• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS. dari Bahasa Belanda yaitu informatie. Dalam bahasa Inggris kata informasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS. dari Bahasa Belanda yaitu informatie. Dalam bahasa Inggris kata informasi"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS 2.1 Informasi dan Teknologi Informasi 2.1.1 Pengertian Informasi

Istilah informasi sudah menjadi kosakata dalam bahasa Indonesia, akan tetapi kata ini adalah kata serapan yang diserap dari bahasa asing, tepatnya berasal dari Bahasa Belanda yaitu informatie. Dalam bahasa Inggris kata informasi berasal dari kata information. Reitz (2004) mendefinisikan, Informasi (information),

“Data presented in readily comprehensible form to which meaning has been attributed within a context for its use”. In a more dynamic sense, the message conveyed by the use of a medium of communication or expression. More concretely, all the facts, consclutions, ideas, and creative works of the human intellect and imagination that have been communicated, formally or informally, any form.

Definisi ini menyatakan bahwa informasi adalah data yang disajikan dalam bentuk yang mudah dimengerti maknanya. Stevenson dikutip oleh Sulistyo (2006) menyatakan bahwa “Informasi sebagai kata benda bermakna pengetahuan yang diberikan pada seseorang dalam bentuk yang dapat dipahami oleh orang lain”.

Sejalan dengan hal tersebut, ada beberapa definisi lainnya dari informasi yaitu: menurut Bodnar (2000), “Informasi adalah data yang diolah sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat”. Sedangkan, Kadir (2002) mendefinisikan “Informasi sebagai data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakan data tersebut”.

(2)

Dengan demikian, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa informasi merupakan data yang diolah menjadi bentuk yang berguna untuk membuat keputusan. Informasi berguna untuk pembuat keputusan karena informasi meningkatkan pengetahuan, dan informasi menjadi penting karena merupakan hasil pengolahan data atau fakta yang dikumpulkan dengan metode ataupun cara-cara tertentu.

2.1.2 Teknologi Informasi di Perpustakaan

Teknologi informasi sebuah istilah baru yang merupakan terjemahan dari Information Technology. Pengertian Teknologi Informasi menurut Zorkoczy (1990):

Meliputi bidang-bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan perekayasaan serta teknik-teknik pengelolaan yang digunakan dalam penanganan dan pengolahan informasi, penerapan bidang dan teknik tersebut, komputer dan interaksinya dengan manusia dan mesin, masalah sosial ekonomi serta budaya yang berkaitan.

Khusus dalam bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Sulistyo-Basuki (2006) menyatakan bahwa “Teknologi Informasi adalah teknologi yang digunakan untuk menyimpan, mengolah, menghasilkan, dan menyebarluaskan informasi.”Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dapat dilakukan dengan menggunakan sistem yang terpadu yang terdiri dari beberapa modul, yaitu akuisisi atau pengadaan, pengatalogan, sirkulasi, pengaksesan katalog oleh umum atau yang dikenal dengan nama OPAC (Online Public Akses Catalog), dan peminjaman antarperpustakaan.

(3)

Konsep integrasi akhir-akhir ini telah diterapkan secara luas pada sistem housekeping perpustakaan. Istilah Sistem Perpustakaan yang Terintegrasi (Integrated Library System) sering digunakan sebagai indikasi bahwa sub-sistem atau modul-modul yang ada diintegrasikan semuanya membentuk Sistem Informasi Tunggal yang berbasis komputer yang mampu mielakukan tukar menukar informasi dari satu modul ke modul lain, serentak oleh beberapa modul yang berbeda sehingga memungkinkan penggunaan dan pemanfaatan data oleh sistem akan lebih efisien.Sistem Perpustakaan yang Terintegrasi ini kemudian dikenal secara luas dengan nama Automasi Perpustakaan.

2.2 World Wide Web (WWW)

2.2.1 Pengertian Web

World Wide Web atau WWW atau juga dikenal dengan Web adalah salah satu layanan yang didapat oleh pemakai komputer yang terhubung ke internet. Web ini menyediakan informasi bagi pemakai komputer yang terhubung ke internet dari sekedar informasi yang tidak berguna sama sekali sampai informasi yang serius; dari informasi yang didapatkan secara gratis hingga informasi yang komersial. Website atau situs dapat diartikan sebagai kumpulan halaman-halaman yang digunakan untuk menampilkan informasi teks, gambar diam atau gerak, animasi, suara, dan atau gabungan dari semuanya itu baik bersifat statis maupun dinamis membentuk satu rangkaian bangunan yang saling terkait dimana masing-masing dihubungkan dengan jaringan-jaringan halaman (hyperlink).

(4)

Menurut Nugroho (2004), World Wide Web (WWW) adalah “Sebuah bagian dari internet yang sangat dikenal dalam dunia internet, dengan adanya WWW seorang pengguna dapat menapilkan sebuah halaman virtual yang disebut dengan Website”.Pada dasarnya Web merupakan suatu kumpulan hyperlink yang menuju dari alamat satu ke alamat lainnya dengan bahasa Hyper Text Markup Language (HTML). Dalam pengaplikasian Web,HTML tidak dapat berdiri sendri dalam pembuatan suatu desain yang benar-benar bagus. Oleh karena itu HTML selalu dikaitkan dengan Cascading Style Sheet (CSS)untuk mempercantik desain, JavaScript untuk membuat tampilan yang dinamis, dan eXtensible Markup Language (XML) yang digunakan untuk mendefinisikan format data. Teknologi penggabungan dari JavaScript dan XML saat ini yang marak disebut Asynchorous JavaScript and XML (AJAX) yang menekankan pada pengelolaan konten dalam Website.

2.2.2 Perkembangan Teknologi Web

Web merupakan teknologi yang mempercepat peradaban manusia, penghubung segala umat manusia di dunia tanpa harus bertemu langsung. Berbagai Web menyediakan berbagai macam informasi yang dapat diakses secara langsung dan gratis. Pengetahuan berkembang dengan cepat melalui jalur Web, hal ini dikarenakan manusia mampu mengakses informasi, menggabungkan, dan kemudian menciptakan inovasi-inovasi baik dari sosial maupun teknologi yang dimanfaatkan oleh manusia. Arsitektur Webpertama kali dikembangan untuk tujuan militer dalam proyek yang dinamakan DARPA yang menghubungkan

(5)

komputer pertama kali. Perkembangan ini kemudian dilanjutkan oleh Tim Berners-Lee pada tahun 1991 dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) dengan memperkenalkan apa yang disebut sebagai situs Web. Pengembangan Web ini sampai sekarang terus berlanjut dan melahirkan berbagai generasi Web. Inilah yang menjadi alasan munculnya generasi Web selanjutya yaitu Web 2.0, bahkan saat ini kita sudah mengenal Web 3.0. Generasi Web ini juga sebenarnya hanya sebagai standar tingkat penggunaan Web.

1. Web 1.0

Standar Web 1.0 merupakan bentuk Web yang paling awal. Hal yang disajikan dalam Web ini masih bersifat statis dan cenderung hanya bersifat informatif.

2. Web 2.0

Dalam standar Web 2.0, Web sudah merupakan ajang interaksi antar sesama pengguna misalnya blog pribadi, friendster, multiply dan lain sebagainya. Bentuk yang menjadi khas pada generasi ini adalah Web bukan hanya merupakan sumber bacaan dan mencari informasi namun juga sebagai bagian dari interaksi sosial.

3. Web 3.0

Web 3.0 adalah generasi ketiga dari layanan internet berbasis Web. Konsep Web 3.0 pertama kali diperkenalkan pada tahun 2001, saat Tim BernersLee, penemu World Wide Web menulis sebuah artikel ilmiah yang menggambarkan Web 3.0 sebagai sebuah sarana bagi mesin untuk membaca halaman-halaman Web. Hal ini berarti bahwa mesin akan memiliki

(6)

kemampuan membaca Web sama seperti yang manusia dapat lakukan sekarang ini.

Web 2.0 berbeda dengan Webgenerasi sebelumnya yang kini disebut sebagai Web 1.0. Pada awalnya, Web 2.0 diformulasikan dengan contoh sebagai berikut:

Tabel 1. Perbandingan Web 1.0 dan Web 2.0

Web 1.0 Web 2.0

DoubleClick --> Google AdSense

Ofoto --> Flickr

Akamai --> BitTorrent

mp3.com --> Napster

Britannica Online --> Wikipedia personal Websites --> Blogging

Evite --> upcoming.org and EVDB

domain name speculation --> search engine optimization

page views --> cost per click

screen scraping --> Web services

Definisi O’reilly (2005) diatas dapat disimpulkan bahwa Perkembangan Web 2.0 lebih menekankan pada perubahan cara berpikir dalam menyajikan konten dan tampilan di dalam sebuah Website. Dalam perkembangannya Web 2.0 diaplikasikan sebagai bentuk penyajian halaman Web yang bersifat sebagai program desktop pada umumnya seperti Windows. Fungsi-fungsi pada penerapannya sudah bersifat seperti desktop yaitu,drag and drop, auto-complete, serta fungsi lainnya. Aplikasi Web 2.0 disajikan secara penuh dalam suatu

(7)

Webbrowser tanpa membutuhkan teknologi perangkat yang canggih dari sisi pengguna.

Gambar 1. Perkembangan Teknologi Web Sumber: www.radarnetworks.com

2.2.3 Pengertian Web 2.0

Web 2.0 menawarkan komunikasi yang bersifat dua arah. Maksud dari komunikasi dua arah adalah pemilik memberikan informasi, kemudian pengunjung dapat meninggalkan atau menambahkan sesuatu, yang biasa kita sebut Web 2.0 sebagai Web “read-write”. O’Reilly (2005) mendefinisikan

(8)

“Web2.0 = Web 1.0 + Web 1.0”. Jika Web 1.0 adalah mengenai diri kita sendiri, maka Web 2.0 adalah mengenai saling interaksi antara diri kita sendiri dan orang lain. Hal yang paling mencolok pada Web 2.0 ini ialah adanya pengubahan dari sistem dokumen siap saji ke platform aplikasi dan menjadikan metode Web menjadi aplikasi yang berjalan diatas browser.

2.2.4 Kriteria Web 2.0

Pada tahun 2004 Tim O’Reilly memprakarsai sebuah konferensi yang menggunakan nama Web 2.0. Menurut Paul Graham (2005) “Nama 2.0 muncul dari sebuah brainstorming untuk member nama konferensi tentang Web yang baru. Mereka berpendapat bahwa sesuatu yang baru akan muncul dan yang baru itulah disebut Web 2.0”. Dalam suatu sesi pertemuan yang dipimpin oleh Tim O’Reilly (2005) mendefinisikan ulang Web 2.0. Batasan yang muncul adalah sederet kriteria, yaitu:

1. Web 2.0 menggunakan jaringan sebagai landasan kerja yang menjangkau semua peralatan terkoneksi.

2. Penerapan Web 2.0 memanfaatkan keunggulan intrinsik landasan kerja tersebut.

3. Menyediakan data dan jasa dalam format yang memungkinkan dipadukan oleh pihak lain.

4. Menciptakan keunggulan jaringan dengan memakai arsitektur yang cocok untuk partisipasi banyak pihak.

5. Melebihi kemampuan Web 1.0 karena diperkaya oleh pengalaman para pengguna.

Kriteria di atas menunjuk pada dua hal yang saling mendukung dan menguatkan yaitu sisi teknologi dan sisi hubungan manusia dalam bentuk partisipasi. Sisi teknologi diwakili dengan kelompok peranti blogs, wikis, podcast, RSS, feeds,dan sebagainya. Sisi sosial adalah dengan terbentuknya jejaring sosial

(9)

yang akhir-akhir ini semakin meluas. Dengan kata lain Web 2.0 adalah kecanggihan teknologi dan kekuatan partisipasi.

2.3 Library 2.0

2.3.1 Pengertian Library 2.0

Konsep Library 2.0 sendiri pertama kali muncul pada tahun 2005 melalui sebuah blog bernama Library Crunch. Michael Casey adalah pemilik blog tersebut sekaligus orang pertama yang mencetuskan pemakaian istilah Library 2.0. Michael Casey melihat bahwa dapat memanfaatkan berbagai kelebihan Web 2.0 dalam pelayanannya. Menurut Casey (2007):

The heart of Library 2.0 is user-centered change. It is a model for library service that encourages constant and purposeful change, inviting user participation in the creation of both the physical and the virtual services they want, supported by consistently evaluating services. It also attempts to reach new users and better serve current ones through improved customer-driven offerings. Each component by itself is a step toward better serving our users; however, it is through the combined implementation of all of these that we can reach Library 2.0.

Library 2.0 merupakan perpustakaan yang mengadopsi konsep kerja Web 2.0. Melalui konsep baru ini, perpustakaan mencoba mengoptimalkan aplikasi berbasis Web dengan teknologi Web 2.0 untuk memberi layanan kepada penggunanya. Menurut O’Reilly (2005) Web 2.0 memiliki definisi yaitu:

GenerasiWeb yang mempunyai karateristik kerjasama, interaktif, dinamis, dan batas tidak tegas antara pembuatan dan pemakaian konten Web. Web 2.0 bukanlah Web penerbitan tekstual melainkan sebuah Web komunikasi multi sensor. Web jenis ini merupakan sebuah matriks dialog dan bukan kumpulan monolog. Sebuah Web yang berpusat pada pengguna dalam suatu cara yang belum pernah dilakukan selama ini.

(10)

Sedangkan menurut Breeding (2006) mendefinisikan “Library 2.0 merupakan aplikasi teknologi berbasis Web yang interaktif, kolaboratif, dan multi media ke dalam layanan dan koleksi perpustakaan berbasis Web”. Kemudian ditambahkan Casey (2007) bahwa “Library 2.0 meningkat dalam hal kemampuan teknologinya, dengan memberikan perpustakaan kemampuan untuk menawarkan perbaikan, dan kesempatan layanan yang dikendalikan oleh pemakai”.

Sementara itu Manees (2006), mendefinisikan “Bahwa Library 2.0 adalah penerapan teknologi yang didasarkan pada Web multimedia yang interaktif, kolaboratif, pada layanan perpustakaan dan koleksi yang berdasarkan Web

, dan menganjurkan diadaptasi oleh komunitas Ilmu Perpustakaan”. Sedangkan, Blyberg (2008), menyatakan semua itu secara ringkas dengan rumus:

Library 2.0 = (books and stuff + people +radical trust) x participation atau

Perpustakaan 2.0 = (koleksi + orang +kepercayaan radikal) x partisipasi Berdasarkan hal di atas, kunci dari Library 2.0 adalah partisipasi baik pustakawan maupun pengguna perpustakaan. Jadi, Library 2.0 yaitu suatu model yang menganjurkan perubahan yang beralasan dan terus-menerus, dengan mengundang partisipasi pemakai dalam mengkreasikan layanan, baik secara fisik maupun maya sesuai dengan keinginan mereka, yang didukung oleh evaluasi layanan secara konsisten.

Layanan tersebut juga berusaha untuk mendapatkan pemakai baru dan layanan yang lebih baik dan terbaru melalui penawaran pengembangan kepada pemakai. Setiap komponen berusaha sendiri untuk meningkatkan layanan yang

(11)

lebih baik kepada pemakai. Sehingga, dengan mengkombinasikan semua implementasi ini kita dapat mencapai Library2.0.

2.3.2 Penerapan Library 2.0

Karakteristik utama dari Library 2.0 adalahinteraksi dan komunikasi antara pustakawan dan pemustaka serta keterlibatan dankontribusi pemustaka dalam pengembangan layanan perpustakaan. MenurutManess (2006), teori Library 2.0 diketahui memiliki 4 elemen penting berikut:

1. Terpusat pada pengguna (It is user-centered)

Pengguna berpartisipasi dalam pembuatan konten dan layanan yang terlihat di dalam tampilan Web perpustakaan, OPAC, dll. Pemakaian dan pembuatan konten Web yang dinamis sehingga peranan pustakawan dan pengguna jelas, serta pengguna dapat memberikan penilaian dan komentar.

2. Memberikan sebuah pengalaman multimedia (It provides a

multi-media experience)

Koleksi dan layanan Library 2.0 menyediakan komponenvideo dan audio. Hal ini sangat disarankan walaupun jarang sekali disebutkan sebagai fungsi Library 2.0.

3. Kaya secara sosial (It is socially rich)

Tampilan Web perpustakaan berisi tampilan pengguna. Ada dua cara untuk berkomunikasi antara pengguna dengan pengguna lain dan dengan pustakawan yaitu sinkronisasi (contohnya IM) dan asinkronisasi (contohnya wiki).

4. Bersama-sama melakukan inovasi (It is communally innovative)

Mungkin hal ini merupakan aspek terpenting dari Library 2.0 yaitubertumpu pada asas perpustakaan sebagai layanan masyarakat, namunsadar bahwa ketika masyarakat berubah perpustakaan tidak saja ikutberubah tetapi juga membiarkan pemustaka untuk merubahnya.Perpustakaan siap untuk merubah pelayanannya secara berkelanjutan,mencari cara baru untuk memberi kesempatan masyarakat, bukan sajaperorangan, untuk mencari, menemukan, dan menggunakan informasi.

Dalam penerapan Library 2.0, keseluruhan layanan perpustakaan akan dipindahkan ke sebuah media elektronik berbasis situs Web yang memungkinkan

(12)

para pemustakanya untuk terlibat membangun perpustakaan secara bersama. Hal ini berbeda dengan perpustakaan generasi sebelumnya (Library 1.0) yang hanya menjalankan koleksi dan layanan yang tersebar ke dalam lingkungan online.

Untuk memperjelas perubahan perpustakaan tradisional menjadi perpustakaan yang menerapkan Library 2.0 yang diakibatkan oleh lahirnya dunia Web 2.0, maka perbandingan tersebut diformulasikan sebagai berikut:

Tabel 2. Perbandingan Penerapan Perpustakaan Menuju Library 2.0 Traditional

library

Web 2.0 world Library 2.0 world

Cataloguing Automated metadata, del.icio.us Metadata

Classification Folksonomies and the semantic Web

Locally provided and relevant folksonomy Acquisitions eBay, PayPal, Amazon and

Abebooks

E-archives, e-data and Quality assurance Reference Yahoo Answers and Wikipedia Branded links to

trusted Resources Preservation Digital archives and Repositories Institutional

repository

User instruction Chatrooms Moderate chatroom

Working space Bedroom and Starbucks with a laptop

Wired campus and 24-hour workspace Collections YouTube, Flickr, institutional

repositories, open access

Aggregation of unique content with other libraries Professional

judgement

The wisdom of crowds Teaching retrieval skills

Derek Law (2008) menggambarkan tiga ruas kunci yang menjadi inti dari layanan Library 2.0 dan dapat disimpulkan bahwa dalam pengertian terdahulu perpustakaan merupakan sebuah ruangan atau gedung yang digunakan untuk

(13)

menyimpan buku dan terbitan lainnya yang disimpan menurut tata susunan tertentu. Koleksi-koleksi yang ada di perpustakaan terbatas pada bentuk cetak, melalui akses manual. Dengan adanya perkembangan teknologi informasi menjadi salah satu alasan adanya pergeseran dari perpustakaan tradisional ke perpustakaan digital, atau yang biasa dikenal dengan sebutan Library 2.0.

Perpustakaan saat ini tidaklah sama dengan perpustakaan terdahulu, perpustakaan masa kini mempunyai koleksi yang sebagian besar dalam bentuk format digital dan diakses dengan komputer. Perubahan yang terjadi sekarang ini tidak hanya pada bentuk fisik dari koleksi perpustakaan. Namun juga terjadi pada proses operasional, proses managemen dan interaksi dengan pemustaka. Jadi, lahirnya Library 2.0memungkinkan perpustakaan berkolaborasi dengan pemustaka dalam melakukan kegiatan-kegiatan perpustakaan melalui teknologi internet.

Menurut Proboyekti (2008) “Sebelum perpustakaan menerapkan Library 2.0, perpustakaan perlu mengetahui kondisi awal perpustakaan (apa yang sudahdilakukan dan disajikan oleh perpustakaan kepada pemustakanya)”. Perpustakaanharus menerapkan Library 2.0 dengan berdasarkan visi-misi perpustakaan dankebutuhan pemustaka. Kemudian penerapan Library 2.0 harus memenuhi 3komponen utama yaitu:

1) Perubahan yang konstan dan bertujuan 2) Partisipasipengguna

(14)

Rangkaian penerapan Library 2.0 tersebut harus disertai dengan evaluasi karena kegiatanevaluasi yang akan membuat perubahan di perpustakaan secaraterus-menerus.

2.3.3 Layanan Library 2.0

Layanan Library 2.0 adalah suatu komunitas maya yang berorientasi kepada pemakai. Tetapi konsep yang menjadi pondasi kehadiran suatu Web perpustakaan dan bagaimana Web tersebut harus berevolusi kedalam suatu kehadiran multi media yang membolehkan pemakainya untuk tampil sekaligus, dan baik dengan perpustakaan atau pustakawan atau dengan sesama pemakai lainnya, adalah benar-benar kebutuhan dalam pengembangan. Web dan perpustakaan yang terlibat sebagai suatu sarana untuk memfasilitasi inovasi dan eksperimen dalam layanan Library 2.0. Berikut beberapa contoh layanan Library 2.0 menurut Manees (2006):

1. Synchronous Messaging 2. Media Streaming

3. Blogs dan Wikis 4. Jaringan sosial

5. Tagging (Penge-Tag-an) 6. RSS Feeds

7. Mashups

1. Synchronous Messaging

Teknologi ini telah digunakan cukup cepat oleh komunitas perpustakaan. Teknologi yang lebih dikenal sebagai instant messaging (IM) menyediakan fasilitas komunikasi teks cepat untuk pengguna. Perpustakaan telah menggunakannya untuk menyediakan layanan “chat reference”, yaitu

(15)

pengguna dapat berkomunikasi secara sinkron dengan pustakawan seperti pada saat mereka berkomunikasi tatap muka secara langsung. Ada banyak yang berpikir bahwa IM adalah teknologi Web 1.0, karena sering membutuhkan untuk mengunduh perangkat lunak, sementara itu sebagian besar aplikasi 2.0 adalah sepenuhnya berdasarkan Web.

Masa depan teknologi ini dalam arena perpustakaan sangat menarik. Dengan menyediakan layanan Web interaktif ini, perpustakaan telah menempatkan posisinya untuk mengadopsi pendahulunya secara cepat dan ahli. Aplikasi IM berbasis teks telah berubah menjadi sesuatu yang lebih bersifat multi media, yaitu pesan suara dan video menjadi lebih umum. Perpustakaan juga telah menyediakan sambungan ke layanan chat reference mereka dalam sumber koleksi mereka sendiri, contohnya pada tingkat artikel dalam data base langganan. Secara definisi, perpustakaan fisik itidak pernah lepas dari pustakawan, chat reference yang lebih menyebar mampu menyediakan lingkungan yang serupa dalam dunia Web.

2. Media Streaming

Streaming video dan audio adalah aplikasi lain yang mungkin banyak dianggap sebagai Web 1.0 karena muncul sebelum adanya teknologi Web 2.0. Namun, dengan alasan yang sama seperti halnya Synchronous Messaging yang dianggap sebagai Library 2.0 maka perpustakaan mulai memaksimalkan layanan ini. Sebagian besar tutorial dalam layanan ini menggunakan program Flash, softwarescreen-cast atau streaming audio dan video serta menyatukan

(16)

tampilan media dengan quiz interaktif, pengguna merespon pertanyaan dengan cara yang sama. Fakta ini menunjukkan sebuah potensi yang memungkinkan terjadinya perkembangan yang berkelanjutan dari tutorial ini. Hal ini dapat menggunakan bentuk chat room multimedia atau wiki, dan pengguna akan berinteraksi dengan satu sama lain serta obyek pembelajaran dalam waktu bersamaan.

Dampak lainnya dari media streaming untuk perpustakaan adalah lebih mengacu pada pertambahan koleksi daripada layanan. Karena media diciptakan, perpustakaan tidak dapat disangkal akan menjadi institusi yang bertanggung jawab dalam mengarsipkan dan menyediakan akses ke sana. Tidak akan cukup dengan hanya membuat “hard-copy” dari obyek-obyek ini dan memberikan pengguna akses ke sana di dalam batas-batas ruang fisik perpustakaan. Library 2.0 akan menunjukkan tidak adanya jarak antara format dan tujuan akses mereka.

3. Blogs dan Wikis

Blog dan wiki memiliki dasar Web 2.0 dan pada perkembangannya layanan ini memiliki dampak besar terhadap perpustakaan. Blog dapat menjadi batu loncatan besar dalam sejarah penerbitan daripada halaman Web. Layanan ini mendorong produksi dan konsumsi cepat terhadap penerbitan berbasis Web. Dampak paling jelas dari blog untuk perpustakaan adalah bahwa layanan ini merupakan bentuk lain penerbitan dan perlu diperlakukan layaknya penerbitan.

(17)

Wiki pada dasarnya merupakan halaman Web terbuka, yaitu orang yang terdaftar dalam wiki dapat mempublikasikan, memperbaiki dan merubahnya. Pada umumnya sebagai blog, mereka tidak sereliabel sumber tradisional, sebagaimana diskusi umum tentang wikipedia (sebuah ensiklopedia online tempat pengguna terdaftar dapat menulis, memperbaiki atau mengedit artikel) dalam dunia perpustakaan untuk menulis dengan baik.

Sebagai tambahan, wiki perpustakaan sebagai sebuah layanan dapat mendorong interaksi sosial di antara pustakawan dan pemustaka, pada dasarnya menggerakkan kelompok belajar online. Ketika pengguna berbagi informasi dan bertanya, menjawab pertanyaan, dan pustakawan melakukan hal yang sama dalam wiki, catatan transaksi-transaksi ini diarsipkan untuk disimpan. Dan sebaliknya arsip-arsip ini akan menjadi sumber untuk perpustakaan untuk dijadikan sebagai referensi. Selanjutnya, wiki dan blog akan pasti berubah menjadi suatu lingkungan yang lebih bersifat multi media, yaitu adanya sinkronisasi dan asinkronisasi kolaborasi antara audio dan video. Blog adalah bentuk baru penerbitan dan wiki adalah bentuk baru kelompok belajar. Pada akhirnya, blog dan wiki secara relatif merupakan solusi cepat untuk menggerakkan koleksi dan layanan perpustakaan menjadi Library2.0.

4. Jaringan Sosial

Jaringan sosial mungkin merupakan teknologi yang paling menjanjikan dan merengkuh yang dibicarakan pada saat ini. Teknologi ini menyediakan pengiriman pesan, pembuatan blog, media streaming, dan tagging, yang akan

(18)

dibicarakan nanti. MySpace, FaceBook, Del.icio.us, Frappr, dan Flickr adalah jejaring yang telah menjadi terkenal dalam Web 2.0. MySpace dan Facebook menyediakan media kepada pengguna untuk saling berbagi data diri (profil rinci dan kepribadian pengguna) sedangkan Del.icio.us menyediakan media untuk pengguna saling berbagi sumber Web dan Flickr menyediakan media berbagi gambar. Frappr merupakan sebuah bentuk jejaring yang tergabung menggunakan peta, chat room, dan gambar untuk menghubungkan para pengguna. Jejaring sosial lainnya juga cukup penting, seperti halnya LibraryThing yang menyediakan media untuk para pengguna meng-katalog-kan buku-buku mereka dan melihat apa yang dibagi oleh pengguna lain dengan buku tersebut.

Kenyataannya, sebagian besar peran perpustakaan sepanjang sejarah adalah sebagai tempat berkumpul sekelompok komunitas, yaitu yang berbagi identitas, komunikasi dan tindakan. Jejaring sosial dapat memberikan kesempatan kepada pustakawan dan pemustaka bukan hanya untuk berinteraksi namun juga untuk berbagi dan bertukar sumber secara dinamis dalam sebuah media elektronik. Pengguna dapat membuat account pada jejaring perpustakaan, melihat apa yang dimiliki oleh pengguna lain yang sama dengan informasi yang mereka perlukan, dan merekomendasikan sumber kepada pengguna lain. Jaringan sosial dalam beberapa pengertian adalah Library 2.0. Halaman dari kehadiran Web perpustakaan di masa depan mungkin sangat tampak seperti suatu antarmuka jaringan sosial.

(19)

5. Tagging (Menandai)

Tagging pada intinya memberikan kesempatan pada pengguna untuk membuat judul subyek untuk bahan yang dimiliki. Seperti yang digambarkan oleh Shanhi (2006) “tagging merupakan Web 2.0 karena memberikan kesempatan kepada pengguna untuk menambah dan mengubah konten (data) serta konten yang menggambarkan konten (metadata)”. Melalui Flickr, pengguna menandai gambar, sedangkanLibraryThing mereka menandai buku. Dalam Library 2.0, pengguna menandai koleksi perpustakaan sehingga dapat berpartisipasi dalam proses pengkatalogan.

Tagging cukup hanya membuat pencarian lateral menjadi lebih mudah. Contoh yang sering diberikan adalah Tajuk Subyek yang terdapat pada Konggres Perpustakaan AS yaitu “cookery’ (keahlian masak). Istilah ini tidak digunakan oleh pengguna bahasa Inggris untuk mencari “cookbooks” (buku masak). Contoh ini menggambarkan adanya masalah seputar klasifikasi standar. Tagging akan mengubah “cookery’ yang kurang berguna menjadi “cookbooks’ yang lebih berguna secara cepat sehinnga pencarian lateral dapat dibantu secara baik.

Katalog Library 2.0 akan memungkinkan pemustaka mengikuti subjek yang standard dan subjek yang ditandai pemustaka, kapanpun membuat paling bermakna untuk mereka. Pada gilirannya mereka dapat menambahkan Tagging ke dalam sumber informasi. Pemustaka merespon ke sistem, sistem merespon ke pemustaka. Tagging ini adalah suatu katalog terbuka yang

(20)

dibuat khusus untuk kebutuhan perpustakaan yang berorientasi kepada pemustaka. Hal tersebut adalah penerapan ilmu perpustakaan yang terbaik.

6. RSS Feeds

RSS feeds merupakan layanan yang disediakan bagi pengguna untuk mengumpulkan dan menerbitkan kembali konten pada Web. Pengguna menerbitkan kembali konten dari blog lain pada blognya sendiri, mengumpulkan konten pada situs lain dalam sebuah wadah tunggal dan menyaring Web untuk keperluannya sendiri. Pengumpulan konten seperti itu merupakan aplikasi lain dari Web 2.0 yang telah berdampak pada perpustakaan.

Perpustakaan sudah membuat RSS feeds bagi pengguna untuk berlangganan serta pemutakhiran item baru dalam sebuah koleksi, layanan baru, dan konten baru pada database langganan. Mereka juga menerbitkan kembali konten pada situs mereka sendiri. Varnum (2006) “menyediakan sebuah blog yang menyebutkan secara rinci bagaimana perpustakaan menggunakan RSS feeds untuk digunakan pemustakanya”.

Namun perpustakaan belum mencari cara menggunakan RSS dengan lebih mudah. Sebuah produk baru dari perusahaan bernama BlogBridge, BlogBridgeLibrary (BBL), “adalah sebuah software yang dapat diinstal pada server anda di dalam firewall. Bukanlah merupakan konten perpustakaan (buku-buku) namun sebuah software yang mengatur perpustakaan (bangunan)”. Walau potensi BBL terhadap perpustakaan belum dapat

(21)

ditemuka n karena kondisinya yang masih baru, dapat diperkirakan bahwa pengumpulan ini dapat menggantikan browsing dan pencarian konten lewat situs Web perpustakaan. BBL dan aplikasi pengumpul RSS serupa, diinstal di dalam sistem perpustakaan dan disatukan dengan jejaring sosial perpustakaan, dapat memberikan kesempatan bagi pengguna untuk memiliki sebuah halaman perpustakaan pribadi yang mengumpulkan seluruh konten perpustakaan yang sesuai dengan mereka serta penelitian mereka, menghilangkan informasi yang tidak relevan dan pengguna tentu saja dapat mengendalikan halaman dan konten tersebut.

7. Mashups

Mashups merupakan aplikasi hibrida, yang terdiri dari dua atau lebih teknologi atau layanan yang dipersatukan menjadi sebuah layanan yang sepenuhnya baru. Retivr sebagai contoh menyatukan database gambar Flickr dengan sebuah algoritma arsitektur informasi eksperimental untuk memberikan kesempatan kepada pengguna untuk mencari gambar bukan dengan metadata tetapi dengan data itu sendiri. Pengguna mencari gambar dengan membuat sketsa gambar. Dalam beberapa hal, banyak teknologi yang dibicarakan sebelumnya memiliki sifat mashup. Contoh lainnya adalah WikiBios, sebuah situs tempat pengguna saling membuat biografi online. Pada dasarnya menggabungkan blog dengan jejaring sosial.

(22)

Tabel 3. Indikator Penerapan Layanan Library 2.0

No. Elemen Library 2.0 Layanan Library 2.0

1. Terpusat pada pengguna (It is user-centered)

1. Synchronous Messaging 2. Blogs and Wikis 3. Tagging

4. RSS Feeds 2. Memberikan sebuah pengalaman

multimedia (It is provides a multi-media experience)

5. Media Streaming

3. Kaya secara sosial (It is socially rich) 6. Jaringan Sosial 4. Bersama-sama melakukan inovasi (It is

communally innovative)

7. Mashups

2.4 Library 3.0

Library 3.0 lebih dari sekedar bangunan, tidaklah semata-mata merupakan desain teknologi perpustakaan, akan tetapi menggabungkan aspek sosial budaya ke dalam pengembangan sistem perpustakaan. Perubahan perilaku pemustaka juga menjadi perhatian serius dalam pengembangan perpustakaan generasi ketiga ini. Sistem perpustakaan tidak hanya dibangun agar dapat diakses secara online dari luar perpustakaan (remote access) karena sumber-sumber informasinya berbentuk elektronik atau digital, akan tetapi juga menyediakan ruang bagi pemustaka untuk terlibat dalam suatu sistem. Penyediaan ruang ini jelas memberikan kesempatan yang luas bagi perpustakaan untuk mendapatkan feedback (umpan balik) dalam pengelolaan perpustakaan. Perubahan konsep perpustakaan generasi ketiga atau library 3.0 lebih banyak ditentukan oleh perkembangan di bidang teknologi,

(23)

terutama teknologi Web 3.0. Menurut Evans (2009), “Library 3.0 is the library that is still in existence after the semantic Web and the ‘internet of things’ become common parts of information seeking, resources use, and daily life”. Penjelasan lainnya mengenai library 3.0 ditulis dengan sangat menarik oleh Belling (2011) yang mengatakan sebagai berikut:

Library 3.0 refers to libraries using technologies such as the semantic Web, cloud computing, mobile devices, and re-envisioning our use of established technologies such as federated search, to facilitate usergenerated content and collaboration to promote and make library collections accessible. The end result of Library 3.0 is the expansion of the 'borderless library', where collections can be made readily available to library users regardless of their physical location. Library 3.0 is a virtual complement to physical public library spaces, and ideally will work seamlessly within established public library services and collections”.

Berdasarkan hal diatas, library 3.0 bukanlah konsep yang berdiri sendiri, atau terpisah dari konsep perpustakaan sebelumnya. Library 3.0 merupakan pengembangan dari konsep perpustakaan sebelumnya dengan penambahan fitur atau karakteristik sebagai akibat dari pengaruh teknologi, terutama teknologi Web 3.0 dalam rangka meningkatkan layanan sesuai dengan kebutuhan dan karakter pemustaka. Pada konsep library 3.0, interaksi pemustaka menjadi semakin intensif dan luas, tidak hanya terbatas pada interaksi pemustaka dengan pustakawan, akan tetapi juga dengan pemustaka lainnya sehingga membentuk suatu komunitas. Selain itu, pemustaka juga memiliki peran yang besar dalam menentukan konten dan pengelolaan informasi. Secara lebih rinci, beberapa karakteristik library 3.0 dikemukakan oleh Belling (2011) dalam paparan mengenai pengembangan library 3.0 menyebutkan beberapa karakteristik penting untuk dimasukan dalam membangun perpustakaan generasi ketiga, yaitu:

(24)

1. User-generated content 2. Federated Search and Beyond 3. Mobile library catalogues 4. Downloadables

5. Print on Demand 6. QR Codes

7. Cloud Computing

Sementara penulis lainnya, Chauhan (2009), menyebutkan beberapa fitur library 3.0 sebagai berikut:

1. Semantic Web 2. OPAC

3. Ontologies

4. Ubiquitous contents 5. GeoTagging

6. Virtual Reference Service 7. Librarians

8. In Nutshell

Bukan hanya itu saja, penulis lain seperti Hamad (2012) dalam “Library 3.0: the Art of Virtual Library Services” menyebutkan karakteristik perpustakaan generasi ketiga ini mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Virtual Reference Service 2. Librarian 3.0

3. User-generated content 4. Mobile libraries

5. Mobile OPACs

6. Short messaging service (SMS) 7. Quick response codes (QR) 8. Cloud computing

Gambar

Tabel 1. Perbandingan Web 1.0 dan Web 2.0
Gambar 1. Perkembangan Teknologi Web  Sumber: www.radarnetworks.com
Tabel 2. Perbandingan Penerapan Perpustakaan Menuju Library 2.0  Traditional
Tabel 3. Indikator Penerapan Layanan Library 2.0

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

Perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran teknik GI (Group Investigation) dengan media pembelajaran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan, maka dapat disimpulkan 1) Kerja ilmiah mahasiswa yang dilatihkan dan proporsi mahasiswa yang bisa

Berkaitan dengan uraian di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Sikap Masyarakat terhadap Keberadaan Lokalisasi Prostitusi Dolly dan Maraknya

Untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan metode substitusi, terlebih dahulu kita nyatakan variabel yang satu ke dalam variabel yang lain dari suatu

Football dilafalkan /fʊtbɔ:l/ dalam bahasa Inggris dan /futbol/ dalam bahasa Prancis. Hal ini membuktikan bahwa bahasa Prancis sebagai bahasa penerima memiliki perbedaan

Bar adalah suatu tempat yang menyediakan atau menyajikan minuman beralkohol dan minuman tidak beralkohol, disamping itu bar juga digunakan oleh tamu untuk berkumpul, santai

Tujuan dan Manfaat Tujuan akhir ultimate goal dari penyelenggaraan sub unsur pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan, yang merupakan salah satu sub unsur dari