• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Limbah Kertas Pembungkus Tembakau Rokok Sebagai Bahan Dasa Pembuatan Briket

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemanfaatan Limbah Kertas Pembungkus Tembakau Rokok Sebagai Bahan Dasa Pembuatan Briket"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 1009

Pemanfaatan Limbah Kertas Pembungkus Tembakau Rokok

Sebagai Bahan Dasa Pembuatan Briket

Hery Setyobudiarso

Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Institut Teknologi Nasional Malang

ABSTRAK

Limbah kertas pabrik sigaret ini dapat dipakai sebagai bahan dasar pembuatan briket yang memungkinkan sebagai bahan pengganti atau bahan bakar briket (bahan bakar dengan proses pemadatan). Dengan teknologi tepat guna diusahakan pendaurulangan limbah kertas menjadi briket dan dijadikan barang yang lebih bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomis yang bukan sekedar sampah yang sementara ini hanya digunakan sebagai uruk. Limbah kertas buangan dari pabrk kertas dengan mudah dapat dibentuk briket karena mempunyai kandungan air yang cukup tinggi yang akan berfungsi sebagi pengikat dan memudahkan membentuk briket./ pengikat partikel.

Metode yang digunakan adalah perlakuan pembanding pengeringan langsung dan pengeringan tidak langsung (pengeringan di dalam kotak seng) dengan alas seng. Diukur tingkat penurunan kadar airnya dan pengujian akhir terhadap nilai kalor bakarnya (kal/gr)

Dari penelitian yang mempelajari cara pembuatan briket dan pengeringan limbah kertas ini, dapat ditarik kesimpulan a. Perlakuan pengeringan, prosentasi penurunan kadar air pada briket dengan perlakuan pengeringan langsung dengan bentuk persegi dan bentuk bulat masing-masing 12,62 %dan 13,57 % lebih cepat penurunan kadar airnya dari pada pengeringan tidak langsung dengan bentuk persegi dan bulat masing-masing 43,78  dan 50,16 . b, Nilai kalor pada briket bahan dasar kertas pada hari ke-10 ± 1293,62 kal/gr. lebih rendah nilai bakarnya dari pada nilai bakar blotong (± 2425,95 kal/gr)dan kayu (±3825 kal/gr). c. Briket dengan pengeringan langsung lebih cepat terbakar.

Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan industri rokok semakin lama semakin pesat seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin modern. Industri rokok merupakan salah satu industri yang potensial karena berperan dalam menyumbangkan cukai dan pajak dalam jumlah besar. Komponen terpenting dalam industri kertas sigaret adalah penyediaan bahan baku yang berkualitas agar menghasilkan produk yang bermutu tinggi. Salah satu kendala dalam industri kertas sigaret adalah belum tersedianya bahan baku dalam negeri yang sesuai dengan kreteria tertentu sehingga sebagian besar bahan baku masih di import.

Di Indonesia telah berdiri kurang lebih 40 pabrik kertas, tetapi hanya dua pabrik yang memproduksi kertas sigatet. Kebutuhan kertas sigaret dalam negeri cukup besar dengan kenaikan rata-rata 10 % tiap tahun dan masih tergantung pada pasar luar negeri. Total kebutuhan kertas cigarette di Indonesia mencapai kurang lebih 138.000 ton per tahun (data : PT. Surya zigzag Kediri).

Dengan uraian diatas jelas bahwa dengan kebutuhan rokok meningkat akan membawa meningkatnya produksi kertas itu sendiri. Dengan meningkatnya produksi kertas diharapkan dapat membawa pandangan lingkungan yang lebih kemasa depan dengan usaha peningkatan pengolahan limbah industi kertas sebagai efek dari industri tersebut. Pengolahan limbah kertas pada dasarnya menghasilkan limbah padat dan cair . apabila limbah tidak dikelola dengan baik, akan menimbulkan berbagai masalah lingkungan, antara lain : menimbulkan bau, menjadi media penyebaran penyakit, jika limbah padat terbuang kesaluran air dapat menyebabkan penyumbatan sehingga terjadi banjir. Dengan pengolahan yang ada sekarang ini diharapkan dapat memberi dasar kesetimbangan lingkungan yang mapan. Kesetimbangan lingkungan

(2)

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 1010

memberi keuntungan-keuntungan pada makluk hidup yang tentunya juga sangat memerlukannya.

Limbah kertas pabrik sigaret ini dapat dipakai sebagai bahan dasar pembuatan briket yang memungkinkan sebagai bahan pengganti atau bahan bakar briket (bahan bakar dengan proses pemadatan). Penelitian ini sebagai penambah atau pendukung penelitian sebelumnya yaitu penelitian pemakaian limbah blotong sebagai briket.

Dengan pemikiran daur ulang akan membawa kita pada penanganan limbah secara kontinyu dengan mempertimbangkan beberapa aspek. Aspek itu, diantaranya mengenai:

1. Pertimbangan masalah penekanan biaya industri.

2. Penanganan lingkungan yang berwawasan lingkungan karena menyangkut daur ulang atau penanganan yang lebih kontinyu lagi.

Dalam perencanaan pendaur-ulangan limbah padat diarahkan kepemanfaatan limbah padat menjadi bahan bakar tungku yaitu sebagai briket. Dengan teknologi tepat guna diusahakan pendaurulangan limbah kertas menjadi briket dan dijadikan barang yang lebih bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomis yang bukan sekedar sampah yang sementara ini hanya digunakan sebagai uruk.

Tujuan Penelitian

Usaha daur ulang limbah industri pabrik kertas sebagai alternatif bahan bakar padat organik untuk pembuatan briket yang ramah lingkungan dan mudah pembuatannya sesuai dengan pengembangan teknologi tepat guna. Pembriketan berkaitan dengan proses penggumpalan atau pemadatan menjadi gumpalan padat, remukan atau kepingan material. Material yang dibriket lebih mudah dipindahkan, ditangani dan pemanfaatannya sebagai bahan bakar akan lebih efektif.

Faktor Yang Mempengaruhi Pembuatan Briket

Faktor fisik dari briket adalah kondisi saat pembuatannya. Faktor-faktor penting lain yang mempengaruhi adalah unsur pengikat partikel, ukuran, tekanan, temperatur, kelembaban dan sifat material yang akan dibuat briket.

Pada umumnya, kekuatan briket meningkat melalui pembriketan dengan tekanan dan dengan penambahan unsur pengikat partikel. Efek dari penambahan unsur pengikat partikel secara sederhana adalah menggabungkan gaya kohesi antar partikel dalam keadaan tertekan. Beberapa jenis bahan ( seperti : limbah pertanian ) lebih mudah dibuat briket karena sudah mengandung unsur pengikat itu sendiri. Oleh karena itu, pembuatan briket dengan tekanan dan temperatur sedang saja membuat ikatan unsur tersebut melunak dan berfungsi sebagai pengikat partikel.( Amelia, 1997).

Proses dan metode pengeringan dapat diklasifikasikan sebagai batch, dimana material dimasukkan dalam perlengkapan pengeringan dan dikeringkan untuk periode waktu tertentu atau sebagai continous, dimana materilal secara terus menerus ditambahakan dalam alt pengering dan material kering secara terus menerus dikeluarkan.

Proses pengeringan dapat juga dikategorikan berdasarkan kondisi fisik saat pemberian panas dan pemisahan uap air :

1. Panas diberikan secara kontak langsung dengan udara panas pada tekanan atmosfir dan uap air yang terbentuk dipisahkan dengan udara. Cara ini adalah cara yang sangat sederhana dan diharapkan pembuatan briket dapat dilakukan dengan cara seperti ini, karena dalam penelirtian ini mengacu pada teknologi tepat guna yang seminim mungkin dapat dipakai di masyarakat. Dengan cara pemanasan langsung dengan matahari dengan dasar seng.

2. Pada pengeringan vakum,evaporasi air berlangsung cepat pada tekanan rendah dan panas diberikan secara kontak tak langsung dengan dinding metal.

3. Pengeringan pada material beku, dimana air diembunkan dari material beku tersebut atau pemanasan dengan oven.

(Geankoplis,1983)

Pembakaran adalah perubahan fisik dan kimiawi suatu zat yang terbakar melalui oksidasi menyeluruh atau sebagian dari karbon dan hidrogen oleh oksigen. Dalam praktek, terjadinya

(3)

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 1011

pembakaran ditandai dengan kenaikan temperatur. Kalor bakar adalah sejumlah panas yang dilepas pada proses pembakaran dengan total oksidasi.

Nilai kalor untuk bahan bakar padat dan cair, biasanya dinyatakan dalam per unit berat pada kondisi atmosfir standard. Nilai kalor per unit berat atau volume dipengaruhi oleh komposisi material yang dibakar.

Ada beberapa difinisi kalor, yaitu :

- Nilai kalor murni adalah sejumlah panas yang dilepas dalam pembakaran tiap unit berat atau atau volume bahan bakar yang kering total atau tidak mengandung zat inorganik atau gas yang tidak dapat terbakar.

- Nilai kalor kering adalah untuk tiap unit berat atau volume bahan bakar kering total. ( Lindley, 1989 ). Proses pengeringan dapat diartikan sebagai proses untuk memisahkan air dari suatu material. Istilah pengeringan juga digunakan untuk proses pemisahan cairan organik. Pengeringan juga dapat diartikan sebagai proses pemisahan sejumlah kecil air dari padatan, dan air dipisahkan sebagai uap air dengan bantuan udara.

Dalam beberapa kasus, air dapat dipisahkan secara mekanis dari material padat dengan pemberian tekanan, pemutaran dan metode lainnya. Hal ini lebih murah dibanding dengan model pengeringan dengan menggunakan pemanas yang bertujuan untuk memisahkan air. Kadar air material pada akhir pengeringan bervariasi berdasarkan tipe produk. Garam kering mengandung air sekitar 0,5 %, batu bara sekitar 4% dan beberapa produk lainnya makanan kering sekitar 5%.(Geankoplis,1983)

Pengeringan atau proses dehidrasi dari material-material biologis digunakan untuk teknik pengawetan. Mikroorganisme yang menyebabkan pembusukan dan perusakan suatu material biologis tidak dapat tumbuh dan berkembang biak tanpa adanya air. Dan beberapa enzim yang menyebabkan perubahan kimiawi pada makanan dan material biologis lainnya tidak dapat berfungsi tanpa air. Kesetimbangan kadar air dari suatu solid berkurang sebanding dengan kenaikan temperatur. Udara yang digunakan untuk mengeringkan sangat jarang dalam keadaan benar-benar kering tetapi mengandung air dan kelembaban tertentu. Untuk udara yang mempunyai kelembaban tertentu, solid yang dikeringkan tidak akan mengandung air kurang dari nilai kesetimbangan kadar air dari kelembaban tersebut. Sebagian air dalam padatan yang tidak dapat dipisahkan dengan mengalirkan udara. Karena kelembaban, disebut kadar air setimbang. Jika Xt adalah kadar air dalam padatan, dan X* adalah kadar air setimbang, maka air yang bisa dipisahkan X, sebesar ) :

X = Xt – X*

Dalam menentukan kadar air, ada beberapa istilah yang digunakan, yaitu :

- Kadar air (wet basis). Kadar air padatan atau larutan biasanya dinyatakan dalam persen berat air dan kualifikasi ini dikenal sebagai perhitungan dengan wet basis.

- Air bebas (dalam padatan), adalah air yang merupakan kelebihan dari air pada titik kesetimbangan air dengan uap air di udara. ( Treybal, 1981 )

Dalam usaha pemanfaatan limbah perlu dilkukan evaluasi lebih dahulu, diantaranya aspek lingkungan, ekonomi dan masyarakat sekitarnya. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan antara lain:

a. Limbah sebagai bahan baku daur ulang. Pemanfaatan limbah adalah usaha menekan biaya pengolahan limbah dari suatu industri. Dan dengan pendaur-ulangan limbah yang benar dan tepat dapat membawa penekanan dampak ke lingkungan seminim mungkin.

b. Kwantitas dan mutu limbah

Dewasa ini banyak dibutuhkan kertas cigarette dan secara tidak langsung telah mengakibatkan banyaknya limbah yang di keluarkan dari industri kertas tersebut. Maka timbul pemikiran daur ulang yang diarahkan kepemanfaatan dari limbah tersebut. Dengan penekanan daur ulang diharapkan proses pengolahan limbah dapat dilaksanakan semaksikmal mungkin.

c. Sumber daya

Pemanfaatan limbah perlu dipertimbangkan kemampuan tentang tenaga kerja yang ada agar proyek industri berjalan atau berlangsung.

(4)

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 1012

Dengan pemanfaatan teknologi sebagai alat untuk pengolahan limbah maupun pendaur-ulangan di harapkan penilaian lingkungan dapat diterapkan.

Metodologi Penelitian Studi Literatur

Persiapan Penelitian

Penelitian Pendahuluan (Analisa Komposisi Media)

Pembuatan Briket

- Alat yang digunakan : kayu sebagai cetakan, timbangan/ pengukur berat, lembaran seng dan kotak seng sebagai dasar pengeringan.

- Briket dibuat dengan bentuk kotak dengan komposisi tertentu ( beberapa variable )

- Pengeringan dilakukan dengan panas langsung dan tak langsung - Pengukuran kadar air dilakukan secara kontinyu/hari

UJI TEST DAYA BAKAR BRIKET

- Alat yang digunakan : Flow kalorimeter.

Analisa Dan Pembahasan

Kesimpulan Dan Saran

Pembuatan Briket

a. Pembuatan briket dilakukan tanpa bantuan mesin pemadatan melainkan dengan cara manual dengan cetakan biasa dan tenaga manusia, agar tidak memakan biaya banyak. b. Pembuatan dilakukan dengan pecampuran beberapa media yang menunjang pembuatan

briket tersebut. Penyampuran limbah kertas ( media utama ) dengan limbah kayu atau arang.

Sedangkan komposisi yang dipakai adalah :

Kepekatan Media utama Media campuran

Pekat I 4 Kg 0,25 Kg Pekat II 4 Kg 0,5 Kg Pekat III 4 Kg 1 Kg

c. Adapun bentuk briket yang akan dibuat adalah :

Persegi : Dibentuk balok dengan ukuran 10 x 7x 2 cm .

(5)

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 1013

d. Dilakukan perlakuan terhadap sample tiga kali pengulangan terhadap masing–masing sample dengan mempertimbangkan tenaga, waktu dan ketelitian penelitian.

Adapun pengukuran berat kering Kadar Air dilakukan di laboratorium Teknik Lingkungan Institut Teknologi Nasional Malang dengan metode sebagai berikut :

a. Tiap sample bentuk dan perlakuan ditimbang ditimbang.

b. Sample dimasukkan oven selama satu jam pada temperatur 105 C. c. Sample kering ditimbang.

d. Besarnya penurunan Kadar Air didapat dengan perhitungan sebagai berikut : KA = berat basah – berat kering x 100 

berat basah

Hasil Penelitian

Pendahuluan untuk mengukur kadar air sample dilakukan dilaboratoriun teknik lingkungan. Sedangkan parameter lain diteliti dengan merujuk ke laboratorim fisika dasar universitas brawijaya . Dari sampel yang diambil diperoleh parameter data sebagai berikut :

Tabel 1. Komposisi limbah kertas

No Parameter Satuan Batas maxsimum diperbolehkan dalam ekstrasi limbah Nomor Laboratorium 02.2219 02.2220 1 2 3 4 5 Mercury (Hg) Plumbum (Pb) Cadmium (Cd) Cromium (Cr) Cuprum (Cu) mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l 0,2 5,0 1,0 5.0 10,0 0.0000 0,1772 0,0148 0,6820 0,1337 0,0001 0,1270 0,0156 0,0229 0,2167

Sumber : Data Pt Surya Zigzag

Keterangan : 02.2219 = Sludge Sedimen (coklat/ tipping) 02.2220 = Sludge Sedimen (putih/ cigaret)

Sedangkan untuk hasil penelitian kadar air awal yang dilakukan dilaboratoriun Teknik Lingkungan Institut Teknologi Nasional Malang didapat data-data sebagai berikut :

Tabel 2. Kadar air awal sample limbah kertas

Media Campuran No Sampel Perbandingan ( Gram ) Ulangan Berat (gram) Limbah Kertas Basah Berat (gram) Limbah Kertas Kering Kadar air Gram % Tdk ada 0 100 % 1 10 4,2 0,58 58,00 2 10 4,2 0,58 58,00 3 10 4,1 0,59 59,00 Kertas Dan Arang I 4000 : 250 1 10 4,0 0,61 60,50 2 10 4,0 0,60 60,00 3 10 4,0 0,60 60,00 II 4000 : 500 1 10 4,2 0,59 58,50 2 10 4,0 0,60 60,00 3 10 4,1 0,59 59,00 III 4000 : 1000 1 10 4,4 0,57 56,50 2 10 4,2 0,58 58,00 3 10 4,2 0,58 58,00 Kertas I 4000 : 250 1 10 3,9 0,61 61,00

(6)

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 1014 Dan Grajen 2 3 10 10 4,0 3,9 0,60 0,61 60,00 61,00 II 4000 : 500 1 10 4,0 0,60 60,00 2 10 4,0 0,60 60,00 3 10 4,0 0,60 60,00 III 4000 : 1000 1 10 4,1 0,59 59,00 2 10 4,0 0,60 60,00 3 10 4,1 0,59 59,00

Hasil pemeriksaan di lab. Lingkungan ITN

Kadar air rata-rata limbah kertas yang diambil pada hari yang sama adalah sebesar 58,33 %. Analisa Dan Pembahasan Nilai Kadar Air

Pada pengeringan briket secara langsung kontak dengan matahari berbentuk persegi pada hari pertama mengalami penurunan kadar air yang sangat drastis. Pada hari berikutnya, mengalami penurunan secara terus menerus, namun tidak sedrastis atau secapat penurunan kadar air pada hari pertama. Memang penurunan kadar air pada hari-hari pertama sampai hari ke tiga sangat mencolok, tapi tidak ada perbedaan yang nyata. Pada hari ke-4 penurunan kadar air mulai menurun dan lambat, bahkan bisa dikatakan mencapai nilai konstan. Hal ini terjadi hampir pada semua sampel pada pengeringan langsung bentuk persegi maupun bulat. Sedangkan kadar air terendah yang terikat dalam briket kertas bentuk persegi sebagai nilai kesetimbangan kadar air dengan kelembaban udara pada hari ke sepuluh terdapat pada briket media campuran arang dengan kepekatan I.

Pengeringan briket kertas pada perlakuan pemanasan langsung bentuk bulat pada hari pertama sampai pada hari ke empat mengalami penurunan drastis. Pada hari ke-5 mulai menunjukkan angka penurunan kadar air konstan atau penurunan rata-rata. Sedangkan kadar air terendah yang terikat dalam briket kertas sebagai nilai kesetimbangan kadar air dengan kelembaban udara pada hari ke sepuluh terdapat pada briket media campuran grajen dengan kepekatan II.

Pada pengeringan briket secara tidak langsung kontak dengan matahari berbentuk persegi pada hari pertama sampai hari ke –10 ada penurunan nilai kadar air tapi sangat tidak nyata. Begitupula pada nilai konstan, nilai konstan tidak terjadi walaupun hari demi hari tidak ada perbedaan yang mencolok. Hal ini terjadi hampir pada semua sampel pada pengeringan tidak langsung bentuk persegi maupun bulat. Sedangkan kadar air terendah yang terikat dalm briket kertas sebagai nilai kesetimbangan kadar air dengan kelembaban udara pada hari ke sepuluh terdapat pada briket media campuran arang dengan kepekatan I.

Begitu pula pada briket perlakuan pengeringan tidak langsung bentuk bulat tidak ada penurunan yang mencolok. Diperlakuan ini terdapat nilai penurunan perhari yang hampir sama dan bisa dikatakan terdapat nilai konstan yang semu. Artinya penurunan tiap hari hampir sama atau tidak mencolok tapi setelah hari ke-10 masih belum mencapai nilai kadar air rendah atau mendekati berat kering sample. Aliran panas yang berlangsung pada proses pengeringan tidak langsung ini adalah (1) seacara konveksi dalam jumlah kecil, karena tidak dibantu dengan kipas untuk mensirkulasi udara dalam kotak pengering. Penguapan terjadi, tapi hasil uap air akan kembali menyentuh briket dan akan mengalami pengeringan yang sangat lambat, (2) Secara konduksi dari alas seng, dan (3) secara radiasi dari atap seng, yang meneruskan panas dari radiasi sinar matahari.

Analisa statistik dilakukan untuk ada tidaknya hubungan antara parameter yang diteliti. Sedangkan parameter tersebut meliputi :

- perlakuan pengeringan (langsung dan tidak langsung) - media campuran (arang dan grajen).

- kepekatan media campuran ( pekat I (4:0,25), pekat II (4:0,5), pekat III (4:1) ). - Bentuk (persegi dan bulat)

(7)

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 1015 Tabel 3. Uji Satu Jalur Untuk Nilai Kadar Air Untuk Pengelompokan Berdasarkan Hari perlakuan.

Hari N Subset 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Sig. 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 16,37 1.000 18.03 1.000 19.53 1.000 21.80 1.000 23.32 1.000 25.72 1.000 29.63 1.000 36.40 1.000 47.86 1.000 61.70 1.000

Briket dengan campuran arang dan briket dengan campuran grajen tidak ada perbedaan yang nyata (tabel 2). Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai tertinggi penurunan kadar airnya terdapat pada briket dengan media campuran persegi grajen (28,04) dengan nilai tak nyata / hampir sama dengan persegi arang (28,36).

Analisa Dan Pembahasan Nilai Kalor

Pembanding nilai bakar kalor dilakukan pada nilai bakar kayu (±3825 kal/gr) dan blotong (± 2425,95 kal/gr). Nilai kalor pada briket bahan dasar kertas (± 1293,62 kal/gr ) diambil dari nilai rata-rata pada pengukuran nilai kalor panas pada perlakuan pengeringan langsung didapatkan nilai konstan kadar air pada saat pengukuran nilai kalor bakar. Nilai kadar air bahan dasar kertas dengan media campuran arang dan serbuk kayu (grajen) lebih rendah nilai bakarnya dari pada briket dengan bahan dasar kayu dan blotong. Sehingga bila briket dengan bahan dasar kertas bila dijadikan bahan bakar, volume briket akan lebih banyak.

Analisa data antara perlakuan pengeringan langsung dan pengeringan tidak langsung (PTL) terdapat perbedaan mencolok atau sangat nyata pada bilangan kalor bakar . Hasil yang diperoleh dari data menunjukkan nilai kalor pengeringan tidak langsung lebih tinggi dari perlakuan pengeringan langsung. Dalam teori disebutkan bahwa nilai suatu material kering akan lebih tinggi nilai kalornya dibandingakan dengan material basah. Hal ini disebabkan karena pada proses pencarian nilai kalor bakar pada alat flow kalorimeter waktu yang dibutuhkan untuk membakar material pada perlakuan PTL (10-16 menit) lebih lama dari pada briket perlakuan PL (0-3 menit).

Pengeringan Langsung

Tabel 4. Uji satu jalur untuk variable bentuk PL (ANOVA) Bentuk Jumlah kuadrat

(Type III Sum of Squares) df

Rata-rata Kuadrat MeanSquare F Sig. HBB_PL Perlakuan Galat percobaan 100,000 1677842 1677942 1 34 35 100,000 49348,294 0,002 0,964

Tabel 5. Uji satu jalur untuk variable media campuran PL (ANOVA) Jumlah kuadrat

(Type III Sum of Squares) df

Rata-rata Kuadrat MeanSquare F Sig. HBB_PL Perlakuan Galat percobaan Total 71370,904 1606571 1677942 1 34 35 71370,904 47252,091 1,510 0,228

Tabel 6. Uji satu jalur untuk variable kepekatan media campuran PL (ANOVA)

Jumlah kuadrat

(Type III Sum of Squares) df

Rata-rata Kuadrat MeanSquare F Sig. HBB_PL Perlakuan Galat percobaan Total 109196,3 1568746 1677942 2 33 35 54598,130 47537,749 1,149 0,329

(8)

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 1016

Untuk nilai kepekatan media campuran pada briket dengan perlakuan pengeringan langsung dapat dikatakan nilai pekat II lebih tinggi nilai bakarnya dari pekat I dan pekat III, tapi tidak berlaku semakin sedikit media campurannya semakin tinggi nilai bakarnya.

Pengeringan Tidak Langsung

Tabel 7.. Uji satu jalur untuk variable bentuk PL (ANOVA) Bentuk Jumlah kuadrat

(Type III Sum of Squares) df Rata-rata Kuadrat MeanSquare F Sig. HBB_PTL Perlakuan Galat percobaan Total 26160,906 47108082 47134242 1 34 35 26160,906 1385531,811 0,019 0,892

Bila dilihat pada table diatas dapat dikatakan bahwa briket dengan bentuk bulat lebih tinggi nilai kalor bakarnya bila dibandingkan dengan briket dengan bentuk persegi. Bentuk persegi mempunyai keliling lebih lebar (138 cm) dibandingkan dengan briket bentuk bulat (82,43 cm). Pada bentuk persegi pengeringan lebih cepat terjadi pada daerah permukaan briket tapi tidak menyeluruh.

Tabel 8. Uji satu jalur untuk variable media campuran PTL (ANOVA) Jumlah kuadrat

(Type III Sum of Squares df

Rata-rata Kuadrat MeanSquare F Sig. HBB_PTL Perlakuan Galat percobaan 18722929 28411313 47134242 1 34 35 18722929,00 835636,867 22,406 0,000

Dengan uji satu jalur diatas dapat dikatakan bahwa briket dengan media campuran arang lebih tinggi dari pada briket dengan media campuran grajen/serbuk kayu. Dengan nilai signifikan dapat dikatakan nilai bakar tidak ada perbedaan mencolok.

Tabel 9. Uji satu jalur untuk variable kepekatan media campuran PTL Kepekatan media

Campuran

N Rata-rata Standart

deviasi Std Error

95% Convidence interval for mean Lower Bound Upper bound HBB_PTL pekat I Pekat II Pekat III Total 12 12 12 36 2354,38 1207,03 2126,51 1895,97 790,90 443,93 1630,14 1160,47 228,31 128,15 470,58 193,41 1851,86 924,98 1090,77 1503,33 2856,89 1489,09 3162,25 2288,62 Tabel 10. Uji satu jalur untuk variable kepekatan media campuran PTL (ANOVA)

Jumlah kuadrat

(Type III Sum of Squares) df

Rata-rata Kuadrat MeanSquare F Sig. HBB_PTL Perlakuan Galat percobaan Total 8855002 38279241 47134242 2 33 35 4427500,814 1159976,995 3,817 0,032

Untuk nilai kepekatan media campuran pada briket dengan perlakuan pengeringan langsung dapat dikatakan nilai pekat I lebih tinggi nilai bakarnya dari pekat II dan pekat III. Jadi jika dikaitkan pengeringan langsung dan tidak langsung dapat disimpulkan dengan pengeringan sampai batas konstan (PL) akan dihasilkan nilai bakar tertinggi terdapat pada nilai pekat II ( nilai bahan dasar lebih banyak dan nilai kadar air lebih tinggi), sedangkan tidak sampai pada batas konstan (PTL) nilai bakar tertinggi pada nilai pekat I.

Berdasarkan pada analisa statistik diatas, maka dapat diketahui bahwa nilai kalor briket kertas dibandingkan dengan parameter yang ada :

- Pada pengeringan langsung maupun tidak langsung, briket bentuk bulat (1295,96 kal/gr) lebih tinggi nilai kalornya dari pada briket dengan bentuk persegi (1291,96 kal/gr).

- Briket dengan media campuran grajen/serbuk kayu pada perlakuan pengeringan langsung (PL) dengan sinar matahari lebih tinggi nilai kalornya bila dibandingkan dengan briket dengan media campuran arang. Sedangkan briket dengan media campuran arang pada perlakuan pengeringan tidak langsung (PTL) dengan sinar matahari lebih tinggi nilai kalornya bila dibandingkan dengan briket dengan media campuran grajen/serbuk kayu.

(9)

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 1017

- Kalor bakar pada briket kertas pada perlakuan pengeringan langsung lebih rendah bila dibandingkan dengan pengeringan tidak langsung. Hal ini disebabkan karena pada pengeringan tidak langsung untuk membakar sample dibutuhkan waktu yang lama, sehingga temperatur ikut naik. Bila dibandingkan dengan briket pembanding (blotong, PL=242t5,95 kal/gr), briket kertas lebih rendah (± 1293,62 kal/gr).

Kesimpulan

Bila dibandingkan pada perlakuan pengeringan (langsung dan tidak langsung), briket dengan pengeringan langsung (12,62 dan 13,57) lebih cepat penurunan kadar airnya dari pada pengeringan tidak langsung (43,78 dan 50,16). Bila dilihat dari sifat mudah terbakar, briket kertas dengan perlakuan pengeringan langsung lebih efektif dijadikan bahan bakar karena sifat mudah terbakar.

Pembanding nilai bakar kalor dilakukan pada nilai bakar kayu (±3825 kal/gr) dan blotong (± 2425,95 kal/gr). Nilai kalor pada briket bahan dasar kertas (± 1293,62 kal/gr ) lebih rendah nilai bakarnya dari pada nilai bakar blotong dan kayu.

Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian, saran-saran untuk penelitian lebih lanjut adalah dalam penelitian pembuatan briket lebih lanjut, disarankan untuk meneliti semua faktor (kepadatan, ukuran dan asap yang timbul) yang mempengaruhi kualitas briket kertas.

Daftar Pustaka

Amelia Widyaningsih, 1997. Cara Pengeringan, Pembuatan Briket Dan Uji Kalor Limbah

Padat Organik (Blotong) Industri Gula, Its. Surabaya.

Bhattacharya, S.C, Sett, Sivasakthy., Shrestha, Ram M., 1990,Two Approaches For

Producing B4riquetted Charcoal From Wastes And Their Comparison, Energy Vol.

15, No. 6, Energy Tecnology Division, Asian Institute Of Tecnology, Bangkok, Thailand. Geankoplis, Christie J., 1983,Transport Processes And Unit Operations, Second Edition,

The Ohio State University, Allyn And Bacon Inc, Toronto.

Lindley, Ja., Vossoughi, M, 1989. Physycal Properties Of Biomass Briquets, Agricultural Eggineering Dept., Nort Dakota.

Treybal, Robert E., 1981. Ass- Transfer Operations, Thiird Edition, International Student Edition, Mcgraw Hill Chemical Engineering Series, Newyork.

Gambar

Tabel 2. Kadar air awal sample limbah kertas
Tabel 5. Uji satu jalur untuk variable media campuran PL (ANOVA)  Jumlah kuadrat
Tabel 8. Uji satu jalur untuk variable media campuran PTL (ANOVA)  Jumlah kuadrat

Referensi

Dokumen terkait

Hasil kajian terhadap binaan ayat dalam kajian terdahulu menunjukkan bentuk dominan ayat bahasa arab dikaji oleh dua belas pengkaji, iaitu sebanyak 40% daripada

Dalam konteks hukum Islam, budaya masyarakat yang baik dapat menjadi hukum dan dapat diterapkan dalam masyarakat sebagai perekat, spirit dan kehormatan dalam

Pada dasarnya sejarah ialah kisah masyarakat manusia atau kisah kebudayaan dunia, yaitu kisah perubahan-perubahan yang terjadi karena kodrat masyarakat itu seperti masa

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan keterampilan mengajar guru dan hasil belajar dalam proses pembelajaran tema 9 Benda-Benda Disekitar

Dari berbagai alasan yang telah dikemukakan diatasdan berdasarkan dari studi lapangan yang penulis lakukan di TK Islam Al Markaz Al Islami pada anak kelompok A, ternyata bahwa

Hal ini merupakan salah satu penyimpangan yang terjadi pada Undang-undang ini, yang mana pada dasarnya antara perbuatan- perbuatan yang sifatnya

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam proses rekrutmen PT.WIN terdapat beberapa prosedur yang belum dijalankan sesuai prosedur

Untuk itu diterapkannya sekolah inklusi agar masalah yang dialami oleh anak yang berkelainan dapat ditangani oleh sekolah sehingga guru dapat memberikan layanan