• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Site dan Situation Terhadap Aktivitas Pengunjung Taman Kota di Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Site dan Situation Terhadap Aktivitas Pengunjung Taman Kota di Medan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Site dan Situation Terhadap Aktivitas Pengunjung

Taman Kota di Medan

Samuel Marulam K Tambunan, M.H. Dewi Susilowati, Widyawati Departemen Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Indonesia E-mail: samuel.marulam@gmail.com

Abstrak

Kota Medan memiliki enam taman kota dimana setiap taman memiliki perbedaan pada kondisi fisik dan aktivitas pengunjung. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu bagaimana perbedaan kondisi fisik yang dibedakan menjadi site dan situation antar taman, aktivitas pengunjungnya yang dibagi atas karakteristik pengunjung dan kegiatan pengunjung, dan apakah karakteristik site dan situation taman kota memberikan pengaruh terhadap aktivitas pengunjung taman. Metode penelitian ini adalah dengan menemukan karakteristik site dan situation, aktivitas pengunjung, serta perbandingan antara keduanya. Karakteristik site dilihat berdasarkan ukuran dan status, sarana dan prasarana, serta penggunaan ruang. Karakteristik situation dilihat berdasarkan jaringan jalan dan akses, penggunaan tanah, dan hubungan taman dengan objek lain. Pada penelitian ini ditemukan keragaman pada karakteristik site dan situation. Karakteristik site dan situation mempengaruhi aktivitas pengunjung. Penggunaan ruang dan sarana adalah karakter site yang mempengaruhi frekuensi kunjungan dan kegiatan pengunjung, sementara karakter situation penggunaan tanah mempengaruhi kegiatan pengunjung. Walaupun karakteristik pengunjung seragam, namun kegiatan pengunjung taman yang dominan beragam.

Site and Situation Influence on Urban Park Visitor Activities in Medan Abstract

The City of Medan has six urban parks which each park has its own uniqueness in physical condition and visitor activities. This research aim is to figure if there are differences among urban parks by its physical condition which is divided into site and situation, by its visitor activities which are divided into visitor characters and what they do during the visits, and also if site and situation of parks are effecting its visitor activities. Methode used in this research is by observing site, situation, and visitor activities characteristic and compared each. Site will be analyzed by its size, status, facilities, and space usage, while situation will be analyzed by its accessibility, relation with other objects, roads, and land use that surrounded the park. This research indicating that site and situation characteristics are both various. Site and situation characteristics affecting visitor activities. Space utilizing and facilities are part of site characters that influencing visitor activities and frequency,, while land use as part of situation character give influence to activities. While visitor characters are uniform among parks, they seems to have different majority activity for each park.

Keywords: Urban park, site, situation, visitor activities

Pendahuluan

Kota merupakan pusat berbagai aktivitas ekonomi, perdagangan, maupun pendidikan, sehingga menjadikan sebagian besar kegiatan manusia berada di perkotaan. Dengan kepadatan penduduk dan mobilitas yang lebih tinggi dari pedesaan, pelayanan publik menjadi salah satu isu penting di kawasan perkotaan. Salah satu bentuk pelayanan publik yang mengemuka di perkotaan adalah kebutuhan akan ruang terbuka.

(2)

Taman kota sebagai bagian dari ruang terbuka hijau (RTH) menjadi salah satu bentuk ruang terbuka yang umum ditemukan di perkotaan. Kota Medan memiliki setidaknya enam taman kota yang kerap dikunjungi masyarakat. Keenam taman kota ini sekilas memiliki kondisi fisik yang berbeda. Perbedaan tersebut misalnya tampak dari keberadaan sarana lapangan olahraga di sebuah taman, dimana sarana tersebut tidak ditemukan di taman lainnya.

Taman kota yang baik hendaknya dapat mengakomodir berbagai aktivitas pengunjung. Menjadi pertanyaan apakah perbedaan kondisi fisik antar taman memiliki hubungan aktivitas pengunjung. Dalam menjawab pertanyaan tersebut, terlebih dahulu harus diketahui perbedaan kondisi fisik setiap taman. Penelitian ini mencoba menggunakan teori site dan situation dalam mengungkap kondisi fisik taman. Bagaimana kondisi site, situation, dan aktivitas pengunjung, serta apa hubungan antara site dan situation terhadap aktivitas pengunjung. Jika kondisi fisik terbukti memiliki hubungan, maka kondisi fisik yang lebih statis menjadi sebab yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas pengunjung yang dinamis.

Tinjauan Teoritis

Taman kota adalah suatu ruang milik bersama tempat melakukan aktivitas (Carr. 1992), sementara menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008, dinyatakan bahwa RTH taman kota adalah taman untuk melayani penduduk kota atau bagian dari wilayah perkotaan. Taman kota ini merupakan lapangan hijau yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi, dan olahraga dengan minimal RTH 80%-90%. RTH taman kota dapat dimanfaatkan penduduk untuk melakukan berbagai kegiatan sosial yang dilengkapi fasilitas olahraga, taman bermain anak, fasilitas rekreasi lainnya.

Setiap taman kota memiliki karakteristik site dan situation. Site adalah kondisi aktual dari sebuah objek yang menjelaskan dimana tempat itu berada. Site menjelaskan karakteristik internal dari sebuah objek, yang biasanya merupakan ciri fisik dari objek tersebut (Cronon, 1991). Karakteristik Site yang diterapkan pada taman kota adalah yang termasuk bentuk fisik di dalam taman kota, yaitu ukuran, sarana dan prasarana, penggunaan ruang, dan status taman (Uthama, 2013). Penggunaan ruang adalah bagaimana area di dalam taman didominasi oleh kegiatan yang berbeda.Situation adalah lokasi objek relatif terhadap objek lain di sekitarnya, menjelaskan bagaimana hubungan suatu objek dengan objek lain. Karakteristik situation yang diterapkan pada taman kota adalah penggunaan tanah, jaringan jalan, akses, dan hubungan taman dengan tempat lain. Hubungan taman kota dengan objek lain menggambarkan

(3)

bagaimana hubungan yang terbentuk antara taman dengan objek sekitarnya, apakah mendukung terjadinya kunjungan atau malah mengurangi minat pengunjung untuk datang. Sebagai ruang terbuka hijau, taman kota memiliki fungsi ekologis dan estetika. Namun fungsi utama taman kota adalah fungsi sosial, dimana menurut studi dari Liverpool City Council (2011), fungsi sosial taman kota adalah bagaimana taman kota sebagai ruang publik menjadi lokasi kerabat bertemu dan merayakan sesuatu, menjadi ruang masyarakat untuk melakukan beragam kegiatan, seperti festival, kegiatan komunitas, dan kegiatan olahraga. Kunjungan ke taman kota dapat meningkatkan kesegaran mental dan memperbaiki semangat sesorang untuk siap kembali bekerja.

Berdasarkan protokol System for Observing Play and Recreation Communities (SOPARC), terdapat tiga jenis aktivitas yang dilakukan di taman kota, yaitu berdiam diri, berjalan, dan aktivitas menengah-berat (McKenzie, dkk. 2006). Dalam penelitian ini, klasifikasi tersebut dimodifikasi menjadi empat kegiatan, yaitu bersantai, olahraga non-permainan, olahraga non-permainan, dan edukasi anak. Sarana prasarana di setiap taman akan diperhatikan apakah dapat memenuhi empat kegiatan tersebut. Olahraga permainan seharusnya membutuhkan sarana berupa lapangan olahraga. Olahraga non-permainan membutuhkan sarana berupa jogging track atau instalasi olahraga. Edukasi anak membutuhkan sarana berupa area bermain anak dan papan nama pemberi informasi. Kegiatan bersantai membutuhkan lapangan rumput, lapangan keras, pusat atraksi, pepohonan yang memberi efek teduh, tanaman berbunga indah, tempat duduk, dan pusat atraksi.

Metode Penelitian

Objek penelitian ini adalah taman kota di Kota Medan yang merupakan ruang terbuka hijau, memiliki sarana dan prasarana yang mendukung aktivitas pengunjung, memiliki luas lebih dari 5000 m!, dan dikelola oleh Dinas Pertamanan Kota Medan. Taman yang memenuhi

keenam kriteria tersebut adalah Lapangan Merdeka, Taman Beringin, Taman Gajah Mada, Taman Cadika, Taman Teladan, dan Taman Ahmad Yani. Pada keenam taman tersebut dikumpulkan data setiap hari jumat, sabtu, dan/atau minggu pada pagi pukul 06.00-07.00 dan sore pukul 16.30-18.00 di hari cerah. Pengumpulan data berupa kuesioner dibagikan pada minimal lima responden pada setiap taman.

(4)

Gambar 1. Alur pikir penelitian

Taman kota memiliki dua komponen utama, yaitu bentuk fisik taman dan pengunjung taman kota itu sendiri. Bentuk fisik taman akan dibahas menggunakan teori site dan situation. Aktivitas pengunjung melihat bagaimana karakteristik dan kegiatannya di setiap taman. Kedua komponen ini menjadi variabel penelitian yaitu adalah karakteristik site dan situation, serta aktivitas pengunjung. Pola aktivitas yang ditemukan akan dibandingkan dengan site dan

situation taman kota, dimana hipotesisnya adalah terdapat pengaruh antara site dan situation

terhadap aktivitas pengunjunng. Alur pikir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.

Data primer yang dikumpulkan adalah karakteristik pengunjung melalui kuesioner, sarana prasarana, penggunaan ruang, karakter penggunaan tanah dan akses dikumpulkan dengan observasi, sementara aktivitas pengunjung dan hubungan taman dengan objek lain diperoleh dengan perpaduan kusioner dan observasi. Data sekunder yang dikumpulkan adalah peta administrasi dan peta ruang terbuka hijau Kota Medan, informasi umum taman kota dan penggunaan tanah dan jaringan jalan di sekitarnya.

Data yang dikumpulkan diolah secara spasial dan non-spasial. Data non-spasial akan diolah dalam beragam bentuk, mulai dari grafik untuk sebaran umur pengunjung, diagram karakteristik dan kegiatan pengunjung, serta tabel crossing antara site dengan aktivitas dan

Pengaruh site dan situation terhadap akitvitas pengunjung

taman kota di Medan

Aktivitas pengunjung taman Taman Kota

Site:

Ukuran dan Status Sarana dan prasarana Penggunaan ruang

Situation:

Jaringan Jalan dan akses Penggunaan tanah Hubungan taman dengan objek lain Site dan Situation

Taman Bentuk Fisik Taman Kota Pengunjung Karakteristik Pengunjung Kegiatan Pengunjung

(5)

situation dengan aktivitas pengunjung. Data spasial akan diolah dalam bentuk sketsa sebaran

sarana prasarana taman, serta peta situation setiap taman.

Analisis pengaruh karakteristik site dan situation terhadap aktivitas pengunjung akan diketahui dengan melakukan perbandingan karakter site dengan aktivitas pengunjung di setiap taman, serta antara karakter situation dengan aktivitas pengunjung di setiap taman. Jika terdapat kesamaan antara baik site dan situation dengan aktivitas pengunjung, akan membentuk pola hubungan antar variabel. Beberapa pola yang ditemukan selanjutnya dibandingkan, jika pola yang ditemukan tidak saling bertentangan, maka terbukti kedua variabel berhubungan.

Hasil Penelitian

Taman kota di Medan memiliki luas total 338.298 m2, dimana taman dengan ukuran terbesar adalah Taman Cadika, dan ukuran paling kecil adalah Taman Gajah Mada. Sebagian besar taman kota memiliki bentuk menyerupai segi empat, dimana hanya Taman Teladan yang berbentuk elips. Status taman kota yang diteliti terbagi atas tiga, yaitu taman kelurahan, taman kecamatan, dan hutan kota.

Karakteristik site kondisi sarana prasarana di setiap taman beragam. Sarana yang mendukung olahraga permainan hanya terdapat di Lapangan Merdeka dan Taman Gajah Mada. Sarana untuk olahraga non-permainan dimiliki lengkap oleh Lapangan Merdeka dan Taman Ahmad Yani, dimiliki sebagian oleh Taman Teladan dan Taman Gajah Mada, dan tidak dimiliki oleh Taman Cadika dan Taman Beringin. Sarana yang mendukung edukasi anak dimiliki lengkap oleh Taman Ahmad Yani dan Taman Beringin, dimiliki sebagian oleh Lapangan Merdeka dan Taman Gajah Mada, serta tidak dimiliki oleh Taman Teladan dan Cadika. Taman Teladan memiliki lengkap seluruh sarana prasarana untuk bersantai, dimana kelima taman lain memiliki lima dari total enam sarana. Dari total lima sarana prasarana untuk kebutuhan dasar, Lapangan Merdeka, Taman Cadika, dan Taman Ahmad Yani memiliki semuanya, Taman Beringin punya empat, sedangkan Taman Teladan dan Gajah Mada masing-masing hanya punya dua. Gambar 2 menjelaskan sebaran sarana prasarana secara spasial.

Kondisi penggunaan ruang di keenam taman juga beragam. Lapangan Merdeka terdiri dari tiga area yang berbeda berdasarkan waktu keramaian pengunjung, dimana semakin ke utara maka semakin tidak ramai. Taman Beringin dibagi atas dua ruang, dipisahkan oleh kolam air

(6)

mancur dimana sebelah utara lebih rindang daripada sebelah selatan. Taman Cadika terdiri atas tiga area berdasarkan tutupan lahan. Taman Ahmad Yani memiliki empat area dipisahkan oleh koridor jalan, berdasarkan keramaian pengunjung. Taman Gajah Mada memiliki dua area dimana area utara didominasi pengguna jogging track, sementara sebelah selatan untuk menonton dan bermain sepak bola. Terakhir, Taman Teladan memiliki penggunaan ruang yang seragam atau tidak ada perbedaan penggunaan ruang yang signifikan.

(7)

Gambar 2. Sketsa situation (dari kiri atas searah jarum jam) Taman Ahmad Yani, Taman Cadika, Taman Gajah Mada, Lapangan Merdeka, Taman Teladan, Taman Beringin (sumber: pengolahan data, 2014)

Karakteristik situation berupa jaringan jalan setiap taman adalah seragam, yaitu merupakan tingkatan jalan kolektor, yang terdapat di Taman Beringin, Cadika, Ahmad Yani, dan Gajah Mada. Lapangan Merdeka sebagai titik nol Kota Medan memiliki tingkatan jaringan jalan arteri, sementara Taman Teladan memiliki tingkatan jalan lokal. Hubungan taman dengan objek lain sebagian besar tidak mendukung kunjungan ke taman. Taman Teladan dicap sebagai rawan pencurian, Taman Cadika dianggap mistis, sementara Taman Gajah Mada sebagai lokasi prostitusi berpotensi mengurangi jumlah kunjungan pengunjung. Di saat Taman Beringin dan Taman Ahmad Yani tidak memiliki hubungan yang mendukung ataupun tidak, kelengkapan sarana dan prasarana di sekitar Lapangan Merdeka sebagai titik pusat Kota Medan membuat taman ini memiliki hubungan taman yang mendukung adanya kunjungan.

(8)

Gambar 3. Peta situation enam taman di Kota Medan (sumber: pengolahan data, 2014)

Terdapat tiga jenis penggunaan tanah yang mendominasi taman di Kota Medan, yaitu permukiman, perdagangan, dan perkantoran. Taman Cadika dan Teladan hanya dikelilingi oleh permukiman, Lapangan Merdeka oleh perkantoran dan perdagangan, Taman Gajah Mada oleh permukiman dan perdagangan, Taman Beringin dan Ahmad Yani didominasi oleh perkantoran, perdagangan, dan permukiman. Gambar 3 menunjukkan peta situation setiap taman.

Aktivitas pengunjung terdiri atas karakteristik pengunjung dan kegiatan pengunjung. Karakteristik pengunjung terdiri dari umur rata-rata, frekuensi, durasi, dan waktu kunjungan. Kondisi karakteristik pengunjung adalah seragam dimana umur rata-rata mulai dari 24 – 38 tahun, frekuensi satu sampai enam kali seminggu, durasi satu sampai dua jam, dan waktu

(9)

kunjungan pada sore hari. Anomali frekuensi kunjungan terdapat pada Taman Beringin dan Cadika. Anomali durasi kunjungan terdapat pada Taman Beringin dan Taman Teladan, sedangkan anomali pada waktu kunjungan dominan terdapat pada Taman Merdeka.

Gambar 4. Kegiatan pengunjung taman kota di Medan

Kondisi kegiatan pengunjung di taman kota adalah beragam. Kegiatan yang dominan ditemukan di taman kota Medan seperti yang terlihat di gambar 4 adalah bersantai, dimana tiga taman memiliki persentase kegiatan pengunjung terbanyak pada bersantai, dan pada tiga taman lain bersantai merupakan kegiatan kedua terbanyak. Dua taman didominasi oleh olahraga non-permainan, dan satu lagi oleh olahraga permainan. Edukasi anak tidak menjadi kegiatan yang mendominasi taman manapun, namun persentasenya cukup besar pada Taman Teladan, yang menariknya, tidak memiliki sarana yang mendukung.

Pembahasan

Tabel 1. Crossing site dan aktivitas pengunjung

Taman Status Penggunaan

ruang

Sarana (total 16)

Umur Frekuensi Waktu Durasi Kegiatan

Utama

Merdeka Taman

kecamatan

Keramaian pengunjung

14 33 1-6x seminggu Pagi 1-2 jam O.Non-permainan

Beringin Hutan kota tutupan pohon 11 30 Setiap hari Sore < 1 jam Bersantai

Cadika Hutan kota tutupan lahan 10 38 1-3x sebulan Sore 1-2 jam Bersantai

Ahmad Yani Taman kelurahan Keramaian pengunjung, tutupan lahan

14 35 1-6x seminggu Sore O.Non-permainan

0%   20%   40%   60%   80%   100%  

merdeka   beringin   cadika   ahmad  yani  gajah  mada   teladan  

Per sen tase  k egia tan  pengunjung   Taman  

Kegiatan  Pengunjung  Taman  

(10)

Gajah Mada Taman kelurahan Kegiatan pengunjung

10 24 1-6x seminggu Sore 1-2 jam O.permainan

Teladan Taman

kelurahan

- 9 27 1-6x seminggu > 2 jam Bersantai

Taman yang tidak memiliki sarana yang mendukung olahraga permainan hanya memiliki persentase pengunjung yang melakukan olahraga permainan yang kecil, tentu saja. Sebaliknya, Taman Gajah Mada, yang kelengkapan sarananya hanya ditemukan pada sarana yang mendukung olahraga permainan, pengunjungnya lebih banyak melakukan olahraga permainan.

Semua taman memiliki sarana yang mengakomodasi kegiatan bersantai. Hal ini sesuai dengan ditemukannya kegiatan bersantai di setiap taman. Dari tiga taman dengan kegiatan dominan adalah bersantai, semuanya memiliki sarana pusat atraksi. Sebaliknya, dari tiga taman dimana bersantai bukan merupakan kegiatan dominan, dua diantaranya hanya tidak memiliki pusat atraksi, dan memiliki sarana lain yang mendukung kegiatan bersantai. Selain itu, ketiga taman yang didominasi kegiatan bersantai ini sama-sama memiliki pusat atraksi yang berkaitan dengan air (kolam air mancur dan danau). Ada kemungkinan pusat atraksi yang berkaitan dengan air memiliki pengaruh kepada banyaknya jumlah pengunjung yang bersantai lebih besar daripada pusat atraksi bukan air (patung). Pusat atraksi berupa patung ini terdapat pada Taman Ahmad Yani yang bersantai bukan menjadi kegiatan paling banyak dilakukan.

Sarana yang mendukung edukasi anak ditemukan lengkap di du ataman, tidak lengkap di dua taman, dan tidak ditemukan sama sekali di dua taman. Namun demikian, kegiatan edukasi anak tetap ditemukan di semua taman, termasuk taman yang tidak memiliki sarana edukasi anak. Hal ini menunjukkan kegiatan edukasi anak tidak membutuhkan suatu sarana khusus. Sebaran taman dengan sarana yang mendukung olahraga non-permainan serupa dengan edukasi anak. Perbedaannya adalah, pada dua taman yang tidak punya sarana, tidak ditemukan kegiatan olahraga non-permainan. Hal ini menunjukkan, berbeda dari edukasi anak, olahraga non-permainan membutuhkan sarana khusus.

Pada tabel crossing site dapat ditemukan dua pola. Pertama, Taman Beringin dan Taman Cadika memiliki kesamaan dalam karakteristik site, dimana keduanya merupakan hutan kota dengan penggunaan ruang didasarkan atas tutupan lahan dan memiliki sarana dan prasarana terbatas (masing-masing punya sebelas dan sepuluh sarana). Pola ini berlanjut pada aktivitas pengunjung di kedua taman. Taman Cadika dan Taman Beringin adalah hanya dua taman

(11)

yang dimana frekuensi pengunjung dominan tidak satu sampai enam kali seminggu. Kedua taman juga lebih sering dikunjungi pada sore hari, dan kegiatan utama pengunjung adalah bersantai. Kesamaan pola pada karakterisitik site dan aktivitas pengunjung menunjukkan ada hubungan antara keduanya. Jika status taman berupa hutan kota, dengan penggunaan ruang didasarkan pada tutupan lahan dan memiliki sarana yang kurang lengkapmaka pengunjung akan berkunjung dengan frekuensi bukan satu sampai enam kali seminggu, pada sore hari, dan dengan kegiatan utama ialah bersantai.

Pola kedua ditemukan pada Lapangan Merdeka, Taman Ahmad Yani, dan Taman Gajah Mada. Kesamaan pada karakteristik site di ketiga taman ini terdapat pada pengunaan ruang yang didasarkan pada keramaian atau kegiatan pengunjung, dan sarana yang lengkap (dimana Taman Gajah Mada memiliki sarana yang tidak lengkap secara jumlah, namun mendukung kegiatan yang lengkap). Pola ini berlanjut pada aktivitas pengunjung taman dimana frekuensi kunjungan dominan adalah satu sampai enam kali seminggu dan kegiatan utama berupa olahraga permainan atau non permainan. Di luar ketiga taman ini, kegiatan utama pengunjung taman adalah bersantai. Jika penggunaan ruang didasarkan pada keramaian atau kegiatan pengunjung dan sarana yang lengkap, maka frekuensi kunjungan adalah satu sampai enam kali seminggu dengan kegiatan utama berupa olahraga permainan atau non permainan.

Kedua pola memiliki kesamaan, yaitu karakter site berupa sarana dan prasarana dan penggunaan ruang disebutkan mempengaruhi aktivitas pengunjung. Pola pertama juga menyebutkan status taman juga mempengaruhi, namun status ini tidak berlaku pada pola kedua. Dapat dilihat bahwa kegiatan bersantai tidak hanya ditemukan pada taman dengan status hutan kota, sehingga lebih dimungkinkan pada pola pertama, aktivitas pengunjung lebih dipengaruhi oleh penggunaan ruang dan sarana daripada status taman, serupa dengan pola kedua. Kesamaan selanjutnya antar kedua pola terletak pada aktivitas pengunjung. Kedua pola menunjukkan karakteristik site mempengaruhi frekuensi kunjungan serta kegiatan pengunjung. Pada pola pertama disebutkan bahwa waktu kunjungan terkena pengaruh, namun tidak ditemukan di pola kedua. Ketidakberlanjutan ini membuat waktu kunjungan tidak serta merta dipengaruhi oleh karakteristik site. Setelah membandingkan kedua pola, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik site penggunaan ruang serta sarana dan prasarana mempengaruhi aktivitas pengunjung berupa frekuensi kunjungan dan kegiatan pengunjung.

Tabel 2. Crossing situation terhadap aktivitas pengunjung

Taman Jalan penggunaan tanah Hubungan

Taman

(12)

Utama

Merdeka Arteri perkantoran perdagangan Mendukung 33 1-6x

seminggu

Pagi 1-2

jam

O.Non-permainan

Beringin Kolektor perkantoran,

perdagangan permukiman

Netral 30 Setiap hari Sore < 1

jam

Bersantai

Cadika Kolektor permukiman Tidak

mendukung 38 1-3x sebulan Sore 1-2 jam Bersantai Ahmad Yani Kolektor perkantoran, perdagangan permukiman Netral 35 1-6x seminggu Sore O.Non-permainan Gajah Mada Kolektor permukiman perdagangan Tidak mendukung 24 1-6x seminggu Sore 1-2 jam O.permainan

Teladan Lokal permukiman Tidak

mendukung 27 1-6x seminggu > 2 jam Bersantai

Faktor situation berupa jaringan jalan mempengaruhi karakteristik pengunjung. Lapangan Merdeka yang memiliki tingkatan jaringan jalan paling baik diantara taman lain dipilih oleh komunitas senam dan bela diri sebagai lokasi melakukan kegiatan. Sebaliknya Taman Cadika sebagai taman yang paling sulit diakses membuat taman ini jarang dikunjungi secara berkala oleh pengunjung. Taman Cadika menjadi satu-satunya taman dimana frekuensi kedatangan pengunjung yang dominan adalah sekali sampai tiga kali dalam sebulan.

Terdapat kecenderungan taman kota yang dikelilingi permukiman memiliki kegiatan dominan berupa bersantai dan taman yang dikelilingi perkantoran memiliki kegiatan olahraga non-permainan. Dari tiga taman kota yang kegiatan bersantai mendominasi kegiatan pengunjung semuanya dikelilingi oleh penggunaan tanah berupa pemukiman. Sebaliknya, taman yang dikelilingi penggunaan tanah berupa perkantoran, dimana pada tiga taman tersebut kegiatan berupa olahraga non-permainan cukup banyak ditemukan. Pada Taman Beringin, salah satu taman yang dikelilingi perkantoran, kegiatan olahraga non-permainan tetap ditemukan (tetapi tidak mendominasi) walaupun fasilitas yang mendukung kegiatan tersebut tidak ada.

Pada tabel crossing situation terdapat sebuah pola yang ditemukan. Pola tersebut menghubungkan Lapangan Merdeka dan Taman Gajah Mada. Keduataman memiliki penggunaan tanah yang mendominasi berupa perdagangan dan perkantoran. Kesamaan karakteristik situation antara kedua taman yang lain adalah hubungan antar taman yang mendukung atau netral. Pola ini berlanjut pada aktivitas pengunjung, dimana frekuensi

(13)

kunjungan adalah satu sampai enam kali seminggu dengan kegiatan dominan adalah olahraga non-permainan.

Pola menunjukkan bahwa karakter situation berupa penggunaan tanah dan hubungan taman mempengaruhi frekuensi kunjungan dan kegiatan pengunjung. Perlu diperhatikan bahwa frekuensi kunjungan pada pola, yaitu satu hingga enam kali seminggu, juga ditemukan pada taman yang dikelilingi pemukiman dan hubungan taman yang tidak mendukung, seperti di Taman Teladan. Karena itu, diyakini frekuensi kunjungan tidak mendapat pengaruh besar dari karakteristik situation, Terdapat dua kemungkinan mengenai frekuensi, pertama, yaitu frekuensi lebih dipengaruhi oleh karakterisitik site, seperti telah dibuktikan sebelumnya, atau memang frekuensi kunjungan tidak terpengaruh, karena sifatnya yang seragam sesuai dengan karakteristik pengunjung taman. Selain itu, dalam penelitian ini, hubungan taman tidak digali secara mendalam. Di awal telah disebutkan bahwa hubungan taman lebih berupa informasi tambahan melengkapi karakteristik situation lain. Karena itu, hubungan taman juga tidak dapat dipercaya turut memberikan pengaruh kepada aktivitas pengunjung. Kesimpulannya adalah karakteristik situation berupa penggunaan tanah mempengaruhi aktivitas pengunjung berupa kegiatan pengunjung.

Dari pola yang ditemukan pada perbandingan karakteristik site dan situation terhadap aktivitas pengunjung, dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, karakteristik site berupa penggunaan ruang dan sarana mempengaruhi aktivitas pengunjung berupa frekuensi kunjungan dan kegiatan pengunjung. Kesimpulan kedua, sebagai penjelasan dari kesimpulan sebelumnya, dimana taman dengan penggunaan ruang didasarkan pada tutupan lahan dan sarana yang tidak lengkap, cenderung menghasilkan karakteristik aktivitas pengunjung berupa frekuensi kunjungan bukan satu sampai enam kali seminggu, dengan kegiatan utama ialah bersantai. Sementara taman dengan penggunaan ruang didasarkan pada keramaian atau kegiatan pengunjung dan sarana yang lengkap, cenderung menghasilkan karakteristik aktivitas pengunjung taman berupa frekuensi kunjungan adalah satu sampai enam kali seminggu dengan kegiatan utama berupa olahraga permainan atau non permainan. Ketiga, penggunaan tanah di sekitar taman mempengaruhi kegiatan pengunjung, dimana taman dengan penggunaan tanah dominan di sekitar berupa perdagangan dan perkantoran, cenderung menghasilkan karakter aktivitas pengunjung berupa kegiatan dominan adalah olahraga non-permainan.

(14)

Site dan situation taman kota di Medan memiliki karakteristik beragam di sarana, penggunaan

ruang, dan penggunaan tanah. Terdapat taman yang memiliki sembilan hingga empat belas dari total enam belas sarana, dan berjumlah satu hingga empat penggunaan ruang. Penggunaan tanah beragam berupa permukiman, perdagangan, dan perkantoran. Karakteristik yang seragam ditemukan pada status taman berupa taman kelurahan, jaringan jalan berupa kolektor, dan hubungan taman yang tidak mendukung kunjungan.

Aktivitas pengunjung taman kota seragam pada karakteristik pengunjung yaitu frekuensi kunjungan satu hingga enam kali seminggu, pada sore hari, dan durasi satu hingga dua jam, namun beragam pada kegiatan pengunjung, yaitu antara bersantai, olahraga permainan, dan olahraga non-permainan

Karakteristik site dan situation mempengaruhi aktivitas pengunjung, dimana karakteristik site penggunaan ruang dan sarana mempengaruhi frekuensi kunjungan dan kegiatan pengunjung, sementara karakteristik situation penggunaan tanah mempengaruhi kegiatan pengunjung.  

Daftar Referensi

Carr, S., Leanne G.R., Mark F., Andrew M.S. (1992). Public Space. Cambridge: Cambridge University Press

Cronon, W. (1991). Nature’s Metropolis: Chicago and The Great West. New York & London: W.W. Norton & Company

Liverpool City Council. (2011). The Value of Urban Parks and Greenspaces. Liverpool: Parks and Greenspaces Business Unit

McKenzie, T.L., dkk. (2006). System for Observing Play and Leisure Activity in Communities (SOPARC): Reliability and feasibility measures. J. Phys. Act. Health, 1, 203–217.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

Purnomohadi, Ning. (2006). Ruang Terbuka Hijau Sebagai Unsur Utama Tata Ruang Kota. Jakarta: Direktorat Jenderal Penataan Ruang ISBN: 979-15540-0-5

(15)

Standar Nasional Indonesia SNI 03-9697-2003 mengenai Persyaratan Umum Sistem Jaringan dan Geometrik Jalan Perumahan

Uthama, Ida Bagus Putu Arga. (2013). Upaya Peningkatan Pemanfaatan Taman Kota di Kota

Tabanan. Denpasar: Universitas Udayana

Zulkarnain. (2013). Rencana Aksi Kota Hijau. Medan: Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Pemerintah Kota Medan

(16)

Gambar

Gambar 1.  Alur pikir penelitian
Gambar 2.  Sketsa situation (dari kiri atas searah jarum jam) Taman Ahmad Yani, Taman Cadika, Taman  Gajah Mada, Lapangan Merdeka, Taman Teladan, Taman Beringin (sumber: pengolahan data, 2014)
Gambar 3.  Peta situation enam taman di Kota Medan (sumber: pengolahan data, 2014)
Gambar 4.  Kegiatan pengunjung taman kota di Medan

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran pada siklus I pertemuan I materi yang disampaikan kepada siswa adalah matematika mengenal pecahan sederhana, mengklasifikasikan pecahan berdasarkan

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Akhir Ners ini dengan judul

Hasil wawancara dengan para pejabat terkait yang dikemukakan di atas secara keseluruhan memberikan gambaran tentang kinerja Badan Lingkungan Hidup Propinsi Sulawesi

Dengan demikian pengungkapan intellectual capital untuk melihat kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai tambah ( value added) sudah menjadi keharusan dalam mengelola

Dalam rangka privatisasi yang ditargetkan dalam tahun 2002 dapat berhasil lebih baik, penulis merekomendasikan beberapa hal, pertama untuk menarik investor agar bersedia

Analisa Pengaruh Crashing Program Terhadap Biaya Tenaga Kerja Langsung Pada Proyek Konstruksi, Robert Panangian Sirait, No.Mhs : 04 02 12097, Tahun 2010, PPs

Kondisi demikian menyebabkan remaja memiliki peran baru dan mengambil tanggung jawab baru, sehingga hal ini akan menempatkan remaja untuk menjadi tidak tergantung pada orang tua

Perusahaan adalah perusahaan perkebunan, baik bertindak sebagai perusahaan inti dalam pola PIR dan atau sebagai pelaku usaha perkebunan warga