PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENGUASAAN KONSEP-KONSEP FISIKA
M. Gade
ABSTRAK
Pendekatan kontekstual merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dengan menghubungkan sistematis dan dunia nyata, sehingga dapat mendorong siswa untuk menerapkan dalam kehidupannya dengan mengamati, memahami dan memanfaatkan gejala-gejala alam. Pendekatan kontekstual juga merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru.
Kata Kunci : Kontekstual, Strategi, Perilaku
1. Pendahuluan
Pendekatan konstektual atau realistic dalam pembelajaran yang lebih dikenal dengan
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran yang membantu
guru untuk mengaitkan antara materi pengajaran dengan kondisi peserta didik, yang dapat mendorong siswa untuk mengkaitkan antara pengetahuan yang dipelajarinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari pada keluarga dan masyarakat.
Pelajaran fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan teknologi dengan karakteristik tertentu.
Nursyamsuddin (2003)” Mata pelajaran fisika di SMA dikembangkan dengan mengacu pada pengembangan fisika yang ditunjukkan untuk mendidik siswa agar mampu mengembangkan observasi dan experimentasi serta berfikir ta’at azas”.
Hal ini didsari oleh tujuan pelajaran fisika itu sendiri yakni mengamati, memahami dan memanfaatkan gejala-gejala alam yang melibatkan zat, materi, dan energi.
Kemampuan observasi dan eksperimentasi ini lebih ditekankan pada melatih kemampuan berfikir, eksperimental yang mencakup tata laksana percobaan dengan mengenal peralatan yang digunakan dalam pengukuran baik di dalam laboratorium maupun di alam sekitar kehidupan siswa.
2. Strategi Pembelajaran Kontekstual
Pengertian dan Konsep Dasar Kontekstual
Kontekstual (Contextual) berasal dari kata Context yang berarti “hubungan, konteks, suasana dan keadaan”. Sehingga Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat diartikan
sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu. Secara umum Contekstual mengandung arti : yang berkenaan, relevan, yang membawa maksud, makna dan kepentingan. Kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Sanjaya (2006) “Contextual Teaching and Learning (CTL), adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang di pelajari dan menghubungkannya dengan situasi dan kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”.
Pendekatan CTL diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalaminya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi kehidupannya nanti. Dalam kelas kontekstual, guru berusaha membantu siswa mencapai tujuan. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberikan informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan menemukan sendiri bukan “apa kata guru”.
CTL adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menentukan materi yang dipelajari dengan menghubungkan situasi dan dunia nyata sehingga mendorong siswa unuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Dari konsep diatas ada tiga hal yang harus dipahami. Pertama, CTL menekankakan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung; kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi dan kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL antara lain :
a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activing knowledge), artnya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari.
b. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge), pengetahuan baru itu di peroleh secara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengna mempelajari secara keseluruhan. c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang
diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini.
d. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa.
e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan dan pengetahuan.
Asas Pembelajaran Kontekstual
Kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang memiliki 7 asas. Asas inilah yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL, sebagai berikut :
a. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam
struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut pengembangan filsafat Konstruktivisme Mark Baldwin dan diperdalam oleh Jean piaget menganggap bahwa pengetahuan itu berbentuk bukan hanya dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya. Menurut Konstruktivisme, pengetahuan itu berasal dari luar, akan tetapi di konstruksi diri seseorang. Oleh sebab itu, pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterprestasi objek tersebut, kedua faktor itu sama pentingnya.
b. Inkuiri (Penemuan)
Inkuiri artinya proses pembelajaran di dasarkan padaa pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus
dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus di pahaminya.
Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah yaitu : merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan dan membuat kesimpulan.
Dengan demikian, siswa didorong untuk menemukan masalah jika masalah telah dipahami dengan batasan-batasan yang jelas. Selanjutnya siswa dapat mengajukan hipotesis atau jawaban sementara sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan.
Asas inkuiri ini penting dalam pembelajaran CTL karena melalui proses berfikir yang sistematis diharapkan siswa dapat memiliki sifat ilmiah, rasional dan logis yang kesemuanya itu diperlukan sebagai dasar pembentukan kreativitas.
c. Questioning (Bertanya)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Karena peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.
Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk
Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi
Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar
Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu
Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan
Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.
d. Learning Community (Masyarakat belajar)
Konsep masyarakat belajar adalah hasil pembelajaran yang di peroleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara kontrol maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah.
Hasil belajar dapat di peroleh dari hasil sharing dengan orang lain, antar teman, antar kelompok, yang sudah tahu memberi tahu kepada yang belum tahu, yang pernah memiliki pengalaman membagi pengalamannya pada orang lain. Inilah hakikat dari masyarakat belajar. Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar di lakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa di bagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik di lihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya.
e. Modelling(Pemodelan)
Modelling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat di tiru oleh setiap siswa. Proses modelling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga memenfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Misalkan siswa yang pernah menjadi juara dalam olimpiade dapat disuruh untuk menampilkan kebolehannya di depan teman – temannya dengan demikian siswa dapat dianggap sebagai model.
f. Refleksi
Refleksi adalah proses pengendapkan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimiliknya.
g. Authentic Assesment (Penilaian Nyata)
Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan data yang memberikan gambaran perkembangan hasil belajar siswa. Gambaran proses dan kemajuan siswa perlu diketahui sepanjang proses pembelajaran. Hal yang penting untuk dapat dipahami oleh para guru adalah penilaian itu bukan untuk mencari informasi tentang hasil belajar siswa dinilai , melainkan bagaimana prosesnya. Untuk itu data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan yang dikerjakan atau dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Dengan demikian kemajuan belajar siswa dinilai dari proses, bukan merupakan hasil belajar. Maka ciri-ciripenilaian autentik itu dapat disebut sebagai berikut :
Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
Dapat digunakan untuk formatif maupun sumatif
Yang diukur keterampilan dan performan bukan mengingat fakta
Berkesinambungan
Dapat digunakan sebagai feedback
Adapun bentuk atau wujud kegiatan penilaian sebagai dasar untyk menilai prestasi dan kompetisi siswa.
3. Penutup
Dari bahasan di atas dapat disimpulkan: Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa serta dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan kontekstual juga merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru.
Daftar Pustaka
Djoky. 2004. Memahami Contextual teaching for Learning. Gerbang Majalah Pendidikan
Edisi 10 Majelis Balitbang P. P. Muhammadiyah. Yogyakarta
Memes. 2000. Model Pembelajaran Fisika di SMP. Jakarta : Erlangga
Memes.2004. Pembelajaran Secara Konstruktivisme. Malaysia. Pusat Perkembangan Kurikulum Kementrian Pendidikan Malaysia. http: //myschool.ppk.kp.m.my/bhn_rpn modul/konstruktivisme.pdf
Nurhadi.2002. Pendekatan kontekstual/ Contextual Teaching and Learning. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Jakarta.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi StandarProses Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group.
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi BelajarMengajar. Jakarta : PT Raja Grapindo Persada,