• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016 ISBN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016 ISBN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PERANAN VEGETASI TERHADAP KEHADIRAN KUPU-KUPU Graphium androcles Boisduval (LEPIDOPTERA:PAPILIONIDAE) DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM NANGGALA III KOTA PALOPO

Harlina (1). Adi Basukriadi (1), Amran Achmad(2), Djunijanti Peggie (3)

Program Studi Pasca Sarjana Biologi Konservasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia (1) Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin, Makassar (2)Bidang

Zoologi (Museum Zoologicum Bogoriense) LIPI, Cibinong(3) Email : harlinagusasi@gmail.com

ABSTRAK

Tulisan ini menggambarkan tentang pemanfaatan tumbuhan oleh kupu-kupu Graphium androcles di sekitar Kawasan Taman Wisata Alam Nanggala III Kota Palopo, Sulawesi Selatan. Penelitian telah dilaksanakan pada April 2014 hingga Maret 2015. Metode pengamatan menggunakan analisis vegetasi. Inventarisasi jenis hostplant dan foodplant dilakukan dengan metode observasi. Selain itu informasi diperoleh dari hasil wawancara dengan masyarakat di sekitar kawasan TWA Nanggala III Kota Palopo. Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat jenis tumbuhan yang dihinggapi dan dimanfaatkan oleh kupu-kupu G.androcles. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah individu G. androcles 46 ekor. Beberapa tumbuhan berfungsi sebagai pakan (pakan larva dan pakan imago) dan shelter. Kupu-kupu G.androcles betina meletakkan telurnya pada daun Uvaria rufa (Annonaceae). G. androcles imago mengkonsumsi lima spesies tumbuhan berbunga. Jenis tumbuhan tingkat pohon didominasi oleh Ficus racemosa L (INP 30.31), Ardisia purpurea (INP 18.49, Caralia brachiate (INP 17.79). Sedangkan INP yang terendah diduduki oleh Syzygium polycephalum (INP 7.02) dan Syzygium pycnantum (INP 6.6). Kehadiran jenis tumbuhan tersebut diduga berkaitan dengan kondisi dan letak plot. Potensi vegetasi sebagai pakan kupu-kupu G.androcles dikawasan ini masih banyak belum diketahui. Untuk mencegah kepunahan G.androcles di alam diperlukan penanaman jenis tumbuhan pakan baik hostplant maupun foodplant dan juga shelter

Key word : Graphium androcles; kupu-kupu; TWA Nanggala III 1. PENDAHULUAN

Keberadaan kupu-kupu tidak lepas dari daya dukung habitatnya. Kehadiran sekelompok kupu-kupu disuatu tempat menandakan kondisi lingkungan diwilayah tersebut masih baik (Odum, 1993). Di alam, kupu-kupu banyak dijumpai di daerah tropika, hidup di dalam berbagai tipe habitat, mulai dari dataran rendah sampai ke dataran tinggi. Kupu–kupu sering ditemukan di daerah hutan, pinggiran hutan, semak belukar, ladang dan di sepanjang aliran air (Whitten et al., 1987). Kehadiran dan keanekaragaman kupu-kupu di suatu tempat berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya jenis tanaman, udara yang bersih, dan pencahayaan yang cukup (Wijayanto & Agustinus, 2010). Kehadiran kupu-kupu juga dapat dijadikan bioindikator terhadap perubahan kualitas lingkungan (Lewis, 2001; Basset, et al., 2011).

Indonesia memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Diperkirakan 557 spesies kupu-kupu telah ditemukan di Pulau Sulawesi dan sekitarnya. Sekitar 353 spesies diantaranya ditemukan di Sulawesi Selatan (Vane-

(3)

Wright & de Jong 2003). Di Pulau Sulawesi kehadiran kupu-kupu endemik dapat dijumpai di sekitar kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (TNBabul), Sulawesi Selatan (Durden, 2010). Alfred Russel Wallace pernah meneliti di sekitar kawasan TNBabul pada abad ke XIX (1856-1857) menemukan kelompok kupu-kupu yang terbang melintas bisa berjumlah ribuan, dan digambarkan membentuk awan. Alfred Russel Wallace menemukan kupu-kupu berekor sriti (Graphium androcles) dan berbagai jenis kupu-kupu lainnya, yang sayapnya berukuran 7-8 inchi (17– 20 Cm). Akan tetapi setelah 25 tahun kemudian (1882), G.androcles tidak lagi dapat ditemukan meskipun ribuan kupu- kupu lainnya masih ada. Hal tersebut diduga merupakan pengaruh musim, karena 45 tahun kemudian kupu-kupu G.androcles dapat ditemukan kembali (Whitten et

al. (1987).

Saat ini, tekanan terhadap keberadaan kupu-kupu G.androcles di Sulawesi Selatan sangat tinggi. Tekanan ini berupa kondisi iklim, perubahan ekologi pada habitat, dan penangkapan liar di alam. Menurut Asjulia (2007) selain di sekitar TNBabul, kupu-kupu G.androcles pernah dijumpai di sekitar kawasan TWA Nanggala III Palopo, akan tetapi jumlahnya sangat terbatas. Dalam kegiatan inventarisasi kupu-kupu yang dilakukannya selama tiga bulan, jumlah

G.androcles yang berhasil dijumpai sebanyak dua ekor. Dengan kondisi demikian

sehingga dikhawatirkan kupu-kupu tersebut akan punah sebelum dilakukan pengkajian tentang kondisi habitatnya di alam. Santosa (2006) menyatakan bahwa habitat adalah totalitas dari lingkungan (abiotik seperti ruang, tipe substrat atau medium, cuaca atau iklim, serta vegetasinya). Habitat merupakan tempat hidup bagi mahluk hidup. Setiap mahluk hidup memerlukan tempat untuk hidup yang dapat menyediakan makanan, air, tempat berlindung, beristirahat dan berkembang biak, sehingga mereka akan menempati suatu habitat yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Menurut Soekardi (2009) habitat kupu-kupu ditandai dengan tersedianya tumbuhan inang untuk pakan larva, serta tumbuhan penghasil nektar bagi imagonya. Apabila kedua tumbuhan ini tersedia disuatu habitat, maka memungkinkan kupu-kupu dapat melangsungkan hidupnya dari generasi ke generasi di habitat tersebut. Dengan demikian untuk mengetahui kondisi keberadaan kupu-kupu G.androcles di alam, maka diperlukan penelitian yang akan mengkaji lebih dalam tentang peranan vegetasi sebagai habitat kupu-kupu tersebut.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian lapangan dilakukan pada April 2014 hingga Maret 2015. Lokasi penelitian terletak di sekitar Sungai Puncak dan Sungai Salu Tandung (TWA Nanggala III) termasuk dalam wilayah Kecamatan Wara Utara, Kelurahan Battang, Kota Palopo (Gambar 1). Pengamatan jumlah kehadiran kupu-kupu

G.androcles dilakukan dengan metode observasi. Penangkapan kupu-kupu

dilakukan dengan menggunakan jaring serangga dan umpan dari air seni dan busa sabun cair. Kupu-kupu G.androcles yang berhasil ditangkap ditandai dengan cat kuku agar tidak terjadi double catching, dan kemudian dilakukan pencatatan sebelum kupu-kupu G.androcles dilepas. Inventarisasi jenis hostplant dan

(4)

dilakukan berdasarkan analisis vegetasi dengan metode petak kuadrat. Pembuatan plot disetiap lokasi penelitian lebih ditekankan pada daerah yang banyak dimanfaatkan kupu-kupu G.androcles sebagai tempat makan, bermain, dan istirahat.

TWA NANGGALA

III

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Plot yang dibuat berukuran 10 m x 20 m. Untuk mempermudah pengambilan data, maka dibuat subplot berukuran 10 m x 10 m untuk ukuran tiang, 5 m x 5 m untuk ukuran pancang dan 2 m x 2 m untuk semai. Semua plot yang ditempatkan pada tiap lokasi pengamatan diberi batasan dengan tali rapiah. Kriteria untuk menentukan tingkat pohon, tiang, pancang dan semai digunakan kriteria menurut Kusmana (1995), yaitu sebagai berikut :

1. Tingkat semai (seedling) : permudaan pohon berkecambah sampai setinggi 1,5 cm

2. Tingkat pancang (sapling) : permudaan yang tinggi >1,5 m, dengan berdiameter sampai 10 cm dengan keliling batang < 6,3 cm

3. Tingkat tiang (pole) : tumbuhan berdiameter 10 – 20 cm,, dengan keliling batang > 6,3 cm <31,40 cm

4. Pohon dewasa (tree) : pohon dewasa yang berdiameter lebih dari 20 cm, keliling batang > 31,40 cm

Identifikasi jenis tumbuhan di setiap lokasi penelitian dilakukan dengan bantuan jasa identifikasi. Pengambilan sampel atau spesimen dilakukan dengan menggunakan gunting tanaman. Tiap spesimen yang tidak dikenali diberi nama sementara, setelah itu dilakukan pengambilan gambar (foto). Untuk menghindari kekeliruan, semua jenis yang dijumpai diambil contoh spesimennya. Setiap spesimen di bungkus dan diberikan alkohol 70% (herbarium), kemudian dipres dengan kertas koran lalu dimasukkan dalam wadah atau kantongan plastik. Identifikasi spesimen yang tidak dikenali dilakukandi Bidang Botani (Herbarium Bogoriense) Puslit Biologi-LIPI Cibinong.

(5)

Analisis Data

Data-data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode

eksploratif-deskriptif (Nasir, 1999). Pengelolaan data dilakukan dengan memilah,

mengevaluasi, membandingkan, dan menarik kesimpulan. Hasil analisis data ditampilkan dalam bentuk tabulatif sehingga mudah untuk dibandingkan. Untuk menghitung besarnya kerapatan (individu/hektar), frekuensi dan dominasi (m2/ha) dan indeks nilai penting (INP) dari masing-masing jenis, rumus yang digunakan sebagai berikut : Indrawan, (1976); Fandeli (1992)

Jumlah Individu dalam plot Kerapatan (K) = ---

Luas plot K Suatu spesies

Kerapatan Relatif (KR) = --- X 100% K Total seluruh spesies

Jumlah plot ditemukan suatu spesies

Frekuensi(F) = --- Jumlah seluruh plot

F Suatu spesies

Frekuensi Relatif (FR) = --- X 100% F Total seluruh sepsis

Luas bidang dasar suatu spesies Dominasi = ---

Luas plot Dominansi Suatu jenis

Dominasi Relatif (DR) = --- X 100% Dominansi total seluruh jenis

Luas Bidang Dasar (LBD) = ¼ π d2

Nilai Indeks Penting (INP) untuk masing-masing tingkatan adalah

1. Tingkatan pohon dan tiang

INP = KR (%) + FR (%) + DR (%) 2. Tingkat pancang dan semai

INP = KR (%) + FR (%)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kupu-kupu G.androcles lebih banyak dijumpai di area Sungai Puncak dibandingkan dengan area Salu Tandung. Jumlah individu pada tiap area penelitian dilihat pada Gambar 2.

(6)

ju m lah Ind iv id u 12 11 10 6 6 5 4 6 4 4 00 00 00 0 0 42 00 00 00 00 Salu Tandung Sungai Puncak 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Waktu Penelitian

Gambar 2. Jumlah individu G. androcles pada setiap area penelitian

Jumlah kehadiran kupu-kupu G. androcles di area penelitian diduga berkaitan dengan kondisi lingkungan dan ketersediaan pakan yang ada di areal tersebut. Menurut Solomon (1977) perubahan jumlah individu dalam suatu populasi kupu-kupu pada suatu areal tertentu dapat disebabkan oleh faktor biotik, dalam hal ini berkaitan dengan kemampuan hayati dan faktor lingkungan. Potensi biotik diantaranya adalah siklus hidup, yaitu lamanya perkembangan kupu-kupu mulai dari telur hingga menjadi seekor kupu-kupu dewasa, kemudian kupu-kupu tersebut meletakkan kembali telur untuk pertama kalinya. Menurut Scriber (1981); Courtney (1984) semakin pendek siklus hidup maka perkembangan populasi akan semakin cepat, yang antara lain ditentukan oleh kualitas dan kuantitas tumbuhan pakannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah tumbuhan pakan di area Sungai Puncak lebih banyak dijumpai dibandingkan dengan di area Salu Tandung. Kupu-kupu G.androcles betina meletakkan telur pada jenis tumbuhan Uvaria rufa Blume yang tergolong dalam famili Annonaceae. Bentuk morfologi daun dan habitus U.rufa dapat dilihat pada Gambar 3

a b

Gambar 3. Morfologi Uvaria rufa; (a) habitus liana pada U.rufa, (b) Morfologi daun U.rufa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tumbuhan U.rufa pada umumnya tumbuh di hutan dan pinggiran sungai. Daun muda adalah bagian yang dikonsumsi larva G. androcles. Proses mencari makan, diawali dengan peletakan

(7)

telur G. androcles betina pada pucuk daun inangnya. Sebelum meletakkan telurnya, kupu-kupu betina terbang mengelilingi tumbuhan U. rufa dan berhenti untuk hinggap pada daun yang terletak dibagian ujung ranting tumbuhan, disaat itu gerakan sayap melambat untuk menentukan posisi yang dianggap cocok. Kupu-kupu G.androcles betina meletakkkan telurnya di bagian pangkal, tengah dan ujung daun muda. Lama peletakan telur berkisar lima hingga tujuh detik. Telur G. androcles biasanya ditemukan pada ketinggian 7 - 10 meter dari permukaan tanah. Ada kemungkinan terdapat jenis tumbuhan lain yang menjadi

hostplant dari G.androcles pada areal tersebut, yang mana saat ini belum

diketahui. Hal ini didasarkan bahwa kupu-kupu membutuhkan nutrisi untuk dapat melangsungkan hidupnya yaitu melakukan simbiosis mutualisme bersama tumbuhan dengan cara mengkonsumsi nektar bunga dan meletakkan telur pada tumbuhan yang menjadi inangnya (Borror et al., 1992). Selain faktor kehadiran tumbuhan inang kehadiran kupu-kupu di suatu area juga dipengaruhi oleh jumlah tumbuhan penghasil nektar. Dari hasi penelitian menunjukkan bahwa jumlah total tumbuhan penghasil nektar di area pengamatan terdiri dari 5 spesies yang tergolong dalam 3 famili. Jenis tumbuhan pakan G.androcles imago dilihat pada Tabel.1

Tabel I. Tumbuhan pakan (Foodplant ) kupu-kupu G.androcles

No. Species Famili Nama Lokal

1 Lantana camara Linn Verbenaceae Lantana

2 Clerodendrum thomsonae Balf. Verbenaceae Bunga nona

3 Chromolaena odorata Asteraceae Gulma

4 Eupatorium inufolia Asteraceae Bunga pute

5 Dendrobium palaenopsis Orchidaceae Angrek

Kehadiran tumbuhan penghasil nektar diduga berkaitan dengan kondisi dan letak plot. Seluruh plot terletak di areal hutan dataran tinggi dan memiliki kelembapan tinggi yang memungkinkan pertumbuhannya. Menurut Steenis (1987)

L. camara merupakan tanaman hias atau pagar yang berasal dari Amerika Tropis,

sebagian besar tanaman ini tumbuh liar pada daerah tropis, sedangkan didaerah luar tidak banyak tumbuh. Begitupun halnya dengan Dendrobium sp, dimana dapat hidup di alam liar, dihutan ataupun dilereng bukit. Menurut Lavarack et al. (2000) Dendrobium merupakan angrek yang unik dan mempunyai kecepatan tumbuh yang berbeda dengan tanaman hias lainnya. Kemunculan bunga pada tumbuhan Dendrobium dapat menjadi sumber nektar (Trubus, 2005) sehingga dibutuhkan oleh kupu-kupu G. androcles.

Menurut Bima (2007) kupu-kupu mengunjungi tumbuhan dengan tiga tujuan, yaitu mencari makanan berupa nektar, meletakkan telur pada bagian tumbuhan dan tempat berlindung atau istirahat. Hubungan antara kupu-kupu dengan bunga berjalan secara alamiah. Sebagian besar energi yang diperlukan kupu-kupu berasal dari nektar, kemudian nektar kuntum bunga akan menarik kupu-kupu untuk datang mengunjunginya. Menurut Rusfidra (2006) tumbuh- tumbuhan memproduksi nektar sebenarnya hanya untuk bahan pemikat serangga, sebab pada dasarnya nektar itu sendiri jika tidak dihisap oleh serangga maka akan

(8)

sia-sia, sehingga hubungan alamiah antara kupu-kupu dengan bunga dianggap saling menguntungkan.

Jenis tumbuhan tingkat pohon yang dijumpai pada plot 1 didominasi oleh

Ficus racemosa L dengan INP 30.31, kemudian disusul oleh Polyaltia rumphi

(INP 18.53), Dysoxylium sp dengan INP 15.29. Sedangkan INP yang terendah diduduki oleh Syzygium polycephalum (INP 7.02) dan Polyaltia sp dengan INP 9.47. Pada jenis tingkat tiang didominasi oleh Ficus ribes (INP 6.91), Ardisia

laencoelata (INP 6.87) dan Polyaltia sp dengan INP 6.57. Sedangkan INP tingkat

tiang yang terkecil diduduki oleh Syzygium polycephalum (INP 4.39) dan

Syzygium malaecense (INP 4.37). Pada plot ini juga dijumpai jenis tumbuhan

bawah mendominasi yaitu Lantana camara (INP 13.78), berupa tumbuhan perdu dan termasuk kategori pakan imago dari G.androcles. Selain itu juga dijumpai

Uvaria rufa (INP 9.09). Demikian juga halnya dengan jenis tumbuhan tingkat

pohon yang dijumpai pada plot 2 didominasi oleh Ardisia purpurea (INP 18.49),

Terminalia bellerica (INP 16.81), Ficus racemosa L (INP 16.23) dan Buchanania arborescens (16.48), sedangkan INP yang terkecil dijumpai pada spesies Syzygium pycnantum (INP 6.6). Jenis yang mendominasi pada tingkat tiang yaitu Xylopia malayana (INP8.01) dan Eugenia sp dengan INP 8.09. Sedangkan INP

yang terkecil diduduki oleh Tristiropsis acutangula dengan INP 4.95. Jenis tumbuhan bawah yang mendominasi pada plot ini yaitu Lantana camara (INP 16.76) dan Elastostema rostratum (INP 14.76). Pada plot ini tidak dijumpai

Uvaria rufa, namun dapat dijumpai tumbuhan liana jenis Bauhinia semibifida.

Sedangkan pada plot 3 yang ditempatkan pada areal lokasi Sungai Puncak didominasi oleh jenis tumbuhan tingkat pohon yang berupa Caralia brachiate (INP 17.79), Baccaurea javanica (INP 17.95), kemudian disusul oleh Dehaasia

caesia (INP15.45) dan Euodia hupehensis (INP 15.42). INP terkecil dijumpai

pada spesies Bischofia javanica (INP 7.2). Pada tingkat tiang didominasi oleh

Drypetes longlifolia dengan INP 16.16 dan INP yang terkecil yaitu pada spesies Baccaurea javanica (INP 4.54) dan Euodia hupehensis dengan INP 4.36. Jenis

tumbuhan tingkat bawah yang mendominasi pada plot ini yaitu Xylofia malayana (INP 5.73). Jenis tumbuhan merambat yang dijumpai yaitu Pothos tener Wall (INP 9.95) Aristolochia tagala (INP 8.3), Piper cannium (INP 11.55) dan Uvaria

rufa (INP 8.57).

U.rufa dijumpai pada plot 1 dan 3, namun tidak dijumpai pada plot 2,

sehingga diduga ada kemungkinan kupu-kupu G.androcles meletakkan telurnya pada jenis tumbuhan selain U. rufa. Beberapa tipe habitat di dalam area penelitian dimanfaatkan kupu-kupu G.androcles dalam kegiatan sehari-harinya. Menurut Odum (1993) komponen habitat yang penting bagi kehidupan kupu-kupu adalah tersedianya vegetasi sebagai sumber makanan, sebagai tempat berlindung dari serangan predator atau gangguan lainnya dan tempat untuk berkembang biak. Populasi kupu-kupu pada suatu daerah tergantung pada perkembangan botani daerah tersebut yang selanjutnya berhubungan erat dengan kondisi fisik dan iklim setempat (Vane-Wright & Ackery, 1989). Menurut Vane & De Jong (2003), umumnya tumbuhan berupa pohon, perdu, semak, liana atau herba dapat dimanfaatkan sebagai pakan larva dan imago kupu-kupu. Hubungan tumbuhan

(9)

dengan keberadaan kupu-kupu G.androcles dilokasi penelitian dilihat pada Tabel 2

Tabel 2. Fungsi tumbuhan terhadap kupu-kupu G. androcles

No. Spesies Kegunaan

Nektar T.inang Berlindung

1 Ficus sp - - √

2 Ficus ribes Reinw.ex Blume - -

3 Macaranga sp - -

4 Dracontomen mangiferium - - √

5 Dracontomelon dao - - √

6 Uvaria rufa Blume - -

7 Dendrobium paleonopsis - -

8 Eugenia sp - - √

9 Cananga odoratum - -

10 Lantana camara - -

4. KESIMPULAN

1. Jumlah kupu-kupu G. androcles lebih banyak dijumpai di Sungai Puncak (28 ekor) dibandingkan dengan Salu Tandung (18 ekor)

2. Jenis hostplant dari kupu-kupu G.androcles adalah Uvaria rufa Blume (Annonaceaea), dan diduga masih ada jenis tumbuhan lainnya

3. Jenis pakan imago kupu-kupu G.androcles yang ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 5 spesies yang termasuk dalam 3 famili, antara lain L.

camara (Verbenaceae), D.palaenopsis (Orchidaceae), C. thomsonae

(Verbenaceae), C.odorata (Asteraceae) dan E. inufolia (Asteraceae).

4. Pada plot pengamatan didominasi oleh A.purpurea, T.bellerica, F.racemosa L. Sedangkan pada jenis tumbuhan bawah dijumpai L. camara, E.rostratum,

P.tener Wall, A.tagala, P.cannium dan U.rufa.

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Tulisan ini merupakan sebagian dari data penelitian disertasi yang difasilitasi oleh Balai Pengelolaan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Ucapan terima kasih secara khusus kepada KSP Duta mandiri Cummunity yang telah memberikan bantuan dana dalam penelitian ini.

6. DAFTAR PUSTAKA

[1] Asjulia. 2007. Potensi Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu dan Prospeknya

Dalam Mendukung Pengembangan Taman Wisata Alam Nanggala III Kota Palopo. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin.

Makassar. 83 hlm.

[2] Bima. 2007. Penangkaran Kupu-kupu di Kepulauan Seribu. http:// www.pulauseribu.net. Diakses 24 Desember 2014.

[3] Borror, D.J., Triplehorn, C.A. & Johnson, N.F. 1992. Pengenalan Pelajaran

Serangga (Terjemahan oleh Partosoedjono, Soetiyono). Yogyakarta: Gadjah

(10)

[4] Durden, A.L. 2010. Lepidoptera Endemism In Sulawesi (Celebes), Indonesia. Journal Southern Lepidoptersts News. Vol 32 (2): 62-70.

[5] Lavarack B.W.,Haris. Stocker G. 2000. Dendrobium Orchid. Kangaroo. Australia

[6] Nasir, M., 1999. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. hal 145-149.

[7] Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Gajah mada University Press. Jogjakarta. hal 134-162

[8]Rusfidra,. 2006. Bunga Pakan Lebah Madu.

http://www.bunghatta.info/content.php? articles.141. Diakses tanggal 17 Mei 2004.

[9] Soekardi H. 2009. Keterkaitan Kupu-kupu Papilionidae Dengan Tumbuhan

Inang Pakan Larvanya Di Taman Kupu-kupu Gita Persada Lampung.

Prosiding Seminar Nasional Sains Mipa dan Aplikasi (ISBN:978-602-98559- 1-3).Vol.3:3

[10]Steenis, C. G. G. J. Van., 2003. Flora. Cet. 9 PT Pradnya Paramitha, Jakarta. 485 hal.

[11]Vane, W. R. & Dejong R., 2003. The Butterflies of Sulawesi Annotated

Cheklist for a Critical Island Fauna. Zool. Verh - Leiden. p 343.

[12]Wijayanto A. 2000. Keragaman dan Penyebaran Jenis Kupu-kupu

(Lepidoptera :Papilionidae) di Beberapa Ketinggian Daerah

Aliran Sungai Kawasan Penyangga CAgar Alam Pegunungan

Manokwari. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Cendrawasih.

Gambar

Gambar 1. Lokasi Penelitian
Gambar 2. Jumlah individu G. androcles pada setiap area penelitian
Tabel I. Tumbuhan  pakan (Foodplant ) kupu-kupu G.androcles
Tabel 2. Fungsi tumbuhan terhadap kupu-kupu G. androcles

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Pembangunan Daerah Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Ketimpangan Distribusi Pendapatan Antar Kecamatan Ketersedian Infrastruktur Tipologi

Menu untuk mendaftar bagi masyarakat umum tersebut berada di halaman publik depan website Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya, pengunjung website atau

Tabel 5.3 Tabulasi silang responden berdasarkan ketepatan menggosok Gigi dengan stadium karies gigi pada anak kelas 5 dan 6 di SDN Bulak Rukem 2 Surabaya pada tanggal 10 Juli 2017

M PT Agrinusa Persada Mulia telah memiliki Rencana Penebangan Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) untuk pembukaan lahan/ Land Clearing Areal Perkebunan Kelapa Sawit seluas

Teori moneter banyak dihubungkan dengan teori kuantitas uang yang   beranggapan bahwa faktor yang banyak mempengaruhi nilai uang adalah  jumlah uang yang

Dalam hal ini peneliti berpendapat bahwa, sebagian besar responden remaja berada pada insomnia jangka pendek yang berlangsung selama 1-4 minggu disebabkan karena

Cekung ideal dengan bentuk heksagon yang sempurna, kedalaman yang seragam serta kecacatan yang minimum telah berjaya dihasilkan dalam tempoh lebih singkat (≤6 jam) berbanding

(3) Untuk mengetahui hasil pengembangan pendidikan kedisiplinan di MTs Muhammadiyah Kemuning Tegalombo Pacitan. Untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan beberapa