada α = 0,05 diperoleh ρ value = 0,001 sehingga ρ value < α diartikan H0 ditolak H1 diterima.

Setiap 25 gram jantung pisang mengandung 31 kkal kalori, 1,2 gram senyawa protein, 0,3 gram lemak dan 7,1 gram zat karbohidrat. Jantung pisang juga mengandung vitamin A, vitamin B1, vitamin C, dan mineral penting seperti fosfor, kalsium dan Fe (zat besi). Tak hanya itu, bunga pisang mengandung saponin yang berfungsi menurunkan kolesterol dan meningkatkan kekebalan tubuh serta mencegah kanker. Jantung pisang mengandung flavonoid yang berfungsi antiradikal bebas, antikanker, dan antipenuaan. Selain itu juga mengandung yudium yang bisa mencegah penyakit gondok (Astawan, 2008). Jantung pisang (Musa paradisiaca) merupakan tanaman yang mengandung laktagogum memiliki potensi dalam menstimulasi hormon oksitosin dan prolaktin seperti alkaloid, polifenol, steroid, flavonoid dan substansi lainnya paling efektif dalam meningkatkan dan memperlancar produksi ASI. Reflek prolaktin secara hormonal untuk memproduksi ASI, waktu bayi mengisap puting payudara ibu, terjadi rangsangan neorohormonal pada puting susu dan areola ibu. Rangsangan ini

diteruskan ke hipofisis melalui nervosvagus, kemudian ke lobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI (Wahyuni dkk, 2012). Hasil penelitian sebelumnya menunjukan intensitas rata-rata frekuensi ASI sebelum konsumsi jantung pisang adalah 5,7 kali. Setelah mengonsumsi jatung pisang pengalami peningkatan 9,75 kali. Hasil analisis menunjukan ada pengaruh konsumsi jantung pisang terhadap peningkatan produksi ASI ( ρ value 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak ) (Wahyuni, dkk. 2012).

Jika hasil analisis menunjukan ada pengaruh konsumsi jantung pisang terhadap kelancaran ASI pada ibu nifas , maka hasil penelitian ini sesuai dengan teori maupun penelitian sebelumnya. Disebutkan bahwa jantung pisang memiliki beberapa senyawa yang dapat meningkatkan produksi ASI. Peningkatan produksi ASI dipengaruhi oleh adanya polifenol dan steroid yang mempengaruhi reflek prolaktin untuk merangsang alveoli yang bekerja aktif dalam pembentukan ASI. Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa peningkatan produksi ASI juga dirangsang oleh hormon oksitosin. Peningkatan hormon oksitosin dipengaruhi oleh polifenol yang ada pada jantung pisang yang akan membuat ASI mengalir lebih deras dibandingkan dengan sebelum mengonsumsi jantung pisang. Oksitosin merupakan hormon yang berperan untuk mendorong sekresi air susu (milk let down). Peran oksitosin pada kelenjar susu adalah mendorong kontraksi sel miopitel dari alveolus akan terdorong keluar menuju saluran susu, sehingga alveolus menjadi kosong dan memacu untuk sintesis air susu berikutnya. Korelasi ini sesuai dengan hasil penelitian Agil dalam Murtiana yang menyatakan bahwa tanaman yang berkhasiat terhadap peningkatan sekresi air susu (laktogogum) mempunyai kemungkinan mengandung bahan aktif yang bekerja seperti Prolactin Releasing Hormon (PRH), mengandung bahan aktif senyawa steroid, mengandung bahan aktif yang berkhasiat seperti oksitosin. Salah satu zat tersebut terdapat dalam jantung pisang yaitu oksitosin.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Paritas ibu nifas di Puskesmas Gundi Surabaya tahun 2014, seluruh responden sebelum konsumsi jantung pisang produksi ASI nya tidak

(6)

46 lancar setelah setelah mengkonsumsi jantung

pisang hampir seluruh responden sesudah konsumsi jantung pisang produksi ASInya menjadi lancar. Adapun pengaruh konsumsi jantung pisang terhadap kelancaran ASI pada ibu nifas di wilayah kerja puskesmas Gundi Kota Surabaya tahun 2014

SARAN

Diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi peneliti tentang peningkatan produksi ASI, sehingga peneliti dapat meningkatkan kemampuan agar terampil dalam memberikan konseling tentang peningkatan produksi ASI sehingga dapat meningkatan pemberian ASI eksklusif.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2005. Manajemen Laktasi. Jakarta. Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat.

Dinkes. 2009. Data dan Informasi Kesehatan

Jawa Timur. Bersumber dari

<http://www.dostoc.com/docs/69 481695/Data-Dari-Informasi-Kesehatan-Propinsi-Jawa Timur-2009.[diakses bulan Desember 2011]

Maritalia. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas Dan

Menyusui. Yogyakarta: Pustaka

Belajar.

Murtiana, T. 2011. Pengaruh Konsumsi Daun

Katuk Dengan Peningkatan Produksi ASI PadaIbu Menyusui Di Wilayah Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu Tahun 2011. Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Bengkulu: Bengkulu.

Proverawati, A. 2010. Kapita Selekta ASI dan

Menyusui. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Purwanti. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa

Nifas. Yogyakarta: Cakrawala

Ilmu.

Roesli, U. 2008. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspaswara.

Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa

Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Setiawan, A. 2009. Pemberian MP-ASI. Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Jakarta.

Sulistiawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan

Kebidanan Pada Ibu Nifas.

Yogyakarta: Andi Offiset. Wahyuni, E. 2012. Pengaruh Konsumsi Jantung

Pisang Batu Terhadap

Peningkatan Produksi ASI Di Wilayah Puskesmas Srikuncoro, Kecamatan Pondok Kelapa Bengkulu Tengah. 15(4) Oktober

2012, 418-424.

Wiknjosastro, H. 2009. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta: yayasan Bina Pustaka.

Referensi

Dokumen terkait

Ternak-ternak mempunyai kedudukan yang penting dalam sosial ekonomi masyarakat yang sebagian besar terdiri dari petani (Atmadilaga,1976). Peranan ternak

Data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen mengenai perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan keuangan desa Kunir Kidul kecamatan Kunir kabupaten

Dari hasil uji regresi nilai koefisien yang ditunjukkan sebesar 16.526 yang berarti memiliki arah hubungan yang positif dengan nilai probabilitas sebesar 0.0018 &lt; 0.05

Curcuminoid sebagai zat aktif di dalam kunyit memiliki efek  Curcuminoid sebagai zat aktif di dalam kunyit memiliki efek  analgesik (penghilang rasa sakit) dan

(1) Apabila Wajib Retribusi tidak membayar atau kurang membayar retribusi yang terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dapat

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan rangkaian pelaksanaan upacara adat Maanta Bubua, (2) Mendeskripsikan tentang jenis makanan adat, (3) Mendeskripsikan

Dalam forum ini kita akan melihat gambaran seperti apa keterbukaan informsi di Kalimantan Timur, diketahui komitmen dari pemerintah Kalimantan Timur sendiri sudah cukup

Model Hurdle Poisson merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk memodelkan data cacahan (count) dengan excess zero pada data konsumsi rokok dalam