• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEIKUTSERTAAN PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) PADA WUS SEBELUM DAN SESUDAH DIBERI PENYULUHAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN KEIKUTSERTAAN PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) PADA WUS SEBELUM DAN SESUDAH DIBERI PENYULUHAN."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEIKUTSERTAAN PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) PADA WUS SEBELUM DAN SESUDAH DIBERI

PENYULUHAN Siti Aminah1

Abstract: IVA constitutes one of skrining alternative that is utilized to detect lesion pre cancer serviks besides Pap Smear. At cancer Indonesia Decapitates womb to stay second thread of happening cancer on woman. Each year at Dr. Soetomo's Hospital rolled out – rolled out found new case as much 300 – 350 person, ironically surrounding 60 80% was deep lanjut's stadia.

According to Hardiman( 2007) WUS already gets married haven't done IVA'S check caused by its reducing information or science about IVA or science about IVA well but nots mother want to check. This research intent to analyse the difference IVA'S check participation on WUS before and after given by counselling.

This research is observational Experimental Pre one group pre post design's test. One that as sample is lush age woman already get married at Morowudi's village as much 155 respondents. Its free variable is counselling about IVA, meanwhile variable depends it is probing participation on WUS before and after given by counselling. Hereafter data which is gotten at análisis by use of quiz Mc Nemar test uses SPSS 11,5 by α =0,05.

Result observationaling to point out that largely respondent is old> 30 years which is as much 61,36%. Largely respondent gets elementary education which is 68,9%. Largely respondent not working which is 78,8%. Base still Quiz tik was gotten to usufruct that exists distinctive IVA'S probing participation on WUS before and after given by engan's counselling assesses ρ = 0,0001.

Base aforesaid result therefore researcher suggests to need marks sense facility and counselling empowerment at Posyandu by cadre. To Puskesmas Cerme and village Midwife needs to give stock purchasing to cadre about IVA to sides on duty health also expected at one's back socialization IVA by increases Liflet at allotment to Puskesmas and place – other health care place.

Key word: Counselling, IVA, WUS, participation.

PENDAHULUAN

Kanker leher rahim merupakan masalah kesehatan penting bagi wanita di seluruh dunia. 1,4 juta wanita didunia mengalami penyakit kanker leher rahim. (menurut feray et al, 2001). Di Indonesia kanker leher rahim menempati urutan kedua dari kanker yang terjadi pada wanita. Diperkiraan ditemukan 40.000 kasus baru kanker leher rahim tiap tahunnya. Di rumah sakit Dr. Soetomo Surabaya setiap hari sedikitnya 8 hingga 10 kasus baru kanker leher rahim. Setiap

tahun rata-rata ditemukan kasus baru sebanyak 300 - 350 orang, ironisnya sekitar 60-80% penderita yang datang ke rumah sakit sudah dalam stadium lanjut. Di Gresik tahun 2007 dari WUS 319.214 setelah dilakukan penapisan terdapat 4% yang positif adanya lesi prakanker (Brahmana Askandar, 2009).Di Puskesmas Cerme pada tahun 2009 dari 414 WUS yang diperiksa IVA, 108 WUS ditemukan IVA Positif dan 4 kasus kanker leher rahim.

(2)

IVA merupakan salah satu tes skrining alternatif yang digunakan untuk mendeteksi lesi pra kanker serviks selain Pap smear. Pemeriksaan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) adalah pemeriksaan yang pemeriksanya (dokter/bidan/paramedik) mengamati serviks yang telah diberi asam asetat/asam cuka 3-5% secara inspekulo dan dilihat dengan penglihatan mata langsung (mata telanjang) (Farid Aziz, 2006).

Menurut Hardiman (2007) data terkini menunjukkan bahwa pemeriksaan visual pada leher rahim dengan menggunakan asam asetat (IVA) paling tidak sama efektifnya dengan tes PAP dalam mendeteksi penyakit dan bisa dilakukan dengan lebih sedikit logistik dan hambatan teknis.

Dari studi pendahuluan di Puskesmas Cerme Kabupaten Gresik di dapat data sebagai berikut :

Tabel 1.1 Hasil Cakupan IVA di Puskesmas Cerme dan Desa Morowudi Tahun 2008 s/d maret 2010

Tahun

Puskesmas Cerme Desa Morowudi

Target Caku pan % Targ et Cakup an % 2008 1026 409 39,8 % 251 90 35,8 % 2009 1026 414 40,3 % 251 19 7,5 % Maret 2010 1026 233 22,7 % 251 1 4,7 %

Sumber : Data Sekunder Puskesmas Cerme, 2010

Dari data tabel tersebut diatas diketahui rendahnya cakupan pemeriksaan IVA pada WUS di Desa Morowudi, Puskesmas Cerme Tahun 2010.

Dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 24 Juni 2010 di Puskesmas Cerme terhadap 10 WUS yang telah melakukan pemeriksaan IVA alasannya adalah karena telah mengerti pemeriksaan IVA dari penyuluhan yang di terima, dari hasil survey pendahuluan yang

dilakukan di posyandu Desa Morowudi pada tanggal 25 Juni 2010 terhadap 10 WUS yang belum melakukan pemeriksaan IVA alasannya karena tidak mengetahui informasi tentang pemeriksaan IVA.

Menurut Hardiman (2007) alasan WUS (Wanita Usia Subur) yang sudah menikah belum melakukan pemeriksaan IVA disebabkan beberapa hal yaitu kurangnya informasi atau pengetahuan WUS tentang IVA atau pengetahuan tentang IVA baik tetapi mereka tidak memiliki kemauan untuk melakukan pemeriksaan IVA. Beberapa alasan tersebut perlu dicari dan diketahui untuk mewujudkan tindakan pemeriksaan IVA pada WUS sebagai upaya penapisan terhadap lesi prakanker.

Dampak dari tidak melakukan pemeriksaan IVA adalah jika ada gejala lesi putih prakanker tidak bisa terdeteksi secara dini. Biasanya akan diketahui jika sudah ada gejala atau sudah dalam stadium lanjut. Jika kanker leher rahim sudah dalam kondisi stadium lanjut, pengobatan yang diberikan membutuhkan biaya yang mahal sedangkan angka kesembuhannya sangat kecil. Disamping itu, akibat yang lain adalah masih tingginya angka kematian pada wanita karena penyakit kanker leher rahim di Indonesia menduduki peringkat ke-2 dari kanker yang terjadi pada wanita (Brahmana Askandar, 2009 )

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan keikutsertaan pemeriksaan IVA pada WUS sebelum dan sesudah diberi penyuluhan di Desa Morowudi, Puskesmas Cerme tahun 2010.

METODE

Rancangan peneliatian ini mengunakan Pra eksperimental One group pra-post test design. Dimana perlakukan dikalukan pada satu kelompok dan tidak ada kelompok kontrol. Sebelum diberi perlakuaan, responden diberi test dan

(3)

sesudah dilakukan perlakukan dilakukan test lagi.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua WUS yang sudah menikah ,pernah menikah dengan jumlah 251 orang. Besar sampel adalah 154 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini digunakan Probability Sampling dengan Cluster Propotionated random sampling. Analisis dala penelitian ini menggunakan analisis Univariate dan analisis Bivariate.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Tabel 1.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur

Sumber: data primer, 2010

Berdasarkan tabel diatas dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar yaitu berumur >30 sebanyak 81 responden (61,36 %).

Tabel 1.3 Distribusi responden berdasarkan pendidikan No . Pendidika n Frekuens i (f) Prosentas e (%) 1. Dasar 91 68,9 2. Menengah 34 25,8 3. Tinggi 7 5,3 Jumlah 132 100

Sumber: data primer, 2010

Berdasarkan tabel diatas dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar yaitu berpendidikan dasar sebanyak 91 responden (68,9 %)

Tabel 1.4 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan

No. Pekerjaan Frekuensi

(f) Prosentase (%) 1. Bekerja 28 21,2 2. Tidak bekerja 104 78,8 Jumlah 132 100

Sumber: data primer, 2010

Berdasarkan tabel diatas dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar yaitu tidak bekerja sebesar 104 responden (78,8 %).

Tabel 1.5 distribusi frekuensi responden berdasarkan keikutsertaan pemeriksaan IVA sebelum diberi penyuluhan No Keikutser taan Jumlah Prosentase (%) 1. Ikut 26 19,7 2. Tidak Ikut 106 80,3 Jumlah 132 100

Sumber : Data Primer, 2010

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak mengikuti pemeriksaan IVA yaitu 106 responden (80,3 %)

No. Umur Frekuensi (f) Prosent

ase (%) 1. <20 tahun 2 1,3 2. 20-30 tahun 49 37,12 3. >30 tahun 81 61,36 Jumlah 132 100

(4)

Tabel 1.6 Distribusi responden berdasarkan keikutsertaan pemeriksaan IVA sesudah Penyuluhan No Keikuts ertaan Jum lah Prosentas e (%) 1. Ikut 95 72,0 2. Tidak Ikut 37 28,0 Jumlah 132 100

Sumber : Data Primer, 2010

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian responden mengikuti pemeriksaan IVA yaitu 95 responden (72,0 %).

Tabel 1.7 Distribusi responden berdasarkan keikutsertaan pemeriksaan IVA sebelum dan sesudah diberi penyuluhan di Desa Morowudi, Puskesmas Cerme, Gresik tahun 2010. N o Penyuluh an Keikutser taan Sebelum Sesudah Ket n % n % 1 Ikut 26 19,7 95 72 Naik 52,3% 2 Tidak Ikut 10 6 80,3 37 28 Turun 52,3% Jumlah 13 2 100 13 2 100 ρ = 0,001 α = 0,05

Sumber : Data Primer, 2010

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang ikut penyuluhan sebagian besar adalah ikut pemeriksaan IVA yaitu 95 responden (72%) berbeda dengan keikutsertaan IVA sebelum penyuluhan yaitu 26 responden (19,7%).

Hasil uji Mc. Nemar dengan program SPSS 11,5 (lampiran 3) dengan skala data nominal menunjukkan bahwa terdapat perbedaan keikutsertaan sebelum dan sesudah penyuluhan didapat nilai p=0,001 karena p < α 0,05, maka Ho

ditolak.Sedangkan Chi Hitung= 39,521 lebih besar dari Chi tabel yaitu= 26.01 berarti х² hitung > dari х² tabel kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat perbedaan yang signifikan pada keikutsertaan WUS sebelum dan sesudah diberi penyuluhan.

PEMBAHASAN

1. Keikutsertaan Pemeriksaan IVA pada WUS sebelum diberi penyuluhan di desa Morowudi tahun 2010.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa keikutsertaan Responden terhadap pemeriksaan IVA di desa Morowudi sebelum Penyuluhan sebagian kecil mengikuti pemeriksaan IVA yaitu 26 orang atau 19,7%

Menurut Hardiman( 2008) alasan WUS yang sudah menikah tidak ikut pemeriksaan IVA karena kurangnya informasi tentang IVA atau pengetahuan tentang IVA baik tetapi ibu tidak mau periksa.Setiawati (2008 ) mengatakan bahwa pendididkan kesehatan dipengaruhi oleh factor enabling atau kemungkinan, diantaranya ketersediaan serta akses terhadap sarana dan prasarana pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan inilah yang menjadi sumber informasi Kesehatan.

Adopsi perilaku harus didahului dengan tahu pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu seseorang melakukan proses penginderaan dan pemikiran terhadap suatu obyek tertentu.Sebelum seseorang mengadopsi perilaku ia harus terlebih dahulu tahu apa arti atau manfaat dari perilaku tersebut ( Notoatmojo, 2003a) Salah satu upaya untuk mendukung adanya adopsi perilaku pemeriksaan IVA adalah menyampaikan arti / manfaat dari pemeriksaan IVA melalui kegiatan pendidikan kesehatan.Seperti yang telah disampaikan Azwar ( 2003 ) bahwa individu akan

(5)

membentuk sikap positif terhadap hal – hal yang dirasakannya akan mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap negatif terhadap hal – hal yang dirasakan merugikan dirinya. Mubarak (2007 ) mengatakan bahwa pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami.

Dalam hal ini alasan responden yang tidak melakukan pemeriksaan IVA mengatakan karena tidak tahu dan kurangnya Informasi tentang IVA dan juga mengatakan tidak mengikuti pemeriksaan IVA karena takut dan malu untuk periksa IVA.

Faktor pendidikan juga sangat berpengaruh pada cara pandang seseorang terhadap pengetahuan atau informasi yang diterimanya,jenjang pendidikan yang semakin tinggi akan memudahkan seseorang untuk memahami berbagai hal,sehingga ia lebih mudah dalam mengembangkan diri.Sedangkan dalam penelitian ini sebagian besar responden adalah berpendidikan rendah sehingga mempengaruhi pemahaman responden tentang IVA.

Kemudahan untuk memperoleh informasi juga dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh suatu informasi dan dapat membantu seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Saat ini pengetahuan tentang IVA masih kurang dapat diakses oleh responden karena tidak adanya penyuluhan kesehatan tentang IVA baik dimedia maupun liflet pada pelayanan kesehatan. Informasi kesehatan tentang IVA ini juga perlu dimiliki oleh kader kesehatan yang bertugas sebagai pendidik kelompok sebaya yang akan mengajarkan informasi tersebut kepada orang lain.

Sarana yang biasa di akses oleh responden adalah Posyandu dan tenaga kesehatan sebagai prasarana pendidikan kesehatan menjadi sumber informasi tentang IVA. Tenaga kesehatan yang

sudah dilatih konseling IVA dan cara pemeriksaannya perlu ditambah karena rasio tenaga kesehatan yang terlatih dengan jumlah WUS yang ada tidak sesuai atau masih sangat kurang.

2. Keikutsertaan Pemeriksaan IVA pada WUS sesudah diberi penyuluhan di desa Morowudi tahun 2010

Berdasarkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa keikutsertaan WUS terhadap pemeriksaan IVA sesudah penyuluhan sebagian besar adalah ikut pemeriksaan IVA yaitu 95 orang ( 72%)

Tujuan Pendidikan kesehatan adalah tercapainya perubahan perilaku individu , keluarga dan masyarakat dalam membina perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Notoatmojo ( 2002b ) mengatakan dengan memberikan informasi informasi tentang cara mencapai hidup sehat, cara memelihara kesehatan , cara menghindari penyakit dan sebagainya sehingga akan meningkatkan pengetahuan

masyarakat tentang hal

tersebut.Selanjutnya dengan pengetahuan pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka dan akhirnya akan menyebabkan orang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Seperti yang disampaikan oleh Azrul Azwar ( Dalam Machfoedz, 2007) Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar yakni suatu proses untuk memperoleh pengetahuan. Pandangan dan ketrampilan yang diperlukan untuk menghasilkan suatu sikap dan perilaku tertentu.

Keikutsertaan responden terhadap pemeriksaan IVA meningkat sesudah diberi penyuluhan dikarenakan informasi atau penyuluhan tentang IVA yang didapat Responden yang mengikuti pemeriksaan IVA mengatakan setelah mendapat penyuluhan IVA responden mengerti pentingnya pemeriksaan IVA

(6)

sebagai cara untuk memdeteksi kanker leher rahim

3. Perbedaan keikutsertaan Pemeriksaan IVA pada WUS Sebelum dan Sesudah diberi Penyuluhan di desa Morowudi tahun 2010.

Dari perbandingan hasil pemeriksaan IVA sebelum dan sesudah diberi penyuluhan didapat hasil yang signifikan. Dari hasil Uji SPSS dengan skala data Nominal diketahui bahwa ada perbedaan keikutsertaan pemeriksaan IVA sebelum dan sesudah diberi penyuluhan . Uji Mc. Nemar ( lampiran 12e ) menunjukkan p=0,001 karena p < α 0,05 maka Ho ditolak sehingga kesimpulannya adalah Terdapat perbedaan Keikutsertaan Pemeriksaan IVA pada WUS sebelum dan sesudah diberi penyuluhan.

Setiawati (2008) menuliskan bahwa metode pembelajaran dapat dijadikan sebagai motivasi agar peserta didik dengan cepat menerima informasi baru, ide, gagasan , pendapat, hasil temuan dari pembicara

Sesuai dengan yang dikatakan Hosland ( dalam Notoatmojo, 2003a) Apabila stimulus tidak diterima / ditolak berarti stimulus itu tidak efektif dalam mempengaruhi perhatian individu, tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

Perubahan sikap yang terjadi tidak lepas dari pemakaian metode dam media pembelajaran yang tepat. Pemilihan metode dan media ini harus disesuaikan dengan karakteristik sasaran pembelajaran dan menarik agar pesan dapat dipahami dengan mudah dan sasaran mengalami perubahan.

Stimulus berupa penyuluhan diharapkan mampu memberikan pengalaman pada Responden yang memicu perubahan perilaku yang diawali dengan perubahan pengetahuan dan sikap terhadap pemeriksaan IVA. Dalam hal ini

metode yang dibuat untuk penyuluhan adalah metode ceramah dengan menggunakan media leflet dan lembar balik. Responden yang mengikuti pemeriksaan IVA mengatakan setelah mendapat penyuluhan IVA responden mengerti pentingnya pemeriksaan IVA sebagai cara untuk mendeteksi kanker leher rahim secara dini.

Sedangkan dari crosstabs menunjukkan keberhasilan penyuluhan tentang IVA adalah dilihat dari 93 Responden yang sebelum diberi penyuluhan tentang IVA tidak mengikuti pemeriksaan, sesudah diberi penyuluhan ikut pemeriksaan .2 Responden yang sebelum diberikan penyuluhan IVA sudah ikut pemeriksaan IVA dan tetap ikut sesudah diberi penyuluhan.

Perlakuan berupa pendidikan kesehatan dengan metode ceramah menggunakan flipchart pada dasarnya merupakan proses belajar. Notoatmodjo (2003b) menyebutkan bahwa pendidikan kesehatan juga sebagai suatu proses belajar yang memiliki masukan (input) dan keluaran ( output ). Masukan (Input) pada penelitian ini diukur dengan keikutsertaan Pemeriksaan IVA pada WUS sebelum diberi penyuluhan sedangkan (Output ) diukur dengan keikutsertaan IVA pada WUS sesudah diberi penyuluhan .Didapat perubahan keikutsertaan WUS dalam pemeriksaan IVA yaitu ditunjukkan dengan jumlah WUS yang ikut pemeriksaan IVA makin banyak.

Sedangkan Ketidak berhasilan penyuluhan dilihat dari 24 jumlah Responden yang sebelumnya melakukan pemeriksaan IVA tetapi setelah penyuluhan tidak ikut pemeriksaan IVA. Sedangkan 13 Responden tetap tidak mengikuti pemeriksaan IVA sebelum dan sesudah diberi penyuluhan.

Mubarak mengatakan bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin

(7)

banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebagian responden adalah berpendidikan dasar sehingga mempengaruhi penerimaan informasi baru tentang IVA.

Dari 24 responden yang sebelum penyuluhan ikut pemeriksaan IVA tetapi sesudah penyuluhan tidak ikut pemeriksaan IVA karena belum waktunya jadwal untuk periksa ulang IVA sesuai dengan jadwal yang diberikan oleh petugas kesehatan yang memeriksa. Sedangkan alasan 13 responden yang tetap tidak ikut pemeriksaan IVA sebelum dan sesudah penyuluhan karena takut dan malu diperiksa IVA.

Dari hasil diatas didapatkan hasil perubahan keikutsertaan WUS tehadap pemeriksaan IVA sesudah mendapat penyuluhan, ini ditunjukkan dari berkurangnya responden yang tidak mengikuti pemeriksaan IVA, sehingga penyuluhan tentang IVA dapat mempengaruhi sikap responden untuk ikut serta pemeriksaan IVA.

SIMPULAN

Ada perbedaan keikutsertaan pemeriksaan IVA pada WUS sebelum dan sesudah diberi penyuluhan di desa Morowudi tahun 2010.

DAFTAR RUJUKAN

Alimul. 2007 Metode Penelitihan dan Teknik Analisis Data Jakarta : Salemba Medika

Arikunto.2006 Prosedur Penelitihan Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Azis.2006. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Jakarta : YBSP

Hardiman .2007. Panduan Pencegahan Kanker Leher Rahim dan Payudara

Untuk Fasilitas dengan Sumberdaya Terbatas. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Notoatmojo.2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Jakarta :Rineka Cipta Notoatmojo.2005.Metodologi Penelitihan

Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta Notoatmojo 2007.Promosi Kesehatan dan

ilmu Perilaku. Jakarta :Rineka Cipta Nursalam.2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitihan Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Rasyidi. 2008. Edisi Pertama Manual Prakanker Serviks. Malang : Sagung Seto

Suhartono, S. 2005 Filsafat Ilmu Pengetahuan . Yokyakarta :Ar-ruzz Media

Sugiyono.2009. Metode Penelitihan Pendidikan . Bandung ; Alfabeta Wiknjosastro, Hanifa.2007 Ilmu

Kandungan. Jakarta YBP-SP Brahmana,askandar.http:/bidanshop.blogs

pot.com/2010/03/1va-test.html.[Diakses tanggal 22 Juni 2010] Erfandi.2009. htpp// forbetterhealth. wordpress.com/page/2/[Diakses tanggal 7 Juli 2010] Ekasarlina.2009 .blogspot.com/2009/10/pro

[Diakses tanggal 14 Agustus 2010 ] 1 Dosen Program Studi Kebidanan (DIII)

Fakultas Ilmu Kesehatan Uniersitas Kadiri

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dengan menggunakan modul strategi concept mapping ini diharapkan siswa dapat belajar secara efektif sesuai dengan gaya belajarnya; (c) analisis tugas pada

Secara umum tiga jenis kayu cepat tumbuh yaitu sengon, gmelina, dan manii yang diimpregnasi dengan PEG 400 memiliki sifat fisis yang lebih baik dibandingkan

Dalam melakukan implementasi aplikasi sistem pakar untuk menganalisis tinggi atau rendahnya resiko bagi perusahaan asuransi yang dijalankan dengan sistem

Wardhana et al., (2001), menyatakan bahwa kurangnya prekusor seperti zat besi dan asam amino yang membantu proses pembentukan eritrosit akan menyebabkan penurunan

Hasil analisis menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat keuntungan Reksa dana pendapatan tetap konvensional dan Reksa dana pendapatan tetap syariah sedangkan dilihat

Penghantar untuk jaringan distribusi primer yang biasa digunakan adalah.. tembaga atau

Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh daun babadotan dan umbi bawang putih yang dilarutkan dengan air, etanol, metanol dan heksan, serta minyak kemiri sunan dalam

Tabel 1 menunjukkan bahwa penyimpanan nanas terolah minimal selama 8 hari dengan perlakuan pencelupan dan pengemasan dengan plastik mengalami penurunan kekerasan.Penggunaan