• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENUNTUN PRAKTIKUM TANAH DAN PEMUPUKAN (PDB 1207) Dikeluarkan oleh: LABORATORIUM TANAH/SUMBERDAYA LAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENUNTUN PRAKTIKUM TANAH DAN PEMUPUKAN (PDB 1207) Dikeluarkan oleh: LABORATORIUM TANAH/SUMBERDAYA LAHAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENUNTUN PRAKTIKUM

TANAH DAN PEMUPUKAN

(PDB 1207)

Dikeluarkan oleh:

LABORATORIUM TANAH/SUMBERDAYA LAHAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

PURWOKERTO

(2)

TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikan diperbolehkan masuk laboraturium dengan mengenakan jas praktikum. 2. Pada saat praktikum berlangsung, praktikan diharuskan:

a. Tertib, tidak bersendau gurau, tidak makan, minum. b. Tidak memalsu angka atau data yang diperoleh.

c. Menjaga kebersihan laboraturium dan alat-alat yang digunakan. 3. Praktikan ditunda (dibatalkan) praktikumnya apabila:

a. Tidak hadir tanpa memberikan keterangan yang sah. b. Tidak melaksanakan praktikum dengan tertib

c. Tidak mengganti peralatan yang dipecahkan.

d. Tidak menyerahkan laporan praktikum sampai batas waktu yang ditentukan. 4. Penilaian praktikum meliputi kuis harian, aktivitas, laporan dan responsi akhir. 5. Laporan diserahkan satu minggu setelah praktikum selesai dilakukan.

6. Laporan resmi (diketik) diserahkan setelah laporan sementara disetujui oleh asisten. 7. Responsi akhir dilakukan satu minggu setelah seluruh rombongan selesai melakukan

(3)

I. PENYIAPAN CONTOH TANAH

A. Landasar Teori

Pengambilan contoh tanah sangat berpengaruh terhadap tingkat kebenaran hasil analisis sifat fisik maupun sifat kimia tanah. Ada tiga macam cara pengambilan contoh tanah, yaitu: 1. Contoh tanah utuh (undisturbed soil sample) : digunakan untuk penetapan berat jenis isi

(bulk density), berat jenis partikel (particle density), porositas tanah, kurva pF dan permeabilitas tanah.

2. Contoh tanah tidak utuh/ terganggu (disturbed soil sample) : digunakan untuk penetapan kadar air tanah, tekstur tanah, konsistensi, warna tanah dan analisis kimia tanah.

3. Contoh tanah dengan agregat utuh (undisturbed soil agregate) : digunakan untuk penetapan kemantapan agregat, potensi mengembang dan mengkerut yang dinyatakan dengan nilai COLE (Coefficient of Linier Extensibility).

B. Maksud dan Tujuan

Menyiapkan contoh tanah kering angin/ udara dengan diameter 2 mm dan contoh tanah halus (diameter 0,5 mm) yang digunakan untuk acara penetapan kadar air, derajat kerut tanah dan pengenalan contoh tanah dengan indra.

C. Bahan dan Alat

Bahan : contoh tanah terganggu yang telah diambil dari lapang dan sudah dikeringanginkan selama kurang lebih satu minggu.

Alat : mortir dan penumbuknya, saringan (2 mm, 1 mm, 0,5 mm) tambir untuk peranginan, kantong plastik, spidol untuk menulis label.

D. Cara Kerja

1. Contoh tanah yang sudah dikeringanginkan ditumbuk dalam mortir secara hati-hati, kemudian diayak dengan saringan berturut-turut dari yang berdiamater 2 mm, 1 mm dan 0,5 mm. Contoh tanah yang tertampung di atas saringan 1 mm adalah contoh tanah yang berdiameter 2 mm, sedang yang lolos saringan 0,5 mm adalah contoh tanah halus (<0,5 mm).

2. Contoh tanah yang diperoleh dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label seperlunya.

(4)

II. PENETAPAN KADAR AIR TANAH

A. Landasan Teori

Berdasarkan gaya yang bekerja pada air tanah yaitu gaya adhesi, kohesi dan gravitasi, maka air tanah dibedakan menjadi: 1) air higroskopis, 2) air kapiler dan 3) air gravitasi.

a. Air Higroskopis

Air higrosopis adalah air yang diadsorbsi oleh tanah dengan sangat kuat sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Jumlahnya sangat sedikit dan merupakan selaput tipis yang menyelimuti agregat tanah. Air ini terikat kuat pada matriks tanah ditahan pada tegangan antara 31-10.000 atm (pF 4,0-4,7).

b. Air kapiler

Air kapiler merupakan air tanah yang ditahan akibat adanya gaya kohesi dan adhesi yang lebih kuat dibandingkan gaya gravitasi. Air ini begerak ke samping atau ke atas karena gaya kapiler. Air kapiler ini menempati pori mikro dan dinding pori makro, ditahan pada tegangan antara 1/3-15 atm (pF 2,54-4,20).

Air kapiler dibedakan menjadi: a) Kapasitas Lapang, yaitu air yang dapat ditahan oleh tanah setelah air gravitasi turun semua. Kondisi kapasitas lapang terjadi jika tanah dijenuhi air atau setelah hujan lebat tanah dibiarkan selama 48 jam sehingga air gravitasi sudah turun semua. Pada kondisi kapasitas lapang, tanah mengandung air yang optimum bagi tanaman, karena pori makro berisi udara sedangkan pori mikro seluruhnya berisi air. Kandungan air pada kapasitas lapang ditahan dengan tegangan 1/3 atm atau pada pF 2,54. b) Titik Layu Permanen, yaitu kandungan air tanah paling sedikit dan menyebabkan tanaman tidak mampu menyerap air sehingga tanaman mulai layu dan jika hal ini dibiarkan tanaman akan mati. Pada titik layu permanen, air ditahan pada tegangan 15 atm atau pF 4,2. Titik layu permanen disebut juga sebagai Koeffisien Layu Tanaman.

c. Air gravitasi

Air gravitasi merupakan air yang tidak dapat ditahan oleh tanah karena mudah meresap ke bawah akibat adanya gaya gravitasi. Air gravitasi mudah hilang dari tanah dengan membawa unsur hara seperti N, K, Ca sehingga tanah menjadi masam dan miskin hara.

(5)

B. Maksud dan Tujuan

Menetapkan kadar air contoh tanah kering angin, kapasitas lapang dan kadar air maksimum tanah dengan metode gravimetri (perbandingan massa air dengan massa padatan tanah) atau disebut berdasarkan % berat.

C. Bahan dan Alat

Contoh tanah kering angin, botol timbang, timbangan analitis, keranjang stainless steel, cawan tembaga porus, bejana seng, kertas label, spidol, pipet ukur 2 mm, bak perendam, serbet, kertas saring, oven, tang penjepit dan eksikator.

D. Cara Kerja

1. Kadar air tanah kering angin (udara)

a. Botol timbang dan penutupnya dibersihkan, diberi label, lalu ditimbang (a gram) b. Botol timbang diisi dengan contoh tanah kering angin yang berdiameter 2 mm,

kurang lebih setengahnya, ditutup, lalu ditimbang kembali (b gram)

c. Botol timbang yang berisi tanah dimasukkan kedalam oven dengan keadaan tutup terbuka. Pengovenan dilakukan pada suhu 105-1100 C selama minimal 4 jam. d. Setelah waktu pengovenan selesai, botol timbang ditutup kembali dengan

menggunakan tang penjepit.

e. Botol timbang yang telah ditutup dikeluarkan dari oven dengan menggunakan tang penjepit, lalu dimasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit.

f. Setelah itu, botol timbang diambil satu persatu dengan menggunakan tang penjepit untuk ditimbang dengan timbangan yang sama (c gram)

Perhitungan : Kadar air = ) ( ) ( a c c b   x 100 % Keterangan : (b-c) = massa air;

(6)

2. Kadar air Kapasitas Lapang (metode pendekatan)

a. Keranjang stainless steel dibersihkan, diberi label kemudian ditimbang (a gram) b. Keranjang stainless steel yang telah ditimbang diletakkan kedalam bejana seng c. Contoh tanah kering angin ∅ 2 mm dimasukkan ke dalam keranjang kuningan

setinggi 2,5 cm (sampai tanda batas) secara merata tanpa ditekan.

d. Diteteskan air sebanyak 2 ml dengan pipet ukur secara perlahan-lahan pada 3 titik tanpa bersinggungan, kemudian bejana seng ditutup, diletakkan ditempat yang teduh dan dibiarkan selama 15 menit.

e. Keranjang stainless steel dikeluarkan dari bejana seng, diayak dengan hati-hati hingga tertinggal 3 gumpalan tanah lembab, lalu ditimbang (b gram)

Perhitungan: Kapasitas lapang = ) 2 ( 2   a b x 100% + Ka

3. Kadar air maksimum tanah

a. Cawan tembaga porus dan petridis dibersihkan dan diberi label secukupnya

b. Pada dasar cawan tembaga porus diberi kertas saring, dijenuhi air dengan menggunakan botol semprot. Kelebihan air dibersihkan dengan serbet (lap), dimasukkan kedalam petridis kemudian ditimbang (a gram)

c. Cawan tembaga porus dikeluarkan dari petridis, isi dengan contoh tanah halus (∅ 0,5 mm) kurang lebih 1/3 nya. Cawan diketuk-ketuk secara perlahan sampai permukaan tanahnya rata, contoh tanah halus ditambahkan lagi 1/3 nya dengan jalan yang sama sampai cawan tembaga porus penuh dengan tanah. Kelebihan tanah diatas cawan diratakan dengan colet.

d. Cawan tembaga porus direndam dalam bak perendam dengan ditumpu kayu di bawahnya agar air bebas masuk kedalam cawan tembaga porus. Perendaman dilakukan selama 12-16 jam.

e. Setelah waktu perendaman selesai, cawan tembaga porus diambil dari bak perendam. Permukaan tanah yang mengembang diratakan dengan colet, dibersihkan dengan serbet (lap), dimasukkan ke dalam cawan petridish yang digunakan pada waktu penimbangan pertama, lalu ditimbang (b gram)

f. Cawan tembaga porus dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 105-1100 C.

(7)

g. Setelah waktu pengovenan selesai, cawan diangkat dengan tang penjepit dan dimasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit. Setelah itu diambil dengan tang penjepit kemudian ditimbang beratnya (c gram).

h. Tanah yang ada didalam cawan tembaga porus dibuang, cawan tembaga porus dibersihkan dengan kuas, dialasi dengan petridis yang sama lalu ditimbang beratnya (d gram)

Perhitungan :

Kadar air maksimum=

) ( ) ( ) ( d c d c a b     x 100%

(8)

III. PENGAMATAN TANAH DENGAN INDRA

1. Warna Tanah

A. Landasan Teori

Warna tanah merupakan ciri tanah yang paling jelas dan mudah ditentukan di lapang. Warna tanah mencerminkan beberapa sifat tanah. Kandungan bahan organik yang tinggi pada tanah akan menimbulkan warna lebih gelap. Tanah dengan drainase yang jelek atau sering jenuh air berwarna kelabu. Tanah yang mengalami dehidratasi senyawa besi akan berwarna merah.

Secara umum dapat dikatakan bahwa pengaruh warna akan berpengaruh pada keseimbangan panas dan kelembapan tanah. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman, aktivitas mikroorganisme dan struktur tanah. Selain itu warna tanah dapat untuk menaksir :

1. Tingkat pelapukan atau proses pembentukan tanah, semakin merah berarti semakin lanjut pelapukannya.

2. Kandungan bahan organik tanah.

3. Drainase tanah: warna merah atau kecoklatan berdrainase baik, sedang warna kelabu menunjukkan drainase yang jelek

4. Horison pencucian/pengendapan. Warna putih menunjukkan horison pencucian, sedang warna merah gelap menunjukkan horison pengendapan.

5. Jenis mineral: warna pucat banyak mengandung kuarsa, kapur; merah banyak mengandung besi;, warna gelap kemungkinan banyak senyawa boron atau mangan.

Warna tanah dibedakan atas (a) warna dasar tanah (matriks) dan warna karatan sebagai proses oksidasi dan reduksi dalam tanah.

Penetapan warna tanah digunakan MUNSELL SOIL COLOR CHART, dimana dalam penetapan warna harus dicatat HUE, VALUE, dan CHROMA.

1. Hue : warna dominan sesuai dengan panjang gelombangnya. Dimulai dengan warna merah (5R) dan warna paling kuning (5Y), untuk tanah tereduksi (gley) yaitu 5G, 5GY, 5BG, dan N (netral).

2. Value : merupakan kartu warna merah kea rah vertical yang menunjukkan warna tua-muda atau hitam-putih, ditulis di belakang nilai HUE.

(9)

3. Chroma : merupakan kartu warna yang disusun horisontal yang menunjukkan intensitas cahaya. Ditulis di belakang Value yang dipisahkan oleh garis miring.

Jadi yang perlu dicatat dalam penetapan warna tanah adalah notasi warna dan nama warna.

Contoh : Notasi warna : 10 YR 3 4⁄ . Notasi warna : reddish brown.

B. Maksud dan Tujuan

Menetapkan warna dasar beberapa jenis tanah dengan menggunakan buku Munsell Soil Color Chart.

C. Cara Kerja

Diambil sedikit tanah gumpal yang lembab secukupnya (permukaannya tidak mengkilap), diletakkan dibawah lubang kertas buku Munsell Soil Color Chart. Dicatat notasi warna (Hue, Value, Chroma) dan nama warna. Pengamatan warna tanah tidak boleh terkena cahaya matahari langsung.

2. Tekstur Tanah

A. Landasan Teori

Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat dalam suatu massa tanah. Definisi ini dapat diartikan secara kualitatif atau kuantitatif. Secara kualitatif, tekstur menggambarkan halus kasarnya tanah. Semakin halus tekstur tanahnya menunjukkan bahwa kemampuan tanah dapat menahan air relatif tinggi, plastis, lengket, drainase buruk, dan sulit diolah. Sebaliknya tanah ringan mempunyai kemampuan menahan air relatif rendah, aerasi baik, mudah meloloskan air, dan mudah diolah. Secara kuantitatif, tekstur tanah menunjukkan persentase masing-maing fraksi tanah.

Ada 3 (tiga) macam tektur utama tanah, yaitu tektur pasir (sand), lempung (loam) dan liat (clay). Perlu diketahui terjemahan loam di UGM adalah geluh. Tanah dikatakan pasir jika kandungan pasirnya >70%, sedangkan tanah liat, jika kandungan liatnya >35% . Tekstur lempung (loam) merupakan peralihan dari tanah pasir ke tanah liat dan mengandung relatif antara fraksi pasir, debu dan liat yang seimbang.

(10)

Departemen Pertanian Amerika Serikat membagi tanah menjadi 12 kelas tekstur tanah, yang menjadi dasar dalam klasifikasi tanah. Adapun pembagian kelas tekstur tertera pada tabel 1.

Tabel 1. Penetapan kelas tekstur tanah di lapang

No. Kelas tekstur rasa dan sifat tanah

1. Pasir (S) Sangat kasar, tidak membentuk bola/gulungan, tidak melekat

2. Pasir berlempung (LS) Sangat kasar, bola terbentuk mudah hancur, agak lekat 3. Lempung berpasir ( SL) Agak kasar, bola agak keras tetapi mudah hancur,

melekat

4. Lempung (L) Rasa tidak kasar, tidak licin, bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat serta melekat 5. Lempung berdebu (SIL) Licin membentuk bola teguh, sedikit digulung,

permukaan mengkilat dan melekat

6. Debu ( SI) Rasa licin sekali, bola teguh, sedikit digulung, permukaan mengkilat dan agak melekat

7. Lempung berliat (CL) Rasa agak kasar, bola agak teguh (kering), membentuk gulungan tetapi mudah hancur , melekat sedang

8. Lempung liat berpasir (SCL)

Rasa kasar agak jelas, bola agak teguh (kering), membentuk gulungan tetapi mudah hancur, melekat 9. Lempung liat berdebu

(SICL)

Rasa licin jelas, bola teguh, gulungan mengkilat, melekat 10. Liat berpasir (CS) Licin agak kasar, membentuk bola dalam keadaan kering

sukar dipijit, mudah digulung serta melekat sekali

11. Liat berdebu (SIC) Rasa agak licin, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung serta melekat

12. Liat (C) Rasa berat, bola sangat teguh, sangat lekat, kering sangat

Menurut cara penetapan tekstur tanah dikenal dua cara yaitu (1) penetapan tekstur di lapang (kualitatif) dan (2) penetapan di laboratorium (kuantitatif) dengan metode pipet.

B. Cara Kerja

Penetapan tekstur tanah di lapang dilakukan dengan cara merasakan atau meremas tanah antara ibu jari dan jari telunjuk. Diambil sebongkah tanah kira-kira sebesar kelereng, basahi dengan air hingga tanah dapat ditekan. Contoh tanah dipijit kemudian dibuat benang dan sambil dirasakan kasar halusnya tanah.

Jika :

a) Bentukan benang mudah membentuk pita panjang, maka besar kemungkinan teksturnya liat,

(11)

c) Tidak terbentuk benang, kemungkinan lempung atau pasir. Jika terasa lembut dan licin, berarti lempung berdebu; terasa kasar: lempung berpasir.

3. Struktur Tanah

A. Landasan Teori

Struktur tanah adalah penyusunan partikel-partikel tanah primer (pasir, debu, dan liat) membentuk agregat tanah. Antara agregat yang satu dengan lainnya dibatasi oleh bidang belah secara alami.

Struktur tanah terbentuk akibat penggabungan butir-butir primer tanah oleh adanya

koloid tanah, humus atau bahan kimia membentuk agregat primer. Agregat primer ini

disebut sebagai struktur mikro, sedangkan agregat sekunder yang merupakan struktur pada lapisan tanah atas/lapisan olah disebut sebagai struktur makro (agregat makro). Agregat mikro yang terbentuk disebut sebagai “ped” yang sebenarnya merupakan ukuran/kelas struktur tanah.

Pengamatan struktur tanah di lapang terdiri dari: (1) pengamatan bentuk struktur/tipe

struktur, (2) besarnya agregat tanah (ped) yang dinyatakan sebagai kelas struktur dan (3)

pengamatan kuat-lemahnya agregat tanah yang terbentuk yang dinyatakan sebagai derajat

struktur tanah.

B. Cara Kerja

Sebongkah tanah diambil dari lapisan horizon tanah, kemudian dipecah dengan cara menekan dengan jari atau dengan dijatuhkan dari ketinggian tertentu, sehingga bongkah tanah akan pecah secara alami. Pecahan tersebut menjadi agregat mikro (ped) yang merupakan kelas struktur tanah.

1. Bentuk Struktur:

Lempeng : berbentuk rata, menyerupai plat, ukuran horizontal > vertikal.

Tiang : ukuran vertikal > horizontal, dibedakan menjadi prismatik (p) yang ujungnya bersegi dan columner (c) yang ujungnya membulat.

Gumpal : gumpal atau berbidang banyak, mempunyai ukuran seimbang antara vertikal dan horizontal. Pembagian lebih lanjut adalah gumpal membulat (subangular blocky = sb) dan gumpal bersudut (angular blocky = ab).

(12)

Remah : butir-butir tanah saling mengikat seperti irisan roti, mempunyai ikatan cukup kuat, bersifat porus.

Kersai : sama seperti tipe remah tetapi mempunyai ukuran ped lebih kecil dan kurang porus.

Pejal : ikatan antar partikel tanah sangat mampat.

Berbutir tunggal : lepas-lepas belum membentuk agregat.

2. Kelas struktur

Tabel 2. Ukuran masing-masing kelas menurut bentuk struktur tanah

Kelas Tipe lempeng Tipe tiang Tipe gumpal Remah/kersai Sangat halus (VF) < 1 mm < 10 mm < 5 mm < 1 mm Halus (F) 1 – 2 mm 10 – 20 mm 5 – 10 mm 1 – 2 mm Sedang (M) 2 – 5 mm 20 – 50 mm 10 – 20 mm 2 – 5 mm Kasar (C) 5 – 10 mm 50 – 100 mm 20 – 50 mm 5 – 10 mm Sangat kasar (VC) > 10 mm > 100 mm > 50 mm > 10 mm 3. Derajat Struktur

Derajat struktur tanah diamati berdasarkan kuat/lemahnya agregat yang terbentuk. Dibedakan menjadi :

0 = tak beragregat, untuk tipe pejal dan berbutir tunggal

1 = lemah, ped yang terbentuk jika tersinggung mudah hancur menjadi pecahan pecahan yang lebih kecil , dibedakan sangat lemah dan agak lemah

2 = cukupan, sudah terbentuk ped yang jelas dan masih dapat dipecahkan.

3 = kuat, telah terbentuk ped yang tahan lamadan ada adhesi lemah satu sama lain. Jika dipecah agak terasa ada tahanan, dibedakan derajatnya menjadi sangat kuat dan cukup kuat

4. Konsistensi A. Landasan Teori

Konsistensi tanah adalah derajat kohesi dan adhesi di antara partiket-partikel tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan-perubahan bentuk oleh tekanan berbagai bentuk yang mempengaruhinya. Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik, umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Konsistensi tanah dapat diamati pada kondisi basah, lembab, kering.

(13)

B. Maksud dan Tujuan

Menetapkan konsistensi berbagai jenis tanah tanah dalam keadaan basah, lembab dan kering.

C. Cara kerja

Contoh tanah dalam berbagai kandungan air diamati dengan cara dipijit dengan ibu jari dan telunjuk. Pengamatan dimulai pada kondisi kering, lembab dan basah dengan cara menambah air pada contoh tanahnya.

1. Konsistensi Basah

Konsistensi basah diamati sifat kelekatannya (stickiness) dan keliatannya/sifat plastis (plasticity), pembagiannya sebagai berikut :

a. Kelekatan (stickiness) :

s0 : tidak lekat (non sticky), tak ada yaang melekat pada jari

ss : agak lekat (sligtly sticky) , sedikit melekat pada satu jari yang mudah lepas s : Lekat (sticky), melekat pada dua jari, kalau ditarik masa tanah tersebut

elastis antara jari dan masa tanah

vs : Sangat lekat (very sticky), sangat melekat pada kedua jari dan sukar dilepaskan

b. Keliatan (Plasticity) :

p0 : Tidak plastis (non plastic), tidak dapat dibuat pita tanah

ps : Agak plastis (sligtly plastic), dapat membentuk gulungan kecil yang mudah diubah bentuknya

p : Plastis (plastic), dapat membentuk gulungan kecil dan elastis, berubah bentuknya jika ditekan

vp : Sangat plastis (very plastic), membentuk gulunga kecil, hanya dapat diubah bentuknya dengan pijatan kuat

2. Konsistensi lembab

i : Lepas (loose), butir-butir tanah terlepas satu dengan lainnya vf : Sangat gembur (very friable), sedikit tekanan sudah hancur f : Gembur (friable), tekanan agak kuat baru hancur

t : Teguh (firm), massa tanah hancur dengan tekanan sedang

vt : Sangat teguh (very firm), dengan tekanan sangat kuat baru hancur

et : Sangat teguh sekali (extremely firm), sangat tahan terhadap tekanan tangan, baru hancur jika diinjak oleh kaki

(14)

3. Konsistnsi kering

i : Lepas (loose), butir tanah terlepas satu dengan lainnya tidak terikat

s : Lunak (soft), dengan sedikit tekanan antara ibu jari dan telunjuk, tanah mudah hancur

sh : Agak keras (slightly hard), tanah hancur dengan tekanan agak sedang antara ibu jari

h : Keras (hard), hancur dengan tekanan antara sedang sampai kuat

vh : Sangat keras (very hard), tahan terhadap tekanan, massa tanah suka dihancurkan

eh : Sangat keras sekali (extremly hard), sangat tahan terhadap tekanan massa tidak dapat dipecahkan dengan tangan

(15)

IV. PENGENALAN PUPUK

A. PENDAHULUAN

Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah. Oleh karena itu pemupukan diartikan sebagai penambahan zat hara tanaman ke dalam tanah. Secara arti luas pemupukan sebenarnya termasuk penambahan bahan-bahan lain yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah. Misalnya memberi pasir atau tanah liat, pengapuran dan sebagainya.

Pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk alam dan pupuk buatan. Pupuk alam adalah pupuk yang langsung didapat dari alam, misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, fosfat alam. Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat di pabrik dengan kadar dan jenis unsur hara tertentu. Dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal berarti mengandung satu unsur hara dengan kadar tertentu, misalnya Urea (46% N), KCl (50% K2O), ZA (20% N), SP-36 (36% P2O5), TSP (48% P2O5). Pupuk majemuk berarti mengandung beberapa unsur hara, misalnya pupuk NP : Ammophos, Superstikfos. Pupuk NPK contohnya Rustika Yellow (15:15:15).

B. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Praktikum dapat mengenal macam pupuk dan dapat membedakannya.

2. Mengetahui sifat masing-masing pupuk dalam hal warna, bentuk, pH, sifat higroskopis, kelarutan, kadar hara beberapa macam pupuk.

C. BAHAN DAN ALAT

Aneka pupuk, tabung reaksi, gelas piala, cawan petridis, kertas buram, aquadest, sendok, kertas label, pH stick, timbangan elektrik, dan sebagainya

D. PROSEDUR KERJA

1. Catat warna, bentuk, dan kadar unsur hara beberapa macam pupuk.

2. Kelarutan : Masing-masing pupuk diambil 1 sendok, masukkan ke dalam gelas piala yang diisi air yang sama (50 mL), catat kecepatan larutnya.

(16)

3. pH : Masing-masing pupuk diambil 1 sendok, masukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan aquadest dengan perbandingan 1:2,5. Kocok dan diamkan sampai bening, celupkan kertas pH dan catat hasilnya.

4. Higroskopis : Masukkan 1 sendok pupuk ke dalam petridis yang diberi alas kertas buram, ratakan permukaannya. Amati selama 3 hari sifat higroskopisnya dan catat hasilnya.

(17)

V. PEMBUATAN PUPUK CAMPUR

A. PENDAHULUAN

Perlu diingat dalam membuat pupuk campur harus hati-hati, karena beberapa pupuk menjadi rusak kalau dicampur atau tidak dapat disimpan lama seperti pada tabel berikut :

ZA Ure a A S N NH 4 Cl ES DS TS FMP ZK ZA ___ Urea ___ ASN ___ NH4Cl ___ ES ___ DS ___ TS ___ FMP ___ ZK ___

Tidak dapat dicampur

Dapat dicampur tetapi tidak dapat disimpan lama Dapat dicampur dan disimpan lama

B. TUJUAN PRAKTIKUM

Praktikan dapat membuat pupuk campur dari pupuk yang ada.

C. BAHAN DAN ALAT

Timbangan analitis, pupuk ZA (20% N), pupuk SP-36 (36% P2O5) dan KCl (50% K2O2), abu dapur, plastik, sendok, dan sebagainya.

(18)

D. PROSEDUR KERJA

1. Timbang masing-masing pupuk sesuai dengan perbandingan yang diinginkan. Contoh :

Akan dibuat pupuk campur 10 : 10 : 10

ZA yang ditimbang 10/20 x 100 g = 50 g SP-36 yang ditimbang 10/36 x 100 g = 27,7 g KCl yang ditimbang 10/50 x 100 g = 20 g

Jumlah = 97,7 g

2. Tambahkan bahan pengisi (abu dapur) sebanyak (100-97,7) g = 2,3 g

3. Campurkan hasil penimbangan tersebut ke dalam kantong plastik, aduk sampai merata dan pupuk siap digunakan.

E. TUGAS

Group A membuat pupuk campur NPK ( 8 : 10 : 12 ) Group B membuat pupuk campur NPK ( 12 : 8 : 8 ) Group C membuat pupuk campur NPK ( 7 : 7 : 7 ) Group D membuat pupuk campur NPK ( 9 : 9 : 9 ) Group E membuat pupuk campur NPK ( 8 : 9 : 10 )

(19)

PENETAPAN KADAR AIR TANAH Rombongan :

Tanah :

1. Kadar air tanah kering angin (Ka)

Ulangan

Botol timbang kosong (a) gram

(a) gram + contoh tanah (b) gram (b) gram setelah dioven (c) gram Kadar air (%) Ka 1 Ka 2

2. Kadar air Kapasitas Lapang (Kl)

Ulangan

Keranjang stainless steel

(a) gram

Keranjang stainless steel + tanah basah (b) gram Kadar air (%) Ka 1 Ka 2

PENGAMATAN CONTOH TANAH DENGAN INDRA

Jenis Tanah Warna Tekstur Struktur Tanah

Type Kelas Derajat

Jenis Tanah Konsistensi Basah Konsistensi Lembab Konsistensi kering Kelekatan Keliatan

(20)

PENGAMATAN MACAM-MACAM PUPUK

Gambar

Tabel 1. Penetapan kelas tekstur tanah di lapang
Tabel 2. Ukuran masing-masing kelas menurut bentuk struktur tanah

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran yang ideal dan sempurna akan memberikan output yang berasal dari sampel. Namun, dalam prakteknya keadaan seperti itu sulit untuk dicapai. Selain sampel,

Imam Nawawi rahimahullah menyatakan, “Hendaklah setiap orang yang duduk di masjid berniat i’tikaf baik untuk waktu yang lama atau hanya sesaat.. Bahkan sudah sepatutnya sejak

Kejadian myoma uteri yang ditemukan di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta lebih banyak terjadi pada wanita yang beresiko yaitu usia 35-50 tahun, sama hal dengan tinjauan

Berbagai upaya dilakukan oleh pihak Lembaga Pemasyarakan Kelas 1 Kota Malang khususnya pihak Bengkel Kerja untuk mengatasi kendala- kendala yang timbul selama

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat simulasi pembelajaran kewirausahaan yang menarik dan interaktif dan dapat diterapkan dalam proses belajar

Kitinase dapat dihasilkan oleh bakteri dan jamur yang diperoleh dari berbagai sumber seperti tanah atau perairan dengan cara menumbuhkan pada media yang mengandung

Beri air pada wajan, taruh roller plate di bawah stick roller plate, taruh rak di atas wajan, taruh wajan di atas kompor, nyalakan api, setelah pemutar api

Dari hasil pengujian dan analisis yang dilakukan pada bab pengujian dan analisis dapat disimpulkan bahwa sistem yang dibangun dengan proses stemming dapat